ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PNEUMONIA DAN RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME (RDS) K HOZAINUN NIAM 232251016
PNEUMONIA
PNEUMONIA Pneumonia merupakan peradangan pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikrooganisme , infeksi yang disebabkan adanya peradangan pada kantong udara , bagian bawah paru yang menimbulkan nyeri pada saat bernapas . Pneumonia merupakan suatu bentuk infeksi pernapasan akut yang mempengaruhi paru paru . Paru paru terdiri dari terdiri dari kantung kantung kecil yang disebut alveoli, yang berisi dengan udara ketika orang normal bernapas .
ETIOLOGI Polusi udara, kepadatan penduduk Anak <5thn lebih rentan cryptococcus neuroformans , blastomyces dermatitides , coccididies immitis, aspergilus , species, candida albicans 01 04 02 03 Usia atau umur Bakteri , virus, jamur Gizi buruk atau gizi kurang Lingkungan
PNEUMONIA PNEUMONIA WOC
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian (Keluhan utama, Riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit keluarga, pemeriksaan head to toe Pengkajian pada paru a) Inspeksi: pengembangan paru tidak simetris, ada penggunaan otot bantu napas. b) Palpasi: adanya nyeri tekan, peningkatan vocal premitus , pada daerah yang terkena. c) Perkusi: pekak bila ada cairan, normalnya timpani) d) Auskultasi: bisa terdengar ronchi
Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul Diagnosa keperawatan menurut tim pokja SDKI DPPNI (2017). Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan . Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit . Resiko hipovolemi dengan faktor resiko kekurangan cairan aktif . Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen . Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan fktor psikologis ( keenganan makan ).
ILUSTRASI KASUS An.’A ’ usia 2 tahun masuk diruangan perawatan Santo Yoseph III Rumah Sakit Stella Maris Makassar dengan kondisi sesak napas, batuk berlendir, lemas dan demam. Pada saat pengkajian ibu anak mengatakan batuk berlendir sejak satu minggu dan sesak napas sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu anak juga mengatakan demam sejak satu minggu yang lalu disertai pilek, lemas dan demamnya naik turun, tampak pasien sesak, batuk, dan kulit teraba hangat dan pucat, tampak anak terpasang oksigen 2 liter/menit. Hasil obeservasi : pernapasan: 45x/menit, suhu: 38,5º c, nadi: 115x/menit. Hasil laboratorium menunjukan WBC: 12.7,HCT: 3,4 % (L),PLT :119 % (L),PCT;0,19,LYM: 1,65 % (L).PCT: 0,10 % (L). Hasil pemeriksaan foto thoraks kesanya Pneumonia Dextra .
ASUHAN KEPERAWATAN PADA “AN. A” Dari hasil pengkajiaan yang dilakukan pada anak “A” umur 2 tahun 9 bulan didapatkan pasien masuk rumah sakit pada tanggal 10 Agustus 2025 dengan keluhan utama sesak napas, disertai demam, batuk berlendir, batuk dan demam dialami sejak seminggu sebelum masuk rumah sakit. Setelah dilakukan pemeriksaan anak “A” diberi diagnosa pneumonia dextra yang didukung oleh pemeriksaan foto thorax pada tanggal 08 mei 2023 didapatkan hasil pneumonia dextra . Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil WBC: 12,7 PLT:119 Pada anak “A” ditemukan penyebabnya sesuai dengan teori yaitu adanya bakteri, sehingga dapat menyebabkan pneumonia pada anak “A”. Tanda dan gejala yang terdapat pada anak “A” sejalan dengan teori yaitu anak mengeluh sesak napas, batuk, demam, napas cepat. Hal ini menunjukkan adanya kesamaan tanda dan gejala didalam tinjauan pustaka dimana manifestasi klinik batuk dengan sputum yang produktif, napas bayi berbunyi (suara napas tambahan), dan demam tinggi (Nuraeni, 2019). Dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi kesenjangan antara pengkajian dengan teori pneumonia pada anak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai denga tidak mampu batuk efektif, sputum berlebih, terdengar suara napas tambahan ronchi . (D.0149). Hipertermia berhubungan proses penyakit ( mis infeksi) ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal 39 C. (D.0130) Risiko Defisit nutrisi berhubungan dengan keengganan makan ditandai dengan berat badan menurun (D.0019).
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan 1 Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi tertahan . Implementasi keperawatan pada anak “A” yang dilakukan sesuai diagnosa dan intervensi keperawatan yang telah diberikan yaitu : Manajemen jalan napas, Fisioterapi dada, dan PLB Diagnosa keperawatan 2 Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit . Implementasi yang diberikan pada anak ”A” dan dilakukan sesuai diagnosa dan intervensi keperawatan yang telah ditetapkan adalah : Manajemen hipertermi Diagnosa keperawatan 3 Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis , implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai diagnosa dan intervensi yang telah ditetapkan adalah : Manajemen Nutrisi
Evidance Based Practice Pada Pasien Anak dengan Pneumonia Intervensi prioritas berdasarkan Evidance Based Practice : pemberian Fisioterapi dada dan PLB -Pengertian Tindakan : Fisioterapi dada adalah suatu tindakan efektif untuk mengatasi ketidakefektifan besdihan jalan dengan 3 cara yaiu postural drainage , perkusi dan vibrasi Fisioterapi dada sangat berguna bagi balita dengan penyakit paru baik yang bersifat akut maupun kronis, sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret . Intervensi lain yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas selain CPT pada balita yaitu dengan teknik pursed lips breathing (PLB). PLB dapat meningkatkan ekspansi alveolus pada setiap lobus paru, sehingga tekanan alveolus meningkat dan dapat membantu mendorong sekret pada jalan napas saat ekspirasi dan dapat menginduksi pola napas menjadi normal (Daya, 2020). -Tujuan/rasional pada kasus asuhan keperawatan : Diketahuinya pengaruh pemberian fisioterapi dada dan pursed lips breathing terhadap bersihan jalan napas pada anak balita dengan pneumonia.
JURNAL PENDUKUNG
Respiratory Distress Syndrome (RDS)
Sindroma gagal nafas Respiratory Distress Sindrome , (RDS) adalah istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. ( Adolph , 2023).
Etiologi Penyebab Menurut (Putri, 2022) penyebab RDS (Respiratory Distress Syndrome) pada neonatus yaitu terdiri dari : Faktor ibu Faktor plasenta Faktor janin Faktor persalinan
WOC RDS
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PENGKAJIAN Identitas klien Masalah ibu Bayi pada saat kelahiran Riwayat kesehatan Pola fungsional sehat (Gordon) Pemeriksaan fisik Head to toe : Evaluasi nilai apgar Pemeriksaan fisik tambahan (Bayi mengalami takipnea lebih dari 60x/menit, terdengar grunting , terdapat retraksi dinding dada dan pernapasan cuping hidung, serta tampak pucat dan sesekali mengalami apnea – semua merupakan tanda khas dari Respiratory Distress Syndrome .)
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL Pola nafas tidak efektif b.d Hambatan upaya napas ( kelemahan otot pernafasan ) (D.0005). Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membran alveolus- kapiler (D.0003). Perfusi perifer tidak efektif b.d Penurunan aliran arteri dan/atau vena (D.0009) Hipotermi b.d kekurangan lemak subkutan (D.0131)
ILUSTRASI KASUS Pada tanggal 18 Februari 2025 pukul 21.00 WIB di ruang NICU Bayi Ny. R yang berusia 5 hari yang dilahirkan secara premature diusia kehamilan 32minggu SC, RR: 70x per menit dan adanya retraksi dinding dada saat bernapas, refleks hisap dan menelan klien belum kuat. BB lahir 1890gr PB 40cm. Pasien tampak menggunakan CPAP
ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada tanggal 18 Februari 2025 pukul 21.00 WIB di ruang Peristi , didapatkan masalah dari klien Bayi Ny. R yang berusia 5 hari, yaitu Respiratory Distress Syndrome (RDS), dengan data pengkajian yang menunjukkan respirasi klien 70x per menit dan adanya retraksi dinding dada saat bernapas. Selain itu, refleks hisap dan menelan klien belum kuat. penulis menegakkan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien. Penulis juga merancang dan menerapkan intervensi keperawatan yang tepat dengan tujuan untuk mengatasi masalah gangguan pernapasan pada bayi Ny. R dan mendukung stabilisasi fungsi respirasi sejak dini.
Diagnosa Keperawatan pola napas tidak efektif Pada diagnosa kedua hipotermia yang berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan Pada diagnosa ketiga gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-kapiler
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI Diagnosa Pola Napas Tidak Efektif Pada tahap ini peneliti memberikan tindakan keperawatan manajemen jalan napas dan intervensi berdasarkan evidance based practice posisi quarter prone dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas membaik dengan kriteria hasil penggunaan otot bantu napas menurun , pernapasan cuping hidung menurun , dan frekuensi napas membaik
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI Hipotermia Hipotermi berhubungan dengan kekurangan lemak subkutan . Tujuannya setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan termoregulasi neonatus membaik dengan kriteria konsumsi oksigen membaik, suhu tubuh membaik, dan ventilasi membaik. Perencanaan tindakan meliputi observasi: memantau suhu tubuh, mengidentifikasi penyebab hipotermia, dan memantau tanda-gejala berdasarkan tingkat keparahan ; tindakan terapeutik: menyediakan lingkungan hangat, mengganti pakaian/linen basah, melakukan penghangatan pasif dan aktif baik eksternal maupun internal; serta edukasi: menganjurkan konsumsi makanan dan minuman hangat.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI Gangguan Pertukaran Gas Sementara itu , gangguan pertukaran gas dapat membaik dengan dukungan oksigenasi dan terapi yang memulihkan fungsi alveolar, seperti CPAP.
Evidance Based Practice Pada Pasien Bayi dengan RSD Intervensi prioritas berdasarkan Evidance Based Practice : Posisi Quarter Prone -Pengertian Tindakan: Posisi quarter prone merupakan posisi bayi miring kiri atau kanan dengan kepala di atas gulungan kain dan seperti memeluk guling namun posisi hampir seperti tengkurap dan tangan bayi fleksi dan sedekat mungkin dengan mulut bayi, kaki sedekat mungkin dengan perut bayi (Defi, dkk 2019). Quarter prone atau posisi semi prome merupakan modifikasi dari posisi lateral dan posisi pronasi . Posisi quarter prone adalah posisi klien berbaring pada pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi . Pada posisi ini dapat menurunkan kompresi pari oleh jantung dan memaksimalkan ekspansi paru diregion dorsal sebagai akibat dari berkurangnya tekanan paru region dorsal oleh organ abdomen (Nasrun, 2022). -Tujuan/rasional pada kasus asuhan keperawatan : Untuk memperbaiki status pernapas pada bayi dengan Rds ( Respiratory Distress Syndrom ) (RR dan Saturasi okesigen )