1
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat, dunia
memasuki era digital yang menawarkan berbagai kemudahan dan efisiensi dalam hampir
setiap aspek kehidupan manusia. Teknologi ini memungkinkan manusia untuk terhubung,
berkomunikasi, dan berbagi informasi secara instan tanpa batas geografis. Tetapi, di balik
berbagai manfaat tersebut, teknologi juga membawa risiko yang signifikan, salah satunya
adalah munculnya kejahatan siber atau kejahatan digital. Peningkatan penggunaan teknologi
juga meningkatkan risiko keamanan siber, termasuk peretasan, pencurian data, dan serangan
virus. Individu dan organisasi dapat mengalami kerugian besar akibat serangan ini [1].
Kejahatan siber melibatkan penggunaan komputer dan internet sebagai alat untuk melakukan
kejahatan, seperti penipuan, pencurian identitas, dan penyebaran malware [2]. Kejahatan ini
tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga dapat menyebabkan kerugian besar bagi
perusahaan dan bahkan pemerintahan. Data pribadi yang bocor dapat dimanfaatkan untuk
pencurian identitas, pengelabuan keuangan, atau tindakan ilegal lainnya. Begitu pula,
serangan terhadap sistem perusahaan atau pemerintah dapat mengakibatkan gangguan
operasional, kerugian finansial, dan hilangnya kepercayaan publik.
Dalam era digital yang saling terhubung, ancaman kejahatan siber semakin kompleks dan
sulit terdeteksi. Pelaku kejahatan siber seringkali menggunakan teknologi canggih untuk
menyembunyikan jejak mereka, membuat investigasi menjadi tantangan besar. Oleh karena
itu, penting untuk memahami bagaimana kejahatan siber terjadi, mengapa hal itu terus
berkembang, dan langkah-langkah apa yang dapat diambil untuk menanggulanginya.
Salah satu pendekatan utama dalam menangani kejahatan siber adalah melalui IT Forensic.
Muhammad Nuh Al -Azhar menyatakan bahwa digital forensik adalah bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi komputer yang berorientasi pada kepentingan pembuktian
hukum, bertujuan untuk membuktikan kejahatan berteknologi tinggi secara ilmiah sehingga
bukti digital dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah dalam persidangan [3]. Proses ini
melibatkan identifikasi, pengumpulan, analisis, dan pelaporan data digital yang dapat
digunakan sebagai alat bukti dalam proses hukum. Dengan menggunakan pendekatan ini,
penegak hukum dapat melacak aktivitas pelaku, mengidentifikasi metode yang digunakan,
dan mengumpulkan bukti untuk menuntut mereka di pengadilan.
Dalam konteks ini, IT Forensic tidak hanya menjadi alat investigasi, tetapi juga merupakan
bagian penting dari strategi keamanan siber. Organisasi dan individu dapat menggunakan
prinsip-prinsip IT Forensic untuk meningkatkan perlindungan terhadap serangan siber,
mengurangi risiko kerugian, dan memastikan bahwa sistem mereka tetap aman di tengah
lanskap ancaman digital yang terus berkembang. Dengan demikian, pengembangan
pemahaman dan penerapan IT Forensic menjadi kebutuhan mendesak di era digital ini.