Kelompok 11_Laprak Acara Praktikum Konsultasi dan konseling gizi1.pdf

ressejr2222 15 views 29 slides May 02, 2025
Slide 1
Slide 1 of 29
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29

About This Presentation

acara kkg


Slide Content

LAPORAN PRAKTIKUM
KONSULTASI DAN KONSELING GIZI
“PEMBUATAN PERENCANAAN KONSULTASI GIZI”











Disusun oleh:
Putri Wilma Safila Anatashsia (2320404008)
Rahma Alifia Nadhifatu Zahrah (2320404012)
Ardihan Abrar (2320404027)




PROGRAM STUDI GIZI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR
MAGELANG
2025

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan sebagai proses
komunikasi dua arah untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian,
sikap, serta perilaku guna membantu klien atau pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizi melalui pengaturan makanan dan minuman.
Konseling gizi dilakukan oleh ahli gizi atau nutrisionis atau dietisien. Dalam
prosesnya, klien atau orang yang membutuhkan pertolongan akan bertatap
muka dan berbicara sedemikian rupa dengan konselor atau orang yang
memberikan bantuan atau dukungan sehingga klien mampu untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurut Az-zahra dan Kurniasari
(2022), Konseling gizi adalah suatu bentuk pendekatan yang digunakan
dalam asuhan gizi untuk menolong individu dan keluarga memperoleh
pengertian yang lebih baik tentang dirinya serta permasalahan yang
dihadapi. Setelah dilakukan proses konseling gizi, diharapkan individu dan
keluarga mampu mengambil langkah yang tepat untuk mengatasi masalah
gizi yang dialami termasuk perubahan pola makan serta memecahkan
masalah terkait gizi ke arah yang sehat.
Konsultasi gizi dibutuhkan karena beberapa alasan yaitu adanya
permasalahan kesehatan yang disebebkan oleh asupan zat gizi (kekurangan
dan kelebihan zat gizi tertentu), pemilihan makanan yang kurang tepat,
informasi yang didapatkan kurang tepat, dan ketidakpedulian
(lackofawareness) dan kebingungan masyarakat yang tinggi terkait gizi dan
makanan. Sebagai contoh, hasil Riskesdas (2013) menyebutkan bahwa
penyakit degeneratif dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang
berisiko, yaitu kebiasaan mengonsumsi makanan/minuman manis, asin,
berlemak, dibakar/panggang, diawetkan, berkafein, dan berpenyedap.
Konsultasi gizi dapat berperan dalam mengubah perilaku terkait konsumsi
makanan berisiko tersebut dan menurunkan angka prevalensi penyakit
degeneratif. Pengetahuan tersebut dapat dipengaruhi oleh pendidikan gizi
yang diberikan.

2

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum acara 1 pembuatan perencanaan konsultasi gizi antara
lain:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian gizi berdasarkan kasus
dengan tepat.
2. Mahasiswa mampu melakukan diagnosis gizi berdasarkan kasus
dengan tepat.
3. Mahasiswa mampu membuat perencanaan konsultasi gizi dengan
tepat.
4. Mahasiswa mampu membuat perencanaan strategi perubahan
perilaku dengan tepat.
5. Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindak lanjut dengan
tepat.

3

BAB 2
METODE
2.1 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain:
1. Laptop/ Komputer
2. Alat tulis

2.2 Prosedur Kerja
1. Mahasiswa mempelajari kasus yang didapatkan (kasus 2/kasus remaja)
2. Mahasiswa menyiapkan format perencanaan konsultasi gizi.
3. Mahasiswa membuat perencanaan konsultasi gizi sesuai format.
4. Mahasiswa membuat media berupa leaflet dilengkapi dengan DBMP sesuai
dengan kasus.

4

BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Kasus Remaja
Nn. Y seorang siswi kelas 2 SMA berumur 16 tahun dengan tinggi badan
158 cm, berat badan 55 kg, dan LILA 25,5 cm. Di sekolah, dia aktif mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler basket dan modern dance. Nn. Y selalu sarapan pagi tetapi
jarang makan siang karena sudah merasa kenyang setelah mengkonsumsi makanan
jajanan seperti gorengan, mie instan, bakso, dan minuman boba yang dijual di
kantin sekolah.
Di rumah, ibunda Nn. Y yang memasak sendiri menu sehari-hari seperti sayur asem,
capcay, tahu, tempe, telur, namun jarang menyajikan ikan segar dan daging sapi,
untuk buah biasanya tersedia jeruk dan semangka. Hasil FFQ menunjukkan asupan
energi 1825 kkal, Protein 52.5 g, lemak 26.8 g, dan karbohidrat 325 g. Nn. Sarah
memiliki riwayat penyakit gastritis dan demam berdarah, dan saat ini masih sering
mengalami sakit perut dan pusing ketika kecapekan. Pemeriksaan kesehatan
terakhir dua minggu yang lalu menunjukkan kadar hemoglobin 10,2 g/dl.
Tabel 1. Formulir konseling gizi
FORMULIR KONSELING GIZI

Nama : Nn. Y
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Pekerjaan : Pelajar

27 Februari 2025
Assessment/Reassessment Keterangan
ANTROPOMETRI
BB: 55 kg
TB: 158 cm
IMT: 22,03
LLA: 25,5 cm
AD-1.1.2 (Berat
Badan)
AD-1.1.1 (Tinggi
Badan)
AD-1.1.5 (Massa
Indeks Tubuh)

5

AD-1.1.3 (Lingkar
Lengan Atas)
BIOKIMIA
Kadar Hemoglobin (Hb) 10,2
mg/dl (N= 12-15 g/dl)
BD 1.10.1 HB ↓
FISIK-KLINIS
Fisik :
Pusing (+)
Sakit perut (+)

PD-1.1.5.4 Nyeri
perut

PD-1.1.16.12
Pusing
RIWAYAT GIZI
Riwayat gizi dahulu:
Frekuensi makan 2x sehari,
menyukai makanan berminyak,
ketersediaan buah terbatas hanya
semangka dan jeruk, jarang
konsumsi sayur untuk jenis sayur
yang dikonsumsi seperti sayur
asem dan capcay. Ketersediaan
p[ada jenis makanan protein dan
lem ak terbatas, seperti jarang
mengonsumsi ikan segar dan
daging sapi. Protein didapat dari
telur, tempe, dan tahu. Klien
sering mengonsumsi jajanan
tinggi minyak dan gula seperti
minuman boba, gorengan, mie
instan, dan bakso.
Riwayat gizi sekarang: Hasil FFQ
Energi = 1825 kkal (50%)
Protein = 52,5 gram (45%)
Lemak = 26,8 gram (25%)

FH 1.2.1.1 jumlah
makanan
FH 1.2.1.5 variasi
makanan
FH-1.4.1.2
Frekuensi makan
FH-1.5.1 Asupan
Lemak
FH-1.2.2.2 Tipe
Makanan

6

Karbohidrat = 325 gram (61%)
Alergi = -
Olahraga = Basket dan modern
dance

RIWAYAT
PERSONAL

RIWAYAT PENYAKIT
DAHULU : gasritis dan demam
berdarah
RIWAYAT PENYAKIT
KELUARGA : -

RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG : gasritis
CH-1.2.1.5
Gastrointestinal

CH-1.2
Pasien/klien/dokter
keluarga/sejarah
kesehatan

Diagnosis
NI. 2.1. Asupan Oral Inadekuat
Problem Etiologi Symptoms
Asupan oral
inadekuat.
Penerimaan makanan yang
terbatas akibat masalah
perilaku (tidak maakan
siang karena konsumsi
Perkiraan asupan energi yang
tidak mencukupi yang tergolong
defisit sedang dan ketergantungan
kurang optimal pada kelompok

7

makanan jajanan). makanan.
Ketidakcukupan asupan oral berkaitan dengan penerimaan makanan yang
terbatas akibat masalah perilaku ditandai dengan tidak tercukupinya asupan
energi sehingga tergolong defisit sedang. Berdasarkan kebutuhan zat gizi Ny
N. yakni energi yang dibutuhkan 1825 kkal, karbohidrat 325 gr, protein 52,5
gr dan lemak sebesar 26,8 gr. Sementara itu, hasil food recall yang dilakukan
menunjukkan bahwa Ny. N mengalami defisiensi protein dan energi.

NI-5.11.1 Prediksi asupan gizi yang tidak optimal (protein)
Problem Etiologi Symptoms
Asupan protein tidak
optimal
Asupan protein tergolong
defisit berat
Kadar Hb 10,2
mg/dl
Kecukupan protein yang tidak optimal berkaitan dengan defisit berat asupan
protein dan ditandai dengan kadar Hb 10,2 mg/dl

NB. 1.1 Kurang pengetahuan tentang makanan dan gizi
Problem Etiologi Symptoms
Kurang pengetahuan
Kurangnya edukasi
sebelumnya
Jajan sembarangan
Kurang pengetahuan terkait pola makan dan nonitoring diri berkaitan dengan
kurangnya edukasi sebelumnya dan ditandai dengan jajan sembarangan.


Intervensi
1. Perencanaan Intervensi
a. Tujuan Umum
• Mempertahankan status gizi agar tetap optimal
b. Tujuan Diet

8

• Meningkatkan asupan oral adekuat.
• Mencukupi kebutuhan energi, karbohidrat, protein, lemak, dan Fe
harian
• Memberikan makanan yang mudah dicerna.
• Meningkatkan pengetahuan dengan perubahan perilaku terkait pola
makan.

c. Preskripsi Diet
a) FFQ
E= 1825 kkal
Kh= 325 gr
P= 52,5 gr
L= 26,8 gr
b) IMT
IMT= BB(kg) : (TB(m))
IMT= 55 : (1,58)
IMT= 22,03 -> normal
c) BBI
BBI= (TB(cm) - 100) - 10% (TB(cm) - 100)
BBI= (158 - 100) - 10% (158 - 100)
BBI= 58 - 5,8
BBI= 52,2 kg

d) Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
➢ BMR
BMR= 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)
BMR= 655 + (9,6 x 55) + (1,8 x 158) - (4,7 x 16)
BMR= 655 + 528 + 284,4 - 75,2
BMR= 1.392,2 kkal
➢ TEE
TEE= BMR x FA x FS
TEE= 1.392,2 x 1,4 x 1.1

9

TEE= 2.144 kkal
➢ Energi
E= 2.144 kkal
➢ Karbohidrat (60%)
Kh=60% × 2.144
Kh= 1.286,4 kkal -> 321,6 gram
➢ Protein (15%)
P= 15% × 2.144
P= 321,6 kkal -> 80,4 gram
➢ Lemak (25%)
L= 25% x 2.144
L= 536 kkal -> 59,6 gram
d. Syarat Diet
• Pemenuhan energi sesuai kebutuhan sebesar 2.144 kkal
• Protein 80,4 gram (15%)
• Lemak 59,6 gram (25%)
• Karbohidrat 321,6 gram (60%)
• Fe 15mg
• Makanan diberikan dengan porsi kecil dan sering serta mudah
dicerna
• Tidak mengandung makanan yang bergas, berbau tajam, dan
menggunakan bumbu tajam
• Jenis diet: Diet Lambung
• Porsi: Porsi Kecil
• Frekuensi: Sering (3 makan pokok, 3 makan selingan)
• Bentuk makanan: Biasa
• Cara pemberian: Oral

e. Pembahasan Preskripsi Diet:
Diet penyakit lambung dilakukan karena klien mengalami nyeri lambung dan
masih dalam masa pertumbuhan. Diet yang diberikan dilakukan untuk mengatasi
rasa nyeri pada perut makanan yang diberikan tidak mengandung gas, berbau

10

tajam, dan mudah dicerna. Selain itu, porsi yang diberikan dalam jumlah kecil
namun frekuensi sering. Asupan energi, karbohidrat, protein, lemak, dana Fe
perlu ditingkatkan sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi harian.

Monitoring dan Evaluasi

a. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Tabel 2. Monev klien
Yang Diukur Pengukuran Evaluasi/target
Anamnesis - - -
Antropometri BB 3 hari sekali Menjaga status gizi
tetap normal
Biokimia Hb 1 minggu
sekali
HB >12-15 g/dl
Klinik Nyeri perut dan lemas Setiap hari Nyeri menghilang
Asupan Zat
Gizi
Energi, protein,
lemak, karbohidrat,
dam Fe
Setiap hari Minimal 85%
Kebutuhan

b. Konseling/Edukasi:
• E-1 Materi
Pemberian materi kepada klien yang dikemas dalam bentuk diskusi.
Materi yang disampaikan mengenai permasalahan gizi yang dialami
klien. Materi yang bisa disampaikan yakni mengenai jajanan sehat dan
pola makan sehat. Media penyampaian materi dalam bentuk leaflet.
• E-2 Aplikasi
1. Interpretasi hasil
Ikut pelatihan yang menjelaskan preskripsi gizi seperti distribusi
protein sepanjang hari berdasarkan hasil monitoring darah, nadi
selama aktifitas fisik.
2. Pengembangan keterampilan klien

11

Keterampilan klien dalam memilih jajanan yang sehat,
mengembangkan kesadaran akan hidup sehat, serta keterampilan
dalam memilih jenis makanan yang sesuai kondisi klien.

3.2 Pembahasan
Satuan acara kerja dalam gizi bisa berupa penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi
adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku
masyarakat dalam mengonsumsi makanan. Tujuan dalam penyuluhan gizi
yakni memberikan pemahaman terkait gizi serta meningkatkan kesadaran dala
hidup sehat. SAK memiliki prinsip diantaranya, kegiatan berjalan lancar,
adanya interaksi antar penyuluh dan sasaran, kehadiran sasaran 100%, dan
Sasaran memahami materi yang disampaikan penyuluh. Adanya SAK
khususnya pada klien Ny. N yang masih berusia remaja diharapkan terdapat
pendekatan serta penyuluhan yang tepat, terukur, dan efektif dalam mencapai
perubahan sikap dan tindakan dalam hal ini berkaitan dengan pola hidup sehat
klien. Tidak hanya melalui SAK tetapi juga perlu metode yang memperkuat
konseling, metode tersebut yakni Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT).
Sebelum diterapkannya PAGT, proses asuhan gizi dilakukan beragam
berdasarkan pedoman asuhan gizi sehingga hasil asuhan gizi menjadi beragam
dan efektifitasnya jelas (Harisatuljannah et al., 2023).
Perencanaan konsultasi gizi untuk kasus remaja Nn. Y dilakukan secara
sistematis mulai dari tahap asesmen, diagnosis, intervensi, hingga monitoring
dan evaluasi guna memastikan perbaikan status gizi serta perubahan pola
makan yang lebih sehat. Pada tahap asesmen, dilakukan pengukuran
antropometri, biokimia, fisik-klinis, dan riwayat gizi. Hasil pengukuran
menunjukkan bahwa IMT Nn. Y adalah 22,03, yang tergolong normal, tetapi
kadar hemoglobin (Hb) hanya 10,2 g/dl, yang berada di bawah nilai normal
(12–15 g/dl) dan mengindikasikan anemia defisiensi zat besi. Riwayat
konsumsi makanan menunjukkan bahwa Nn. Y sering mengonsumsi makanan
tinggi lemak dan gula seperti gorengan, mie instan, bakso, dan minuman boba,
serta jarang mengonsumsi protein hewani. Hasil Food Frequency
Questionnaire (FFQ) menunjukkan bahwa asupan energi harian hanya 1825

12

kkal, protein 52,5 gram, lemak 26,8 gram, dan karbohidrat 325 gram.
Berdadarkan Kemenkes tentang Angka Kecukupam Gizi yang Dianjurkan
(2019), asupan tersebut belum mencukupi kebutuhan optimal berdasarkan
kelompok umur. Pola makan seperti ini dapat meningkatkan risiko defisiensi
zat besi yang berujung pada anemia, sebagaimana dikemukakan oleh Aspihani
et al. (2023), yang menyatakan bahwa remaja perempuan lebih rentan
mengalami anemia akibat pola makan yang tidak seimbang dan rendah zat besi.
Berdasarkan hasil asesmen tersebut, ditegakkan beberapa diagnosis gizi
yang relevan, yaitu NI.2.1 – Asupan Oral Inadekuat, yang berhubungan dengan
kebiasaan tidak makan siang dan dominasi makanan jajanan yang rendah
kandungan gizinya, diagnosis NI-5.11.1 – Prediksi Asupan Gizi yang Tidak
Optimal (Protein) ditetapkan karena adanya defisit berat asupan protein, yang
berkontribusi pada rendahnya kadar hemoglobin dalam darah, dan diagnosis
NB.1.1 – Kurang Pengetahuan tentang Makanan dan Gizi, yang berkaitan
dengan kebiasaan konsumsi makanan kurang sehat akibat kurangnya edukasi
mengenai pola makan bergizi. Menurut penelitian Rahmatunnisa (2023),
asupan protein dan zat besi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan kadar
hemoglobin rendah, yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh,
kelelahan, serta gangguan konsentrasi, terutama bagi remaja yang aktif secara
fisik seperti Nn. Y. Oleh karena itu, diperlukan intervensi gizi yang bertujuan
untuk meningkatkan asupan zat gizi harian serta memperbaiki pola makan yang
kurang sehat.
Intervensi gizi yang dirancang meliputi beberapa aspek utama, yaitu
peningkatan asupan oral, perencanaan diet yang sesuai, serta edukasi dan
konseling gizi. Salah satu strategi utama adalah meningkatkan asupan makanan
bergizi dalam porsi kecil tetapi sering, guna memastikan kebutuhan energi dan
zat gizi harian terpenuhi tanpa memperberat kerja lambung, mengingat Nn. Y
juga memiliki riwayat gastritis. Selain itu, makanan yang diberikan harus
mudah dicerna serta menghindari makanan yang dapat memicu gastritis,
seperti makanan pedas, asam, dan berlemak tinggi (Sartika, 2018). Preskripsi
diet yang disusun untuk Nn. Y mencakup energi 2144 kkal/hari, karbohidrat
321,6 gram (60%), protein 80,4 gram (15%), lemak 59,6 gram (25%), serta zat

13

besi 15 mg/hari. Berdasarkan penelitian Anggareni (2018), disebutkan bahwa
pola konsumsi fast food yang tinggi lemak dan gula dikaitkan dengan defisiensi
zat besi serta gangguan metabolik, sehingga pada intervensi ini juga ditekankan
pengurangan konsumsi makanan cepat saji serta peningkatan konsumsi
makanan kaya zat besi dan protein.
Selain perencanaan diet, dilakukan pula edukasi gizi dan konseling untuk
meningkatkan kesadaran dan pemahaman Nn. Y mengenai pentingnya pola
makan sehat. Materi edukasi disampaikan dalam bentuk diskusi dan leaflet
yang membahas strategi memilih jajanan sehat, pola makan, serta prinsip diet
lambung. Klien juga diajarkan cara membaca label gizi pada kemasan
makanan, agar lebih selektif dalam memilih makanan. Penelitian Az-zahra dan
Kurniasari (2022) menunjukkan bahwa intervensi edukasi gizi secara langsung
dapat meningkatkan pemahaman dan kepatuhan terhadap pola makan sehat
pada remaja, sehingga metode ini diharapkan efektif bagi Nn. Y dalam
mengubah kebiasaan makannya.
Tahap monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk mengukur
efektivitas intervensi yang telah diberikan dan menyesuaikan strategi jika
diperlukan. Pengukuran berat badan dilakukan setiap 3 hari sekali untuk
memastikan status gizi tetap dalam kategori normal, sementara pemeriksaan
kadar hemoglobin dilakukan setiap minggu dengan target peningkatan hingga
12-15 g/dl. Pemantauan dilakukan terhadap gejala nyeri perut dan pusing, serta
kepatuhan terhadap diet dan asupan zat gizi harian, dengan target konsumsi
minimal 85% dari kebutuhan yang telah ditetapkan. Evaluasi juga mencakup
penggunaan food diary, yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan
kepatuhan terhadap pola makan sehat. Konseling gizi yang dilakukan secara
terstruktur terbukti dapat meningkatkan kepatuhan giet dan memperbaiki status
gizi pada remaja dengan pola makan yang kurang baik (Az-zahra, 2022).

14

BAB 4
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa perencanaan
konsultasi gizi dapat dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu tahapan
pengkajian gizi, penetapan diagnosis gizi, intervensi gizi, dan monitoring serta
evaluasi gizi. Perencanaan konsutasi gizi yang tepat dapat menyebabkan perubahan
perilaku klien ke arah yang lebih baik.
Secara keseluruhan, perencanaan konsultasi gizi untuk Nn. Y didesain
secara komprehensif, mencakup asesmen menyeluruh, diagnosis berbasis bukti,
intervensi yang terarah, serta monitoring yang ketat. Intervensi tidak hanya
menargetkan peningkatan asupan zat gizi, tetapi juga perubahan perilaku makan
dan peningkatan kesadaran akan pola makan sehat. Dengan pendekatan ini,
diharapkan Nn. Y dapat meningkatkan status gizinya, mencapai kadar hemoglobin
yang optimal, serta mengurangi gejala gastritis yang dialaminya.

15

SATUAN ACARA KONSELING
1. Tujuan :
a. Mempertahankan status gizi optimal
b. Meningkatkan asupan protein
c. Pemberian diet sesuai yang dibutuhkan
d. Meningkatkan pengetahuan terkait pola makan yang benar
e. Memberikan prinsip diet yang sesuai
f. Menghitung kebutuhan gizi harian
2. Sasaran: Nn Y dan keluarga
3. Tempat: RS Sinergi HIMAGI
4. Waktu: 09.30-10.30
5. Metode: Edukasi dan Konseling
6. Alat Peraga : Leaflet
7. Materi:
Materi yang disampaikan mengenai pengertien diet lambung dan pola
konsumsi yang tepat.
a. Pengertian Diet : Diet Penyakit Lambung
b. Tujuan Diet : Memberikan makanan dan cairan secukupnya yang tidak
memberatkan lambung serta mencegah dan menetralkan sekresi asam
lambung yang berlebihan
c. Syarat Diet :
• Pemenuhan energi sesuai kebutuhan sebesar 2.144 kkal
• Protein 80,4 gram (15%)
• Lemak 59,6 gram (25%)
• Karbohidrat 321,6 gram (60%)
• Fe 15mg
• Makanan diberikan dengan porsi kecil dan sering serta mudah
dicerna
• Tidak mengandung makanan yang bergas, berbau tajam, dan
menggunakan bumbu tajam
• Jenis diet: Diet Lambung
• Porsi: Porsi Kecil

16

• Frekuensi: Sering (3 makan pokok, 3 makan selingan)
• Bentuk makanan: Biasa
• Cara pemberian: Oral
d. Bahan Makanan yang Dianjurkan dan Tidak Dianjurkan
Tabel 3. Anjuran bahan makanan:
Bahan
Makanan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Karbohidrat
Beras dibubur atau ditim, kentang dipure,
makaroni direbus, roti dipanggang, biskuit,
krekers, mi, bihun, tepung-tepungan dibuat
bubur, atau puding
Beras ketan, beras
tumbuk, roti whole
wheat, jagung, ubi,
singkong, talas,
cake, dodol
Protein
hewani
Daging sapi empuk, hati, ikan, ayam
digiling/dicincang/direbus/disemur,
ditim/dipanggang, telur ayam
direbus/didadar/ditim/diceplok air dan
dicampur dalam makanan, susu
Daging, ikan, ayam
yang diawetkan,
digoreng; daging
babi; telur ceplok
atau goreng
Protein
nabati
Tahu, tempe direbus/ditim/ditumis,kacang
hijau rebus dan dihaluskan
Tahu, tempe
goreng; kacang
tanah, kacang
merah, kacang tolo
Sayuran
Sayuran yang tidak banyak serat dan tidak
menimbulkan gas: bayam, bit, labu siam,
labu kuning, wortel, tomat direbus dan
ditumis
Sayuran mentah,
berserat tinggi, dan
menimbulkan gas
seperti daun
singkong, kacang
panjang, kol, lobak,
sawi, dan asparagus
Buah-
buahan
Pepaya, pisang, jeruk manis, sari buah: pir
dan peach dalam kalemg, alpukat
Buah tinggi serat,
dan menimbulkan

17

Bahan
Makanan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
gas seperti jambu
biji; nanas; apel;
kedondong; durian;
nangka; buah yang
dikeringkan
Lemak
Margarin dan mentega, minyak untuk
menumis dan santen encer, minyak zaitun
Lemak hewan,
santan kental
Minuman Sirup, teh
Minunman soda,
alkohol, kopi, ice
cream
Bumbu
Gula, garam, kencur, jahe, kunyit, terasi,
Laos, salam, sereh
Cabai, bawang,
merica, cuka, dan
lainnya yang
menyengat

2. Cara Pengaturan Diet
Makanan berbentuk biasa, porsi kecil serta diberikan berupa 3 kali
makanan utama dan 3 kali makanan selingan. Makanan yang diberikan
adalah makanan yang cukup energi, protein, vitamin C, dan kurang tiamin.

3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan
● Menghindari makanan pedas, asam, dan berlemak tinggi
● Menjaga asupan zat besi dari sumber hewani dan nabati
● Menghindari konsumsi teh dan kopi
● Modifikasi makanan bersantan atau gorengan

18

e. Pembagian Makan Sehari
Tabel 4. Pembagian Makan Sehari
Waktu Nama Menu
Nama
Bahan
Penu
kar
Urt
Gra
m
E
(kkal
)
Kh
(gra
m)
P
(gra
m)
L
(gra
m)
Fe
(m
g)
SARAPAN
06.20-06.45

Nasi Sop Telur Dengan Tempe dan
Jus Alpukat
Nasi 1.5 1 gls 150 270 22.2 4.5 0.45 0.6
Bayam 1 1 sdm 15 2.9 0.1 0.4 0.1
0.6
5
Wortel 1 1 sdm 15 3.2 0.5 0.1 0 0.1
Labu siam 1 1 sdm 15 3 0.6 0.1 0
0.0
8
Telur 1 1 butir 55 84.7 0.4 6.7 6 1
Tempe 1.5
1 potong
sedang
20 20 1.7 1.9 0.8 0.1
Alpukat 1
0.5 buah
besar
60 51 4.62 0.54 3.72
0.5
4
Susu sapi 0.5 0.5 gelas 100 61 4.3 3.2 3.5 1.2


SELINGAN
PAGI
09.45-10.00

Salad Buah
Yoghurt
skimmed
1 2 sdm 60 22.8 2.5 2.6 0.1
0.0
6
Pepaya 0.25
1 potong
dadu
20 2.6

0.5 0.1 0
0.3
4
Pir 0.25 1 potong 20 9.8 2.3 0.1 0.1 0.4
Jeruk manis 0.25 1 slice 20 9.4 2.4 0.2 0 0.1

19

Waktu Nama Menu
Nama
Bahan
Penu
kar
Urt
Gra
m
E
(kkal
)
Kh
(gra
m)
P
(gra
m)
L
(gra
m)
Fe
(m
g)
Buah naga 0.25
1 potong
dadu
20 10.2 2.5 0.2 0.1 0.1
Gula 1 1 sdm 13 50.3 13 0 0
0.0
2


MAKAN
SIANG
12.20-12.45
Nasi Semur Hati Ayam Dan Telur
Ayam
Nasi tim 1 1 gelas 200
234.2
4
51.4
4
4.4 0.4 0.6
Hati ayam 1 2 sdm 30 47.1 0.3 7.3 1.6 2
Telur 1 1 butir 55 84.7 0.4 6.7 6 1
Kecap 2 2 sdm 30 18 1.7 3.2 0 0.5
Tomat 0.5 1 potong 15 2.9 0.4 0.2 0
0.0
9
Wortel 2 2 sdm 30 7.7 1.4 0.3 0.1 0.1
Margarin 1 1 sdt 5 36 0.02 0.03 4.1 0

SELINGAN
SORE
15.30-15.50
Bubur Juruh


Bubur tanpa
santan
0.5 1 gls 200 145.8 32 2.6 0.2 0.2
Gula kelapa 2 2 sdm 26 90.7 22 0.6 0 0.6


Nasi 2 1.5 200 360 79.6 6 0.6 0.8

20

Waktu Nama Menu
Nama
Bahan
Penu
kar
Urt
Gra
m
E
(kkal
)
Kh
(gra
m)
P
(gra
m)
L
(gra
m)
Fe
(m
g)





MAKAN
MALAM
17.30-18.00





Nasi Oseng Kacang Tempe Tahu
Dengan Ayam Kukus
Ayam tanpa
kulit
1
1 potong
sedang
40 65.6 0 12.3 1.4 0.6
Kacang
panjang
2 2 sdm 30 10.5 2.4 0.6 0.1
0.1
8
Tempe 1
1 potong
sedang
20 20 1.7 1.9 0.8 0.1
Tahu 1
1 potong
sedang
20 15.2 0.4 1.6 1
0.6
8
Margarin 1 1 sdt 5 36 0.02 0.03 4.1 0
Gula 1 1 sdm 13 50.3 13 0 0
0.0
2


SELINGAN
MALAM
19.15-19.30
Kue Kukus
Susu sapi 1 1 gelas 200 122 8.6 6.4 7 2.4
Maizena 0.5 2 sdm 20 54.5 13.6 0.1 0 0.3
Kuning telur 1 2 butir 40 142 0.28 6.5 12.8
0.6
5
Gula 1 1 sdm 13 50.3 13 0 0
0.0
2
Margarin 1 1 sdt 5 36 0.02 0.03 4.1 0

2.4

21

Waktu Nama Menu
Nama
Bahan
Penu
kar
Urt
Gra
m
E
(kkal
)
Kh
(gra
m)
P
(gra
m)
L
(gra
m)
Fe
(m
g)
Total 36
178
0
2230.
44
299.
9
81.4
3
59.1
7
16.
3

Tabel 5. Persentase Pemenuhan Kebutuhan Gizi Sehari

Energi
(kkal)
Kh
(gram)
P
(gram)
L
(gram)
Fe
(mg)
Perhitungan nilai gizi TKPI 2230.44 299.9 81.43 59.17 16.3
Kebeutuhan gizi 2144 321.6 80.4 59.6 15
% pemenuhan gizi berdasarkan TKPI 104% 93.25 % 101.28 % 99.27 % 108,6%

22

e. Estimasi Waktu Konseling
Tabel 6. Estimasi Waktu Konseling
No.

Tahapan
Kegiatan

Waktu
Konselor Pasien
1. Pembukaan
-Konselor gizi berdiri,
mengucapkan salam
- Konselor gizi menjabat
tangan klien lalu
memperkenalkan diri.
- Setelah klien
menyebutkan namanya,
konselor menyapa klien
dengan sebutan lengkap
dan mempersilahkan duduk
- Konselor meminta surat
rujukan (bila ada), data
laboratorium, lalu
identifikasi dengan melihat
hasil diagnosa medis
(gastritis)
-Pasien masuk
ruangan konseling
- Pasien menjabat
tangan konselor
- Pasien duduk dan
memperkenalkan
diri
- Pasien
memberikan surat
rujukan (bila ada)
dan data
laboratorium

8
menit
2. Edukasi gizi
Konselor menjelaskan
tujuan dan proses
konseling gizi.
Pasien
mendengarkan
dengan saksama
5
menit
3.
Diskusi dan
Pemecahan
Masalah
-Konselor melakukan
pengkajian gizi/assessment
gizi
-Konselor mengkaji data
laboratorium, data klinis,
dan melakukan food
recall/food frequency, serta
mengkaji riwayat personal
pasien.
-Pasien diukur BB
-Pasien berdiskusi
dengan Konselor
terkait riwayat
makan, kebiasaan
makan, dan riwayat
personal

20
menit
4.
Pembuatan
rencana
makan yang
sesuai
-Konselor membuat
diagnosa gizi dan rencana
intervensi gizi
- Menyusun rencana
intervensi yaitu
Pasien dapat
membaca brosur
gizi tentang gastritis
dan anemia
20
menit

23

No.

Tahapan
Kegiatan

Waktu
Konselor Pasien
menetapkan tujuan diet,
melakukan perhitungan
kebutuhan energi dan zat
gizi lainnya, menetapkan
preskripsi diet, mengisi
brosur anjuran makanan
sehari dengan menekankan
pada perubahan pola
makan dan jenis makanan
untuk diet gastritis.
5.
Evaluasi
dan
penutupan
-Memperoleh komitmen
dengan pasien
-Menanyakan kembali
makanan apa yang boleh
dan dibatasi oleh pasien
-Memberikan kesepakatan
kunjungan berikutnya
-Mengakhiri konseling,
mengucapkan selamat
jalan.
-Menyampaikan
apa yang telah
dijelaskan oleh
konselor
- Mengucapkan
terimakasih
-Berpamitan
7
menit
Total Waktu
60
menit

24

DAFTAR PUSTAKA
Anggareni, L. A. 2018. Hubungan Pola Konsumsi Fast Food Dengan Status Gizi
Remaja Di Sma Negri 5 Denpasar. Dissertation. Poltekkes Denpasar.
Aspihani, G. M., Kabuhung, E. I., dan Ulfa, I. M. 2023. Hubungan Pola Makan
Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Puteri Di SMAN 1 Kelumpang
Tengah. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan Indonesia, 3(3), 40-52.
Az-zahra, K., dan Kurniasari, R. 2022. Efektivitas pemberian media edukasi gizi
yang menarik dan inovatif terhadap pencegahan anemia kepada remaja
putri: literature review. Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia
(MPPKI), 5(6), 618-627.
Harisatuljannah., Suhaema., Lalu, J. U., dan, Ni, K. S. S. 2023. Gambaran Proses
Asuhan Gizi Terstandar (PAGT) pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II di
Ruang Irna Paru. Jurnal Mahasiswa Gizi. 2(2), 103-112.
Kemenkes. 2019. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Masyarakat
Indonesia. Kementrian Kesehatan RI: Jakarta.
Rahmatunnusa, D. P. 2023. Hubungan Tingkat Kecukupan Zat Gizi, Vitamin C dan
Status Gizi dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMAN 3
Cikarang Utara. Skripsi. Universitas Islam Negeri Walisongo. Semarang.
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar: Data Penyakit Degeneratif. Balitbang:
Jakarta.
Sartika, W. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Asupan Zat Besi
Remaja Putri di Smp Sabbihisma Kota Padang. Menara Ilmu. 12(11), 170-
175.

25

LAMPIRAN
Lampiran 1. Revisi laporan bersama dosen dan asprak
A. DIAGNOSIS GIZI
Tabel 7. Hasil revisi diagnosis
Sebelum Setelah
NI. 2.1 Asupan Oral Inadekuat NI. 2.1 Asupan Oral Inadekuat
NI. 5. 10.1 Kurangnya Mineral Intake
(Fe)
NI. 5.11.1 Memprediksi Asupan
Nutrien yang Tidak Memadai
NC. 1.4 Disfungsi Saluran Cerna NB. 1.1 Kurang Pengetahuan Tentang
Makanan dan Gizi
NB. 1.4 Kurangnya Monitoring Diri
Sendiri

- Kurangnya mineral Fe tidak diketahui secara data sehingga diagnosa kurang
tepat. Jika berdasarkan data yang ada, diagnosis NI. 5.11.1 lebih tepat
karena berdasarkan asupan protein harian klien hanya 45% dari kebutuhan
zat gizi harian klien.
- Kurangnya monitoring diri sendiri pada klien terhadap asupan makanan
dikarenakan belum mendapatkan pengetahuan sebelumnya terkait makanan
dan gizi, sehingga diagnosis yang tepat yaitu NB. 1.1.
B. INTERVENSI
1. Tujuan umum:
- Mempertahankan status gizi agar tetap optimal
Tujuan tersebut disesuaikan dengan keadaan status gizi klien yang normal
tetapi berisiko terjadi penurunan karena asupan harian yang tidak mencukupi
kebutuhan
2. Tujuan diet:
- Meningkatkan asupan oral adekuat
- Mencukupi kebutuhan energi, karbohidrat, protein, lemak, dan Fe harian
- Meningkatkan pengetahuan dengan perubahan perilaku terkait pola makan.
Peningkatan asupan oral adekuat dapat mempertahankan status gizi optimal

26

dengan peningkatan pengetahuan sehingga terlaksana terpenuhi zat gizi
harian.
3. Preskripsi diet:
- Perhitungan TEE dengan faktor aktivitas sedang (1,4) dan faktor stress
status gizi normal (1,1)
- Kebutuhan protein 15%; lemak 25%; karbohidrat 60%; dan Fe 15mg.
Kebutuhan tersebut disesuaikan dengan usia, jenis kegiatan, dan kecukupan
asupan makanan.
4. Syarat diet:
- Bentuk makanan biasa, karena klien tidak mengalami kesulitan dalam
mengkonsumsi makanan biasa
- Frekuensi yang diberikan yaitu 3 kali makan pokok, dan 3 kali makan
selingan
C. SATUAN ACARA KONSELING
Pembagian makan sehari disesuaikan dengan jenis bahan makanan yang
dianjurkan dan tidak dianjurkan serta kecukupan dalam memenuhi kebutuhan
gizi.

27

Lampiran 2. Pembagian tugas kelompok 11
Tabel 8. Pembagian tugas kelompok 11
No. Indikator Kinerja
Nama Anggota
Abrar Rahma Wilma
1. Pendahuluan
Latar belakang
Tujuan
2. Metode
Alat dan Bahan
Prosedur kerja
3. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Pembahasan
4. Kesimpulan
5. SAK (Satuan Acara Konseling)
6. Perhitungan menu makanan
7. Penyusunan Menu
8. Pembuatan leaflet
9. Merapikan laporan
Skor Partisipasi Kinerja Anggota 100 100 100

28

Lampiran 3. Media Penyuluhan Gizi


Gambar 1. Leaflet
Tags