Kelompok 1. Pengaruh Naungan dan Mulsa untuk Modifikasi Iklim Mikro (1).pdf
maimunm45267380
0 views
24 slides
Oct 01, 2025
Slide 1 of 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
About This Presentation
Pengaruh naungan pada iklim mikro
Size: 19.97 MB
Language: none
Added: Oct 01, 2025
Slides: 24 pages
Slide Content
KELOMPOK 1
Universitas Syiah Kuala
PENGGUNAAN NAUNGAN DAN
MULSA UNTUK MODIFIKASI
IKLIM MIKRO
PENDAHULUAN
Perubahan iklim global dan degradasi lingkungan telah
memberikan dampak yang signifikan terhadap sektor
pertanian, terutama dalam hal kestabilan produksi dan
kualitas hasil panen. Salah satu tantangan terbesar yang
dihadapi dalam kegiatan budidaya tanaman adalah kondisi
iklim mikro di sekitar tanaman yang dapat berpengaruh
langsung terhadap proses fisiologis tanaman, seperti
fotosintesis, transpirasi, dan pertumbuhan akar.
Iklim mikro adalah iklim yang berada di sekitar
permukaan tanah dan tajuk tanaman, merupakan hasil
interaksi antara kondisi iklim makro dan karakteristik lokal
seperti topografi, vegetasi, kelembapan tanah, dan
penggunaan teknik budidaya tertentu.
PENDAHULUAN
Pengelolaan iklim mikro menjadi penting dalam usaha
meningkatkan efisiensi pertanian, terutama di daerah-
daerah yang rentan terhadap stres abiotik seperti
kekeringan, suhu ekstrem, dan fluktuasi kelembaban.
Salah satu teknik yang terbukti efektif dalam
memodifikasi iklim mikro adalah dengan menerapkan
penggunaan naungan dan mulsa. Kedua teknik ini
telah banyak digunakan dalam sistem pertanian
terpadu sebagai strategi adaptasi terhadap kondisi
lingkungan yang tidak menentu.
PENDAHULUAN
Naungan dapat berasal dari struktur buatan seperti
paranet atau dari tanaman pelindung seperti pohon
penaung, berfungsi untuk mengurangi radiasi
matahari langsung yang mencapai permukaan tanah
dan tajuk tanaman.
Mulsa berperan penting dalam menjaga kestabilan
fisik dan kimia tanah. Mulsa organik seperti jerami,
daun kering, dan serbuk gergaji, maupun mulsa
anorganik seperti plastik hitam perak, mampu
mengurangi kehilangan air dari tanah akibat
evaporasi, menghambat pertumbuhan gulma, serta
memperbaiki struktur tanah dalam jangka panjang.
Jenis - Jenis Naungan
Naungan adalah upaya untuk menghalangi atau mengurangi intensitas sinar matahari
yang diterima oleh tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang lebih sesuai untuk
pertumbuhan tanaman. Tanaman dapat terlindungi dari paparan langsung sinar matahari,
biasanya disebabkan oleh objek seperti pohon, bangunan, paranet,
Naungan Alami
Naungan alami berasal dari elemen alam
seperti pohon pelindung yang memberikan
perlindungan terhadap tanaman di
bawahnya. Naungan alami membantu
mengurangi fluktuasi suhu, mendinginkan
udara pada siang hari, menjaga kelembaban
tanah, dan mengatur siklus air melalui proses
evaporasi di mana pohon penaung seperti
lamtoro, dadap, atau gamal memberikan
perlindungan alam
Jaring peneduh yang terbuat dari anyaman plastik
seperti polietilen dengan berbagai tingkat
kerapatan, biasanya antara 40% hingga 90%, yang
berfungsi mengurangi intensitas cahaya matahari
yang diterima tanaman
Naungan buatan merupakan naungan yang biasanya
terbuat dari bahan plastik dan dikenal dengan nama
paranet. fungsinya sebagai menahan intensitas
matahari yang tidak terlalu tinggi pada tanaman
Naungan Buatan
Paranet (Shade Net)
Jenis - Jenis Mulsa
Mulsa merupakan bahan organik dan anorganik yang dihamparkan pada permukaan tanah guna
menutup tanah di sekitar tanaman, menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan
tanaman, serta untuk mengatur kondisi lingkungan di sekitar tanaman, termasuk suhu, kelembaban,
dan cahaya.
Mulsa Anorganik Mulsa Organik
mulsa terbuat dari bahan alami
yang mudah terurai yang dapat
memperbaiki stuktur tanah
Menstabilkan suhu
(+) Saat terdekomposisi, mulsa
organik menyumbangkan bahan
organik dan nutrisi ke dalam
tanah, sehingga meningkatkan
kesuburan
Menimbulkan cendawan pada
kondisi kelembaban tinggi
mulsa terbuat dari bahan sintesis
yang sukar terurai
Dapat menaikkan atau menurunkan
suhu tanah tergantung
warna/plastik
(+) Efektif menghambat
pertumbuhan gulma dengan
membentuk lapisan dan
meningkatkan suhu tanah
(-) Mulsa Anorganik menghambat
pertukaran udara tanah dan tidak
memberikan unsur hara.
Mulsa Organik
Mulsa Anorganik
Mulsa Plastik Hitam Perak
Permukaan bawah : warna hitam bersifat menahan pelepasan
suhu tanah dikarenakan evaporasi.
Permukaan atas: plastik hitam perak bersifat dapat memantulkan
cahaya, sehingga suhu di bawah tajuk tanaman meningkat
Mulsa Jerami Padi
Mulsa jerami menahan panas saat siang
dan mengurangi kehilangan panas saat
malam, meningkatkan kelembaban
mengurangi fluktuasi suhu harian,
meningkatkan aerasi dan drainase,
menjaga kelembaban tanah
Mulsa Sekam Padi
Mulsa Plastik
mulsa plastik adalah lapisan tipis dari bahan plastik
yang menutupi tanah. mulsa plastik yang digunakan
adalah mulsa plastik hitam, mulsa transparan, mulsa
perak
Peran kebijakan lingkungan
dalam mengurangi emisi gas
rumah kaca
Manfaat Naungan dalam
Budidaya Tanaman
Pengatur Intensitas Cahaya
Meningkatkan Kelembaban Udara dan
Tanah
Mengurangi Risiko Kerusakan Akibat Hujan dan
Angin
Mencegah Erosi dan Menyuburkan Tanah
Meningkatkan Ketersediaan Air Tanah
Menambah Pendapatan Sampingan
Peran kebijakan lingkungan
dalam mengurangi emisi gas
rumah kaca
Manfaat Mulsa dalam
Budidaya Tanaman
Menekan Pertumbuhan Gulma
Menjaga Kelembaban Tanah
Mencegah Erosi Tanah & Meningkatkan Bahan
Organik
Melindungi Tanaman dari Serangan Hama dan
Penyakit
Menghemat Penggunaan Air
Dapat Memperbaiki Sifat Tanah
Menghemat Biaya dan Tenaga dalam Melakukan
Budidaya Tanaman
1
2
Pengaruh Penggunaan
Naungan Terhadap Iklim Mikro
Menurunkan Suhu Udara
dan Tanah
Naungan mampu meredam suhu
maksimum dan minimum di
sekitar tanaman, sehingga
tanaman tidak mengalami stres
akibat suhu ekstrem, terutama
saat musim kemarau atau di
daerahpanas
Meningkatkan Kelembaban
Udara dan Tanah
Penggunaan naungan secara nyata memodifikasi iklim mikro
di sekitar tanaman, menciptakan lingkungan yang lebih stabil
dan kondusif untuk pertumbuhan tanaman.
Kelembaban udara di bawah
naungan cenderung lebih tinggi
karena penguapan air dari tanah
berkurang
3
4
Pengaruh Penggunaan
Naungan Terhadap Iklim Mikro
Mengurangi Kecepatan
Angin
Naungan berperan sebagai
pemecah angin, sehingga
kecepatan angin di bawah
naungan lebih rendah sehingga
melindungi tanaman dari
kerusakan fisik dan mengurangi
penguapan air dari permukaan
tanah.
Mengatur Intensitas Cahaya
Naungan mengurangi
intensitas cahaya yang masuk
sehingga tanaman tidak
mengalami kelebihan cahaya
yang bisa menyebabkan stres
atau kerusakan jaringan daun.
5
Pengaruh Penggunaan
Naungan Terhadap Iklim Mikro
Menciptakan
Lingkungan Mikro yang
Stabil
Naungan membuat fluktuasi
suhu dan kelembapan
harian menjadi lebih kecil,
sehingga lingkungan mikro
di bawah naungan lebih
stabil dan mendukung
pertumbuhan tanaman
secara optimal.
Pengaruh penggunaan Mulsa Terhadap Iklim
Mikro
Mulsa menjaga kelembapan
tanah tetap tinggi karena
mengurangi laju penguapan
air dari permukaan tanah. Hal
ini menjaga ketersediaan air
bagi tanaman lebih lama dan
mengurangi kebutuhan
penyiraman.
Meningkatkan
Kelembapan Tanah
Mencairnya es di kutub dan
dampaknya terhadap
habitat
Pengaruh Penggunaan Mulsa Terhadap Iklim Mikro
Penurunan suhu dan
udara
Penggunaan mulsa dapat
menurunkan suhu tanah dan
udara di sekitar tanaman. Sebagai
contoh, penelitian menunjukkan
bahwa penggunaan mulsa jerami
padi dapat menurunkan suhu
tanah menjadi 26,35°C, lebih
rendah dibandingkan dengan
tanpa mulsa yang mencapai
29,92°C.
Pada malam hari, mulsa
menahan panas yang
tersimpan di tanah sehingga
suhu tanah tidak turun terlalu
drastis. Efek ini sangat penting
untuk pertumbuhan akar dan
aktivitas mikroorganisme
tanah.
Menstabilkan Suhu Tanah
Meningkatkan
Kelembapan Udara di
Sekitar Tanaman
Pengaruh Penggunaan Mulsa
Terhadap Iklim Mikro
Mengurangi Fluktuasi
Iklim Mikro
Dengan menjaga kelembapan
tanah, mulsa juga
berkontribusi meningkatkan
kelembapan udara di sekitar
tanaman, sehingga lingkungan
mikro menjadi lebih kondusif
untuk pertumbuhan tanaman
Mulsa mengurangi perubahan
suhu dan kelembapan yang
ekstrem di sekitar tanaman,
sehingga tanaman tidak
mengalami stres akibat
perubahan iklim mikro yang
tiba-tiba
Tantangan dalam Pengaplikasikan Mulsa
dalam Pertanian
Masalah Lingkungan
(Pencemaran Plastik)
Penggunaan mulsa plastik
menimbulkan masalah
serius karena plastik sulit
terurai dan membutuhkan
waktu ratusan tahun untuk
terurai. Selain itu, daur
ulang mulsa plastik juga
sulit karena kontaminasi
oleh tanah dan sisa
tanaman.
.
Biaya awal pembelian mulsa
plastik bisa cukup tinggi,
terutama bagi petani kecil.
Keterbatasan Mulsa
Organik
Mulsa organik dapat
membuat tanah terlalu
lembap, terutama pada
tanah dengan drainase
buruk, dan membatasi
oksigen di zona akar. Selain
itu, mulsa organik bisa
menjadi tempat berkembang
biaknya hama dan serangga,
serta mengandung benih
gulma.
.
Pemasangan yang Tidak
Tepat
Pemasangan mulsa yang
tidak tepat, seperti membuat
rongga udara yang terlalu
lebar di bawah plastik, dapat
menyebabkan tanaman mati
karena kepanasan.
Efisiensi Biaya
Tantangan dalam Pengaplikasikan
Naungan dalam Pertanian
Penanaman tanaman
naungan yang terlalu rapat
dapat menyebabkan
persaingan sumber daya,
seperti unsur hara, air, dan
cahaya matahari, dengan
tanaman pokok, yang dapat
mengganggu pertumbuhan
dan produktivitas tanaman
utama.
.
Persaingan Sumberdaya
Alam
Biaya Implementasi
Biaya awal untuk
menyiapkan naungan,
seperti penanaman
tanaman naungan,
pembuatan struktur
naungan dan perawatan
awal, bisa menjadi kendala
bagi petani, terutama petani
kecil dengan modal
terbatas.
.
Pertumbuhan Tanaman
Terhambat
Naungan menyebabkan
tanaman tumbuh lebih
tinggi dan kurus, tetapi
perkembangan daun dan
jumlah cabang menurun,
sehingga mengurangi hasil
panen. Proses fotosintesis
juga terganggu karena
cahaya terbatas.
.
Studi Kasus
KAJIAN PENGGUNAAN NAUNGAN DAN MULSA
TERHADAP IKLIM MIKRO PADA TANAMAN TOMAT
(Lycopersicum esculentum Mill.) Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian naungan dan pemberian mulsa terhadap
iklim mikro pada tanaman tomat. Penelitian ini menggunkan metode Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan perlakuan naungan dan mulsa yang terdiridari 6 taraf perlakuan yaitu naungan tanpa
mulsa (NTM), naungan mulsa plastik (NMP), naungan mulsa jerami (NMJ) tanpa naungan tanpa mulsa
(TNTM), tanpa naungan mulsa plastik (TNMP), tanpanaunganmulsajerami (TNMJ). Setiapperlakuan di
ulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 18 unit percobaan. Parameter yang diamati dalam
penelitian ini adalah parameter tanaman yang meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, umur
berbunga, jumlah buah tanaman dan berat buah tanaman. Pengamatan iklim mikro meliputi
pengukuran lengas tanah, suhu tanah, suhu dan kelembaban di sekitar, kecepatan angin dan sekapan
cahaya. Sifat fisik dan kimia tanah yang diamati meliputi tekstur tanah, berat volume, berat jenis, pH
tanah, K tersedia, porositas, bahan organik, N total, kapasitas lapang dan titik layu. Hasil penelitian
menunjukan bahwa dengan penggunaan naungan dan mulsa berpengaruh terhadap kandungan
lengas tanah. Naungan juga dapat menurunkan suhu udara dan dapat meningkatkan kelembaban.
Pada suhu tanah penggunaan naungan sangat berpengaruh karena dapat menurunkan suhu tanah,
sedangkan penggunaan mulsa juga berpengaruh karena dapat mengurangi radiasi yang diterima dan
diserap oleh tanah sehingga dapat menurunkan suhu tanah. Naungan berpengaruh pada kecepatan
angin dan sekapan cahaya, dimana kecepatan angin dan sekapan cahaya yang berada di tempat
ternaungi lebih rendah dibandingkan di tempat yang tidak ternaungi. Data pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat dianalisis menggunakan sidik ragam dan diuji lanjut menggunakan uji lanjut
BNT taraf 5%. Penggunaan naungan dan mulsa berpengaruh sangat nyata terhadap variabel
pengamatan tinggi tanaman pada umur 52 hst, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap variabel pengamatan jumlah cabang, umur berbunga, jumlah buah dan berat buah pada
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Mulsa yang terbaik untuk pertumbuhan dan
produksi tanaman tomat adalah mulsa jerami padi karena tergolong mulsa organik yang dapat
terdegradasi menjadi bahan organik tanah.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun petani Kelurahan Muli Distrik Merauke bulan Agustus – Oktober 2019. Analisis tanah dilakukan di
Laboratorium Tanah, Tanaman, Pupuk, dan Air BPTP Yogyakarta.
Alat
Oven listrik, cawan, loyang, timbangan digital KOBE SF-400, penjepit, cangkul, parang, meteran, thermo hygro Krisbow KW06-797, sekop, paranet
hitam 50%, tali rafia, kayu, thermometer tanah Krisbow KW06-278, luxmeter digital dan anemometer Dekko FM-7905C, papan kayu setinggi 10
cm.
Bahan
Bibit tomat cap bunga matahari, jerami padi, mulsa plastik hitam perak, pupuk kandang dan air.
Prosedur Penelitian
1. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan perlakuan utama yaitu penggunaan naungan (naungan dan tanpa naungan) sedangkan sub perlakuan
dari perlakuan utama adalah dengan penggunaan mulsa (mulsa jerami, mulsa plastik, tanpa mulsa).
Model linear untuk Rancangan Acak Kelompok dengan t yaitu
perlakuan dan r yaitu kelompok secara umum dapat ditulis
sebagai berikut (Gaspersz, 2006).
Yij = µ+Ti+ Bj+ ϵij
Yij = Percobaan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rata-rata
Ti = Pengaruh aditif perlakuan ke-i
βj = Pengaruh aditif kelompok ke-j
ϵij = Pengaruh galat pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
Perlakuan dalam penelitian ini dapat
dijabarkan sebagai berikut :
TNTM = tanpa naungan tanpan mulsa
TNMP = tanpa naungan mulsa plastik
TNMJ = tanpa naungan mulsa jerami
NTM = naungan tanpa mulsa
NMP = naungan mulsan plastik
NMJ = naungan mulsa jerami
Parameter Yang Diamatiterdiri dari pengukuran lengas tanah,
pengukuran suhu udara disekitar,
pengukuran suhu tanah, pengukuran
kelembaban udara, pengukuran
kecepatan angin, pengukuran sekapan
cahaya. Pengukuran suhu dan
kelembaban diamati yaitu pada pukul
08.00 WIT (pagi), 14.00 WIT (siang),
dan 17.00 WIT (sore). Pengukuran
lengas tanah diamati setiap 3 hari
sekali pada pagi hari. Pengukuran
kecepatan angin dan sekapan cahaya
bersamaan dengan pengukuran suhu
dan kelembaban
1. Pengamatan iklim
mikro
2. Tekstur tanah
(pasir, debu, lempung),
berat volume (gram/cm3 ,
berat jenis n (gram/cm3 ).
Porositas (%), bahan
Organik (%), permeabilitas
(gram/cm3 ), N total (H2O),
kapasitas lapang( %) pF 2,54
atm, titik layu (%) pF 4,2
atm.
3. Parameter Tanaman
a) Pertumbuhan Tanaman
Tinggi Tanaman, Jumlah
Cabang, Umur Berbunga
b) ProduksiTanaman
Jumlah Buah, Berat Buah
Per Tanaman
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Tanah di Lokasi Penelitian
Hasil analisis sifat fisik dan kimia tanah pasiran dilahan perkebunan di Kelurahan Muli,
Kabupaten Merauke dalam kondisi tanah asli yang dianalisis di laboratorium Penguji Balai
Pengkajian Teknologi Pertaniann Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis tanah, tekstur tanah dilokasi
penelitian mempunyai kandungan pasir 71%, debu 16%
dan liat 13%. Dari data tersebut berdasarkan segitiga
tekstur tanah masuk pada kelas teksur tanah lempung
berpasir (sandy loam). Tanah di lokasi penelitian
mempunyai kandungan pH sebesar 7,01 maka pH tanah
tersebut bersifat netral. Kandungan C-organik sebesar
1,99% (rendah). Kandungan N-total sebesar 0,23% (sedang).
Kandungan K tersedia sebasar 90 ppm (sangat rendah).
Kandungan P2O5 sebesar 203 ppm (sangat tinggi).
Kandungan BV sebesar 1,1 dan BJ sebesar 2,64 serta
kapasitas lapang sebesar 12,63%, nilai tersebut termasuk
rendah karenan nilai pada tekstur pasiran yang cukup
tinggi sebesar 71 % dan memiliki ruang pori 58,33% (tinggi)
serta titik layu permanen sebesar 7,4%. Tinggi yaruang
poriini dapat dipengaruhi oleh beberapaf aktor, salah
satunya teksur tanah. Dimana dalam tekstur tanah
mengandung pasiran sebesar 71 % yang menyebabkan
ruang pori tanah menjadi tinggi. Kandungan pasir yang
tinggi memudahkan tanah dalam meloloskan air maka
tanah tersebut memiliki porositas yang tinggi.
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis Pengaruh Naungan Terhadap Suhu Lingkungan
Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa perlakuan tanpa naungan dan perlakuan naungan
menunjukan hasil yang berbeda, dimana perlakuan tanpa naungan memiliki rata-rata
suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dengan naungan. Pada perlakuan
tanpa naungan suhu lingkunganya yaitu 28,3°C, sedangkan pada perlakuan dengan
naungan suhu lingkunganya yaitu 27,5°C. Akibat adanya naungan tersebut, suhu udara
tidak dapat secara maksimal ditingkatkan oleh energi matahari. Pada tempat yang tidak
ternaungi, energi radiasi matahari yang sampai ke bumi tidak terhalang oleh apapun,
sehingga suhu udara disekitar tempat tersebut lebih tinggi dibandingkan pada tempat
yang ternaungi
2. Analisis Pengaruh Naungan Terhadap Kelembaban
Berdasarkan pada Gambar 2 menunjukan adanya perbedaan antara perlakuan dengan
tanpa naungan dan perlakuan dengan naungan dimana pada perlakuan dengan naungan
mempunyai kelembaban yang lebih tinggi yaitu 85% dibandingkan dengan perlakuan
tanpa naungan yaitu 81,8%. Naungan dapat mengurangi intensitas cahaya yang masuk
pada permukaan tanah. Dengan adanya penghalang yang berupa naungan maka suhu
udara di tempat yang ternaungi lebih rendah sehingga kelembabanya naik. Hal ini
menunjukan bahwa hasil dari penelitian 0 5 10 15 20 25 30 Tanpa Naungan Naungan 28.3
27.5 Suhu Lingkungan (°C) Perlakuan MAEF-J Vol. 2, No. 2, April 2020 68 ini sesuai dengan
pernyataan Yulianti dkk. (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan naungan dapat
menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah penggunaan naungan sebagai metode modifikasi iklim mikro yang memiliki
dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Naungan, baik alami maupun buatan, berfungsi
untuk mengatur intensitas cahaya, menurunkan suhu udara dan tanah, serta meningkatkan kelembaban di sekitar
tanaman. Dengan mengurangi paparan langsung sinar matahari, naungan membantu menciptakan kondisi yang lebih
optimal bagi tanaman, terutama di daerah dengan iklim ekstrem.
Iklim mikro pada daerah yang ternaungi memiliki kadarnlengas tanah, suhu udara, kecepatan angin dan intensitas
cahaya yang lebih rendah serta kelembaban udaran yang lebih tinggi, sedangkan pada daerah yang tidak ternaungi
memiliki kadar lengas tanah, suhu udara , suhu tanah, kecepatan angin dan intensitas cahaya yang lebih tinggi serta
kelembaban udara yang lebih rendah. Penggunaan naungan dan mulsa tidak memberikan pengaruh yang nyata
terhadap variabel pengamatan tinggi tanaman tomat pada umur 14 hst dan 28 hst, tetapi memberikan pengaruh yang
nyata pada tinggi tanaman tomat pada umur 52 hst. Penggunaan naungan dan mulsa tidak memberikan pengaruh yang
nyata pada pengamatan umur berbunga tanaman, jumlah cabang tanaman, jumlah buah tanaman dan berat
buahntanaman. Penggunaan mulsa jerami sangat baik untuk produksi tanaman karena selain merupakan bahan
organik yang dapat meningkatkan kandungan bahan organic tanah, penggunaan mulsa jerami dapat menghemat biaya
produksi.