KOMPLIKASI DAN
PENYULIT KEHAMILAN
T III
KEHAMILAN DENGAN
HIPERTENSI
2. PRE-EKLAMPSIA
a) PE Ringan
a.1 Gejala yang selalu ada :
Tekanan Diastolik 90 – 110 mmhg ( 2
pengukuran jarak 4 jam ) pada
kehamilan > 20 mg.
Proteinuria (+2)
a.2 Penanganan
Bila kehamilan < 37 mg
lakukan penilaian 2 x seminggu jika blm
ada perbaikan.
Pantau TD, urin, refleks dan kondisi
janin.
Kondisi janin memburuk lakukan rawat
inap untuk pengawasan.
•Beritahu pasien dan keluarga
tanda-tanda PE dan Eklampsia.
•Lebih banyak istirahat
•Diet biasa (tidak perlu rendah
garam).
•Tidak perlu diberi obat
•Jika rawat jalan tdk mungkin, maka
rawat dirumah sakit :
Diet biasa
Pantau TD min. 2 x sehari, dan
urin 1 x sehari.
Tdk perlu obat.
Tdk perlu diuretik, kecuali ada
edema paru, dekompensasi kordis,
atau gagal ginjal akut.
Jika TD turun pasien boleh pulang
dengan tetap istirahat, perhatikan
tanda-tanda PE dan kontrol 2 x
seminggu.Jika TD naik lagi, rawat
kembali.
Jika tidak ada tanda perbaikan
tetap dirawat.
Jika proteinuria meningkat rawat
sebagai PE berat.
Bila kehamilan > 37 mg
Jika serviks matang, pecahkan ketuban
dan induksi persalinan dengan oksitosin
atau prostaglandin.
Jika serviks belum matang, Lakukan
pematangan dengan prostaglandin atau
kateter voley ataun lakukan seksio sesarea.
b) PE Berat
b.1 Gejala yang selalu ada :
Tekanan Diastolik ≥ 110 mmhg pada
kehamilan > 20 mg.
Proteinuria (≥ +3)
b.2 Gejala yang kadang-kadang ada:
Hiperrefleksia
Nyeri kepala (tdk hilang dengan analgetika
biasa)
Penglihatan kabur
Oligouria (< 400 ml/24 jam)
Nyeri abdomen atas (epigastrium)
Edema paru
b.3 Penanganan
Pantau TD, urin, dan kondisi janin untuk
setiap minggu.
TD meningkat tangani sebagai PE Ringan.
Kondisi janin memburuk lakukan rawat inap
untuk pengawasan.
Beritahu pasien dan keluarga tanda-tanda PE
dan Eklampsia.
Bila TD stabil, janin dapat dilahirkan normal.
3. EKLAMPSIA
a. Gejala yang selalu ada :
Kejang
Tekanan Diastolik ≥ 90 mmhg pada
kehamilan > 20 mg.
Proteinuria (≥ +2)
b. Gejala yang kadang-kadang ada :
Koma
Sda. PE berat
c. PENANGANAN
Penanganan Pe Berat dan Eklampsia
sama, kecuali bahwa persalinan harus
berlangsung pada 12 jam setelah kejang
pada Eklampsia.
PENANGANAN KEJANG
Beri obat anti konvulsan
Perlengkapan untuk penanganan
kejang(Jalan napas, sedotan, masker, balon,
oksigen.
Beri oksigen 4-6 liter per menit.
Lindungi dari kemungkinan trauma.
Baringkan pada sisi kiri untuk untuk
mengurangi resiko aspirasi.
Setelah kejang, aspirasi mulut dan
tenggorokan jika perlu.
PENANGANAN UMUM
Jika TD tetap lebih dari 110 mmhg, berikan
anti hipertensi sampai diastolik diantara 90-
100 mmhg.
Pasang infus dengan jarum besar(16 gauge).
Hitung keseimbangan cairan, jgn sampai tjd
overload cairan.
Kateterisasi urin untuk memantau
pengeluaran urin dan proteinuria.
Jika jlh urin < 30 ml/jam, hentikan MgSO4
dan berikan cairan IV.(NaCL 0,9 % atau RL)
dengan kecepatan 1 L/8 jam.Pantau
kemungkinan edema paru.
Jangan tinggalkan pasien sendiri, aspirasi
muntah dapat menyebabkan kematian ibu
dan janin.
Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan
DJJ janin tiap jam.
Hentikan pemberian cairan IV dan berikan
diuretik mis.Furosemid 40 mg IV sekali
saja bila ada edeme paru.
Nilai pembekuan darah dengan uji
pembekuan sederhana (bedside clotting
test), jika pembekuan tidak terjadi sesudah
7 menit, kemungkinan terdapat
koagulopati.