Konservasi pertanian Lahan Kering menuju pertanian nberkelanjutan.docx

ArifPrianbudi 3 views 5 slides Feb 10, 2025
Slide 1
Slide 1 of 5
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5

About This Presentation

Konservasi Lahan


Slide Content

Konservasi Lahan Kering
Kegiatan yang pertama dan utama ialah dengan konservasi tanah. Konservasi tanah
didefinisikan sebagai penerapan berbagai tindakan atau perlakuan yang diperlukan pada
suatu tanah usahatani, agar terjadi peningkatan produksi dan membangun produktivitas
tanah yang dilakukan pada saat bersamaan. Hal ini berarti membuat tanah menghasilkan
produksi yang berlimpah dari tahun ketahun untuk masa yang tidak terbatas, juga berarti
membangun ketahanan tanah. Metode konservasi tanah yang digunakan dibagi menjadi 2
golongan yaitu :
Metode vegetatif adalah penggunaan tumbuhan atau tanaman dan sisa-sisanya.
Termasuk dalam metode ini adalah penanaman pohon, penanaman rumput, pergiliran
tanaman atau tumbuhan seperti mulsa dan pupuk hijau. Fungsi metode vegetatif adalah
mencegah butir hujan yang jatuh sehingga mengurangi pukulan terhadap permukaan
tanah, mengurangi jumlah air yang sampai dipermukaan tanah, mengurangi dan
menghambat kecepatan serta daya rusak aliran permukaan dan memperbesar kapasitas
infiltrasi.
Metode mekanik adalah pembuatan bangunan-bangunan pencegahan erosi dan
manipulasi mekanik tanah dan permukaan tanah. Termasuk dalam metode ini adalah
pengolahan tanah menurut kontur, penanaman dan pengolahan menurut kontur (contour
farming), pananaman dalam strip, pembuatan guludan, teras, saluran pengalih, saluran
pembuangan, rorak, chek dam, sumbat gully dan sebagainya. Fungsi metode mekanik
adalah memperlambat aliran permukaan dan mengalirkannya dengan kecepatan yang tidak
merusak serta memperbesar infiltrasi air kedalam tanah.
Lahan kering jika pengolahannya tepat dan sejauh mungkin mencegah dan
mengurangi kerusakan dan dapat menjamin kelestariannya akan membawa manfaat yang
besar untuk mendukung usaha pertanian dan juga dapat mendukung usaha peternakan.
Pengolahan lahan kering adalah menciptakan lingkungan perakaran yang dalam,
mempertahankan kemampuan tanah menyimpan air dan mengedarkan udara. Tindakan
terakhir adalah memperkaya tanah dengan zat hara tersedia untuk akar. Lingkungan
perakaran yang dalam mensyaratkan pembuangan kelebihan air melalui rembesan dalam
dan melalui aliran permukaan untuk memantapkan zarah-zarah (hara) tanah. Humus
sebagai salah satu hasil perombakan zat organik membentuk zarah majemuk dan mantap.
Pengolahan lahan kering dapat menggunakan usaha tani percontohan yang
direkomendasikan oleh pemerintah yang pada hakekatnya adalah suatu pola usaha tani
terpadu. Keterpaduan diusahakan :

1.      Lewat paket teknologi yang terdiri dari empat komponen teknologi :
a.       Penterasan dan bangunan pengendalian erosi ;
b.      Pola tanam-tanaman pangan;
c.       Pola tanam-tanaman campuran (agroforestry) dan
d.      Ternak dan /kolam ikan.
2.      Lewat sub komponen penunjangnya yakni :
Penelitian petani lahan kering, persemaian, kredit usaha tani, perluasan paket teknologi
pertanian, lahan kering dan jaringan lahan masuk.
SPT pada Lahan Kering
Lahan merupakan sumber daya alam fisik yang mempunyai arti penting dalam
kehidupan manusia, yang digunakan untuk tinggal, melakukan kegiatan pertanian,
peternakan dan perikanan. Ketersediaan tanah sangat terbatas dan penggunaannya kurang
efisien sehingga terjadi tumpang tindih dalam penggunaannya. Misalnya penggunaan lahan
persawahan untuk perikanan, perkebunan tebu, penggembalaan ternak dan peradangan
lainnya.
Pemanfaatan lahan kering untuk peternakan ruminansia sebagai usaha penyerasian
pembentukan lahan dengan sistim produksi peternakan dan sistim pertanian terpadu
berkelanjutan menjadi sangat berguna. Prioritas utamanya adalah ternak ruminansia besar
(sapi dan kerbau) yang diikuti dengan ternak ruminansia kecil (kambing dan domba).
Lahan kering dapat diperuntukkan sebagai :
1.      Lahan kering tanaman pangan
Lahan kering tanaman pangan maka tanaman pangan yang umum berupa palawija
(karena padi ditanam hanya disawah), prioritas kedua adalah tanaman holtikultura, dengan
demikian hijauan pakan untuk ternak berasal dari limbah pertanian tanaman palawija,
gulma, peperduan dan pepohonan.
2.      Lahan kering tanaman perkebunan
Lahan kering tanaman perkebunan terutama pada lahan perkebunan rakyat masih
dimungkinkan ternak ruminansia karena cara berkebun yang kurang intensif maka masih
dimungkinkan untuk mengarit gulma sebagian pakan.

3.      Lahan hutan
Tergantung pada status kawasan hutan apakah hutan lindung, hutan produksi atau
hutan konservasi, maka dukungan pakan dapat bervariasi dari rendah sekali sampai
potensial.
4.      Padang rumput
Sumber pakan ternak terutama berupa rumput alam tersebut. Perbaikan biasanya
dengan penanaman lamtoro yang populer dengan nama “lamtoronisasi”. Pembuatan dam-
dam pengendali akan memungkinkan pengembangan tanaman pangan dan hortikultura
tetapi bukan dalam kawasan yang luas. Meskipun demikian sudah ada kemungkinan
peningkatan pakan berupa limbah pertanian. Dampak utama dari pembangunan dan
pengendali maka akan berkembang dua macam usaha produksi peternakan yaitu sistem
ekstensif (pengembalaan) dan sistem intensif (penggemukan).
Penerapan Sistem Pertanian Terpadu
Penerapan sistem pertanian terpadu integrasi ternak dan tanaman terbukti sangat
efektif dan efisien dalam rangka penyediaan pangan masyarakat. Siklus dan keseimbangan
nutrisi serta energi akan terbentuk dalam suatu ekosistem secara terpadu. Sehingga akan
meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi yang berupa peningkatan hasil produksi dan
penurunan biaya produksi.
Kegiatan terpadu usaha peternakan dan pertanian ini, sangatlah menunjang dalam
penyediaan pupuk kandang di lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola
peternakan tanpa limbah karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah
pertanian untuk makan ternak. Integrasi hewan ternak dan tanaman dimaksudkan untuk
memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka memperbaiki kondisi kesuburan
tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman haruslah saling melengkapi, mendukung dan
saling menguntungkan, sehingga dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan
meningkatkan keuntungan hasil usaha taninya. Sistem tumpangsari tanaman dan ternak
banyak juga dipraktekkan di daerah perkebunan. Di dalam sistem tumpangsari ini tanaman
perkebunan sebagai komponen utama dan tanaman rumput dan ternak yang merumput di
atasnya merupakan komponen kedua.
 
Praktek penerapan pola usaha tani konservasi ini hendaknya dilakukan secara
terpadu, seperti sistem multiple croping(pertanaman ganda / tumpang sari), agroforestry,
perternakan, dan dipadukan dengan pembuatan teras. Misalnya dalam praktek PHBM,
tanaman pangan ditanam pada bidang teras meliputi kedelai, kacang tanah, jagung dan
kacang panjang yang di tanamn diantara tanaman tahunan (misal: jati, mauni atau pinus
sebagai tanaman pokok). Pada tepi teras ditanami dengan tanaman penguat teras yang
terdiri dari tanaman rumput, lamtoro dan dapat ditanami tanaman hortikultura seperti
srikaya ataupun nanas dan pisang. Tanaman rumput pada tepi teras disamping berfungsi
sebagai penguat teras juga sebagai sumber pakan ternak (sapi atau kambing).

Definisi pertanian terpadu
Sistem Pertanian Terpadu
Sistem
Pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan kegiatan pertanian,
peternakan,
perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan,
sehingga
diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan,
program
pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu.
Diharapkan
kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa pangan, sandang
dan
papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini
.
Atau
dapat juga di artikan bahwa
 Sistem pertanian terpadu merupakan satu sistem
yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai
mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja.Pertanian pada
hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di
dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang.
Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan
produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.
Pertanian terpadu pada hakekatnya adalah memanfaatkan seluruh potensi energi
sehingga dapat dipanen secara seimbang. Pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu
atau beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi. Dengan pertanian terpadu ada pengikatan bahan organik
di dalam tanah dan penyerapan karbon lebih rendah dibanding pertanian konvensional
yang pakai pupuk nitrogen dan sebagainya. Agar proses pemanfaatan tersebut dapat terjadi
secara efektif dan efisien, maka sebaiknya produksi pertanian terpadu berada dalam suatu
kawasan. Pada kawasan tersebut sebaiknya terdapat sektor produksi tanaman, peternakan
maupun perikanan. Keberadaan sektor-sektor ini akan mengakibatkan kawasan tersebut
memiliki ekosistem yang lengkap dan seluruh komponen produksi tidak akan menjadi
limbah karena pasti akan dimanfaatkan oleh komponen lainnya. Disamping akan terjadi
peningkatan hasil produksi dan penekanan biaya produksi sehingga efektivitas dan efisiensi
produksi akan tercapai.
Selain hemat energi, keunggulan lain dari pertanian terpadu adalah petani akan memiiki
beragam sumber penghasilan. Sistem Pertanian terpadu memperhatikan diversifikasi
tanaman dan polikultur. Seorang petani bisa menanam padi dan bisa juga beternak
kambing atau ayam dan menanam sayuran. Kotoran yang dihasilkan oleh ternak dapat

digunakan sebagai pupuk sehingga petani tidak perlu membeli pupuk lagi. Jika panen gagal,
petani masih bisa mengandalkan daging atau telur ayam, atau bahkan menjual kambing
untuk mendapatkan penghasilan.
Tags