KELOMPOK 5_MAKALAH BK.docxpppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppppp
BelaPuspita6
4 views
15 slides
Nov 19, 2024
Slide 1 of 15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
About This Presentation
pppppppppppppp
Size: 236.06 KB
Language: none
Added: Nov 19, 2024
Slides: 15 pages
Slide Content
MAKALAH BIMBINGAN KONSLING DI SEKOLAH DASAR
“Bimbingan Bagi Anak Berperilaku Bermasalah”
Disusun oleh : Kelompok 5/ Semester 6A
1.Ferdian Saputra (A1G021052)
2.Bela Puspita Sari (A1G021117)
Dosen Pengampu : Dra. Sri Saparahuningsih, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2024/2025
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Adapun isi makalah ini bertujan untuk melengkapi
tugas dibawah bimbingan bunda Dra. Sri Saparahuningsih, M.Pd. dimana makalah ini
membahas tentang “Bimbingan Bagi Anak Berprilaku Bermasalah” dengan Mata
Kuliah Bimbingan Konsling di Sekolah Dasar.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan, baik
dari segi susunan maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi
dan wawasan yang luas terhadap pembaca.
ii
Bengkulu, 2 Maret 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..................................................................................................1
B.Rumusan Masalah.............................................................................................1
C.Tujuan Masalah.................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Berprilaku Bermasalah........................................................................2
B.Bentuk Bentuk berprilaku bermasalah...................................................................3
C.Karakteristik Perkembangan Anak Berprilaku Bermaslah....................................4
D.Teknik Teknik dan Mengatasi Anak Berprilaku Bermasalah................................6
E.Manajemen Kelas dan Strategi Pembelajaran.......................................................8
F.Solusi yang di Lakukan Guru dengan anak yang Berprilaku Bermasalah............9
BAB III PENUTUP
A.Simpulan.........................................................................................................11
B.Saran...............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi guru bkan semata-
mata perilaku itu destruktif atau menganggu proses pembelajaran melainkan suatu bentuk
perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam kerjasama
dengan teman merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah belajar peserta
didik, dan hal itu merupakan perilaku bermasalah. Guru hendaknya menyingkap jauh
dibalik perilaku yang nampak, agar memiliki pemahaman tentang karakteristik perilaku
murid yang sesungguhnya.
Peserta didik Sekolah Dasar merupakan individu yang khas, penghampiran terhadap
masalah individu merupakan penanganan yang berbeda. Teknik-teknik membantu murid
bermasalah memberikan wawasan dalam memberikan bantuan terhadap peserta didik
yang bermasalah. Pendekatan bimbiingan perkembangan membawa implikasi bahwa
pengahmpiran pada perilaku peserta didik yang bermasalah dapat dilakukan dengan
mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik perkembangan peserta
didik.
B.Rumusan Masalah
1.Pengertian anak berperilaku yang bermasalah ?
2.Apa saja bentuk-bentuk berperilaku bermasalah ?
3.Apa saja karakteristik perkembangan anak yang berperilaku bermasalah ?
4.Bagaimana teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah ?
5.Jelaskan manajemen kelas dan starategi pembelajaran!
6.Apa solusi yang di lakukan guru dengan anak yang berprilaku bermaslah?
C.Tujuan Masalah
1.Mengetahui Pengertian anak berperilaku yang bermasalah.
2.Mengetahui bentuk-bentuk perilaku bermasalah.
3.Mengetahui karakteristik perkembangan anak yang berperilaku bermasalah.
4.Mengetahui teknik-teknik mengatasi anak berperilaku bermasalah.
5.Mengetahui maanajemen kelas dan strategi pembelajaran
6.Mengetahui solusi yang di lakukan guru dengan anak yang berprilaku bermasalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Berperilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru,
bukan semata-mata perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan suatu
bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja
sama dengan teman. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid yang
bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan anak menampakkan perilaku
bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya setiap
peserta didik memiliki masalah-masalah emosional dan penyesuaian sosial walaupun
masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku bermasalah yang kronis. Terhadap
peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru memberikan
perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam bentuk
hukuman fisik. Cara atau pendekatan seperti ini seringkali tidak membawa hasil yang
diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman apa yang ada
dibalik perilaku bermasalah. Bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah dan seringkali
diperlukan bantuan dari pakar dibidang pekerjaan-pekerjaan psikologis.
Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku bermasalah bukanlah sesuatu yang
mustahil untuk dilakukan guru. Dalam pendekatan bimbingan perkembangan,
dimungkinkan untuk memberikan layanan bimbingan, guru membantu seluruh murid.
Namun sekali telah memberikan bantuan terhadap seluruh murid, ada saja murid yang
berperilaku bermasalah. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “murid
yang bermasalah” biasanyanya tampak di dalam keseluruhan interaksi dengan
lingkungannya. Memahami perilaku bermasalah mengandung arti bahwa guru harus
lebih sensitif terhadap interaksi antara berbagai kekuatan dan faktor di dalam lingkungan
pesesrta didik dengan penampilan perilaku peserta didik disekolah.
Pada dasarnya setiap peserta didik memiliki masalah- masalah emosional dan
penyesuaian sosial walaupun masalah itu tidak selamanya menimbulkan perilaku
bermasalah yang kronis. Kiranya kita dapat mengaatakan bahwa “peserta didik
bermasalah” ialah seseorang yang memiliki masalah lebih banyak atau lebih mendalam
yang menjadikan ia menderita karenanya.
2
Terhadap peserta didik yang menunjukkan perilaku bermasalah ini seringkali guru
memberikan perlakuan secara langsung dan drastis yang tidak jarang dinyatakan dalam
bentuk hukum fisik. Cara lain atau pendekatan seperti ini sering kali tidak membawa
hasil yang diharapkan karena perlakuan tersebut tidak didasarkan kepada pemahaman
apa yang ada dibalik perilaku bermasalah, bagaimanapun, bukanlah tugas yang mudah
dan seringkali diperlukan bantuan dari pakar dibidang pekerjan- pekerjaan psikologis
(konselor dan ahli psikologis). Sekalipun demikian pemahaman terhadap perilaku
bermasalah bukanlah sesuatu yang mustahil untuk dilakukan guru.
Salah satu kesulitan memahami perilaku bermasalah ialah karena perilaku tersebut
tampil dalam perilaku menghindar atau mempertahankan diri. Dalam psikologi perilaku
ini disebut “mekanisme pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat
mempertahankan diri atau menghindar dari situasi yang menimbulkan ketegangan.
Penggunaan mekanisme pertahanan diri dalam diri anak sebenarnya dikatakan normal
apabila dalam taraf yang tidak berlebihan (apabila mekanisme pertahanan diri dalam
taraf berlebihan disebut neurotik). Sebab tujuan dari mekanisme pertahanan diri adalah
untuk melindungi ego dan mengurangi kecemasan yang setiap saat diperlukan setiap
orang terutama pada anak-anak.
B.Bentuk-bentuk berperilaku bermasalah
Dapat membedakan pendekatan sebagai seorang guru atau pendekatan sebagai
seorang pembimbing yang digunakan untuk membantu mengatasi siswa yang
bermasalah. Kebutuhan bimbingan semacam ini sebenarnya tak terbatas bagi siswa yang
bermasalah dan tidak mampu mengatasinya. Melainkan siswa yang tidak bermsalah pun
memerlukan, karena seseorang mengerti bahwa manusia tidak pernah lepas dari masalah.
Karena itu, bimbingan perlu diberikan sebelum individu tersebut terlanjur mengalami
kesulitan.
Salah satu perilaku bermasalah adalah karena perilaku tersebut tampil dalam perilaku
mengindar atau mempertahnakan diri. Dalam psikologi perilaku ini disebut “mekanisme
pertahanan diri” yang disebabkan oleh karena peserta didik menghadapi kecemasan dan
tidak mampu menghadapinya. Kecemasan pada dasarnya adalah bentuk ketegangan
psikologis sebagai akibat dan ketidak puasan dalam kebutuhan. Disebut “mekanisme
pertahanan diri” karena dengan perilaku tersebut individu dapat mempertahankan diri
atau menghindar dari situasi ketegangan, adapun bentuk-bentuk perilakunya yaitu
sebagai berikut:
3
a.Rasionalisasi
Mekanisme perilaku rasionalisasi ditunjukan dalam bentuk memberikan
penjelasan atas perilaku yang dilakukan oleh individu, penjelasan yang tampak
biasanya cukup logis dan rasional tetapi pada dasarnya apa yang didasarkan
bukan merupakan penyebab nyata karena sebenarnya individu bermaksud
menyembunyikan latar belakang perilakunya.
b.Sikap Bermusuhan
Sikap ini tampak prilaku agresif menyerang, menganggu, bersaing, dan
mengecam lingkungan.
c.Menghukum diri sendiri
Perilaku ini tampak dalam wujud mencela diri sebagai penyebab utama kesalahan
atau kegagalan. Perilaku ini terjadi karena individu cemas bahwa orang lain tidak
akan menyukai seseorang yang sekiranya seseorang mengkritik orang lain. Orang
seperti ini memiliki kebutuhan untuk diakui dan disukai yang amat kuat.
d.Represi
Perilaku represi ditunjukkan dalam bentuk menyembunyikan dan menekan
penyebab yang sebenarnya ke luar batas kesadaran. Individu berupaya melupakan
hal-hal yang menimbulkan penderitaan hidupnya.
e.Komformitas
Perilaku ini ditunjukan dalam menyelamatkan diri dengan atau terhadap harapan-
harapan orang lain. Dengan memenuhi harapan orang lain, maka dirinya akan
terhindar dari kecemasan. Orang seperti ini memiliki harapan sosial
ketergantungan yang tinggi.
f.Sinis
Perilaku sinis ini mucul dari ketidakberdayaan individu untuk berbuat atau
berbicara terhadap kelompok. Ketidakberdayaan ini membuat dirinya khawatir
dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Perilaku sinis merupakan perilaku
menghindar dari penilaian orang lain.
C.Karakteristik perkembangan anak berperilaku bermasalah
Pendekatan bimbingan perkembangan membawa implikasi bahwa penghampiran
terhadap murid berperilaku bermasalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas
perkembangan dan karakteristik perkembangan peserta didik.Perilaku bermasalah dapat
dikaji dengan mengkaji kesenjangan antara tugas perkembangan peserta didik yang telah
4
dicapai dengan yang seharusnya sedangkan Dalam aspek karakteristik perkembangan
dapat dihampiri dengan mengkaji masalah- masalah yang muncul dengan perkembangan
peserta didik itu sendiri. Masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik
perkembangan anak (Sunaryo Kertadinata. 1990, 1996) adalah sebagai berikut :
1.Perkembangan fisik dan kesehatan
Berdasarkan hasil pengamatan hasil guru, terungkap bahwa gangguan
perkembangan fisik dan kesehatan di kelas 1, 2 dan 3 berupa; sangat lambat
dalam beraksi gangguan pertumbuhan gigi, perkembangan fisik tidak sesuai
dengan usia, dan lebih besar dari teman sebayanya. Sementara itu pada kelas 4, 5,
dan 6 terungkap bahwa gangguan perkembangan fisik dan kesehatan berupa;
sangat lambat dalam bereaksi, persoalan gizi. Pertumbuhan fisik tidak sesuai
dengan usia dan lebih kecil dari teman sebayanya.
2.Perkembangan diri
Karakteristik yang lemah pada konsep diri anak tampak lebih berkaitan dengan
kemampuan dan menerima diri sendiri. Kesadaran identitas jenis kelamin milai
berkembang terutama pada peserta didik kelas 4, 5 dan 6.
3.Perkembangan sosial
Perkembangan hubungan sosial pada anak telah menunjukan kecenderungan
orientasi kelompok yang cukup kuat. Hubungan sosial anak telah diwarnai pula
oleh kesadaran akan identitas diri, walaupun masih berada pada identitas yang
lemah.
4.Teknik membantu peserta didik bermasalah
Upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah yang
menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus
guru. Bagi guru yang berperan sebagai guru sekaligus pembimbing. Penanganan
dapat ditempuh dengan menggunakan kondisi pembelajaran yang dapat
memperbaiki kesehatan mental peserta didik.
Adapun pendekatan perkembangan membawa implikasi bahwa pendekatan terhadap
terhadap peserta didik berperilaku masalah dapat dilakukan dengan mengkaji tugas-tugas
perkembangan karakterstik perkembangan peserta didik, yakni sebagai berikut :
1.Menanamkan dan mengembangkan kebiasaaan dan sikap dalam beriman dan
bertakwa tuhan yang maha Esa.
2.Mengembangkanketerampilandasar dalammembaca, menulis dan
5
berhitung.
3.Mengembangkan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan sehari-hari
4.Belajar bergaul dan bekerja dengan kelompok sebaya
5.Belajar menjadi pribadi yang mandiri
6.Mempelajari keterampilan fisik yang sederhana yang diperlukan baik untuk
permainan maupun kehidupan.
7.Mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai sebagai pedoman perilaku.
8.Membina hidup sehat untuk diri sendiri dan lingkungan serta keindahan.
9.Belajar memahami diri sendiri dan orang lain serta menjalankan peran tanpa
membedakan jenis kelamin.
10.Mengmbangkan sikap terhadap kelompok, lembaga sosial, tanah air, bangsa dan
negara.
D.Teknik-teknik dan mengatasi anak berperilaku bermasalah
Secara umum, ada beberapa teknik dalam bimbingan dan konseling. Teknik umum
biasa digunakan pada tahap awal konseling. Teknik umum tersebut diantaranya adalah
perilaku attending, empati, refleksi, eksplorasi, dan paraphrasing (Asmani, 2010).
Perilaku attending adalah teknik mendekati anak yang bermasalah untuk menimbulkan
perilaku positif seperti meningkatkan percaya diri dan mempermudah ekspresi anak.
Empati adalah kemampuan petugas bimbingan dan konseling untuk merasakan apa yang
dirasa oleh anak. Ini adalah suatu teknik untuk menciptakan sikap terbuka anak terhadap
guru atau petugas bimbingan konseling (BK).
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada anak tentang perasaan,
pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal maupun
nonverbal. Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran dan pengalaman
anak sebagai klien. Paraphrasing atau menangkap pesan adalah teknik untuk menyatakan
kembali esensi atau inti ungkapan klien, dan mengungkapkan kalimat yang mudah dan
sederhana. Disekolah mungkin banyak ditemukan siswa yang bermasalah, dengan
menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori
ringan sampai dengan berat. Upaya untuk menangani peserta didik yang bermasalah,
khususnya yang terkait dengan pelanggaran disiplin sekolah dapat dilakukan melalui dua
pendekatan yaitu :
1.Pendekatan disiplin
2.Pendekatan bimbingan dan konseling
6
Penanganan peserta didik bermasalah melalui pendekatan disiplin merujuk pada aturan
dan ketentuan atau tata tertib yang berlaku disekolah beserta hukumannya.
Sebagai salah satu komponen organisasi sekolah, aturan atau tata tertib peserta
didikbeserta hukumannya perlu ditegakkan untuk mencegah sekaligus mengatasi
terjadinya berbagai penyimpangan perilaku peserta didik. Demikian, sekolah bukan
“lembaga hukum” yang harus mengobral sanksi/hukuman kepda peserta didik yang
mengalami gangguan penyimpangan perilaku. Sebagai lembaga pendidikan justru
kepentingan utamanya adalah bagaimana berusaha menyembuhkan segala penyimpangan
perilaku yang terjadi pada para peserta didiknya.
Oleh karena itu, disinilah pendekatan yang kedua perlu digunakan, yaitu pendekatan
melalui bimbingan dan konseling. Berbeda dengan pendekatan disiplin yang
memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penangananpeserta
didik bermasalah melalui bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada
upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada.
Penanganan peserta didik bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak
menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengendalikan pada terjadinya kualitas
hubungan interpersonal yang saling percaya diantara konselor danpeserta didik yang
bermasalah, sehingga setahap demi setahap peserta didik tersebut dapat memahami dan
menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya
penyesuaian diri yang lebih baik.
Selain itu ada upaya membantu peserta didik mengatasi perilaku bermasalah dan
menggantinya dengan perilaku yang efektif menghendaki keterampilan khusus dari guru.
Bagi guru yang berperan sebagai guru kelas sekaligus sebagai guru pembimbing,
penanganan dan pencegahan perilaku bermasalah dapat ditempuh dengan
mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki kesehatan mental
peserta didik. Kepembimbingan guru dalam proses pembelajaran dinyatakan dalam
upaya mengembangkan dan memelihara lingkungan belajar yang sehat. Ada beberapa
upaya yang dapat dilakukan guru untuk memperoleh lingkungan belajar yang sehat,
antara lain:
a.Memanfaatkan pengajaran kelas sebagai wahana untuk bimbingan kelompok.
Dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan konselor sekolah, jika disekolah
tersebut telah ada konselor atau guru pembimbing.
b.Memanfaatkan pendekatan-pendekatan kelompok dalam melakukan bimbingan.
Dalam mewujudkan fungsi bimbingan didalam proses pembelajaran, guru dapat
7
menggunakan metode yang bervariasi yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan keterampilan kehidupan kelompok. Metode yang dimaksud
adalah sosiometri, bermain peran dan diskusi.
c.Mengadakan konferensi kasus dengan melibatkan para guru dan orang tua murid.
Konfrensi kasus ini dimaksudkan untuk menemukan alternatif pemecahan kasus.
d.Menjadikan segi kesehatan mental sebagai salah satu segi evaluasi. Evaluasi
disekolah tidak hanya menekankan kepada segi hasil belajar tetapi juga perlu
memperhatikan perkembangan peserta didik. Walaupun kepribadian itu tidak
dijadikan faktor penentu keberhasilan peserta didik.
e.Menaruh kepedulian terhadap faktor-faktor psikologis yang perlu
dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran
E.Manejemen Kelas dan Strategi Pembelajaran
1.Pengertian Menajemen Kelas
Manajemen kelas terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan kelas. Manajemen
merupakan rangkaian usaha untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dengan
memanfaatkan orang lain, sedangkan yang di maksud kelas adalah suatu kelompok
orang yang melakukan kegiatan belajar bersamasesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan dalam kelas tersebut, guru berperan sebagai manajer utama dalam
merencanakan pengawasan atau supervise kelas Manajemen kelas adalah menurut
Mulyasa (2006:91) merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam
pembelajaran.
2.Fungsi-fungsi Manajemen dalam Kelas
Tidak semua pakar manajemen memiliki kesepakatan dalam penggunaan istilah
dalam fungsi-fungsi manajemen. Beberapa penulis menggunakan istilah
motivating, sebagian lagi menggunakan istilah influencing Terry (1997)
mengatakan bahwa fungsi dasar manajemen adalah perencanaan (planning),
pengorganisasian , menggerakkan dan pengendalian, masing- masing akan di
uraiakan sebagai berikut :
a.Fungsi Perencanaan
b.Fungsi pengorganisasian
c.Fungsi Menggerakkan (Kepemimpinan)
d.Fungsi Pengendalian
8
3.Pengertian Strategi Pembelajaran
Strategi adalah suatu pola yang di rencanakan dan di tetapkan secara sengaja untuk
melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang
terlibat dalam, isi kegiatan, proses. Starategi yang di terapkan dalam kegiatan
pembelajaran di sebut strategi pembelajaran.
4.Model Pembelajaran Koopertif
a.Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Istilah pembelajaran kooperatif dalam pengertian bahasa asing addalah
cooperative learning. Menurut Sapura dan Rudyanto (2005:49) pada
hakekatnya, metode pembelajaran kooperatif merupakan metode atau
strategi pembelajaran gotong-gotong yang konsepnya hamper tidak jauh
berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Ada unsur dasar
pembelajaran kooperatif yang mmebedakan dengan pembelajaran
kelompok adalah metode pembelajaran yang menelitik beratkan pada kerja
sama dianatara siswa dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan tanpa
sepenuhnya mendapatkan bimbingan dari gurunya.
b.Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pada hakekatnya cooperative learning sama dengan kerja kelompok, oleh
sebab itu yang banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh
dalam koopertif learning, karena mereka menganggap telah terbiasa
menggunkannya. Isjoni (2010:41) menyatakan ada lima unsure dasar yang
dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok yaitu :
1.Positive Interpendence
2.Interaction Face to Face
3.Adanya Tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam
anggota kelompok
4.Menampilkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan
masalah (proses kelompok)
F. Solusi yang di Lakukan Guru dengan anak yang Berprilaku Bermasalah
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang
sesuai dengan kemampuannya, tetapi juga menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya.
Guru yang mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi penyandang
profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi ia juga mengembangkan diri
menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia
9
juga menghadapi masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai
manusia. Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Ini berarti bahwa bila
guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa belajar. Namun adakalanya di dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah sering di temukannya masalah- masalah yang
berkenaan dengan belajar yang dialami siswa tersebut.
Masalah- masalah tersebut dipengaruhi oleh faktor internal (yang berasal dari dalam
diri siswa) dan juga oleh faktor eksternal (yang berasal dari luar siswa itu sendiri).
Masalah-masalah yang dialami oleh siswa apa bila tidak segera diatasi tentunya akan
menghambat proses belajar siswa dan akan berdampak pada pencapaian tujuan dari
belajar tersebut. Siswa akan berhasil dalam proses belajar apabila siswa itu tidak
mempunyai masalah yang dapat berpengaruh proses belajar nya. Jika terdapat siswa yang
mempunyai masalah dan permasalahan siswa tersebut tidak segera ditemukan solusi nya.
Siswa akan mengalami kegagalan atau kesulitan belajar yang dapat mengakibatkan
rendah prestasinya /tidak lulus, minat belajar atau tidak dapat melanjutkan belajar.Karena
salah satu tujuan siswa bersekolah adalah untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal
sesuaidengan kemampuannya. Tujuan pendidikanyang hendak
dicapai pemerintah Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah. Pemerintah dan masyarakat menyediakan tempat untuk belajar yaitu
sekolah.
Untuk itu, sebagai seorang guru atau pun pendidik kita harus mengetahui kondisi
siswa agar tercipta proses pembelajaran yang baik dan kondusif. Adapun upayayang
dilakukan oleh seorang gurudalam mengatasi siswa yang bermasalah dalam proses
pembelajaran yaitu :
1)Melakukan pendekatan terhadap siswa,
2)Pencarian data tentang masalah yaitu dengan berkomukasi dengan orang tua
siswa dan wali kelas,
3)Melakukan konsultasi secara pribadi. Dengan di adakan nya upaya seperti itu
diharapkan bisa mengurangi masalah-masalah yang ada pada siswa.
10
BAB III
PENUTUP
A.Simpulan
Perilaku bermasalah merupakan suatu persoalan yang juga harus mendapat perhatian
dari guru , perilaku bermasalah ini tidak hanya dapat menganggu dalam proses
pembelajaran tetapi juga merupakan perilaku yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
bekerjasama dengan teman dan merupakan perilaku yang dapat menimbulkan masalah
belajar peserta didik.
Sehingga guru harus memperhatikan setiap peserta didiknya. Perilaku bermasalah ini
umumnya timbul karena peserta didik menghadapi kecemasan dan tidak mampu
menghadapinya sehingga muncul perlaku yang berupa menolak memalsukan atau
mengacaukan kenyataan. Peserta didik cenderung melakukan pengurangan kecemasan
dan bukan memecahkan masalah yang menyebabkan munculnya kecemasan itu.
B.Saran
Sebagai seorang guru haruslah lebih sensitif terhadap interaksi antara para peserta
didik dan faktor dari dalam lingkungan peserta didik dengan perilaku peserta didik.
Terhadap peserta didik yang berperilaku bermasalah guru harus terlebih dahulu
memahami apa yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bermasalah tersebut, dan
kemudian guru dapat mengembangkan kondisi pembelajaran yang dapat memperbaiki
kesehatan mental peserta didik untuk mengatasi perilaku bermasalah yang dimiliki
peserta didik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Amstembun, N.A 1981. Manajemen Kelas. Bandung: IKIP BANDUNG
Asmani. (2010). Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Jogjakarta: Diva Press.
Dewa. (2013). Masalah pada anak usia sekolah. [Online].
Tersedia :http://dewaeggix.blogspot.com/2013/01/masalah-perkembangan-anak-usia-
sekolah.html. [27 April 2013].
Maulida. (2011). Bimbingan Bagi Anak Bermasalah. [Online]. Tersedia : Sumber
:http://maulida-sambas.blogspot.com/2011_06_01_archive.html. [23 April 2013].
Sunaryo Kartadinata,dkk. 1998. Bimbingan Di Sekolah Dasar.Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
12