perubahan yang menggerakkan seluruh warga sekolah untuk melakukan transformasi menuju
peningkatan kualitas pendidikan (Bass & Riggio, 2006; Sergiovanni, 2009).
Dalam perspektif manajemen pendidikan, peran kepala sekolah tidak dapat dipandang
hanya sebatas pengelola administratif. Kepala sekolah memiliki empat peran utama yang saling
berkaitan, yaitu sebagai manajer, pemimpin, inovator, dan motivator (Mulyasa, 2013; Yukl,
2013). Sebagai penggerak transformasi, kepala sekolah memiliki tanggung jawab strategis dalam
menentukan arah perkembangan sekolah melalui perumusan visi dan misi yang jelas, terukur,
dan kontekstual dengan kebutuhan serta tantangan zaman. Perumusan visi dan misi tidak hanya
bersifat simbolik, tetapi menjadi landasan filosofis dan arah kebijakan operasional sekolah.
Menurut Northouse (2021), pemimpin yang efektif harus mampu mengartikulasikan visi
yang menginspirasi, memberikan arah yang jelas bagi organisasi, dan menumbuhkan rasa
kepemilikan terhadap tujuan bersama di antara seluruh anggota. Dalam konteks pendidikan,
kepala sekolah tidak hanya menyusun visi dan misi, tetapi juga mengomunikasikannya secara
efektif kepada guru, tenaga kependidikan, siswa, serta orang tua, sehingga seluruh warga sekolah
memiliki pemahaman yang sama tentang arah pengembangan yang ingin dicapai.
Tilaar (2012) menegaskan bahwa proses transformasi pendidikan menuntut adanya
komitmen kolektif dari seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan visi dan misi tersebut.
Komitmen ini perlu ditumbuhkan melalui kepemimpinan yang inklusif, partisipatif, dan mampu
mengintegrasikan nilai-nilai budaya sekolah dengan tuntutan perubahan sosial. Dengan
demikian, peran kepala sekolah tidak hanya sebatas perencana kebijakan, tetapi juga agen yang
menggerakkan perubahan perilaku, membangun budaya kerja yang produktif, dan menciptakan
iklim sekolah yang kondusif bagi peningkatan mutu pendidikan secara berkelanjutan.
Transformasi tersebut tidak hanya mencakup perubahan struktural, tetapi juga meliputi
pembentukan cara pandang, sikap, dan budaya kerja yang mendukung peningkatan mutu sekolah
(Senge, 2006; Dweck, 2006). Dalam proses ini, guru dan tenaga kependidikan menjadi aktor
utama yang harus diberdayakan, karena melalui kinerja mereka kualitas pembelajaran dan mutu
lulusan sekolah dapat ditingkatkan (Mulyasa, 2013; OECD, 2019).