Laporan Populasi Komunitas 6A SMAN 1 SIN

wenypiras96 9 views 15 slides Feb 21, 2025
Slide 1
Slide 1 of 15
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15

About This Presentation

Laporan Populasi Komunitas 6A SMAN 1 SIN


Slide Content

KEANEKARAGAMAN JENIS AMPHIBI DI PARTERE UPI
LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Umum
Oleh:
Kelompok 6A
Pendidikan Biologi 2014
Ahmad Rizaldy F1401661
Glory Gelarich S1403461
Hanna Aulia1400143
Lenny Rosalina 1403651
Siti Aina Hayyani1404197
Weny Wahyuni Piras1407012

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama
jenis atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik
yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik
paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta, 1992).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan
dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau
persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat
penting diukur untuk menghitung produktifitas dan membandingkan suatu
komunitas dengan komunitas.
Hewan amfibi tersebat hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia yang
memiliki sekitar 450 jenis spesies. Iklim tropis Indonesia merupakan habitat
alami yang cocok bagi amfibi untuk mempertahankan hidup dan menjaga
metabolisme tubuhnya.
Taman Partere merupakan salah satu daerah taman yang memiliki kolam
di Universitas Pendidikan Indonesia. Di sekitar kolam, terdapat pohon besar
membuat daerah taman ini menjadi berkanopi. Taman Partere merupakan salah
satu habitat yang cocok dengan kehidupan amfibi, hal ini disebabkan oleh
temperature dan suhu lingkungan yang cocok dengan metabolisme tubuh amfibi.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian populasi dan komunitas amfibi di Taman Partere.

Rumusan Masalah
Bagaimanakah keanekaragaman jenis Amphibi di Partere UPI?
Pertanyaan Penelitian
Jenis Amphini apa saja yang ditemukan di Partere UPI?
Berapakah jumlah individu per spesies di Partere UPI?
Berapa indeks nilai penting tiap spesies di Partere UPI?
Berapa indeks keanekaragaman di Partere UPI?
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui jenis Amphibi yang ditemukan di Partere UPI.
Untuk mengetahui jumlah individu per spesies di Partere UPI.
Untuk mengetahui indeks nilai penting tiap spesies di Partere UPI.
Untuk mengetahui indeks keanekaragaman di Partere UPI.
Batasan Masalah
Penelitian ini untuk mengetahui populasi dan komunitas amfibi di Taman
Partere. Amfibi yang dimaksud ordo Anura.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Populasi
Populasi merupakan sekelompok organisme (individu) dari spesies yang sama
yang menempati suatu ruang tertentu. Untuk mempelajari dan memahami
populasi serta komunitas, pengetahuan tentang individu-individu sebagai tingkat
pengorganisasian yang paling bawah dalam studi ekologi memainkan peranan
yang penting. Individu-individu ini tumbuh dan berkembang, berinteraksi dengan
lingkungannya, bereproduksi dan mati, sehingga menghasilkan populasi yang
tidak sama dari waktu ke waktu. Dengan demikian populasi tidak menghasilkan
komunitas yang tetap, tetapi selalu berubah. Antara populasi yang satu dengan
populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam komunitasnya. Masing-masing anggota populasi berusaha untuk
mempertahankan kehidupannya sehingga terjadi persaingan atau kompetisi (Tim
Biologi UIN Malang, 2016).
Makhluk hidup termasuk hewan untuk kelangsungan hidupnya berinteraksi
dengan lingkungan abiotik maupun lingkungan biotiknya. Hadirnya individu lain
baik dari jenis yang sama maupun dari jenis yang berbeda dari suatu hewan pada
lokasi yang berdekatan, menimbulkan suatu interaksi baik secara positif maupun
positif. Kompetisi diantara dapat berupa persaingan untuk memperoleh lebih
banyak nutrisi, air, dan faktor-faktor lingkungan lainnya.
Densitas populasi dalam ekosistem dapat diukur dan ditentukan melalui dua cara
yaitu Densitas kotor (crud density) dan densitas efektif. Crud density ialah jumlah
individu suatu populasi per satuan areal seluruhnya, sedangkan densitas efektif
atau dikenal sebagai kerapatan ekologi yaitu jumlah individu suatu populasi per
satuan ruang habitat. Densitas dalam studi atau kajian ekologi memiliki fungsi
yang sangat besar, karena pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem
tidak hanya jenis organismenya saja tetapi juga jumlahnya atau densitasnya.
Densitas populasi apabila fluktuasinya kita perhatikan maka akan dapat kita
gunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mengontrol ukuran dari populasi.
Faktor-faktor itu dikenal dengan istilah faktor kepadatan bebas (density
independent) dan faktor kepadatan tidak bebas (density dependent). Density
independent merupakan faktor perubahan lingkungan yang berpengaruh
terhadap anggota populasi secara merata. Secara umum ketersediaan makanan
merupakan density dependen, demikian juga kompetisi, penyakit dan peristiwa

migrasi. Density dependen merupakan pendorong terjadinya fluktuasi kepadatan
populasi.
Komunitas
Sekelompok populasi dari berbagai jenis yang hidup pada suatu daerah tertentu
disebut komunitas. Komunitas dapat mencakup semua populasi di daerah
tertentu, misalnya semua tumbuhan, hewan, dan jasad renik atau suatu
kelompok tertentu seperti komunitas paku atau komunitas burung pemakan biji
(Yanney, 1990).
Komunitas mengacu kepada suatu kumpulan populasi yang terdiri dari spesies
yang berlainan yang menempati daerah tertentu. Komunitas tidak harus
merupakan daerah yang luas dengan beraneka dengan spesies hewannya
yang sama-sama beragam. Pada kenyataannya, komunitas dapat mempunyai
ukuran berapapun, bahkan sekecil sebuah stoples laboratorium berisi air yang
mengandung bakteri, jamur atau protozoa. Bahkan tanahnya sendiri mendukung
suatu komunitas (Yanney, 1990).
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi, ini menciptakan
kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Ekosistem adalah suatu komunitas
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme beserta lingkungan non-hayati yang
dinamis dan kompleks, serta saling berinteraksi sebagai suatu unit yang
fungsional (Caudill, 2005).
Amphibia
Amfibi merupakan salah satu kelompok fauna yang kurang dikenal dalam
keanekaragaman hayati. Di dalam ekosistem, amfibi memiliki peranan yang
penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan memiliki nilai ekologis
yang cukup tinggi. Kurangnya peneliti dan penelitian tentang amfibi membuat
keberadaan anura cenderung terabaikan. Padahal amfibi adalah kelompok
binatang yang sangat peka terhadap perubahan lingkungan seperti pencemaran
air, pengrusakan habitat asli, introduksi spesies eksotik, penyakit, dan parasit
serta perubahan iklim (Stebbins & Cohen, 1995). Kepekaan fauna ini terhadap
lingkungan menjadikannya sebagai indikator perubahan lingkungan yang
potensial. Oleh karena itu, amfibi merupakan fauna yang rentan terhadap
kepunahan dan peka terhadap perubahan lingkungan. Secara nyata terbukti
telah terjadi penurunan populasi dan keragaman jenis amfibi di dunia sejak 1980-
an (Gardner, 2001). Sedikitnya 1.856 jenis amfibi yang terancam punah, 113 jenis
tidak ditemukan lagi akhir-akhir ini (Stuart, dkk: 2004).

Amfibi merupakan salah satu komponen penyusun ekosistem yang memiliki
peranan sangat penting, baik secara ekologis maupun ekonomis. Secara
ekologis, amfibi berperan sebagai pemangsa konsumen primer seperti serangga
atau hewan invertebrata lainnya (Iskandar, 1998) serta dapat digunakan sebagai
bioindikator kondisi lingkungan (Stebbins dan Cohen, 1997). Secara ekonomis
amfibi dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein hewani, hewan percobaan,
hewan peliharaan dan bahan obat-obatan (Stebbins dan Cohen, 1997). Habitat
utama amfibi adalah hutan primer, hutan sekunder, hutan rawa, sungai besar,
sungai sedang, anak sungai, kolam dan danau (Mistar 2003). Umumnya amfibi
dijumpai pada malam hari atau pada musim penghujan. Iskandar (1998)
menyatakan bahwa amfibi selalu hidup berasosiasi dengan air sesuai namanya
yaitu hidup pada dua alam (di air dan di darat). Selanjutnya dijelaskan bahwa
sebagian besar amfibi didapatkan hidup di kawasan hutan karena di samping
membutuhkan air juga membutuhkan kelembaban yang cukup tinggi (75-85%)
untuk melindungi tubuh dari kekeringan.

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian kali ini
mencoba untuk mengetahui populasi dan komunitas amfibi di Taman Partere
UPI.
3.2 Teknik Sampling
Teknik yang dilakukan adalah teknik cruising dengan cara menyisir daerah
Taman Partere dan sekitar kolam dengan hanya 1 kali perjalanan tanpa
pengulangan. Amfibi yang ditemukan kemudian dicatat jumlahnya.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel bebas:Daerah sampling
Variabel terikat:Jumlah jenis spesies Amfibi, indeks nilai penting, dan
indeks keanekaragaman
Pelaksanaan Praktikum
Hari,
tanggal
:Kamis, 27 April 2017
Waktu :19.00- 20.30 WIB
Tempat :Taman Partere UPI Bandung, Jawa
Barat.
3.5 Alat
Tabel 1. Alat yang digunakan
Alat Jumlah
Senter1 buah

Kertas1 buah
Pulpen 1 buah
Kamera1 buah
3.6 Langkah Kerja
Analisis data dilakukan berdasarkan spesies yang ditemukan
Spesies yang ditemukan langsung didokumentasikan
Amfibi yang ditemukan dicatat jumlah dan jenisnya
Taman Parter dikelilingi sepanjang kanopi pohon besar dan sekitar kolam

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Indeks Kelimpahan (total individu yang ditemukan selama pengamatan)
Pi=
jumlahindividuspesisx
jumlahtotalindividu
Indeks Keanekaragaman
H’¿−¿∑ Pi ln Pi
Tabel 1. Indeks Kelimpahan Amfibi Di Partere UPI
No.Spesies
Jumlah
individu
Kelimpahan
1.Bufo melanosticus 11 0,87
2.Rana Calconata 80 0,12
Tabel 2. Indeks Keanekaragaman Amfibi Di Partere UPI
No.Spesies
Jumlah
individu
Pi Pi Ln Pi
Indeks
Keanekaragaman
1.Bufo 11 0,12 -0,250,27

melanosticus
2.Rana
calconata
80 0,87 -0,12
Tabel 3. Faktor Klimatik Di Partere UPI
Faktor Klimatik Nilai
Suhu udara 24-26
0
C
Kelembaban udara 80-87%
Tabel Gambar Pengamatan
Tabel 4. Hasil Pengamatan Amfibi Di Partere UPI
No.Spesies yang ditemukanDokumentasi
1.Bufo melanosticus
Gambar 1. Bufo melanosticus
(Dokumentasi Kelompok 6A, 2017)
2.Rana calconata

Gambar 2. Rana calconata
(Dokumentasi Kelompok 6A, 2017)
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, di kawasan parter UPI ditemukan 91 individu (2
spesies) amfibi Ordo Anura yang termasuk ke dalam 2 Famili yang berhasil
ditangkap dan diidentifikasi. Sebanyak 80 individu yang ditemukan dan
diidentifikasikan termasuk ke dalam famili Ranidae spesies Rana calconota dan
11 individu lagi termasuk ke dalam famili Bufonidae spesies Bufo melanosticus.
Spesies-spesies amfibi tersebut tersebar di sekitar kolam partere dan di jalan-
jalan setapak yang ada di partere.
Indeks keanekaragaman spesies amfibi di kawasan partere tergolong
keanekaragaman rendah dan kestabilan komunitas sedang. Menurut Odum
(1971) menyatakan bahwa tingkat kelimpahan jenis yang tinggi ditunjukkan
dengan nilai Indeks Shannon-Wienner H’>3, digolongkan sedang bila nilai indeks
1<H’<3 dan rendah bila H’<1. Menurut Umar (2013), Keanekaragaman jenis

merupakan karakteristik tingkatan dalam komunitas berdasarkan organisasi
bilogisnya, yang dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitasnya.
Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika
komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies
sama dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit
spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka keanekaragaman
jenisnya rendah.
Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan diperoleh suhu relatif yang berkisar
antara 24-26°C. Sedangkan kelembaban relatif berkisar antara 80-87%.
Pengamatan dilakukan pada malam hari dengan keadaan sedikit gerimis, namun
masih dapat menemukan banyak Amphibi. Menurut Iskandar (1998) bahwa
secara umum katak bisa hidup di air yang suhunya berkisar antara 2-35°C sesuai
dengan habitatnya, selain itu amfibi membutuhkan kelembaban yang cukup
untuk melindungi diri dari kekeringan pada kulitnya. Hal ini menunjukkan bahwa
cuaca, suhu dan kelembaban seperti di partere UPI masih dapat melaksanakan
aktivitasnya. Pernyataan pendukung lainnya menurut Yuliana (2000), suhu udara
berpengaruh secara nyata terhadap perkembangan dan pertumbuhan Amfibi,
serta seringkali mengatur siklus perilaku dan reproduksi. Amfibi merupakan jenis
satwa yang poikiloterm, tidak dapat mengatur suhu tubuh sendiri sehingga suhu
tubuhnya sangat tergantung pada kondisi lingkungannya.

BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Populasi merupakan sekelompok organisme (individu) dari spesies yang sama
yang menempati suatu ruang tertentu. Antara populasi yang satu dengan
populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam komunitasnya. Sekelompok populasi dari berbagai jenis yang hidup pada
suatu daerah tertentu disebut komunitas.

Berdasarkan hasil pengamatan populasi komunitas Amfibi di Partere UPI, dapat
disimpulkan bahwa:
Keanekaragaman Amphibi tergolong rendah.
Genus yang ditemukan adalah Rana dan Bufo.
Spesies didominasi oleh Rana.
Saran
Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan, berdasarkan kendala yang
dirasakan. Maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Akan lebih mudah jika penelitian ini didukung dengan studi literatur yang
lengkap dan jurnal-jurnal penelitian yang sesuai.
Pengukuran dan pengambilan data di lapangan harus didukung oleh jumlah
peneliti yang memadai.

Daftar Pustaka
Caudill, Herb, 2005. Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia:Suatu Kerangka Pikir
untuk Penilaian. Millennium Ecosystem Assessment. Jakarta.
Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Buku. Jakarta: Bumi Aksara.
Gardner, T., 2001, “Declining amphibian populations: A global phenomenon in
conservation biology”. Animal Biodiversity and Conservation 24(2), 25-44
Iskandar DT. 1998. Amfibi Jawa dan Bali – Seri Panduan Lapangan. Bogor:
Puslitbang LIPI.
Mistar. 2003. Panduan Lapangan Amfibi Kawasan Ekosistem Leuser. The
Gibbon Foundation dan PILI-NGO Movement. Bogor.
Odum, E. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Stebbins RC dan Cohen NW. 1997. A Natural History of Amphibians. New Jersey,
Princeton Univ. Pr.
Stuart, S.N., J.S. Chanson, N.A. Cox, B.E. Young, A.S.L. Rodrigues, D.L. Fischman
and R.W. Waller. 2004. “Status and trends of amphibian declines and extinctions
worldwide”. Science 306, 1783-1786
Tim Biologi UIN Malang. 2016. Ekologi Tumbuhan. Diakses dari:
http://biologi.uin-malang.ac.id/wp-content/uploads/2014/09/EKOLOGI-
TUMBUHAN-TOPIK-1.pdf
Yanney, J.E., 1990. Ekologi Tropika. ITB. Bandung.
Yuliana S. 2000. Kenanekaragaman jenis amfibi (ordo anura) di kampus IPB
Darmaga, Bogor. Skripsi. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Tags