Lembar balik ini hanya alat bantu pengingat bagi fasilitator mengenai
informasi kunci yang harus disampaikan dan ditekankan.
Sampaikan informasi ini dengan gaya dan cara yang menarik.
Bagian lembar balik berwarna hijau dihadapkan ke arah klien, sedangkan
bagian lembar balik berwarna oranye dengan penjelasan gambar
menghadap fasilitator.
Mintalah ijin kepada klien untuk menyampaikan informasi.
Buat suasana menjadi nyaman saat menjelaskan lembar balik.
Fasilitator bisa menggunakan telunjuk untuk menunjuk gambar-gambar
yang dijelaskan.
Pastikan lembar balik ini berada dalam posisi tegak ketika dibaca (jangan
miring) dan gambar-gambarnya tidak tertutup oleh tangan.
Pada akhir setiap lembar, buka kesempatan untuk diskusi kecil.
Beri kesempatan klien untuk bertanya.
Baca dulu secara teliti isi lembar balik ini sebelum melibatkan klien
sehingga akan mempermudah ketika menerangkan isinya.
Isi lembar balik ini tidak perlu disampaikan sekaligus dalam 1 (satu) kali
pertemuan.
Jangan membawa lembar balik ini berkeliling ruangan karena akan lebih
mudah dilihat dalam keadaan diam.
Petunjuk Penggunaan Lembar Balik
Lembar Klien
Lembar Fasilitator
INFORMASI DASAR
Informasi Dasar
Klien
INFORMASI DASAR
Informasi Dasar
Fasilitator Informasi
Dasar
HIV AIDS
Berkeringat di malam hari
Sariawan
Pembengkakan
kelenjar getah bening
Ruam
Nyeri otot
Kelelahan
Demam
Sakit Tenggorokan
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Informasi Dasar
Tanda
Gejala HIV
Klien
HIV AIDS
Informasi Dasar
Fasilitator
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
adalah virus yang menyerang dan
melemahkan sistem kekebalan tubuh
yang dapat menyebabkan Acquired
Immuno-Deficiency Syndrome (AIDS).
AIDS adalah sekumpulan gejala dan
tanda infeksi yang berhubungan dengan
penurunan sistem kekebalan tubuh yang
didapat karena infeksi HIV.
(Sumber: Permenkes No. 23 Tahun 2022)
Sariawan
Sakit kepala
Kelelahan
Radang tenggorokan
Hilang nafsu makan
Nyeri otot
Ruam
Pembengkakan kelenjar getah bening
Berkeringat di malam hari
Tanda gejala HIV
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(Sumber: Centers for Disease Control and Prevention)
Fase Perjalanan Alamiah Infeksi HIV
Masa Laten (HIV+)
Informasi Dasar
Klien
Periode Jendela AIDS
Fase 1 Fase 2 Fase 3
2 minggu - 3 bulan
Tanpa gejala/
"flu-like syndrome"
2 - 3 tahun tanpa gejala
5 - 8 tahun gejala ringan
Gejala berat
Informasi Dasar
Fasilitator
Fase Perjalanan Alamiah Infeksi HIV
Fase I, dikenal sebagai periode jendela dimana tubuh sudah terinfeksi HIV, namun pada pemeriksaan darah belum
ditemukan antibodi anti-HIV. Pada periode ini seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkan pada orang lain
(sangat infeksius), ditandai dengan viral load HIV sangat tinggi dan limfosit T CD4 menurun tajam. “flu-like
syndrome" terjadi akibat serokonversi dalam darah, saat replikasi virus terjadi sangat hebat pada infeksi primer
HIV. Biasanya berlangsung sekitar dua minggu sampai tiga bulan sejak infeksi awal.
Fase II, merupakan masa laten yang bisa disertai gejala ringan atau tanpa gejala dan tanda (asimtomatik).
Ditandai dengan nilai viral load menurun dan relatif stabil, namun CD4 berangsur-angsur menurun.Tes darah
antibodi terhadap HIV menunjukkan hasil reaktif, walaupun gejala penyakit belum timbul. Pada fase ini ODHIV
tetap dapat menularkan HIV kepada orang lain. Masa tanpa gejala rata-rata berlangsung selama 2-3 tahun;
sedangkan masa dengan gejala ringan dapat berlangsung selama 5-8 tahun.
Fase III, masa AIDS merupakan fase terminal infeksi HIV dengan kekebalan tubuh yang telah menurun drastis,
dengan nilai viral load makin tinggi dan CD4 sangat rendah sehingga mengakibatkan timbulnya berbagai infeksi
oportunistik, berupa peradangan berbagai mukosa, misalnya infeksi tuberkulosis (TBC), herpes zoster (HZV), oral
hairy cell leukoplakia (OHL), kandidiasis oral, Pneumocystic jirovecii pneumonia (PCP), infeksi cytomegalovirus
(CMV), papular pruritic eruption (PPE) dan Mycobacterium avium complex (MAC)
Perkembangan dari infeksi HIV menjadi AIDS ditentukan oleh jenis, virulensi virus, dan faktor host (daya tahan tubuh).
Ada tiga jenis infeksi HIV, yaitu: rapid progressor, berlangsung 2-5 tahun; average progressor, berlangsung 7-15 tahun;
dan slow progressor, lebih dari 15 tahun setelah infeksi menjadi AIDS
(Permenkes No. 23 Tahun 2022)
(Permenkes No. 23 Tahun 2022)
PENCEGAHAN
Pencegahan
Klien
PENCEGAHAN
Pencegahan
Fasilitator
Pencegahan
Pencegahan HIV
Pencegahan
CC
AA
Tidak melakukan hubungan seksual
sama sekali
Memperkuat skrining HIV bagi yang
berisiko
Abstinence & Awareness
BB
Setia pada satu pasangan
Be Faithful
Menggunakan kondom saat melakukan
hubungan seksual berisiko
Sirkumsisi/sunat bagi laki-laki
Condom & Circumcision
Klien
Tidak menggunakan narkoba
Menggunakan peralatan steril
no Drug & Safe blood sterile equipment
DD
Tidak diskriminasi pada orang dengan HIV
Pengobatan ARV
Kepatuhan minum obat
Education
Pemberian informasi yang benar, termasuk:
EE
Pencegahan
Fasilitator
Pencegahan HIV
Konseling
Pelaksanaan konseling dimaksudkan untuk
membantu upaya perubahan perilaku serta
pencegahan HIV dan IMS, memotivasi orang
dan pasangannya agar melakukan
pemeriksaan HIV dan/atau IMS, melakukan
pengobatan dengan patuh jika hasil tesnya
positif dan melakukan pencegahan HIV dan
IMS, serta tidak melakukan perilaku berisiko.
Tidak melakukan hubungan seksual sama sekali
Memperkuat skrining HIV bagi yang berisiko
Setia pada satu pasangan
Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual
berisiko
Sirkumsisi/sunat bagi laki-laki
Tidak menggunakan narkoba
Menggunakan peralatan steril
Tidak diskriminasi pada orang dengan HIV
Pengobatan ARV
Kepatuhan minum obat
Abstinence & Awareness
Be Faithful
Condom & Circumcision
no Drug & Safe blood sterile equipment
Education
Pemberian informasi yang benar, termasuk:
PENULARAN
Penularan
Klien
PENULARAN
Penularan
Fasilitator
Penularan
Penularan HIV
Transmisi dari ibu yang terinfeksi
HIV ke bayinya selama kehamilan,
persalinan dan menyusui.
Penularan
Hubungan seksual (anal dan
vagina) tanpa pelindung (kondom)
Transfusi darah dan transplantasi
organ dari orang yang terinfeksi
HIV (ODHIV)
Penggunaan jarum yang
terkontaminasi / tidak steril
Klien
Penularan HIV
Risiko penularan HIV lebih besar terjadi pada pasangan yang melakukan hubungan seks melalui
anal. Ini terjadi karena jaringan dan pelumas alami yang dimiliki vagina dan anus tidak sama.
Vagina memiliki banyak lapisan yang bertugas untuk menangkal terjadinya infeksi virus. Berbeda
dengan anus yang hanya memiliki satu lapisan pelindung. Sehingga ketika penetrasi melalui anal
dilakukan, maka akan lebih mudah terjadi luka yang dapat menyebabkan penularan.
Jika tanpa intervensi pencegahan HIV dari ibu ke bayi, maka risiko penularan HIV secara total
sebesar 15-45%
Penularan
Fasilitator
Hubungan seksual (anal dan vagina) tanpa kondom.
Transfusi darah dan transplantasi organ dari orang yang terinfeksi HIV.
Penggunaan jarum yang terkontaminasi/tidak steril.
Transmisi dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya selama kehamilan, persalinan dan
menyusui.
HIV dapat ditularkan melalui:
1.
2.
3.
4.
(WHO)
HIV Tidak Menular Melalui
Gigitan nyamuk
Tinggal serumah
bersama ODHIV
Berenang di kolam renang
Penularan
Bersentuhan, berciuman,
bersalaman dan berpelukan
Menggunakan kamar
mandi bersama
Berbagi peralatan
makan dan minum
Klien
Penularan
Fasilitator
HIV Tidak Menular Melalui
Bersentuhan, berciuman, bersalaman dan berpelukan
Berbagi peralatan makan dan minum
Menggunakan kamar mandi bersama
Berenang di kolam renang
Gigitan nyamuk
Tinggal serumah bersama ODHIV
HIV tidak menular melalui:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
HIV tidak bertahan lama di luar tubuh manusia (seperti di permukaan), dan tidak dapat
bereproduksi di luar inang manusia, sehingga hal-hal di atas tidak bisa menularkan HIV.
Kelompok Berisiko Tertular HIV
Waria/transgender
Pekerja seks, pelanggan
dan pasangannya
Penularan
Pasangan ODHIV
Pasien IMS dan
pasangannya
Lelaki Seks dengan
Lelaki (LSL)
Warga Binaan
Pemasyarakatan (WBP)
Pengguna napza suntik
dan pasangannya
Klien
Penularan
Fasilitator
Kelompok Berisiko Tertular HIV
Pasangan ODHIV
Pasien infeksi menular seksual (IMS) dan pasangannya
Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL)
Waria/transgender
Pekerja seks, pelanggan dan pasangannya
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
Pengguna napza suntik dan pasangannya
Kelompok berisiko tertular HIV
HIV dapat menular kepada siapa saja tanpa memandang orientasi seksual, ras, etnis, jenis
kelamin, usia, profesi atau tempat tinggal.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan
Klien
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan
Fasilitator
Pemeriksaan
Alur Pemeriksaan Diagnosis HIV
Ambil spesimen
Spesimen diperiksa Hasil keluar
Hasil positif
Hasil negatif
Pemeriksaan
Klien
Bersedia
periksa HIV
Pemeriksaan ulang untuk yang
berperilaku berisiko minimal
3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan dari
pemeriksaan pertama
Pengobatan ARV
Skrining awal dan
konseling
Edukasi Pencegahan
Alur Pemeriksaan Diagnosis HIV
Pemeriksaan
Fasilitator
Penegakan diagnosis HIV dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan
serologis atau virologis
Diagnosis HIV dengan pemeriksaan
serologis dilakukan untuk usia ≥ 18 bulan
Hasil pemeriksaan HIV secara serologis
dikatakan positif apabila hasil
pemeriksaan dengan tiga (3) metode atau
tiga (3) reagen berbeda menunjukan hasil
reaktif
Hasil pemeriksaan virologis kuantitatif
atau kualitatif terdeteksi HIV
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan R1
Hasil R1 Non
Reaktif (NR),
Laporkan HIV
Negatif
Hasil R1 Reaktif (R)
R1 (R)
R2 (NR)
Lakukan
pemeriksaan R3
Hasil R1
ulang (NR),
Laporkan
HIV negatif
Hasil R1 ulang (R),
Laporkan HIV
Inkonklusif; Lakukan
pemeriksaan HIV
ulang 14 hari
kemudian
Hasil R1 (R),
R2 (R), R3 (NR),
Laporkan HIV
Inkonklusif; Lakukan
pemeriksaan HIV
ulang 14 hari
kemudian
Hasil R1 (R),
R2 (R), R3 (R),
Laporkan HIV
positif
Lakukan
pemeriksaan R2
Ulangi R1
R1 (R)
R2 (R)
Pemeriksaan HIV untuk
Penegakan Diagnosis
PENANGANAN KASUS
Penanganan Kasus
Klien
PENANGANAN KASUS
Penanganan Kasus
Fasilitator Penanganan
kasus
Penanganan Kasus
Risiko infeksi oportunistik dapat
dicegah dengan pemberian
Pengobatan Pencegahan
Kotrimoksazol (PPK)
Terapi Pencegahan TBC (TPT)
dapat diberikan untuk
pencegahan TBC
Pemeriksaan Viral Load HIV
secara rutin
Penanganan Kasus
Klien
Infeksi HIV dapat dikendalikan
dengan pemberian ARV
sedini mungkin
Penanganan Kasus
Fasilitator
Penanganan Kasus
Infeksi HIV dapat dikendalikan dengan pemberian ARV sedini mungkin
Risiko infeksi oportunistik dapat dicegah dengan pemberian Pengobatan Pencegahan
Kotrimoksazol (PPK)
Terapi Pencegahan TBC (TPT) dapat diberikan untuk pencegahan TBC
Pemeriksaan VL HIV secara rutin
Poin-poin penting dalam penanganan kasus, yaitu:
Pengobatan ARV
Penanganan Kasus
Menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah
sampai tidak terdeteksi
Menurunkan risiko penularan HIV
Menurunkan infeksi oportunistik
Meningkatkan kualitas hidup
Semua orang yang terinfeksi HIV diberikan pengobatan
Antiretroviral (ARV) seumur hidup yang bertujuan untuk:
Klien
Pengobatan ARV diberikan pada semua
ODHIV terbukti mengurangi kesakitan,
kematian dan penularan HIV
Penanganan Kasus
Fasilitator
Pengobatan ARV
Menurunkan jumlah virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi
Menurunkan risiko penularan HIV
Menurunkan infeksi oportunistik
Meningkatkan kualitas hidup
Memulai pengobatan ARV sesegera mungkin tanpa melihat stadium klinis dan nilai CD4.
Pengobatan Antiretroviral (ARV) diberikan pada semua ODHIV terbukti mengurangi kesakitan
(morbiditas), kematian (mortalitas) dan penularan HIV.
Jika ditemukan infeksi TBC saat didiagnosis HIV, maka diberikan Obat Anti TBC (OAT)
terlebih dahulu selama 2 minggu sebelum diberikan ARV.
Pengobatan ARV bertujuan untuk:
1.
2.
3.
4.
Pilihan Regimen ARV
Usia < 3 tahun:
(Abacavir atau Zidovudine)
+Lamivudine+Lopinavir
Usia 3-10 tahun:
Zidovudine+Lamivudine+Efavirenz
Tenofovir DF+Lamivudine
+Dolutegravir
Usia remaja dan dewasa:
Penanganan Kasus
Abacavir Tablet
Tenofovir Lamivudin
Dolutegravir (TLD)
Emtricitabine et Tenofovir
disoproxil fumarate Comprimes
Dolutegravir Tablet
Tenofovir Lamivudin
Efavirens (TLE)
Efavirenz (EFV) TabletLopivia (LPV)
Klien
*Lopinavir untuk bayi usia kronologis ≥2 minggu dan usia gestasi ≥42 minggu
Penanganan Kasus
Fasilitator
Pilihan Regimen ARV
ODHIV Pilihan Regimen Regimen Alternatif
Dewasa TDF+3TC+DTG TDF+3TC+EFV
3-10 Tahun AZT+3TC+EFV
ABC+3TC+EFV
ABC+3TC+DTG
AZT+3TC+DTG
TDF+3TC (atau FTC)+EFV
TDF+3TC (atau FTC)+DTG
<3 Tahun (ABC atau AZT)+3TC+LPV/r*
(ABC atau AZT)+3TC+DTG**
(ABC atau AZT)+3TC+NVP (Untuk bayi <2-4 minggu,
setelah mencapai usia 2-4 minggu dapat switch ke
LPV/r atau DTG)
*LVP/r untuk bayi usia
kronologis ≥2 minggu dan
usia gestasi ≥42 minggu
**DTG untuk bayi usia
kronologis ≥4 minggu dan
BB ≥3 kg
Pada pasien TBC dan mendapat rifampisin, maka DTG diberikan dosis ganda yaitu menambahkan dosis tambahan
dengan jarak 12 jam. Kemudian LPV/r diberikan dosis ganda dari dosis seharusnya yang dibagi dalam 2 dosis
Efek Samping Pengobatan ARV
Mual
Muntah
Diare
Demam
Ruam
Gangguan psikologis (gangguan
konsentrasi, gangguan tidur,
depresi, kecemasan)
Efek samping yang kemungkinan
kecil terjadi pada pengobatan ARV
Penanganan Kasus
Pilihan paduan pengobatan yang ada saat ini,
sudah memiliki efek samping yang ringan
Efek samping dapat dirasakan berbeda-beda
pada setiap ODHIV
Jika efek samping muncul, segera
konsultasikan kepada dokter
Klien
Penanganan Kasus
Fasilitator
Efek Samping Pengobatan ARV
Dengan pilihan pengobatan yang ada saat ini efek sampingnya ringan
Efek samping dapat dirasakan berbeda-beda pada setiap ODHIV
Jika efek samping muncul, segera konsultasikan kepada dokter
Waktu Toksisitas
Dalam beberapa
minggu pertama
Gejala gastrointestinal adalah mual, muntah, dan diare. Efek samping ini bersifat self-limiting dan hanya
membutuhkan terapi simtomatik.
Reaksi alergi seperti demam, ruam, dan toksisitas hati umumnya terjadi akibat obat EFV dan NVP, namun dapat
juga terjadi pada pemberian ABC dan PI.
Gangguan neuropsikiatri seperti gangguan konsentrasi, gangguan tidur, depresi, anxietas, gangguan psikotik
karena EFV.
Dari 4 minggu dan
sesudahnya
Supresi sumsum tulang yang diinduksi obat, seperti anemi dan neutropenia dapat terjadi pada penggunaan AZT.
Penyebab anemia lainnya harus dievaluasi dan diobati.
Anemia ringan asimtomatik dapat terjadi.
6-18 bulan
Disfungsi mitokondria terutama terjadi oleh obat ARV, termasuk asidosis laktat, toksisitas hati, pankreatitis,
neuropati perifer, lipoatrofi dan miopati.
Kelainan metabolik umumnya terjadi akibat PI, termasuk hiperlipidemia, akumulasi lemak, resistansi insulin,
diabetes, dan osteopenia.
Setelah 1 tahun Evaluasi apakah terjadi disfungsi tubular ginjal dikaitkan dengan TDF.
Profilaksis Kotrimoksazol
Penanganan Kasus
Obat kotrimoksazol diberikan untuk
pencegahan beberapa penyakit infeksi
oportunistik, antara lain: Pneumocystis
jirovecii (PCP), Toxoplasmosis,
Salmonelosis, Isospora belli, dan malaria.
Klien
Profilaksis kotrimoksazol diberikan kepada kepada semua pasien HIV dengan stadium
klinis 3 dan 4, seluruh bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV sejak usia 6 minggu sampai
terbukti tidak terinfeksi HIV dengan pemeriksaan diagnostik yang sesuai dengan usia.
Penanganan Kasus
Fasilitator
Profilaksis Kotrimoksazol
Pencegahan pengobatan dengan kotrimoksazol diberikan untuk mencegah beberapa penyakit
infeksi oportunistik, seperti Pneumocystis jirovecii (PCP), Toxoplasmosis, Salmonelosis, Isospora
belli, dan malaria.
Profilaksis Kotrimoksazol diberikan kepada semua pasien HIV dengan stadium klinis 3 dan 4
dan/atau jika nilai CD4<200 sel/pL (pasien AIDS), dengan dosis 1x960 mg/hari diberikan sampai
dengan CD4>200 dua kali berturut-turut dengan interval 6 bulan atau selama 2 tahun pada tempat
yang tidak mempunyai pemeriksaan CD4. Profilaksis kotrimoksazol diberikan secara rutin pada
ODHIV dengan TBC aktif tanpa melihat jumlah CD4. Apabila pengobatan OAT selesai dan nilai
CD4>200 sel/pL, maka pemberikan kotrimaksazol dapat dihentikan, jika CD4<200 sel/pL maka
pemberian kotrimoksazol dapat diteruskan dengan dosis yang sama.
Profilaksis kotrimoksazol diberikan kepada seluruh bayi lahir dari ibu terinfeksi HIV sejak usia 6
minggu sampai terbukti tidak terinfeksi HIV dengan pemeriksaan diagnostik yang sesuai dengan
usia.
Selain memberikan profilaksis kotrimoksazol, perlu dilakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis
(EID) pada bayi dari ibu positif HIV sejak usia 6 minggu.
Terapi Pencegahan TBC (TPT)
Penanganan Kasus
3HP 300/300 mg Isoniazid 300 mgVitamin B6 25 mg
Klien
Atau
Vitamin B6 25 mg
+ +
Terapi Pencegahan TBC (TPT) diberikan pada semua ODHIV tanpa tanda TBC aktif, termasuk
ibu hamil, anak, orang dengan HIV yang telah menyelesaikan pengobatan TBC (TPT sekunder).
Untuk anak berusia < 12 bulan selain tidak ditemukan tanda TBC aktif harus ditemukan riwayat
kontak dengan pasien TBC aktif.
Penanganan Kasus
Fasilitator
Terapi Pencegahan TBC (TPT)
Terapi Pencegahan TBC (TPT) diberikan pada semua ODHIV tanpa tanda TBC aktif, termasuk
ibu hamil, anak, ODHIV yang telah menyelesaikan pengobatan TBC (TPT sekunder).
Untuk anak berusia < 12 bulan selain tidak ditemukan tanda TBC aktif harus ditemukan riwayat
kontak dengan pasien TBC aktif.
Catatan: pengobatan diberikan sesuai dengan ketersediaan logistik di daerah masing-masing
3HP 300/300 mg + Vitamin B6 25 mg selama 3 bulan seminggu sekali; atau
Isoniazid 300 mg + Vitamin B6 25 mg selama 6 bulan setiap hari
Pengobatan terdiri dari:
Batuk
Demam hilang timbul
Berat badan menurun tanpa sebab yang jelas
Keringat malam tanpa kegiatan
Gejala dan Tanda TBC ekstra paru (misal: pembesaran kelenjar getah bening, ketiak, dll)
Lakukan pengkajian gejala TBC dengan menanyakan:
1.
2.
3.
4.
5.
Jika terduga TBC, segera lakukan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
PEMANTAUAN PENGOBATAN ARV
Pemantauan Pengobatan ARV
Klien
PEMANTAUAN PENGOBATAN ARV
Pemantauan Pengobatan ARV
Fasilitator
Pemantauan
Pengobatan ARV
Pemantauan Pengobatan ARV
Pemantauan Pengobatan ARV
Pemeriksaan Viral Load (VL) HIV adalah pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui keberhasilan
pengobatan ARV dan jumlah virus di dalam darah ODHIV
Klien
Ayo
Periksa
Viral Load
Gratis!
Pemantauan Pengobatan ARV
Fasilitator
Pemantauan Pengobatan ARV
Pertimbangkan penggunaan DTG pada ODHIV yang sebelumnya menggunakan EFV dan hasil VL > 1000 kopi/ml dengan
kepatuhan pengobatan yang baik berdasarkan pertimbangan klinis
Perbaiki kepatuhan pengobatan selama 3 bulan dan pertimbangkan pemeriksaan VL yang kedua. Jika DTG belum tersedia,
pertimbangkan pemberian LPV/r
Pemeriksaan VL perlu diprioritaskan, jika memungkinkan dengan menggunakan tes point of care yang dapat memberikan hasil
di hari yang sama
1.
2.
3.
Pemeriksaan VL rutin
VL tidak terdeteksi
(≤ 50 kopi per ml)
VL >50 - ≤ 1000 kopi/ml VL ≥ 1000 kopi/ml
Lanjutkan pengobatan
ARV
Lakukan konseling kepatuhan pengobatan;
Ulangi VL setelah 3 bulan
Jika dengan NNRTI, switch ke regimen
pengobatan ARV yang sesuai
VL tidak terdeteksi
(≤ 50 kopi per ml) VL >50 - ≤ 1000 kopi/ml
VL ≥ 1000 kopi/ml
Lanjutkan pengobatan
ARV
Lakukan konseling kepatuhan pengobatan;
Ulangi VL setelah 3 bulan
Untuk mengetahui keberhasilan
obat ARV yang sedang dikonsumsi,
maka perlu dilakukan pemeriksaan
Viral Load (VL) HIV
Pemeriksaan VL HIV dilakukan untuk
mengetahui keberhasilan
pengobatan dan jumlah virus di
dalam darah ODHIV.
Hasil Pemeriksaan VL HIV
Pemantauan Pengobatan ARV
VL HIV ≤ 50 kopi/ml = “Tidak Terdeteksi”
VL HIV tidak terdeteksi berarti pengobatan ARV efektif
dan risiko penularan HIV menjadi sangat kecil
VL HIV > 50 kopi/ml = “Terdeteksi”
Undetectable = Untransmittable
Tidak Terdeteksi = Tidak Menularkan
Klien
Pemantauan Pengobatan ARV
Fasilitator
Hasil Pemeriksaan VL HIV
VL HIV ≤ 50 kopi/ml = “Tidak terdeteksi”
VL HIV > 50 kopi/ml = “Terdeteksi”
VL HIV tidak terdeteksi berarti pengobatan ARV
efektif dan risiko penularan HIV menjadi sangat kecil
Undetectable = Untransmittable
Tidak Terdeteksi = Tidak Menularkan
Konsep "U=U" berlaku pada
penularan melalui hubungan seksual
Kapan Pemeriksaan VL HIV Dilakukan?
Pemantauan Pengobatan ARV
Dilakukan bulan ke-6, ke-12,
selanjutnya setiap 1 tahun
Bila dokter mencurigai adanya
gagal pengobatan ARV
Pada ibu hamil yang terinfeksi
HIV terutama dalam
menentukan cara persalinan
Pemeriksaan VL HIV dapat diakses di seluruh fasilitas layanan
kesehatan tempat mengambil obat ARV
Klien
Pemantauan Pengobatan ARV
Fasilitator
Kapan Pemeriksaan VL HIV Dilakukan?
Pemeriksaan dapat dilakukan di seluruh fasilitas layanan kesehatan tempat mengambil
obat ARV/layanan Perawatan, Dukungan & Pengobatan (PDP)
Dilakukan bulan ke-6, ke-12, selanjutnya setiap 1 tahun
Pada ibu hamil yang terinfeksi HIV terutama dalam menentukan cara persalinan
Bila dokter mencurigai adanya gagal pengobatan ARV
Pemeriksaan VL HIV dibiayai oleh pemerintah:
Penyebab Kegagalan Pengobatan ARV
Interaksi antar obat
Gangguan
penyerapan obat
Resistensi
terhadap virus
Pemantauan Pengobatan ARV
Ketidakpatuhan
minum obat
Klien
Pemantauan Pengobatan ARV
Fasilitator
Penyebab Kegagalan Pengobatan ARV
Ketidakpatuhan minum obat
Ketidakpatuhan minum obat dapat dilihat terkait dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan periode minum
obat yang tidak sesuai dengan aturan.
Gangguan penyerapan obat
Terjadinya gangguan pada proses penampungan dan penghancuran obat di lambung, penyerapan nutrisi oleh
lapisan mukosa usus halus, dan pengaliran nutrisi tersebut ke seluruh tubuh melalui aliran darah.
Interaksi antar obat
Interaksi obat adalah perubahan (dalam kadar atau lamanya) aksi satu obat oleh karena adanya zat lain (termasuk
obat, makanan dan alkohol) sebelum atau bersamaan dengan obat tersebut. Interaksi obat dapat memberikan
dampak buruk berupa kegagalan pengobatan karena dosis terapeutik yang suboptimal dan atau sebaliknya dapat
terjadi efek yang menguntungkan.
Resistensi virus terhadap obat
HIV dianggap ‘resisten (kebal)’ terhadap obat antiretroviral (ARV) tertentu bila virus itu terus menggandakan diri
(bereplikasi) walaupun kita memakai obat tersebut. Penyebab resistensi adalah mutasi pada virus. Cara terbaik
untuk mencegah terjadinya resistensi, adalah mengendalikan HIV dengan minum obat ARV secara teratur dan tepat
waktu.
Bila pasien tidak patuh minum obat ARV maka HIV akan lebih mudah bereplikasi.
Penyebab kegagalan pengobatan ARV:
1.
2.
3.
4.
DUKUNGAN KELUARGA DAN KOMUNITAS
Dukungan Keluarga & Komunitas
Klien
DUKUNGAN KELUARGA DAN KOMUNITAS
Dukungan Keluarga & Komunitas
Fasilitator
Dukungan Keluarga
& Komunitas
Peran Penting Keluarga untuk ODHIV
Membantu ODHIV dalam
menerapkan pola
hidup sehat
Mendampingi ODHIV
di masa sulit termasuk
mendengarkan cerita keluh
kesah dan kebutuhannya
Mendukung pemenuhan
sumber daya perawatan ODHIV
seperti aspek finansial, jaminan
kesehatan dan pemenuhan gizi
Membantu ODHIV
mendapatkan layanan
perawatan, dukungan, dan
pengobatan yang diperlukan
Membantu ODHIV
mengantar berobat
jika dibutuhkan
Dukungan Keluarga & Komunitas
Memastikan kepatuhan
ODHIV dalam minum obat
ARV secara rutin dan
tepat waktu
Klien
Membantu ODHIV
mencari informasi yang
benar tentang HIV
Dukungan Keluarga & Komunitas
Fasilitator
Peran Penting Keluarga untuk ODHIV
Memastikan kepatuhan ODHIV dalam minum obat ARV secara rutin dan tepat waktu
Membantu ODHIV dalam menerapkan pola hidup sehat
Membantu ODHIV mencari informasi yang benar tentang HIV
Mendampingi ODHIV di masa sulit termasuk mendengarkan cerita keluh kesah dan
kebutuhannya
Mendukung pemenuhan sumber daya perawatan ODHIV seperti aspek finansial, jaminan
kesehatan dan pemenuhan gizi
Membantu ODHIV mengantar berobat jika dibutuhkan
Membantu ODHIV mendapatkan layanan perawatan, dukungan, dan pengobatan yang
diperlukan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Peran Penting Komunitas untuk ODHIV
Pendampingan pengobatan
TBC dan ARV
Memberi edukasi tentang
pencegahan dan penularan
HIV, IMS, TBC dan
pemberian TPT
Memberikan dukungan ODHIV terhadap
pemenuhan haknya seperti akses
kesehatan, jaminan kesehatan, pendidikan,
atau layanan publik lainnya yang
non-diskriminatif
Dukungan Keluarga & Komunitas
Klien
Menjaga kerahasiaan ODHIV
Wadah sebagai keluarga kedua
yang aman dan nyaman
Dukungan Keluarga & Komunitas
Fasilitator
Peran Penting Komunitas untuk ODHIV
Memberikan dukungan ODHIV terhadap pemenuhan haknya seperti akses kesehatan,
jaminan kesehatan, pendidikan, atau layanan publik lainnya yang non-diskriminatif
Pendampingan pengobatan TBC dan ARV
Memberi edukasi tentang pencegahan dan penularan HIV, IMS, TBC dan pemberian TPT
Menjaga kerahasiaan ODHIV
Wadah sebagai keluarga kedua yang aman dan nyaman
1.
2.
3.
4.
5.
Klien
HIV dapat dikendalikan dengan obat ARV
Obat ARV diminum seumur hidup
Periksa VL HIV secara rutin
Meskipun jumlah virus HIV Tidak Terdeteksi,
ODHIV tetap harus patuh minum ARV secara
teratur untuk mempertahankan keberhasilan
pengobatan
INGAT!
Tepat dosis, tepat waktu,
tepat cara
Periksa VL HIV rutin
Fasilitator
HIV dapat dikendalikan dengan obat ARV
Obat ARV diminum seumur hidup
Periksa VL HIV secara rutin
Meskipun jumlah virus HIV Tidak
Terdeteksi, ODHIV tetap harus patuh minum
ARV secara teratur untuk mempertahankan
keberhasilan pengobatan
INGAT!
Tepat Pasien
Dapat dipastikan dengan melihat nama pada label obat dan
mencocokkan dengan nama, usia, dan jenis kelamin.
Tepat Obat
Pastikan obat yang diberikan harus sesuai resep dokter yang
merawat, dari nama obat, bentuk dan warna, serta membaca
label obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh
dipakai dan harus dikembalikan ke bagian apotek.
Tepat Dosis
Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan instruksi
dokter dan catatan pemberian obat.
Tepat Waktu
Waktu pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang
tertera pada catatan pemberian obat. Perhatikan apakah
obat diberikan sebelum atau sesudah makan.
Tepat Cara
Pastikan obat dikonsumsi sesuai dengan cara yang
diinstruksikan dan periksa pada label cara pemberian obat.
Misalnya oral (melalui mulut), sublingual (di bawah lidah),
inhalasi (semprot aerosol), dll.
Tepat dosis, tepat waktu,
tepat cara
Periksa VL HIV rutin
Untuk informasi terkini tentang HIV dan Pemeriksaan
Viral Load HIV dapat mengunjungi:
@kemenkes_ri
Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI
@KemenkesRI
www.kemkes.go.id
@kncvindonesia
Yayasan KNCV Indonesia
Yayasan KNCV Indonesia
@yki4tbc
www.yki4tbc.org
@hivaids.pims
hivaids.pims
hiv aids pims
@hivaidspimsid
hivaids-pimsindonesia.or.id
Untuk informasi terkini tentang HIV dan Pemeriksaan
Viral Load HIV dapat mengunjungi:
@kemenkes_ri
Kementerian Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan RI
@KemenkesRI
www.kemkes.go.id
@kncvindonesia
Yayasan KNCV Indonesia
Yayasan KNCV Indonesia
@yki4tbc
www.yki4tbc.org
@hivaids.pims
hivaids.pims
hiv aids pims
@hivaidspimsid
hivaids-pimsindonesia.or.id