Perdarahan Antepartum Perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 22 minggu Kausa: solutio plasenta, plasenta previa, vasa previa pecah Permasalahan: Prematuritas Gangguan hemodinamik ibu
Prinsip penanganan : Evaluasi A irway B reathing C irculation Pemasangan infus line ( abocath no 16 atau ukuran > besar ) Resusitasi cairan jika terjadi gangguan hemodinamik Oksigenasi Tegakkan diagnosis jika memungkinkan Rujuk ke fasilitas yang memadai ( memiliki fasilitas operasi dan perinatal )
Eklampsia Kejang yang terjadi pada wanita hamil dengan preeklampsia Permasalahan : Iskemia uteroplasenter Trauma Aspirasi cairan Spasme arterioler
Penanganan: Potong kejang dengan obat2an Evaluasi ABC Pemasangan infus line dan oksigenasi Pemasangan spatel lidah Fiksasi
Partus Lama Persalinan berlangsung lebih dari 18 jam Fase laten > 8 jam Melewati garis waspada pada fase aktif DD: False labor Prolonged latent phase Prolonged aktif phase Prolonged second stage
Masalah : Dehidrasi Fetal distress Ibu kelelahan dan stress Fistula Ruptur uteri
Pengelolaan : Evaluasi tanda vital, tanda dehidrasi Tegakkan diagnosis dan penyebab (3P) Infus line Terapi sesuai causa
Perdarahan postpartum Perdarahan setelah bayi lahir sebanyak 500 cc Kausa: 4T T onus: atonia uteri T issue: retensio plasenta, plasenta restan, selaput ketuban dll T rauma: laserasi jalan lahir T rombosit: faktor pembekuan darah
Pengelolaan : Evaluasi ABC Infus line Resusitasi cairan dan oksigenasi Tegakkan diagnosis Terapi sesuai penyebab Jika perlu dirujuk ke fasilitas yang lebih memadai dalam kondisi stabil
Asfiksia neonatorum Adanya hipoksia progresif , penimbunan CO2, asidosis pada bayi baru lahir Penyebab : Asfiksia intrauterine Prematuritas Kelainan kongenital Obat2an Hipoksia intra partum
Penilaian asfiksia bayi baru lahir : Pernapasan Denyut jantung Warna kulit
Pengelolaan : Resusitasi Environment: keringkan tubuh bayi cegah kehilangan panas , pemasangan warmer Posisi bayi : telentang pada alas yang datar dan keras , kepala sedikit ekstensi , bahu bayi diganjal Airway: membersihkan jalan napas , posisi kepala miring, mulut dibersihkan dahulu , jika mekoneum kental dilakukan penghisapan mell pipa trakea (ET) Breathing, dilakukan penilaian usaha bernapas Jika ada gangguan napas ïƒ beri rangsangan taktil , oksigenasi Jika tak ada reaksi –VTP Oksigenasi 100%
Sirkulasi: menilai frekwensi denyut jantung bayi Jika frekwensi < 80 perlu dilakukan intervensi: kompresi dada, obat2an Dilakukan pemasangan infus line, oksigenasi tetap diberikan Drug, pemberian obat2an dilakukan jika denyut < 80 kali/menit atau tidak berdenyut Jenis obat2an dan cairan: efinefrin, cairan volume ekspander, Na bikarbonat, nalokson hidroklorid
cara pemberian: vena umbilikalis, vena perifer, trakea Efinefrin, dosis 0,1 – 0,3 ml/kg dalam larutan 1:10.000 dosis ditingkatkan sesuai respon Volume ekspander: WB, albumin salin 5%, NaCl fisiologis, RL ïƒ 10 cc/kg IV Natrium bikarbonat: diberikan pada asfiksia yang lama, dosis 2 mEq/kg IV Nalokson, sebagai antagonis narkotika, dosis 0,1 mg/kg IV atau ET
Prolapsus Tali Pusat Keadaan dimana tali pusat berada sejajar atau dibawah bagian terbawah janin pada keadaan inpartu dan kulit ketuban sudah pecah Penyebab : Tidak tertutupnya pintu atas panggul oleh janin Polihidramnion Kelainan tali pusat
Masalah: Fetal distress atau bayi mati Infeksi intra partum Partus prematurus
Pengelolaan : Diagnosis ditegakkan dengan cepat dg PDV Persalinan segera diakhiri Pemberian tokolitik terbutalin /salbutamol 0,5 mg IV Ibu tidur tredelenberg Ibu dilarang mengedan Dicoba reposisi tali pusat
Jika pembukaan belum lengkap: reposisi/ seksio cesarea Jika pembukaan lengkap dan syarat pervaginam memenuhi: ekstraksi vakum/forceps, ekstraksi bokong/kaki, seksio cesarea
Distosia Bahu Kesulitan melahirkan bahu pada persalinan kala II Predisposisi : bayi besar , DM, deformitas panggul Penanganan : Meminta pertolongan orang lain Pengosongan vesika urinaria , episiotomi yang lebar Dilakukan manuver Mc Robert
Disimpaksi bahu anterior Rotasi bahu Melahirkan bahu posterior Komplikasi: Fetal distress Trauma bayi dan ibu
Ruptura Uteri Adanya robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat terlampauinya daya regang myometrium Penyebab : CPD, partus macet , trauma. Gejala : Perdarahan pervaginam Hilangnya kontraksi Didahului bandl ring dan nyeri perut bawah Syok Bagian janin mudah diraba Perdarahan intraabdominal
Pengelolaan : Lakukan evaluasi ABC Infus line dan resusitasi cairan isotonik Setelah stabil ïƒ laparotomi atau dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih lengkap Dilakukan histerektomi atau reparasi uterus Antibiotika adekuat , serum anti tetanus
Persalinan Macet Adanya ketidakmajuan dalam persalinan dengan his yang adekuat Masalah: Fetal distress Ruptura uteri
Penanganan: Tegakkan diagnosis penyebab Persalinan harus diakhiri Rujuk ke fasilitas yang memadai
TRAUMA SELAMA KEHAMILAN
Benturan langsung pada dinding abdomen yang menyebabkan injuri pada fetus, ruptur uterus atau menyebabkan kelahiran prematur Trauma kehamilan : Mekanisme trauma : Trauma tumpul Trauma penetrasi Keduanya berefek pada fetus
2. Fraktur atau dislokasi skeletal pada ibu dpt menyebabkan memar uterus dan isinya atau menyababkan hemoragi yang dapat mengancam kehidupan fetus 3. Trauma penetrasi yang menyebabkan perforasi uterus dan menyebabkan hemoragi dan anoxia fetus Trauma uteri sering kali terlewatkan pada kehamilan muda atau tidak diketahui adanya tanda-tanda kehamilan --- harus dikaji adanya kehamilan pada wanita usia subur
Perdarahan vagina Laserasi abdomen, kontusio , abrasio Hematom pada abdomen atau punggung Nyeri akut abdomen Syok pada ibu Hilangnya DJJ Tenderness pada uterus atau tanda-tanda melahirkan Tinggi fundus uteri bertambah Tanda dan gejala fokus yang dikaji :
Pengkajian pada wanita hamil yang mengalami trauma agak rumit karena adanya perpindahan visera abdomen: reffered pain tidak selalu benar , peregangan dinding abdomen tidak selalu menunjukkan adanya iritasi peritoneal, distres kardiorespirasi sulit digunakan sebagai indikator perubahan volume cairan , peningkatan volume sirkulasi , kenaikan diafragma,dan peningkatan sensitifitas pusat respirasi terhadap sedikit peningkatan corbondioxida . Nilai laboratorium signifikan juga : faktor pembekuan darah , protein plasma, RBC, Hct dan WBC
Perubahan fisiologis kehamilan : berhubungan dengan trauma Peningkatan vol sirkulasi Peningkatan HR Peningkatan cardiac output Penurunan vascular resistance Penurunan tekanan darah arteri Peningkatan tidal volume Peningkatan konsumsi oksigen Bukan tanda-tanda syok sampai kehilangan vol sirkulasi 30% Penurunan perfusi uteroplasental pada posisi supinasi Kompensasi kronis alkalosis
Perubahan fisiologis kehamilan : berhubungan dengan trauma Penurunan motilitas gastrik Penurunan kompetensi spingter gastroesophageal Penurunan suara bising usus Perlambatan pengosongan lambung , resiko aspirasi
Perubahan fisiologis kehamilan : berhubungan dengan trauma Dilatasi ureter/ uretra Pergeseran bladder Pergeseran visera abdominal Kongesti vena pelvis Pembesaran uterus Peningkatan vaskularitas pelvis Peningkatan statis , resiko infeksi Peningkatan resiko injuri Perubahan kemungkinan injuri , perubhn pola reffered pain Peningkatan resiko hemoragi setelah injuri Peningkatan resiko terkena injuri Potensial kehilangan darah banyak setelah injuri
M en e je men Awal Posisikan ibu hamil dengan memiringkan 30 derajat kekiri atau geser uterus ke kiri secara manual Monitor DJJ Kaji dan pantau perdarahan vagina dan rektal Palpasi adanya iritabilitas uterus, tenderness dan kontraksi Pasang NGT Pasang kateter Bila injuri penetrasi lakukan X ray
RESUSITASI Berdasar pada perubahan fisik dan psikologis ibu sesuai umur kehamilan Pasang ET dengan ukuran lebih kecil dari normal Cegah aspirasi Berikan O2 Posisikan miring Monitor DJJ Siapkan operasi
MEKANISME TRAUMA Benturan langsung pd dinding abdomen yg menyebabkan injuri pada fetus, ruptur uteri atau kelahiran prematur Fraktur atau dislokasi skeletal pd ibu dpt menyebabkan memar uterus dan isisnya atau menyebabkan perdarahan yg dapat mengancam kehidupan fetus Trauma penetrasi yg menyebabkan perforasi uterus dan menyebabkan perdarahan dan anoxia fetus
TANDA DAN GEJALA Perdarahan vagina Laserasi abdomen, kontusio dan abrasio Hematom pd abdomen atau punggung Nyeri pada abdomen Syok pada ibu Hilangnya DJJ Tanda tanda melahirkan Tinggi fundus uteri bertambah
PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA KEHAMILAN DGN TRAUMA Peningkatan nadi Peningkatan cardiac output Penurunan tekanan darah arteri Peningkatan konsumsi oksigen Penurunan motilitas usus
MANAGEMEN AWAL Posisikan ibu hamil dengan memiringkan 30 derajat kekiri secara manual Manitor DJJ Kajio dan pantau perdarahan pervagina dan rektal Palpasi adanya iritabilitas uterus, tenderness dan kontraksi Pasang NGT Pasang kateter Bila injuri penetrasi lakukan X-Ray
RESUSITASI Berdasarkan pada perubahan fisik dan psikologis ibu sesuai umur kehamilan Pasang ET Cegah aspirasi Berikan oksigen Posisikan miring Monitor DJJ Siapkan operasi
INDIKASI OBSTETRI UNTUK DIRUMAH SAKIT PELVIS SEMPIT POSISI JANIN TIDAK TERATUR KEHAMILAN GANDA ANCAMAN KELAHIRAN PREMATUR POST DATE PERDARAHAN DEMAM PADA KEHAMILAN PRIMIPARA DIATAS USIA 35 TAHUN MULTIPARA DIATAS USIA 40 TAHUN KAHALMILAN KELIMA ATAU LEBIH PERSALINAN LEBIH 12 JAM