Kisah Inspiratif ZERO TO HERO oleh Abdul Wahab.pdf

ZuhkhriyanZakaria1 42 views 14 slides Oct 10, 2024
Slide 1
Slide 1 of 14
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14

About This Presentation

Kisah perjalanan inspiratif dari tokoh pemuda Abdul Wahab


Slide Content

1

Pert 2. Kewirausahaan

Kisah Inspiratif, dari sahabat saya. setelah membaca keseluruhan silahkan beri
tanggapan di dalam sebuah uraian satu halaman A4.

Zero To Hero
oleh: Abdul Wahab



Perekenalkan semua, nama saya Abdul Wahab. Saya seorang anak dari satu kampung
di kaki Gunung Slamet. Saya terlahir dari keluarga yang sangat sederhana dengan 9
bersaudara. Ibu saya seorang petani sedang ayah seorang guru ngaji.


Dalam hal pendidikan seyogyanya saya juga sangat ingin mengenyam pendidikan
seperti teman teman saya pada umumnya bisa sekolah sampai kuliah. Namun apalah
daya , karna faktor ekonomi pada saat itu akhirnya setelah lulus MI saya hanya bisa
melanjutkan sekolah *SMP TERBUKA* . Sebuah sekolah SMP husus untuk keluarga
yang kurang mampu.

Sekolah ini cukup unik. Dimana kami sebagai siswa hanya sekolah satu minggu 3 kali
masuk kelas. Ketika kami berangkat terkadang gurunya ga berangkat, ketika guru
berangkat kami yang kadang gak berangkat .


Nah, ketika ujian nasinal ternyata kami menerima soal ujian sama persis dengan anak
anak SMP Negeri pada umumnya. *Alhasil sayapun tidak lulus dan gagal mendapat
ijazah SMP.*

Ketika gagal lulus SMP inilah sosok ibu yang setia memotivasi saya agar saya bisa
tetap semangat. Dari tatapan dan harapan ibu, saya bisa mengambil nasehat bahwa
"Hidup adalah sebuah proses, dan ketika saya tidak lulus bukan akhir dari perjalanan
proses. Saat itu saya hanya menyadari bahwa saya adalah seorang salik/ pejalan,
ketidaklulusan bukanlah jalan buntu, saya yakin masih bisa menemukan jalan lain
bahkan saya bisa membuat jalan saya sendiri , modal saya hanya Huznudzon.


Setelah tidak lulus SMP, kemudian ayah saya berniat memberangkatkan saya di
Pesantren, lagi lagi karna kendala biaya dan karna ayah juga masih membiayai satu
kakak di pesantren, keberangkatan sayapun ditunda.

2


Untuk membantu perekonomian keluarga, akhirnya saat itu saya memutuskan untuk
bekerja agar nanti bisa punya bekal untuk mendaftar di Pesantren.


Pekerja'an pertama saya juga tak lazim. Saya awal bekerja menjadi asisten ibu rumah
tangga dimana saat itu saya harus mengerjakan berbagai pekerjaan seorang wanita.
Mencuci, momong anak, nyapu, ngepel dll. Tapi pada saat itu saya jalani saja karna dari
hasil kerja inilah nantinya saya bisa punya bekal masuk di Pesantren.

Kurang lebih 2/3 bulan akhirnya saya pindah kerja dirumah makan. Setelah saya rasa
cukup untuk biaya pendaftaran mondok saya putuskan berhenti berkeja dan pulang
kampung.

Tepat 2007 akhirnya biidznilah sayapun bisa mendaftar disebuah pesantren di Tegal
Jawa tengah.

Dipesantren inilah saya belajar banyak hal. Dari sekian ratus santri mungkin santri yang
saat itu serba kekurangan hanyalah saya.

Teman teman biasa sebulan mendapatkan kiriman uang minimal 200.000 maksimal
500.000 sehingga mereka bisa lumayan betah karna segala kebeutuhan pondok bisa
meraka penuhi. Berbeda dengan mereka, setiap bulan saya hanya mendapatkan
bestelan/ kiriman sebanyak 50.000.

Dari uang segini saya harus bisa bertahan selama satu bulan. 50.000 pada saat itu
cukuplah menipis, karna pada saat itu saya harus bayar Spp sebesar 25.000, uang kas
5000, uang gedung kisaran 10.000. Jadi uang bestelan yang besarnya 50.000 hanya
tersisa 10.000. Uang 10.000 saya harus bisa mengatur untuk hidup saya sebulan
dipesantren. Maka tak ayal terkadang saya hanya makan nasi 2 hari sekali. Ketika
teman teman asik jajan saya hanya bisa duduk sambil menghafal.
Jangankan untuk makan dan jajan, terkadang untuk membeli buku dan kitabpun saya
harus menabung beberapa bulan. Maka karena saya jarang mampu membeli kitab,
ketika pelajaran saya sering sekali meminjam buku, kitab punya kaka kelas. Jadi di
kelas saya hanya pura pura ngafsahi (emberian makna kata terjemah atau makna setiap
kata) padahal dalam kitab itu sudah penuh afsahanya oleh kaka kelas.

Kehidupan seperti ini di Pesantren bukan hanya sebulan dua bulan, tapi kurang lebih 3
tahun saya jalani pahit-pahitnya ngaji.

3

Namun, dalam segala kekurangan dan kendala ekonmi keluarga tersebut saya bukan
malah putus asa atau mengeluh. Saat itu saya hanya berfikir "Dalam kekurangan
ekonomi keluarga yang sperti ini ayah sama ibu begitu peduli kepada masa depan saya,
(masa depan akherat). Akhirnya yang ada dalam diri saya hanyalah api semangat
bagaimana bisa membangakan orang tua.

Alhadulillah ternyata betul bahwa *HASIL TIDAK AKAN PERNAH MENGHIANATI
SEBUAH PROSES* perjalanan berat dipesantren tertobati ketika 3 tahun berturut" saya
mendapatkan renking 1 dan juara satu dalam setiap perlombaan, seperti khitobah, baca
kitab dll.


Setelah mendapatkan ranking 1 berturut", ternyata ada salah satu orang ndalem yang
selama ini memperhatikan kehidupan saya di pondok. Tepat menginjak sanawi,
sayapun didapuk untuk menjadi khodim (melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan di
rumah kiai) mbah kiai. Alhamdulillah satu beban biaya mondokpun di bebaskan.

Memasuki tahun ke 4 dipesantren saya lebih banyak menghabiskan waktu di ndalem
kiai. Memask dll untuk mbah kiai.

Maka ketika teman-teman seangkatan saya sudah pada hafal Alfiah, karna kesibukan
saya pada saat itu, saya hanya mampu menghafal kurang lebih 50 bait. Maklum, ketika
teman teman menghafal terkdang saya lagi ngliwet, ketika temen temen sekolah
terkadang saya sibuk beres-beres ngepel dll.

Tapi saya tetap tak putus semangat. Pada detik itu saya ingat satu maqolah

*ةمدحلب ةكربلاو ،مولعتب ملعلا*

*Bahwasanya ketika kita ingin menjadi orang alim, maka cukup kita belajar. Tapi, kalo kita
ingin berkah, ilmunya manfaat maka tak ada cara lain kita harus berhidmah.*

Setiap mengingat maqolah itu saya hanya percaya bahwa apa yang sedang saya jalani
saat itu akan menjadi penghantar keberkahan dalam hidup saya nantinya, Husnudzon.

Bagi saya khidmah adalah satu satu cara meraih keberkahan ilmu. Khidmah dapat
diterjemahkan dengan pengabdian. Jadi seorang penuntut ilmu adalah orang yang
mengabdi, baik kepada gurunya, lembaga pendidikannya, atau kepada masyarakat pada
umumnya.

Tujuan utama dari khidmah adalah untuk menciptakan hubungan batin yang kuat antara

4

murid dengan guru dan mendapatkan keridhaan guru. Jika guru sudah ridha kepada
murid, itu alamat sang murid akan berhasil. Keridhaan guru merupakan keberhasilan
pertama murid. Itu yang kemudian saya fahami dari maqolah diatas.

Kurang lebih satu tahun menjadi abdi dalem , ternyata tepat 2012 ayah kembali mau
memasukan adik saya ke Pesantren. Sebagai seorang kaka tentu saya tidak ingin adik
saya mengalami apa yang pernah saya alami dipesantren, hidup serba kekurangan, mau
mutholaah susah karna ga bisa beli kitab dll.

Maka 2012 sebelum saya lulus mondok, saya soan untuk boyong sama mbah kiai agar
bisa bekerja dan membiayai adik saya di Pesantren.

*Awal Merantau Ke Jakarta*

Bukan santri sejati konon katanya kalo dipesantren tidak punya kawan sejati. Selama
dipesantren saya punya kawan yang sudah saya angggap seperti adik saya sendiri.
Naseh Tembelek namanya , nama yang unik karna kebiasa'an dia selama dipesantren
adalah selalu setia tiap saat membersihkan karpet, keramik dari najis tembelek.

Ketika saya jadi kordinator pengairan di Pesantren, kang Naseh setia menemani siang
malam ketika saluran air, got dll macet untuk mengatasinya. Pun ketika saya mau
berangkat ke Jakarta kang naseh pun yang meminjami uang receh 500 an dengan
jumlah 60.000 untuk bekal saya ke Jakarta.

Di iringi doa dan tangisan ayah dan ibu sayapun mengawali petualangan yang luar biasa
di Jakarta.

Berbekal SMP tidak lulus, mondak tidak lulus dan *husnudzon kepada Gusti Allah* serta
diri sendiri saya mengawali pekerjaan menjadi karyawan di Pecel lele. Setelah beberapa
bulan saya pindah kerjaan menjadi tukang sapu di komplek Thamrin Residen. Jadi kalo
kisaran thn 2012 teman teman pernah melihat tukang sapu yang gantengnya seperti
percikan nabi yusuf itu adalah saya ?????? hehehhe

Dari tukang sapu saya beralih kerjaan menjadi tukang tunggu kosan emba emba hingga
menjadi kuli bangunan.

Dalam masa kehidupan dan pekerjaan seperti itu banyak orang dan kawan kawan yang
suka merendahkan dan menghina profesi yang sedang saya jalani. Tapi saya mencoba
biasa saya. Saya kembali mengingat bahwa saya hanyalah seorang slalik/ pejalan.
Namanya pejalan ketika berjalan pasti kita akan bertemu banyak hal. Bukan hal yang
kita temu yang jadi masalah, yang jadi masalah bagi saya adalah cara menghadapi dan

5

menyikapi hal hal tersebut. Pada saat itu orang bebas menghakimi saya sebagai orang
yang gagal, tapi saya tidak boleh menghakimi bahwa saya adalah orang yang gagal,
Husnudzon.

Ketika bekerja menjadi kuli bangunan dengan bayaran sehari 50 ribu saya kembali
memutar otak agar bisa mendapatkan penghasilan sampingan. Karena pada saat itu
adik saya yang mbontot (adik terakhir) juga mau dimasukan di Pesantren oleh ayah.

Akhirnya pada saat itu sambil bekerja menjadi kuli bangunan saya jualan jam tangan.

Nah pada saat inilah saya mulai aktif menulis di akun Facebook trntang berbagai hal.
Tidak dinyana ternyata ada salah satu pengusaha yang tertarik dan setia membaca
tulisan tukllisan saya di Facebook.

Kisaran thn 2013 beliau mengajak saya ketemu. Ketika ketemu ternyata pengusaha
tersebut sedang mengalami berbagai masalah di Perusahaanya. Perusahaan yang dulu
jaya, saat itu bangkrut. Mobil yang tadinya 5 tak tersisa satupun, istri hang tadinya 3
tinggal 2. Pada saat bangkrut, teman-temannya menjauhinya.

Dalam pertemuan tersebut saya hanya menyampaikan bahwa apa yang sedang ia alami
pada saat itu adalah bentuk kasih dan cinta dari yang maha kuasa. Dulu ketika beliau
sukses dan menjadi pengusaha mapan ternyata beliau sering lalai akan perintah Tuhan.

Saya juga memberikan ungkapan
*"Biar kita kehilangan sesuatu karena Allah, asal kita tidak kehilangan Allah karena
sesuatu*. bila air di gelas tumpah, biarkan pikiran dan hati tak tenggelam dalam
kesedihan yang berlarut. Karena semua terjadi sesuai dengan ketetapan Allah. Kita
perlu kuatkan pikiran dan hati. Agar kita lebih sabar dan selalu ikhtiar di jalan Allah.

Hal diatas saya sampaikan karna pada saat itu saya teringat dawuh Syaikh Ibn Athoilah
Asakandari dalam Al Hikam

٭ ِرَايِتِخِلااُنسُح َكَدَّوَع يذلاَوُه ُرادقلاا ُهنم َكتَه جاوىِذلاف. َكل ىل بُملا َوُه ُهناح بُس ُهَّنَاِب َكُمل ِع َكيلع ِءَلاَبلا َمَلَا فِ فَخُيِل

“ Seharusnya bala’ yang menimpa padamu terasa ringan, karena engkau mengetahui
bahwa Alloh yang menguji (memberi bala’) padamu.maka Tuhan yang menimpakan
kepadamu takdirNya itu, Dia pula yang telah biasa memberi sebaik-baik apa yang
dipilihkanNya untukmu.(Dialah yang membiasakan kau merasakan sebaik-baik
pilihanNya/pemberianNya)”.

Dari Maqolah Al Hikam itu, kita bisa mengetahui, bahwa Dzat yang memeberi nikmat

6

kepada kita punya kebiasaan senang memberi sesuatu yang terbaik untuk kita, maka
dilain waktu bila memberi sesuatu yang dirasakan tidak baik, tentu kita bisa yakin
bahwa itu juga terbaik untuk kehidupan kita.

Sebelum kami mengakhiri pertemuan tersebut saya kembali berbisik “Terkadang
memang Tuhan mencintai kita dengan sesuatu yang nampaknya menyakitkan, saat ini
kebangkrutan yang anda alami adalah bisikan darinya agar kamu kembali memanggil
namanya, Khusnudzonlah”.


*BERANGKAT KE PAPUA*

Setelah pertemuan itu, ternyata beliau merasa lega dan tenang menjalani kehidupanya,
beliau kemudian merekrut saya untuk gabung kembali merintis usahanya.

Akhirnya sayapun berhenti menjadi kuli bangunan dan gabung di perusahan orang
tersebut yang kemudian biasa saya panggil Pak Sanuri.


Alhandulillah setelah kurang lebih 2 bulanan daya gabung, perusahaan kita dapat
proyek besar di Papua. Kita dapat proyek menggarap satu hotel di wilayah Kota Raja
Jayapura.

Tepat 14 November 2014 sayapun tiba di Papua. Sebuah daerah yang selama ini
banyak digambarkan media dengan berbagai berita yang seram nan mencekam
terutama hubungan lintas agamanya. Ini sebenarnya sangat tidak benar. Sebab
barangkali kita manusia kebanyakan mendahulukan suudhon daripada khusnudhon.

Saya pun mengalami persepsi yang sama seperti kebanyakan orang akibat bentukan
media. Tetapi setelah saya disana, semua bayangan negatif Papua yang melekat di
benak hilang. Sungguh sepanjang hidup saya belum pernah ketemu orang yang seakrab
orang Papua. Untuk pengetahuan bersama, saya ini sebenarnya hendak pulang setelah
pekerjaan saya rampung selama 4 bulan di Papua. Sampai kemudian saya ditahan
tokoh Katolik yang kebetulan pemilik hotel yang saya kerjakan di Jayapura.

Ceritanya unik, pada awalnya ada konferensi NU dan saya mengalami euforia. Betapa
tidak, bendera NU yang jarang saya lihat berkibar di depan mata, di Papua, tempat yang
benar-benar jauh sekali dari asal NU itu sendiri. Saking gembira dan ingin berkhidmat
pada NU kemudian saya pun mengambil sapu dan ikut bersih-bersih pada persiapan
konferensi. Dari sinilah saya mulai mengenal tokoh NU, tokoh Katolik, dan berbagai
agama serta lintas kepercayaan. Saya diminta berdakwah disana untuk menggelar

7

kajian Aswaja yang moderat nan toleran.

Saya masih ingat perkataan beliau Pak Antonius Rahail "Mas Wahab tolong majukan
Papua dengan cara mas Wahab sebagai orang Islam, dan saya akan majukan papua
dengan cara saya sebagai orang Katolik."

Akhirnya ketika teman-teman satu perusahaan pulang ke Jakarta semua, sayapun harus
tinggal dan Khidmah di Papua.

Alhamdulillah beliau meski bergama katolik , tapi beliaulah yang membantu dakwah
saya di Papua. Misal saya pernah mau di sembeleh disebuah hutan ketika saya selamat
dari kejadian tersebut Pka Antonius langsung membuat pengumuman " Siapa saja saja
yang macam macam saya pu anak (saya punya anak/anak saya), dia akan berhadapan
dengan saya" .

Selain membantu saya dalam banyak hal, beliau juga yang memberikan tempat tinggal
selama kegiatan saya di sana.

Kebaikan Bpk Antonius Rahail selaku Katolik tersebut tak lepas dari keberkahan Gus
Dur. Beliau yang tau kalo saya aktifis NU menganggap saya ini santri dari Gus Dur .
belau sangat mengagumi dan memghormati Gus Dur yang telah mengembalikan
identitas kepapuaan.

beliau sangat mengargai bagaimana Gus Dur memimpin dengan hati. Pluralisme yang
diajarkan beliau juga pertahankan di sini. Maka ketika saya yang merupakan kader NU
membuat kegiatan di sini, beliau menyambut baik kegiatan " yang kami slenggarakan di
Papua. karena menurut beliau, kegiatan " yang kami laksanakan akan memberi dampak
positif bagi masyarakat lokal. makanya beliau dengan iklas sampai rela memfasilitasi
kami hingga saat ini. semua itu berkah Gus Dur.

Subhanallah, saat itu saya bisa merasakan betapa model dakwah Gus Dur itu
berdampak luas dan jangka panjang dan berkahnya kami sebagai Aktifis NU Papua ikut
merasakan.

Setalah mantap khidmah di Papua, sayapun langsung membuat pemetaan dakwah
serta rencana rencana dakwah di Papua.

Mulai saat itupun saya aktif berkunjung ke berbagai perkampungan muslim seperti
daerah Papua Barat, Wamena, Jaya Wijaya, Walesi dll.

Alhamdulillah untuk biaya dakwah disana sendiri saya mengandalakan tabungan

8

selama saya kerja 4 bulan di Papua dan banyak juga teman teman yang ikut membantu
terkait pendanaan dll. Seperti PPM Aswaja, Sarkuber dll.

*MENDIRIKAN MADRASAH DI PAPUA*

28/10/2015 bertepatan dengan peringatan Hari sumpah Pemuda , saya dan teman
teman yang saya ajak dakwah di Papua dibantu PPM Aswaja resmi membuka
Madrasah di salah satu pedalaman di Papua. Pembukaan madrasah ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pendidikan agama Islam di kawasan pedalaman di Papua. Yang
mana ketika awal mula saya berkunjung kesini saya mendapati semua warganya asli
papua dan Muslim. Namun miris mereka tidak ada yang mengajarkan shalat, ngaji dll.

Madrasah tersebut di beri nama "Madrasah Nigeiyah Ibadurrahman " . Nama madrasah
ini adalah kolaborasi dua bahasa antara bahasa asli suku setempat dan bahasa Arab

Nama “Nigeiyah” diambil dari bahasa suku setempat yang di berikan oleh tokoh
setempat , Suku Kokoda . " sedangkan “Ibaadurrohman” sebuah nama yang kami ambil
dari bahasa arab. Jadi, “Nigeiyah Ibaadurrohman” memiliki arti Cahaya hamba-hamba
Dzat Yang Maha Pengasih. Saya berharap dengan lantaran berdirinya madrasah
tersebut warga sekitar dipenuhi cahaya-cahaya. Cahaya dunia dan cahaya akhirat dari
Sang Maha Cahaya. Dan akan saling berbagi kasih terhadap sesama dengan cahaya-
cahaya itu. Kasih yang bersumber dari Dia yang Maha Pengasih pula.


Abdul Wahab dan santri https://www.instagram.com/santri.online/

Selama dakwah di Papua saya selalu mencoba bagaimana mengibarkan Bendera NU
tidak mengibarkan bendera diri sendiri. Maka setiap melakukan apapun saya selalu
menulis "Kegiatan ini diselenggarkan oleh PBNU" Meski sebenarya PBNU juga tidak

9

tahu menahu.

Akhirnya ketika memuncak konflik di Tolikara saya baru di Telfon oleh PBNU untuk
membantu meredam konflik di sana. Alhamdulillah jika banyak yang bertanya apa peran
NU Ketika ada konflik di Tolikara maka jawabanya adalah kenapa konfkik tidak sampei
meluas salah satu sebabnya adalah adanya kader NU yang di tugaskan disana dan itu
adalah saya hehhee.

Perihal tentang kerukunan beragama , saya justru banyak belajar di Papua.

Di Papua terkenal istilah *Satu tungku tiga batu* , sebuah kata yang sering juga sering
dengar tentang kerukunan umat beragama di Papua. Filosofi tiga batu satu tungku
mendeskripsikan prinsip hidup warga Papua dalam menjaga keseimbangan dan
kebersamaan hidup, antara lain melalui penghormatan yang tinggi terhadap pentingnya
kerukunan hidup antarumat. Tungku adalah kebersamaan hidup. Tiga batu adalah
simbol dari tiga agama besar yang ada di daerah ini.

Saat saya berkunjung ke bebrapa daerah kerap saya jumpai dalam 1 keluarga terdapat
3 agama dalam keluarga tersebut. Ada yang Islam, Kristen dan juga Katolik.

Walaupun mereka satu keluarga tapi beda agama ,tapi sungguh tak ada konflik apapun
mengenai keyakinan yang berbeda itu, pun ketika saya menjadi pengajar di Pesantren Al
Payage ada pemandangan yang begitu indah , salah satu santri di Pondok Al Payage
dijenguk bapaknya. Rudi namanya, salah satu santri yang berasal dari Argaboda
pegunungan tengah papua dijenguk oleh bapaknya yang bergama Kristen. Indah sekali
saya melihatnya. Walaupun beliau sang bapak beragama kristen, tapi mengizinkan rudi
untuk menempuh jalan hidupnya sendiri di sebuah pesantren yang jauh dari kampung
halamannya.

Semakin kesini bisa semakin memahami bahwa konsep kultural yang berlaku di tanah
Papua ini sangat mengedepankan inspirasi untuk hidup bersama dalam bingkai
kekeluargaan.

Bagi saya kerukunan beragama di Papua merupakan harmoni kehidupan beragama
yang dilandasi nilai dan etika budaya yang luhur. Dalam kenyataannya, perbedaan
agama bukan menjadi penghalang untuk berinteraksi, tetapi justru menjadi ikatan
kekerabatan dan persaudaraan yang dijaga dengan nilai budaya lokal.

*Mendirikan SANTRIONLINE*

Apa yang ada di benak kita saat mendengar kata "santri"? Mungkin banyak jawaban

10

yang bakal dilontarkan sesuai versi masing-masing, mulai dari yang paling ndagel
sampai yang paling baper. Apalagi memang karena kita adalah santri, atau setidaknya
kita berjiwa santri. Santri adalah kaum pelajar, yang secara zhohiron wa bathinan,
menimba ilmu agama di pondok pesantren dari para Asatidz, Kiai dan Habaib. Santri-
pelajar identik dengan kegiatan belajar, membaca, menulis, menganalisa, khithabah,
da'wah, riyadhah, laku prihatin, ta'dzim guru, menjaga akhlaq, dll.

Cerminan idealnya, seperti jaman dahulu ketika khasanah ilmu Islam berkembang
gemilang oleh para ulama dengan tradisi turats-nya (menulis kitab). Ya, tradisi menulis
dan menebarluaskan ilmu adalah khittah kaum santri. Tapi ironisnya, saat ini kita seolah
ter-hipnotis dan ter-amnesia oleh karena banyak faktor. Kritik Al-'Allamah Syaikh
Burhanuddin Az Zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'allim kepada santri yang sudah banyak
mengenyam pembelajaran tetapi ilmunya tidak bermanfaat karena tak mau
menyebarkannya, seyogyanya patut kita renungkan lagi.
Maka ketika di Papua saya menjumpai banyak hal yang bagi saya tidaklah cukup untuk
saya nikmati dan pelajari sendiri, maka saya terbesit pada saat itu untuk bisa membuat
media sendiri.

Apalagi saat ini perkembangan sosial masyarakat nampak begitu pesat, terutama
dalam hal pertarungan pemikiran. Meskipun kami tak begitu sepakat dengan Teori
Konspirasi, namun tesis Clash of Civilizations-nya Samuel Huntington sedikit
menggambarkan pertarungan ideologi umat yang terlihat makin menggila. Kumparasi
tarik-menarik pemahaman mulai dari ideologi yang paling kiri, hingga yang paling
ekstrim kanan sekalipun, sepertinya siap memapar pola pikir kita semua.

Sebagai pengemban panji Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) yang tawasuth, tawazun,
dan tasamuh, dibawah bimbingan ulama-ulama Nahdlatul Ulama, saya sebagai santri
wajib ikut menjawab persoalan pertarungan pemikiran umat ke arah yang benar. Kalau
tidak, maka tradisi Islam Rahmatan Lil 'Aalamin di Nusantara akan tergerus habis. Sekali
lagi, sebagai santri patutlah kita bangkit menggiatkan da'wah Islam Ramah yang
berhaluan Aswaja, dalam bingkai NKRI.

Bagi saya da'wah bukan hanya urusan diatas mimbar. Da'wah bisa menggunakan media
apa saja, termasuk ranah media baru (internet/online/cyber/social media).

Melalui media ini kita bisa membangun semangat santri yang mu-addib (pendidik
Islami), musaddid (pelurus info Islam), muwahid (pemersatu umat), dan juga mujahid
(pejuang Islam di medan perang informasi/media).

Tepat 20 Maret 2016 sayapun dibantu teman temean meluncurkan situs

11

santrionline.net

Saya dkk berupaya ikut memperkaya khasanah sarana transformasi ilmu dan informasi
tentang santri, pesantren, tokoh ulama, Islam ala Aswaja, etc. Dalam situs ini termuat
rubrik antara lain Berita Nasional dan Internasional, Cerita Santri, Profil Pesantren, Kisah
Ulama, Kalam Hikmah, Kajian Islam, dll. Tentunya tidak menutup kemungkinan, akan
semakin dikembangkan ke arah lebih baik dan kreatif.

SANTRIONLINE.NET adalah salah satu jawaban dari kami para santri, atas tantangan
modernitas dunia komunikasi-informasi. Sedikit berkontribusi memberikan
keberimbangan ilmu dan informasi tentang ke-Islam-an di Indonesia. Dengan tagline
"Dari Santri, Oleh Santri, Untuk Negeri" harapan kami membuncah. Pastinya agar
SANTRIONLINE mampu menjadi sebuah ikhtiar minimalis kaum santri-kaum Nahdliyin
untuk menjaga negeri kita tetap harmoni, bhinneka, dan bersatu, di bawah naungan
NKRI, Pancasila, dan UUD 1945. Serta menjadi penyeimbang dari makin meruaknya
suara-suara radikalisme dan disintegrasi bangsa di dunia viral.


*Mendirikan Usaha Distro Kang Santri*


Karna ketika dipapua saya membutuhkan banyak biaya untuk menyokong berbagai
kegiatan saya disana, sebagi santri tentu saya sudah diajari agar hidup mandiri tak
tergantung dengan donatur dan lainya. Ketika itu saya teringat dawuh mbah Maimun
Zubair

“Nak, kamu kalau jadi guru, dosen atau jadi kiyai kamu harus tetep usaha, harus punya
usaha sampingan biar hati kamu nggak selalu mengharap pemberian ataupun bayaran
orang lain, karena usaha yang dari hasil keringatmu sendiri itu barokah”. Demikian
Pesan Mbah Mun yang kemudian mendorong saya untuk membut usaha yang
kemudian dikenal dengan nama *Distro Kang Santri*

Jadi saat itu saya menghubungi kang Naseh,( masih ingat kan teman teman dengan
kang Naseh?) Kepadanya saya bilang kalo saya mau bikin usaha. Ketika saya telfon dia
hanya ketawa dan bulang, walah walah ojo mimpi to kang, usaha dari mana wong
modal aja ga ada.
Bukan santri kalo saya mudah putus asa. Memang dibenak banyak orang modal usaha
adalah uang, artinya kalo ga ada uang maka ga bisa buat usaha. Karna orang
memahami uang adalah sebab.

Untunglah saya sama sekali tidak percaya dan tidak mengamini teori tersebut. Saya

12

membuat teori sendiri bahwa uang itu akibat bukan sebab. Modal utama seseorang
yang ketika mau melakukan apapun adalah krentegnya dalam hati yang mana itu modal
awal/ utama yang diberikan oleh Gusti Allah.

Akhirnya tanpa modal sepeserpun saya dan kang naseh mulai menjalankan bisniss ini.
Awalnya saya hanya menjadi reseler dari orang lain. Jadi dalam hal ini saya ingin sperti
Kanjeng nabi yang dahulu menjualkan produk Siti Hadijah.Meski menjual produk orang ,
nyatanya Kanjeng Nabi bisa sukses karna pertama beliau bosa dipercaya sehingga
mendapat gelar Al Amin. Bisnis inipun saya kelola jarak jauh dari Papua.

Alhamdulillah kehadiran distro kang santri ternyata cukup luar biasa disambut
masyarakat. Sehingga pada saat itu penghasilanya sudah cukup untuk mendanai
kegiatan dakwah di Papua.


Setelah saya pulang kembali ke Depok barulah saya kembangkan usaha Distro Kang
Santri yang mana pada saat ini menjadi salah satu *toko online karya santri terbesar di
Indoensia* dengan jumlah produk terjual setiap bulan kurang lebih 20.000 produk
dengan 200 reseler.10 karyawan tetap, dan 20 karyawan frilence serta 6 cabang di 6
profinsi dengan omset kisaran 300 s/d 500 jt setiap bulan.

Alhamdulillah dari Distro Kang Santri ini saya juga membuat program *BEASISWA
SANTRI* dimana dari hasil penjualan saya sisihkan untuk membantu temen temen yang
mondok. Sehingga pada saat ini alhamdulillah kita bisa membiayai -+ 50 santri di
berbagai pesantren di Indonesia. Program ini saya buat karna saya tidak ingin ada
santri yang mengalami apa yang pernah saya alami.

Dalam dunia bisnis saya memahami bahwa ada yang lebih penting dari pada uang, apa
itu? Tidak lain tidak bukan adalah keberkahan. Nah untuk bisa mendapatkan
keberkahan tersebut tentu juga butuh perjuangan dimana kita harus mau berbagi
kepada mereka yang membutuhkan. Ini salah satu kunci kesuksesan.


Seperti yang saya ceritakan dari awal, saya bukanlah siapa siapa dan sampai saat ini
juga belum bisa berbuat apa apa.

Saya memahami bahwa untuk bisa menjadi ZERO to HERO butuh perjuangan dan
kesabaran, usaha dan doa.

Selain hal itu dalam setiap langkah saya selalu berusaha HUSNUDZON kepada Gusti
Allah dan kepada nasib saya sendiri.

13



Ketika banyak orang memfonis saya sebagai orang yang gagal. Saya husnudzon saya
akan menjadi orang yang sukses.


Saya ingat nasehat orang arif tentang bagaimana keyakinan Nabi Ibrahim 'alaihissalam,
ketika berdoa di lembah tandus Bakkah, meminta agar penduduk negeri itu dikaruniai
rizki buah-buahan. Doa yang rasanya mustahil, jauh dari kenyataan. Tapi bagaimana,
bagaimana Nabi Ibrahim bisa seyakin itu?

Bagaimanakah keyakinan Nabi Zakaria 'alaihissalaam, ketika berdoa memohon
keturunan di usianya yang lanjut, lagi beristri mandul. Doa yang rasanya mustahil, jauh
dari kenyataan. Tapi bagaimana, bagaimana Nabi Zakaria bisa seyakin itu?

Bagaimanakah keyakinan Nabi Musa 'alaihissaam, ketika ditugaskan menyampaikan
kebenaran pada Fir'aun, yang jelas2 menentang bahkan mengaku-aku sebagai Tuhan,
ditambah lagi dengan keterbatasan komunikasi yang dimiliki Nabi Musa. Rasanya
mustahil diberikan kelancaran dapat menyampaikan kebenaran. Tapi bagaimana,
bagaimana Nabi Musa, Nabi Zakaria, dan Nabi Ibrahim bisa melalui semua itu? Apakah
karena keyakinan?

Dalam banyak hal ada yang lebih penting dari doa, yaitu hati yang yakin. Tapi ada lagi
yang lebih penting dari keyakinan itu sendiri, adalah hati yang husnuzhon pada Allah.

Yang dihadapi Nabi Ibrahim adalah tanah tandus, tapi ia meyakini memiliki Allah yang
Maha Kuasa.

Yang dihadapi Nabi Zakaria adalah usia dan kemandulan, tapi ia meyakini memiliki
Allah yang Maha Kasih.

Yang dihadapi Nabi Musa adalah Fir'aun, tapi ia yakini memiliki Allah yang Maha
Memelihara.

Maka sebelum berdoa, hiasi hati kita dengan husnuzhon pada Zat yang kita minta
pengijabahannya. Semoga dimampukan membersihkan dari segala buru prasangka.

Seseorang yang berdoa kepada Allah denga hati yang husnuzhon, tidak lagi berurusan
dengan pengijabahan. Namun ia menemukan kedamaian pada setiap ketetapan Tuhan.
Karena ketenangan hati ada pada hati yang husnuzhon.

14











Media on-line tentang Abdul Wahab,
https://bangkitmedia.com/kisah-santri-sembuhkan-anjing-sakit-di-papua/


https://regional.kompas.com/read/2017/03/06/06010011/cerita.wahab.pria.tak.lulus.s
mp.yang.menjadi.pemuda.inspirasi
https://bangka.tribunnews.com/2017/03/06/kisah-wahab-santri-yang-pernah-tinggal-
di-keluarga-katolik-kini-sukses-bangun-pesantren