Lecture EPIDEMIOLOGI MEROKOK (dampak).pptx

emiyelautamisari 0 views 21 slides Sep 25, 2025
Slide 1
Slide 1 of 21
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21

About This Presentation

epidemiologi merokok


Slide Content

EPIDEMIOLOGI MEROKOK NAJMAH, SKM, MPH FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

WHAT DO YOU THINK WITH THESE GRAPHS ???????

DATA MEROKOK Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), t embakau menjadi faktor resiko dari enam penyakit dari delapan penyakit yang menyebabkan kematian di dunia, yaitu faktor resiko dari penyakit ; Jantung , Gangguan Aliran dara ke otak (pemicu stroke dan atherosclerosis ), ISPA, gangguan Paru Obstruktif, Tuberkulosis, kanker paru dan saluran pernafasan. Angka kumulatif kematian yang disebabkan oleh tembakau diprediksi akan mencapai 175 juta populasi dunia. ( 2 ) . Umumnya , dua per tiga perokok hidup di sepuluh negara, termasuk Indonesia ( 2 ) , World Health Organization, 2008b Tabel 1 menunjukkan pada tahun 2010, penyakit paru obstruktif kronik penyakit terbanyak , diikuti oleh penyakit jantung koroner , penyakit stroke dan tumor paru , bronchus dan trachea; dengan total kasus 384.05. Jumlah kematian terbanyak disebabkan oleh penyakit stroke, bayi berat lahir Rendah / low birth weight , serta kanker trachea, bronchus, dan paru dengan total kematian sebesar 190.260 kasus (100.680 laki-laki dan 50.520 wanita ).

INDONESIA Di Indonesia, setiap tahunnya ada 427.948 orang meninggal dunia akibat merokok , yaitu 1.172 orang setiap hari , 48 orang mati setiap jam,1 orang mati setiap 1 ¼ menit atau setiap 75 detik , karena dalam satu batang rokok mengandung banyak zat yang berbahaya untuk kesehatan dan memicu terjadinya berbagai penyakit . { Najmah , 2014 #8; Taufiq , 2012 #1 } Berbagai penyakit yang dapat dipicu melalui perilaku merokok antara lain infeksi saluran pernafasan atas ( ISPA ) , p neumonia dan tuberkulosis ( TB ) . Prevalensi nasional penyakit tersebut secara berturut adalah 8,10; 0,63 dan 0,40. Jika dibandingkan dengan angka tersebut Provinsi Sumatera Selatan memiliki prevalensi ISPA dan Pneumonia di atas rata-rata nasional yakni 10,08 dan 0,75 sedangkan prevalensi TB 0,15 lebih rendah dibandingkan dengan rerata kejadiannya di Indonesia

BAHAYA BAGI PEROKOK PASIF Perokok pasif yang menghirup asap aliran samping berisiko mengidap kanker paru-paru sebesar 20-30% dan penyakit jantung sebesar 23% dan efek lainnya rambut menjadi bau , mata iritasi , hingga stroke otak . bagi ibu hamil , asap rokok dapat berpengaruh pada tumbuh kembang janin . Selain itu berdasarkan hasil penelitian di Kabupaten Padang Pariaman 53,5% ibu hamil adalah perokok pasif dan ada pengaruh perokok pasif terhadap plasenta , berat badan lahir , apgar score bayi baru lahir . 41,9% plasenta bayi baru lahir tidak normal, 32,6% bayi dengan asfiksia ringan , dan dengan nilai p= 0,027 berarti ada pengaruh perokok pasif yang bermakna dengan kurangnya apgar score bayi . Hasil paparan asap rokok diperkirakan menyebabkan 379.000 kematian akibat penyakit jantung , 165.000 infeksi pernafasan bawah , 36.900 asma dan 21.400 penyakit kanker paru-paru .( 10 , 11 )

Asap tembakau mengandung campuran mematikan lebih dari 7000 bahan kimia , ratusan bahan beracun , dan sekirtar 70 bahan dapat mnebabkan kanker . Rokok juga mengandung nikotin , yang memiliki efek adiktif pada penggunanya ( CDC, 2014). KANDUNGAN ROKOK

KATEGORI PEROKOK WHO (1998) telah menerbitkan pedoman standar untuk mengukur perilaku merokok . Pedoman ini secara umum membagi kategori individu berdasarkan perilaku merokok menjadi dua kategori yaitu perokok dan bukan perokok . Seorang perokok adalah orang yang pada saat survei, merokok produk tembakau baik harian atau kadang-kadang . P erokok harian adalah orang, yang merokok produk tembakau setidaknya sekali sehari ( perokok yang tidak merokok pada hari-hari puasa agama, masih diklasifikasikan sebagai perokok harian) , sedangkan perokok kadang-kadang adalah orangyang merokok, tapi tidak setiap hari . Bukan perokok adalah orang yang pada saat survei, tidak merokok sama sekali. Bukan perokok dapat diklasifikasikan lagi menjadi mantan perokok dan sama sekali tidak pernah merokok .( 2 ) Smet (1994) mengklasifikasikan perokok berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap dalam 3 tipe , yaitu ; (1) perokok berat , merupakan perokok yang menghisap rokok lebih dari 15 batang dalam sehari ; (2) perokok sedang , merupakan perokok yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari ; (3) perokok ringan , merupakan perokok yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari .( 12 )

BRAINSTORMING FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK DAN PENCEGAHAN PERILAKU MEROKOK ?????????

SMOKING CESSATION

KAWASAN TANPA ROKOK/KTR

KTR Kawasan Tanpa Rokok , yang selanjutnya disingkat KTR, adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi , menjual , mengiklankan , dan / atau mempromosikan produk tembakau . { Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementrian Dalam Negeri Indonesia, 2011 #17; Nur , 2009 #19} . Manfaat KTR antara lain : m enghargai dan melindungi hak bukan perokok untuk bebas dari paparan asap rokok yang berbahaya untuk kesehatan , m ewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih , bebas dari asap rokok , m emberikan citra positif bagi fasilitas pelayanan kesehatan , tempat proses belajar mengajar , tempat anak bermain , tempat ibadah , angkutan umum , tempat kerja dan tempat umum serta tempat-tempat lain yang ditetapkan , m embatasi ruang gerak perokok untuk menyebarkan paparan asap kepada bukan perokok dan m enurunkan angka perokok dan mencegah meningkatnya angka perokok pemula . { Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011 #7} . /

Tujuan pengaplikasian KTR m enurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok , m engubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat , m engoptimalkan produktivitas kerja , m ewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih , bebas dari asap rokok , m enurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula , m ewujudkan generasi muda yang sehat , m emberikan acuan bagi pemerintah daerah dalam menetapkan KTR , m emberikan pelindungan dari bahaya asap rokok , m emberikan ruang dan lingkungan yang bagi masyarakat dan m enurunkan angka kejadian akibat dampak buruk merokok baik langsung maupun tidak langsung . { Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011 #7; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementrian Dalam Negeri Indonesia, 2011 #17}

P rinsip k ebijakan Kawasan Tanpa Rokok ( 32 ) Prinsip 1 , Mengeliminasi total asap tembakau di ruangan dan 100% lingkungan tanpa asap rokok. Prinsip 2 , Semua orang harus terlindung dari paparan asap rokok baik indoor maupun outdoor . Prinsip 3 , Peraturan bersifat mengikat secara hukum dan dibuat sederhana , jelas dan dapat dilaksanakan secara hukum . Prinsip 4 , Perencanaan yang baik dan sumber daya yang cukup dalam pelaksanaan dan penegakan hukum. Prinsip 5 , adanya mitra dan partisipasi Lembaga-lembaga kemasyarakatan termasuk lembaga swadaya masyarakat dan organisasi profesi dalam proses pengembangan, pelaksanaan dan penegakan hukum. Prinsip 6 , Pelaksanaan dimonitoring berkala. Prinsip 7 ,Amandemen dan perbaikan peraturan dalam penegakan hukum atau kebijakan lain menampung perkembangan bukti ilmiah dan pengalaman berdasarkan studi kasus . ( 32 )

PENELITIAN KTR PEMODELAN KAWASAN TANPA ROKOK ( NON-SMOKING AREA MODELLING ) PADA TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN OGAN ILIR Najmah, SKM., MPH, Fenny Etrawati, SKM., MKM, Yeni, SKM, MKM Feranita Utama, SKM, M.Kes

PENELITIAN KTR PEMODELAN KAWASAN TANPA ROKOK ( NON-SMOKING AREA MODELLING ) PADA TINGKAT RUMAH TANGGA DI KABUPATEN OGAN ILIR Najmah , SKM., MPH, Fenny Etrawati , SKM., MKM, Yeni , SKM, MKM Feranita Utama , SKM, M.Kes   Metodologi Inisiasi kawasan tanpa rokok pada tingkat rumah tangga di Ogan Ilir akan dilakukan melalui penerapan model intervensi CDC pada 4 desa dan 200 sampel yang dipilih melalui metode cluster random sampling . Penelitian ini meliputi tiga tahapan utama , tahapan pertama dilakukan pengumpulan data kuantitatif pada dua desa kontrol untuk melihat gambaran perilaku merokok masyarakat tanpa intervensi . Tahapan kedua yakni melakukan penerapan model intervensi CDC pada kelompok intervensi yang meliputi : 1) brief clinical treatment dengan memberikan pelatihan terhadap 8 bidan , 2) konseling terpadu dengan target kepala rumah tangga , 3) promosi kesehatan terkait KTR melalui SMS gaul ( telephone celluler ). 4) Intervensi pemberian permen pengganti produk rokok , 5) pemberian motivasi pemindahan anggaran belanja rokok untuk tabungan sehat . Ketiga , pengukuran dilakukan pada kelompok intervensi setelah satu bulan intervensi dilaksanakan . Analisa regresi sederhana dan regresi berganda dilakukan untuk mengukur efektivitas pemodelan KTR di Ogan Ilir .   Hasil dan kesimpulan Rata-rata umur antara kelompok intervensi dan non intervensi 46 tahun dan 44 tahun . Sedangkan jumlah anggota keluarga berkisar 4 orang dan balita antara 0-2 balita per rumah pada kelompok intervensi dan non intervensi . Hasil intervensi yang dilakukan mempunyai peluang 46% untuk mengurangi perilaku merokok responden (RP 0,46) setelah dikontrol oleh variabel pendidikan (RP 0,152) dan Sikap (RP 0,216) dengan nilai p. <0.0001 . Tingkat Partisipasi masyarakat kelompok intervensi dan kelompok non intervensi mencapai 100%, perbedaan kejadian TB sebesar 1,2% antara kelompok intervensi dan non intervensi, rata-rata uang yang dihabiskan oleh kelompok intervensi untuk membeli rokok per hari sebesar Rp.7000(95% CI Rp 1000-Rp 48000) sedangkan pada kelompok non intervensi Rp 10.000(95% CI Rp 1000-Rp 150.000) . Intervensi terpadu ini berhasil merubah perilaku merokok untuk menciptakan kawasan tanpa rokok tingkat rumah tangga , sehingga diperlukan partisipasi masyarakat dan dinas kesehatan setempat untuk menindaklanjutin penerapan intervensi ini dalam jangka panjang .   Kata-kata kunci : Kawasan Tanpa Rokok, rumah tangga, model intervensi CDC, perilaku merokok    

REFERENSI NAJMAH, DKK, 2014, MODUL KAWASAN TANPA ROKOK, Teori dan Aplikasi , Fakultas Kesehatan Masyarakat Unsri dan Lembaga Penelitian Unsri , Indralaya .