Komunikasi merupakan salah satu komponen esensial dalam praktik keperawatan , terutama dalam perawatan luka , di mana hubungan antara perawat dan pasien sangat menentukan keberhasilan proses penyembuhan . Komunikasi terapeutik adalah bentuk komunikasi yang bertujuan untuk membantu pasien dalam menghadapi masalah kesehatan secara efektif , memberikan rasa aman , serta memperkuat hubungan saling percaya antara perawat dan pasien (Potter & Perry, 2017). Dalam konteks perawatan luka , pasien sering mengalami rasa sakit , ketidaknyamanan , hingga kecemasan atau takut akan proses perawatan . Di sinilah peran komunikasi terapeutik sangat penting , karena perawat tidak hanya melakukan tindakan fisik , tetapi juga memberikan dukungan psikologis dan emosional . Penelitian menunjukkan bahwa hubungan terapeutik yang baik dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan , mempercepat proses penyembuhan , dan mengurangi tingkat stres pasien (Arnold & Boggs, 2020). Komunikasi yang efektif juga membantu dalam mengedukasi pasien dan keluarga tentang cara perawatan luka yang benar di rumah , mencegah komplikasi , dan meningkatkan kualitas hidup . Ketidakefektifan komunikasi dapat menyebabkan miskomunikasi , kesalahan dalam perawatan , serta menurunnya kepuasan pasien terhadap layanan keperawatan ( Notoatmodjo , 2012). Oleh karena itu , kemampuan komunikasi terapeutik harus dimiliki oleh setiap perawat profesional . Perawat perlu memahami teknik-teknik dasar komunikasi , seperti mendengarkan secara aktif , empati , validasi emosi , serta pemberian informasi yang jelas dan tepat waktu , agar pelayanan keperawatan bersifat holistik dan berpusat pada pasien .