10
yang bakal dilontarkan sesuai versi masing-masing, mulai dari yang paling ndagel
sampai yang paling baper. Apalagi memang karena kita adalah santri, atau setidaknya
kita berjiwa santri. Santri adalah kaum pelajar, yang secara zhohiron wa bathinan,
menimba ilmu agama di pondok pesantren dari para Asatidz, Kiai dan Habaib. Santri-
pelajar identik dengan kegiatan belajar, membaca, menulis, menganalisa, khithabah,
da'wah, riyadhah, laku prihatin, ta'dzim guru, menjaga akhlaq, dll.
Cerminan idealnya, seperti jaman dahulu ketika khasanah ilmu Islam berkembang
gemilang oleh para ulama dengan tradisi turats-nya (menulis kitab). Ya, tradisi menulis
dan menebarluaskan ilmu adalah khittah kaum santri. Tapi ironisnya, saat ini kita seolah
ter-hipnotis dan ter-amnesia oleh karena banyak faktor. Kritik Al-'Allamah Syaikh
Burhanuddin Az Zarnuji dalam kitab Ta'lim Muta'allim kepada santri yang sudah banyak
mengenyam pembelajaran tetapi ilmunya tidak bermanfaat karena tak mau
menyebarkannya, seyogyanya patut kita renungkan lagi.
Maka ketika di Papua saya menjumpai banyak hal yang bagi saya tidaklah cukup untuk
saya nikmati dan pelajari sendiri, maka saya terbesit pada saat itu untuk bisa membuat
media sendiri.
Apalagi saat ini perkembangan sosial masyarakat nampak begitu pesat, terutama
dalam hal pertarungan pemikiran. Meskipun kami tak begitu sepakat dengan Teori
Konspirasi, namun tesis Clash of Civilizations-nya Samuel Huntington sedikit
menggambarkan pertarungan ideologi umat yang terlihat makin menggila. Kumparasi
tarik-menarik pemahaman mulai dari ideologi yang paling kiri, hingga yang paling
ekstrim kanan sekalipun, sepertinya siap memapar pola pikir kita semua.
Sebagai pengemban panji Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) yang tawasuth, tawazun,
dan tasamuh, dibawah bimbingan ulama-ulama Nahdlatul Ulama, saya sebagai santri
wajib ikut menjawab persoalan pertarungan pemikiran umat ke arah yang benar. Kalau
tidak, maka tradisi Islam Rahmatan Lil 'Aalamin di Nusantara akan tergerus habis. Sekali
lagi, sebagai santri patutlah kita bangkit menggiatkan da'wah Islam Ramah yang
berhaluan Aswaja, dalam bingkai NKRI.
Bagi saya da'wah bukan hanya urusan diatas mimbar. Da'wah bisa menggunakan media
apa saja, termasuk ranah media baru (internet/online/cyber/social media).
Melalui media ini kita bisa membangun semangat santri yang mu-addib (pendidik
Islami), musaddid (pelurus info Islam), muwahid (pemersatu umat), dan juga mujahid
(pejuang Islam di medan perang informasi/media).
Tepat 20 Maret 2016 sayapun dibantu teman temean meluncurkan situs