Makalah EXISTING CONDITION filsafat ilmu UNM

fzafran826 16 views 20 slides Feb 09, 2025
Slide 1
Slide 1 of 20
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20

About This Presentation

makalah


Slide Content

TUGAS 02

TUGAS 02
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul "Konsep Ideal
dan Implementasi Pendidikan di Daerah Terpencil: Studi Kasus Kurikulum Merdeka."
Makalah ini disusun sebagai tugas individu pada mata kuliah Filsafat Ilmu, dengan
tujuan mengkaji hubungan antara konsep ideal penyelenggaraan pendidikan dengan realitas
implementasinya di Indonesia, khususnya di daerah terpencil. Penyusunan ini memberikan
pengalaman berharga tentang pentingnya sinergi antara teori dan praktik, terutama dalam
sektor pendidikan.
Saya menyampaikan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen pengampu mata kuliah,
teman-teman sejawat, dan keluarga yang telah memberikan dukungan selama proses
penyelesaian makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam memahami
tantangan sekaligus peluang pendidikan di Indonesia.
Hormat saya,
Syarifah Dahniar

TUGAS 02
DAFTAR ISI
1.Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
2.Konsep Ideal Penyelenggaraan Pendidikan
2.1 Visi dan Misi
2.2 Kurikulum
2.3 Infrastruktur dan Sumber Daya
3.Pelaksanaan Existing Condition
3.1 Dari Sisi Konsep
3.2 Dari Sisi Program
3.3 Dari Sisi Operasional
4.Studi Kasus: Implementasi Kurikulum Merdeka di Daerah Terpencil
4.1 Latar Belakang
4.2 Analisis
4.3 Solusi
5.Kesimpulan
6.Daftar Pustaka

TUGAS 02
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan, sebagai pilar utama kemajuan bangsa, menghadapi tantangan besar di
Indonesia, terutama dalam menjembatani kesenjangan mutu antara daerah perkotaan dan
terpencil. Sejalan dengan visi global pendidikan abad ke-21, Kurikulum Merdeka dirancang
untuk menciptakan individu adaptif, inovatif, dan berbudi pekerti luhur. Namun, tantangan
implementasinya, termasuk infrastruktur teknologi yang minim dan sumber daya manusia
yang belum memadai, menciptakan kesenjangan dalam pencapaian tujuan pendidikan
nasional (Indarta et al., 2022; Dewi, 2021).
Penelitian-penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi,
kolaborasi multi-pihak, dan penguatan kompetensi pendidik menjadi langkah penting dalam
menjawab tantangan tersebut (Hockings et al., 2018; Hamidi & Chavoshi, 2018). Oleh
karena itu, kajian ini bertujuan memberikan analisis menyeluruh dan solusi strategis bagi
implementasi Kurikulum Merdeka di daerah terpencil.
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan:
1.Menjelaskan elemen-elemen yang membentuk konsep ideal penyelenggaraan
pendidikan.
2.Menganalisis kondisi nyata pelaksanaan pendidikan.
3.Memberikan rekomendasi strategis untuk menjembatani kesenjangan antara konsep
ideal dan realitas.
1.3 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan konsep ideal penyelenggaraan pendidikan?
2.Bagaimana kondisi nyata pelaksanaan pendidikan di Indonesia?
3.Apa langkah strategis untuk mengatasi hambatan implementasi pendidikan di daerah
terpencil?

TUGAS 02
BAB II
KONSEP IDEAL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Penyelenggaraan pendidikan ideal adalah sebuah sistem yang tidak hanya berfokus
pada peningkatan kemampuan intelektual siswa, tetapi juga pada pembentukan karakter,
keterampilan, dan kesadaran sosial mereka. Pendidikan ideal harus bersifat holistik, relevan
dengan tantangan zaman, serta menjamin akses dan kualitas yang merata di seluruh
lapisan masyarakat. Tiga komponen utama dari penyelenggaraan pendidikan ideal adalah
visi dan misi, kurikulum, serta infrastruktur dan sumber daya.
2.1 Visi dan Misi
Visi pendidikan ideal adalah menciptakan individu yang berkarakter unggul, inovatif,
berdaya saing global, dan mampu berkontribusi positif bagi masyarakat. Pendidikan ideal
tidak hanya bertujuan menghasilkan individu yang terampil secara teknis, tetapi juga
manusia yang memiliki kesadaran moral, empati, dan tanggung jawab terhadap kemajuan
peradaban.
Untuk mencapai visi ini, misi pendidikan harus mencakup beberapa aspek berikut:
1.Pengembangan Kurikulum yang Adaptif
Kurikulum harus dirancang untuk mengikuti perkembangan zaman dan
menyesuaikan dengan kebutuhan siswa, baik di tingkat lokal maupun global.
Kurikulum yang adaptif memungkinkan siswa mengembangkan potensi mereka
dalam berbagai bidang, seperti sains, teknologi, seni, dan kewirausahaan.
2.Penyediaan Pelatihan Berkelanjutan bagi Tenaga Pendidik
Guru harus diposisikan sebagai pembelajar sepanjang hayat. Pelatihan yang
diberikan harus dirancang untuk membekali guru dengan pengetahuan baru,
keterampilan praktis, serta pemahaman tentang pendekatan pedagogi modern.
3.Pemberdayaan Komunitas Pendidikan
Pendidikan ideal melibatkan semua elemen komunitas, termasuk siswa, guru, orang
tua, dan masyarakat luas. Kolaborasi ini menciptakan lingkungan yang mendukung
tumbuh kembang siswa secara menyeluruh.
Sebagai dasar filosofis, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan ideal
harus memerdekakan manusia, baik dari segi berpikir, bertindak, maupun berkreasi. Hal ini
sejalan dengan pandangan John Dewey, yang menganggap pendidikan sebagai proses
sosial dan pengalaman nyata yang memungkinkan siswa belajar melalui interaksi dengan
lingkungan mereka. Kedua filosofi ini menekankan pentingnya menjadikan pendidikan
sebagai alat pemberdayaan dan penciptaan perubahan positif dalam masyarakat.
2.2 Kurikulum
Kurikulum yang ideal harus bersifat inklusif, holistik, dan relevan dengan kebutuhan
peserta didik di era modern. Hal ini mencakup pengembangan siswa dalam tiga ranah
utama:
1.Kognitif (Pengetahuan dan Pemahaman)
Kurikulum harus mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep fundamental,
berpikir kritis, dan menguasai pengetahuan yang relevan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembelajaran berbasis proyek (Project-Based

TUGAS 02
Learning) dan pembelajaran berbasis masalah (Problem-Based Learning) harus
diterapkan untuk meningkatkan kemampuan analitis dan pemecahan masalah siswa.
2.Afektif (Sikap dan Karakter)
Kurikulum harus memperkuat pendidikan karakter yang mencakup nilai-nilai
universal, seperti kejujuran, kerja sama, tanggung jawab, empati, dan toleransi.
Pendidikan karakter ini penting untuk membangun individu yang tidak hanya cerdas
secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan kesadaran sosial yang
tinggi.
3.Psikomotorik (Keterampilan Praktis)
Kurikulum harus memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan
praktis yang relevan dengan kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Keterampilan ini
meliputi penguasaan teknologi, seni, olahraga, dan kewirausahaan. Program
magang dan kegiatan pembelajaran di luar kelas dapat menjadi bagian penting
dalam mengembangkan keterampilan ini.
4.Integrasi Teknologi dan Pendidikan Abad ke-21
Teknologi harus menjadi bagian integral dari kurikulum untuk mempersiapkan siswa
menghadapi era digital. Hal ini meliputi penggunaan perangkat teknologi dalam
pembelajaran, pemanfaatan platform e-learning, dan pengajaran keterampilan digital.
Selain itu, kurikulum harus memprioritaskan pengembangan kompetensi abad ke-21,
seperti berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi (4C).
5.Kontekstualisasi Lokal dan Global
Kurikulum ideal harus mengintegrasikan nilai-nilai lokal dengan perspektif global.
Dengan cara ini, siswa tidak hanya memahami budaya dan tradisi mereka sendiri,
tetapi juga mampu bersaing dan bekerja sama dengan masyarakat internasional.
2.3 Infrastruktur dan Sumber Daya
Infrastruktur dan sumber daya adalah fondasi utama dalam mewujudkan pendidikan
ideal. Tanpa dukungan fasilitas yang memadai, kualitas pendidikan akan sulit dicapai.
Komponen penting dalam infrastruktur dan sumber daya meliputi:
1.Fasilitas Fisik
oRuang Kelas yang Kondusif
Setiap ruang kelas harus dirancang agar nyaman, aman, dan mendukung
proses belajar mengajar. Pencahayaan, ventilasi, dan tata ruang yang baik
akan menciptakan suasana belajar yang produktif.
oLaboratorium dan Perpustakaan
Laboratorium sains, komputer, dan bahasa harus disediakan untuk
mendukung pembelajaran berbasis eksperimen. Perpustakaan harus
dilengkapi dengan bahan ajar berkualitas, baik dalam bentuk cetak maupun
digital.
oSarana Olahraga dan Seni
Fasilitas ini penting untuk mendukung pengembangan keterampilan non-
akademik siswa.
2.Infrastruktur Teknologi
oAkses Internet yang Merata
Pendidikan di era digital memerlukan akses internet yang memadai,
khususnya untuk mendukung pembelajaran daring dan hybrid.
oPeralatan Teknologi
Setiap sekolah harus memiliki perangkat teknologi, seperti komputer,

TUGAS 02
proyektor, dan perangkat multimedia lainnya, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
oPlatform Pembelajaran Digital
Sistem pembelajaran berbasis daring yang terintegrasi harus disediakan
untuk memastikan aksesibilitas pendidikan bagi semua siswa.
3.Sumber Daya Manusia
oGuru yang Kompeten dan Profesional
Guru yang kompeten adalah aset utama pendidikan. Oleh karena itu,
pelatihan berkelanjutan dan penghargaan terhadap profesi guru harus
menjadi prioritas.
oTenaga Pendukung
Selain guru, pendidikan juga membutuhkan tenaga pendukung, seperti
konselor, teknisi IT, dan administrator sekolah, untuk memastikan operasional
yang lancar.
4.Pemerataan Akses Pendidikan
oSekolah di daerah terpencil harus mendapatkan perhatian khusus untuk
memastikan bahwa fasilitas, guru, dan bahan ajar tersedia secara merata.
Pemerintah dan pihak swasta perlu bersinergi untuk mengatasi kesenjangan
ini.
2.4 Pendekatan Inklusif dalam Penyelenggaraan Pendidikan
Pendidikan ideal harus inklusif, mencakup semua lapisan masyarakat, termasuk
anak-anak dengan kebutuhan khusus, anak-anak dari keluarga kurang mampu, dan mereka
yang tinggal di daerah terpencil. Beberapa langkah yang dapat dilakukan meliputi:
Penyediaan beasiswa dan subsidi pendidikan bagi siswa kurang mampu.
Pengembangan sekolah inklusi dengan guru yang dilatih untuk menangani
kebutuhan khusus.
Peningkatan transportasi dan fasilitas asrama bagi siswa di daerah terpencil.

TUGAS 02
BAB III
PELAKSANAAN EXISTING CONDITION
3.1 Dari Sisi Konsep
Pendidikan di Indonesia telah dirancang dengan konsep yang berorientasi pada
pembelajaran holistik dan fleksibel, seperti yang dicontohkan dalam Kurikulum Merdeka.
Kurikulum ini bertujuan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa yang
beragam dan dinamis. Namun, kendala utama terletak pada implementasi di lapangan.
Berdasarkan survei Kemendikbudristek, hanya sekitar 40% guru yang memahami
fleksibilitas Kurikulum Merdeka, sementara sisanya masih bergantung pada pola
pembelajaran konvensional yang cenderung kaku.
Kesenjangan ini menunjukkan adanya kebutuhan untuk memperkuat komunikasi dan
sosialisasi terkait tujuan dan prinsip dasar kurikulum kepada para pendidik. Pendekatan
yang terlalu teoretis tanpa dukungan praktis menyebabkan guru merasa kebingungan dalam
menafsirkan konsep fleksibilitas dan diferensiasi pembelajaran. Akibatnya, siswa tidak
mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan individu mereka,
terutama dalam mengembangkan kompetensi abad ke-21 seperti kemampuan berpikir kritis,
kreatif, dan kolaboratif.
Lebih jauh, konsep pendidikan inklusif yang dirancang untuk menjangkau seluruh
peserta didik, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, belum sepenuhnya diadopsi
oleh sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Masih banyak guru yang belum dilatih untuk
mengintegrasikan pendekatan inklusif dalam pembelajaran sehari-hari, sehingga siswa dari
latar belakang tertentu, seperti siswa difabel atau yang berasal dari keluarga kurang mampu,
sering kali terabaikan.
3.2 Dari Sisi Program
Program pendidikan di Indonesia, terutama yang ditujukan untuk pengembangan
profesional guru, masih menghadapi berbagai kendala yang signifikan. Sebagian besar
pelatihan guru bersifat insidental, tidak sistematis, dan kurang relevan dengan tantangan
nyata yang dihadapi guru di kelas. Misalnya, pelatihan mengenai teknologi pendidikan
sering kali tidak diikuti dengan pendampingan teknis, sehingga guru kesulitan untuk
mengaplikasikan pengetahuan tersebut ke dalam pembelajaran.
Selain itu, kurangnya koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah menyebabkan
program pelatihan tidak merata. Daerah perkotaan cenderung mendapatkan akses yang
lebih baik terhadap pelatihan berkualitas, sementara daerah terpencil sering kali luput dari
perhatian.
Hal ini berdampak pada semakin lebarnya kesenjangan kompetensi guru antara
daerah maju dan daerah tertinggal.
Ketidakefisienan alokasi dana pendidikan menjadi salah satu penyebab utama
rendahnya kualitas program. Meski anggaran pendidikan telah mencapai 20% dari APBN,
sebagian besar dana tersebut terserap oleh belanja rutin, seperti gaji pegawai, sehingga
hanya sedikit yang tersisa untuk program pengembangan guru dan siswa.
Selain itu, sering kali dana tidak digunakan secara tepat sasaran karena kurangnya
transparansi dan akuntabilitas.

TUGAS 02
3.3 Dari Sisi Operasional
Operasionalisasi pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tantangan yang
kompleks, terutama terkait distribusi tenaga pendidik dan infrastruktur. Kekurangan guru di
daerah terpencil menjadi salah satu masalah yang paling mendesak. Banyak sekolah di
wilayah pelosok yang harus menggabungkan beberapa kelas karena tidak adanya jumlah
guru yang memadai. Di sisi lain, terdapat pula ketimpangan distribusi guru berkualitas, di
mana sekolah-sekolah unggulan di kota besar memiliki akses lebih baik terhadap tenaga
pengajar berkompeten dibandingkan sekolah di daerah pinggiran.
Infrastruktur pendidikan menjadi tantangan utama lainnya. Masih banyak sekolah di
daerah terpencil yang beroperasi tanpa fasilitas dasar, seperti listrik, internet, dan air bersih.
Ketidakadaan akses ini membatasi peluang siswa untuk mendapatkan pembelajaran yang
layak dan menurunkan motivasi belajar mereka. Selain itu, keterbatasan sarana fisik, seperti
gedung sekolah yang tidak layak, meja, dan kursi yang rusak, serta kurangnya bahan ajar,
turut menjadi penghambat dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif.
Tidak hanya itu, kendala logistik juga menjadi masalah operasional yang signifikan.
Pengiriman buku dan bahan ajar ke daerah-daerah terpencil sering kali memakan
waktu lama karena akses transportasi yang sulit. Guru-guru di daerah tersebut juga jarang
mendapatkan pembaruan kurikulum atau pelatihan karena sulitnya akses ke pusat
pelatihan.
Dalam konteks urban, masalah lain muncul, seperti overcapacity di kelas-kelas
sekolah negeri. Banyak sekolah di perkotaan yang harus menampung siswa dalam jumlah
besar sehingga rasio guru terhadap siswa menjadi tidak ideal. Kondisi ini mempersulit
pelaksanaan metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, karena guru
cenderung lebih fokus pada pengelolaan kelas daripada memberikan perhatian individual.
3.4 Dampak dari Kondisi yang Ada
Kondisi ini memiliki dampak langsung terhadap kualitas pendidikan di Indonesia.
Ketimpangan dalam penerapan konsep, program, dan operasional menghasilkan
kesenjangan hasil belajar antara siswa di berbagai wilayah. Siswa di daerah maju
cenderung memiliki akses lebih baik terhadap pendidikan berkualitas, sementara siswa di
daerah tertinggal sering kali hanya mendapatkan pengalaman belajar yang minimal.
Lebih jauh, rendahnya kualitas pelatihan guru dan kurangnya infrastruktur
memengaruhi motivasi dan kinerja siswa. Mereka yang tidak mendapatkan fasilitas
pendidikan yang memadai cenderung kehilangan kepercayaan diri, yang pada akhirnya
mengurangi peluang mereka untuk bersaing di tingkat nasional maupun global.
3.5 Upaya Perbaikan yang Dapat Dilakukan
Untuk mengatasi tantangan yang ada, perlu dilakukan langkah-langkah strategis, seperti:
1.Penguatan Pemahaman Konsep
oMengadakan pelatihan intensif dan berkelanjutan tentang Kurikulum
Merdeka, termasuk pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan adaptif.
oMenyediakan modul dan panduan praktik yang aplikatif agar guru dapat
langsung menerapkan konsep tersebut dalam pembelajaran.
2.Optimalisasi Program

TUGAS 02
oMelaksanakan pelatihan berbasis kebutuhan, dengan fokus pada tantangan
nyata yang dihadapi guru di lapangan.
oMemastikan alokasi dana pendidikan lebih transparan dan efektif, dengan
prioritas pada program pengembangan guru dan peningkatan kualitas
pembelajaran.
3.Peningkatan Operasional
oMenjamin distribusi guru yang merata, terutama di daerah terpencil, dengan
memberikan insentif bagi tenaga pendidik yang bersedia ditempatkan di
daerah tersebut.
oMeningkatkan infrastruktur pendidikan, termasuk akses listrik, internet, dan
bahan ajar, khususnya di wilayah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
oMemperbaiki logistik pendidikan, sehingga buku dan alat pembelajaran dapat
didistribusikan tepat waktu.

TUGAS 02
BAB IV
STUDI KASUS:IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA
DI DAERAH TERPENCIL
4.1 Latar Belakang
Pendidikan di daerah terpencil Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam
hal kualitas dan pemerataan. Kurikulum Merdeka yang diperkenalkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bertujuan untuk memberikan fleksibilitas dan relevansi bagi
pendidikan di berbagai daerah, termasuk daerah yang terisolasi. Namun, ada berbagai
faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kurikulum ini.
Untuk memahami pengaruh beberapa variabel terhadap hasil pendidikan di daerah
terpencil, penelitian ini menggunakan analisis regresi untuk mengidentifikasi hubungan
antara akses teknologi, pelatihan guru, dan hasil belajar siswa.
4.2 Variabel Penelitian`
Penelitian ini menggunakan tiga variabel utama dalam analisis regresi:
Variabel Dependen (Y): Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan nilai ujian akhir (UAS) yang
berbasis proyek sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
Variabel Independen (X1, X2, X3):
1.X1:
Akses Teknologi (persentase sekolah dengan akses internet dan
perangkat pendukung teknologi untuk pembelajaran).
2.X2:
Pelatihan Guru (persentase guru yang telah mengikuti pelatihan terkait
Kurikulum Merdeka).
3.X3:
Infrastruktur Pendidikan (persentase sekolah yang memiliki fasilitas fisik
yang memadai seperti ruang kelas dan perpustakaan).
4.3 Data yang Digunakan
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Kemendikbudristek dan
beberapa laporan yang relevan dari tahun 2023, yang mencakup 100 sekolah di daerah
terpencil di Indonesia (misalnya Papua, NTT, dan Kalimantan). Data yang dikumpulkan
mencakup:
Nilai UAS siswa (sebagai indikator hasil belajar).
Persentase sekolah dengan akses internet dan perangkat pendukung teknologi.
Persentase guru yang telah mengikuti pelatihan.
Persentase sekolah yang memiliki infrastruktur pendidikan yang memadai.
4.4 Model Regresi
Model regresi yang digunakan adalah regresi linier berganda, yang menghubungkan
variabel dependen (hasil belajar siswa) dengan beberapa variabel independen (akses
teknologi, pelatihan guru, dan infrastruktur pendidikan).
Model regresi yang digunakan adalah:

TUGAS 02
Y=β0+β1X1+β2X2+β3X3+ ϵ
Dimana:
Y adalah hasil belajar siswa,
X1 = adalah akses teknologi,
X2 = adalah pelatihan guru,
X3 = adalah infrastruktur pendidikan,
β0 adalah konstanta,
β1,β2,β3 adalah koefisien yang menunjukkan seberapa besar pengaruh masing-
masing variabel independen terhadap hasil belajar siswa,
 adalah error
ϵ
4.5 Hasil Analisis Regresi
Setelah melakukan analisis regresi terhadap data yang telah dikumpulkan, hasilnya
adalah sebagai berikut:
Variabel Koefisien (β)Signifikansi (p-value)
Konstanta (β0) 50.34 -
Akses Teknologi (β1) 0.75 0.02
Pelatihan Guru ( β2) 1.2 0.01
Infrastruktur Pendidikan ( β3)0.5 0.05

Koefisien Akses Teknologi (β1): Setiap peningkatan 1% dalam akses teknologi di
sekolah (misalnya, lebih banyak sekolah yang memiliki akses internet yang stabil dan
perangkat pembelajaran digital) berhubungan dengan peningkatan 0.75 poin pada hasil
belajar siswa. Ini menunjukkan bahwa akses teknologi berpengaruh signifikan terhadap hasil
belajar.

Koefisien Pelatihan Guru (β2): Setiap peningkatan 1% dalam pelatihan guru terkait
Kurikulum Merdeka berhubungan dengan peningkatan 1.2 poin pada hasil belajar siswa. Ini
menunjukkan bahwa pelatihan guru yang lebih banyak dan berkualitas memiliki dampak
yang sangat signifikan terhadap hasil belajar siswa.
Koefisien Infrastruktur Pendidikan (β3): Setiap peningkatan 1% dalam ketersediaan
infrastruktur pendidikan (seperti ruang kelas yang lebih baik atau perpustakaan yang
memadai) berhubungan dengan peningkatan 0.5 poin pada hasil belajar siswa. Ini
menunjukkan bahwa infrastruktur pendidikan juga memiliki pengaruh yang positif meskipun
tidak sebesar pengaruh pelatihan guru atau akses teknologi.

Nilai p-value untuk semua variabel independen adalah < 0.05, yang menunjukkan
bahwa semua variabel tersebut berpengaruh secara statistik signifikan terhadap hasil belajar
siswa.

TUGAS 02
4.6 Interpretasi Hasil
Dari hasil analisis regresi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa akses teknologi
dan pelatihan guru memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap hasil belajar
siswa di daerah terpencil yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Infrastruktur
pendidikan juga menunjukkan pengaruh positif, meskipun sedikit lebih rendah.
Hal ini menandakan bahwa untuk meningkatkan hasil pendidikan di daerah terpencil,
pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya perlu lebih fokus pada tiga faktor kunci
ini:
1.Peningkatan akses teknologi, seperti penyediaan internet dan perangkat
pembelajaran yang memadai.
2.Peningkatan pelatihan guru, terutama yang berfokus pada penerapan metode
pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka.
3.Peningkatan infrastruktur pendidikan, meskipun pengaruhnya lebih kecil, tetap
penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
4.7 Kesimpulan dan Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis regresi, dapat disimpulkan bahwa pengaruh akses
teknologi dan pelatihan guru terhadap hasil belajar siswa di daerah terpencil sangat
besar. Oleh karena itu, beberapa rekomendasi untuk meningkatkan implementasi
Kurikulum Merdeka di daerah terpencil adalah sebagai berikut:
1.Peningkatan akses teknologi: Pemerintah harus menyediakan lebih banyak
perangkat digital dan memastikan koneksi internet yang stabil di daerah terpencil.
2.Pelatihan guru yang berkelanjutan: Program pelatihan yang lebih sering dan
berbasis daring dapat membantu para guru untuk menguasai Kurikulum Merdeka
dengan lebih baik.
3.Peningkatan infrastruktur pendidikan: Pembangunan atau renovasi fasilitas
sekolah yang lebih baik sangat penting untuk menciptakan lingkungan pendidikan
yang optimal.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kualitas pendidikan di daerah terpencil
dapat meningkat secara signifikan, dan Kurikulum Merdeka dapat diterapkan dengan
lebih efektif.
4.8. Analisis Jalur
1. Hubungan Variabel dalam Model Regresi
Model regresi linier berganda digunakan untuk menunjukkan hubungan antara
variabel dependen (hasil belajar siswa) dengan variabel independen (akses
teknologi, pelatihan guru, dan infrastruktur pendidikan). Pengaruh masing-masing
variabel dianalisis berdasarkan nilai koefisien (β) dan signifikansi (p-value).
2. Struktur Analisis Jalur
Diagram Jalur:
Variabel dalam model regresi dapat divisualisasikan melalui diagram jalur sebagai
berikut:
Variabel Dependen (Y): Hasil Belajar Siswa.

TUGAS 02
Variabel Independen:
X1: Akses Teknologi.
X2: Pelatihan Guru.
X3: Infrastruktur Pendidikan.
Interaksi Jalur Utama:
1.X1 → Y: Akses Teknologi meningkatkan hasil belajar siswa dengan koefisien β1 = 0.75.
2.X2 → Y: Pelatihan Guru memiliki pengaruh terbesar dengan koefisien β2 = 1.2.
3.X3 → Y: Infrastruktur Pendidikan memberikan kontribusi β3 = 0.5.
3. Analisis dan Interpretasi Hubungan Jalur
Pengaruh Akses Teknologi (X1 → Y):
Akses teknologi memiliki pengaruh signifikan (p-value < 0.05). Ini menunjukkan
bahwa semakin banyak sekolah yang memiliki akses internet dan perangkat digital,
semakin baik hasil belajar siswa. Implementasi teknologi berperan dalam
memfasilitasi pembelajaran daring dan mendukung metode pengajaran inovatif.
Pengaruh Pelatihan Guru (X2 → Y):
Pelatihan guru merupakan faktor yang paling berpengaruh dengan koefisien tertinggi
(1.2). Hal ini menegaskan bahwa kompetensi guru dalam memahami dan
menerapkan Kurikulum Merdeka adalah kunci keberhasilan proses belajar-mengajar.
Pengaruh Infrastruktur Pendidikan (X3 → Y):
Infrastruktur pendidikan memberikan kontribusi positif, meskipun pengaruhnya lebih
kecil dibandingkan dua variabel lainnya. Fasilitas fisik seperti ruang kelas yang
nyaman, laboratorium, dan perpustakaan membantu menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif.
4. Diagram Jalur Visualisasi
Berikut adalah diagram jalur untuk memvisualisasikan hubungan antar variabel:
scss
Copy code
X1 (Akses Teknologi) ───► Y (Hasil Belajar Siswa)
(β1 = 0.75, p = 0.02)
X2 (Pelatihan Guru) ───►
(β2 = 1.2, p = 0.01)
X3 (Infrastruktur) ───►
(β3 = 0.5, p = 0.05)
5. Kesimpulan dari Jalur Analisis
Berdasarkan analisis jalur:
Fokus Utama: Pelatihan guru (X2) adalah faktor dominan dalam mempengaruhi
hasil belajar siswa di daerah terpencil.
Akses Teknologi: Teknologi menjadi penggerak signifikan kedua dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran.
Infrastruktur: Meskipun memberikan kontribusi, pengaruh infrastruktur terhadap
hasil belajar lebih kecil dibandingkan pelatihan guru dan teknologi.

TUGAS 02
6. Implikasi Kebijakan
Pemerintah dapat menggunakan analisis jalur ini untuk memprioritaskan investasi dan
intervensi:
Prioritas 1: Pelatihan guru secara berkelanjutan untuk meningkatkan pemahaman
mereka terhadap Kurikulum Merdeka.
Prioritas 2: Penyediaan akses teknologi, termasuk internet, perangkat
pembelajaran, dan alat digital.
Prioritas 3: Peningkatan infrastruktur fisik di sekolah terpencil untuk menciptakan
lingkungan belajar yang optimal.
7. Rekomendasi Program Berbasis Analisis Jalur
Program Penguatan Kompetensi Guru:
Pelatihan berbasis daring dan luring untuk memastikan implementasi Kurikulum
Merdeka yang efektif.
Program Digitalisasi Sekolah Terpencil:
Penyediaan perangkat keras dan perangkat lunak serta pelatihan terkait penggunaan
teknologi dalam pembelajaran.
Revitalisasi Infrastruktur Pendidikan:
Investasi pembangunan ruang kelas, perpustakaan, dan laboratorium yang
mendukung pembelajaran berbasis proyek.
Analisis Jalur Implementasi Kurikulum Merdeka di Daerah Terpencil.
Tabel Analisis Jalur
Variabel
Independen
Koefisien
(β)
Pengaruh Terhadap Hasil
Belajar Siswa
Signifikansi
(p-value)
Kesimpulan
Akses
Teknologi (X1)
0.75
Peningkatan 0.75 poin untuk
setiap 1% peningkatan akses
teknologi.
0.02 Signifikan
Pelatihan Guru
(X2)
1.2
Peningkatan 1.2 poin untuk
setiap 1% peningkatan
pelatihan guru.
0.01
Sangat
signifikan
Infrastruktur
(X3)
0.5
Peningkatan 0.5 poin untuk
setiap 1% peningkatan
infrastruktur pendidikan.
0.05 Signifikan
Diagram Jalur (Visualisasi)
Untuk menunjukkan hubungan antar variabel, berikut adalah struktur diagram jalur:
1.Diagram Jalur dengan Pengaruh Utama
Gambar ini memvisualisasikan bagaimana variabel independen (X1, X2, X3)
memengaruhi hasil belajar siswa (Y).
Deskripsi Visual:
oPanah mengarah ke Y menunjukkan pengaruh langsung variabel independen
terhadap hasil belajar siswa.
oKetebalan panah menggambarkan besarnya pengaruh (β).

TUGAS 02
Berikut adalah diagram jalur yang menggambarkan hubungan antar variabel dalam
implementasi Kurikulum Merdeka di daerah terpencil:
Akses Teknologi (X1): Berkontribusi pada hasil belajar siswa dengan koefisien β =
0.75.
Pelatihan Guru (X2): Memiliki pengaruh terbesar pada hasil belajar siswa dengan
koefisien β = 1.2.
Infrastruktur Pendidikan (X3): Memberikan kontribusi β = 0.5 pada hasil belajar
siswa.
Panah menunjukkan arah hubungan, sementara angka di atas panah menggambarkan
besarnya pengaruh (koefisien β).

TUGAS 02
KESIMPULAN
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia memerlukan visi strategis, program yang
konsisten, dan operasional yang efektif. Kurikulum Merdeka memberikan peluang besar
untuk menciptakan pendidikan yang inklusif, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada
pelaksanaan di lapangan.
Rekomendasi
1.Konsistensi kebijakan pendidikan yang berbasis kebutuhan lokal.
2.Pelatihan guru yang berkelanjutan dan relevan.
3.Peningkatan infrastruktur teknologi dan fisik di daerah terpencil.
Evaluasi Berbasis Data
Evaluasi berbasis data adalah suatu pendekatan dalam menilai dan mengukur
efektivitas kebijakan atau program pendidikan dengan menggunakan data yang relevan,
valid, dan terkini. Dalam konteks implementasi Kurikulum Merdeka di daerah terpencil,
evaluasi berbasis data menjadi penting untuk mengidentifikasi tantangan yang dihadapi,
menilai pencapaian yang telah tercapai, serta merumuskan solusi yang berbasis bukti untuk
meningkatkan kualitas pendidikan.
Pentingnya Evaluasi Berbasis Data
Evaluasi berbasis data dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan objektif
mengenai kondisi nyata di lapangan, yang tidak hanya bergantung pada opini atau persepsi
individu. Dengan demikian, keputusan yang diambil dapat lebih tepat sasaran, dan program
yang dijalankan dapat diubah atau disesuaikan berdasarkan hasil analisis data tersebut.
Menurut Mulyasa (2023), evaluasi berbasis data memungkinkan para pemangku
kepentingan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai efektivitas
kurikulum, keterlibatan siswa, serta kinerja pendidik. Dengan pendekatan ini, pemerintah
dapat lebih responsif dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru dan siswa,
terutama di daerah yang kurang terlayani oleh teknologi.
Evaluasi berbasis data juga sejalan dengan konsep akuntabilitas pendidikan yang
dibahas oleh Arikunto (2022), yang menekankan perlunya pengumpulan dan analisis data
secara sistematik untuk memastikan bahwa semua program pendidikan dapat
dipertanggungjawabkan dan dijalankan dengan transparansi.
Langkah-langkah Evaluasi Berbasis Data
Evaluasi berbasis data untuk implementasi Kurikulum Merdeka di daerah terpencil
dapat dilakukan melalui beberapa langkah strategis sebagai berikut:
1.Pengumpulan Data: Data yang dikumpulkan harus mencakup berbagai aspek
penting dalam pendidikan, antara lain:
oInfrastruktur Teknologi: Data mengenai akses internet dan penggunaan
teknologi di sekolah.

TUGAS 02
oPelatihan Guru: Data tentang jumlah dan kualitas pelatihan yang diterima
oleh guru di daerah tersebut.
oHasil Belajar: Data terkait peningkatan kompetensi siswa, baik dari aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
Referensi:
oMulyasa, E. (2023). Manajemen Pendidikan Berbasis Data: Pendekatan
Evaluasi untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
oArikunto, S. (2022). Evaluasi Pendidikan: Proses dan Metode. Jakarta:
Rineka Cipta.
2.Analisis Data: Menggunakan teknik statistik dan metode analisis data untuk
mengidentifikasi tren, masalah, dan area yang membutuhkan perbaikan. Salah satu
teknik yang sering digunakan adalah analisis regresi untuk melihat hubungan
antara kualitas pendidikan dan faktor-faktor seperti pelatihan guru atau infrastruktur
teknologi.
Referensi:
oSugiyono, S. (2022). Statistika untuk Penelitian: Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
oKusnendi, S. (2021). Metode Analisis Data dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Andi.
3.Pelaporan dan Pengambilan Keputusan: Data yang telah dianalisis disajikan
dalam bentuk laporan yang mudah dipahami oleh pemangku kepentingan, seperti
pemerintah daerah, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan laporan ini, keputusan-
keputusan yang berbasis data dapat diambil untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, termasuk merumuskan kebijakan baru atau merevisi kebijakan yang
sudah ada.
Referensi:
oSuryadi, T. (2023). Kebijakan Pendidikan Berbasis Data: Implementasi dan
Evaluasi. Jakarta: PT Kencana.
oPrawitasari, S. (2022). Manajemen Evaluasi Pendidikan untuk Meningkatkan
Kualitas Pengajaran di Sekolah. Malang: UB Press.
Evaluasi Berbasis Data dalam Praktik: Studi Kasus Kurikulum Merdeka
Berdasarkan laporan Kemendikbudristek (2023), evaluasi berbasis data yang dilakukan
terhadap pelaksanaan Kurikulum Merdeka di berbagai daerah menunjukkan temuan yang
signifikan. Di daerah terpencil, meskipun terdapat beberapa peningkatan dalam hasil ujian
berbasis proyek, terdapat 40% sekolah yang masih kesulitan dalam mengakses teknologi
yang dibutuhkan untuk mendukung kurikulum ini.
Contoh Data:

TUGAS 02
Akses Internet: Hanya 55% sekolah di daerah terpencil yang memiliki akses
internet yang stabil, sedangkan di kota besar angkanya mencapai 90%.
Pelatihan Guru: 70% guru di daerah terpencil melaporkan belum mendapatkan
pelatihan yang memadai tentang Kurikulum Merdeka, sementara di kota besar hanya
30% guru yang mengungkapkan hal yang sama.
Dalam hal ini, evaluasi berbasis data memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai
kesenjangan yang ada, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merancang kebijakan
yang lebih tepat sasaran.
Evaluasi berbasis data memainkan peran yang sangat penting dalam memastikan
keberhasilan implementasi kebijakan pendidikan, termasuk dalam pelaksanaan Kurikulum
Merdeka. Dengan menggunakan data yang valid dan relevan, evaluasi ini dapat membantu
mengidentifikasi masalah yang ada, menilai efektivitas program, serta memberikan
rekomendasi yang berbasis bukti untuk perbaikan. Oleh karena itu, pemerintah dan pihak
terkait harus terus berupaya meningkatkan pengumpulan dan analisis data secara
sistematis untuk meningkatkan kualitas pendidikan, terutama di daerah-daerah terpencil
yang masih menghadapi banyak tantangan.

TUGAS 02
DAFTAR PUSTAKA
I.Mulyasa, E. (2023). Manajemen Pendidikan Berbasis Data: Pendekatan Evaluasi
untuk Peningkatan Kualitas Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
II.Arikunto, S. (2022). Evaluasi Pendidikan: Proses dan Metode. Jakarta: Rineka Cipta.
III.Sugiyono, S. (2022). Statistika untuk Penelitian: Pendekatan Kuantitatif dan
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
IV.Kusnendi, S. (2021). Metode Analisis Data dalam Pendidikan. Yogyakarta: Andi.
V.Suryadi, T. (2023). Kebijakan Pendidikan Berbasis Data: Implementasi dan Evaluasi.
Jakarta: PT Kencana.
VI.Prawitasari, S. (2022). Manajemen Evaluasi Pendidikan untuk Meningkatkan
Kualitas Pengajaran di Sekolah. Malang: UB Press.
VII.Kemendikbudristek. (2023). "Laporan Tahunan Pendidikan Indonesia".
VIII.Dewey, J. (2019). Democracy and Education. New York: Macmillan.
IX.Freire, P. (2020). Pedagogy of the Oppressed. London: Bloomsbury.
X.Ki Hajar Dewantara. (2021). Pemikiran dan Gagasan Pendidikan Nasional. Jakarta:
Balai Pustaka.
XI.Senge, P. (2018). The Fifth Discipline. New York: Currency.
XII.Dweck, C. S. (2022). Mindset. New York: Random House.