Makalah Kel.3 Pengembangan Kurikulum new-converted.pdf

AufaRafi3 1 views 19 slides Apr 21, 2025
Slide 1
Slide 1 of 19
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19

About This Presentation

pengembangan kurikulum


Slide Content

TEORI PENDIDIKAN DAN MODEL KONSEP KURIKULUM

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok
Mata kuliah : Pengembangan Kurikulum PAI
Dosen pengampu : Dr. H. Abdul Rohman, M.Ag.






Oleh kelompok 3 :
Fitriana Setiawati ( 1903016146)
Renny Wijayanti (2003016059)
Aufa Muhammad Rafi (2003016065)
Mukhammad Nasrul Khasib (2003016077)



PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2022

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami terlebih
dahulu sebelum membahas mengenai pengembangan kurikulum. Sebab, dengan
pemahaman yang jelas atas kedua konsep tersebut diharapkan para pengelola
pendidikan, terutama pelaksana kurikulum, mampu melaksanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya. Kurikulum dan Pendidikan bagaikan dua keping uang, antara yang satu
dengan yang lainnya saling berhubungan dan tak bisa terpisahkan.
Secara kodrati, manusia sejak lahir telah mempunyai potensi dasar (fitrah)
1

yang harus ditumbuhkembangkan agar fungsional bagi kehidupannya di kemudian
hari. Untuk itu, aktualisasi terhadap potensi tersebut dapat dilakukan usaha-usaha yang
disengaja dan secara sadar agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal.
Pendidikan, sebagai usaha dan kegiatan manusia dewasa terhadap manusia yang
belum dewasa, bertujuan untuk menggali potensi-potensi tersebut agar menjadi aktual
dan dapat dikembangkan. Dengan begitu, pendidikan adalah alat untuk memberikan
rangsangan agar potensi manusia tersebut berkembang sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dengan berkembangnya potensi-potensi itulah manusia akan menjadi
manusia dalam arti yang sebenaruya. Di sinilah, pendidikan sering diartikan sebagai
upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Sehingga mampu memenuhi tugasnya
sebagai manusia dan menjadi warga negara yang berarti bagi suatu negara dan bangsa.
2

Pendidikan dapat terjadi melalui interaksi manusia dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun sosial. Proses interaksi tersebut akan berlangsung dan dialami
manusia selama hidupnya. Interaksi manusia dalam lingkungan sosialnya
menempatkan manusia sebagai mahluk sosial. Yakni, makhluk yang saling
memerlukan, saling bergantung, dan saling membutuhkan satu sama lain, termasuk
ketergantungan dalam hal pendidikan. Di samping itu, manusia sebagai makhluk sosial

1
Fitrah di sini dimaksudkan sebagai potensi dasar manusia yang dibawa sejak lahir, di antaranya
adalah agama, intelek, sosial, susila, seni, ekonomi, kawin, kemajuan, persamaan, keadilan, kemerdekaan,
politik, ingin dihargai, dihormati dan lain sebagainya. Lihat Nur Ahid, “Konsep Pendidikan Islam dalam
Keluarga”, (Tesis, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 1993), 20
2
Azzumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1998), 3.

terikat dengan sistem sosial yang lebih luas. Dalam sistem itu didukung oleh nilai-nilai
dan norma-norma yang dimiliki dan diyakini oleh masyarakat yang bersangkutan.
Keterikatan itu menempatkan manusia menyatu dengan nilai-nilai yang sifatnya
universal. Karena itu, manusia dapat dikatakan sebagai makhluk yang mempunyai
kesadaran moral dan keagamaan.
Sekolah, sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, tidak dapat dipisahkan
dari sistem kehidupan sosial yang lebih luas. Artinya, sekolah itu harus mampu
mendukung terhadap kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik. Dalam
pendidikan sekolah, pelaksanaan pendidikan diatur secara bertahap atau mempunyai
tingkatan tertentu. Dalam sistem pendidikan nasional, jenjang pendidikan dibagi
menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Masing-
masing tingkatan itu mempunyai tujuan yang dikenal dengan tujuan institusional atau
tujuan kelembagaan, yakni tujuan yang harus dicapai oleh setiap jenjang lembaga
pendidikan sekolah. Semua tujuan institusi tersebut merupakan penunjang terhadap
tercapainya tujuan pendidikan nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep kurikulum?
2. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan?
3. Apa saja model konsep kurikulum itu?
4. Apa saja jenis-jenis kurikulum?
5. Bagaimana hubungan dan relasi dengan kurikulum?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian konsep kurikulum
2. Untuk mengetahui pengertian teori pendidikan
3. Untuk mengetahui model konsep kurikulum
4. Untuk mengetahui jenis-jenis kurikulum
5. Untuk mengetahui hubungan dan relasi dengan kurikulum

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang dianutnya.
Yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum.
Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan
sebagai bidang studi.
3

Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi. Kurikulum dipandang
sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu
perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada
suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-
mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat digambarkan sebagai
dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum
dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga
dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun
seluruh negara.
Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum.
Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan,
bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencakup struktur personalia, dan
prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurikulum, melaksanakan,
mengevaluasi, dan menyempurnakannya. Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah
tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem kurikulum adalah bagaimana
memelihara kurikulum agar tetap danamis.
Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi
kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan
pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu
tentang kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum,
mempelajari konsep-konsep dasar tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan

3
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000), 27.

berbagai kegiatan penelitian dan percobaan, mereka menemukan hal-hal baru yang
dapat memperkaya dan memperkuat bidang studi kurikulum.
Mauritz Johnson mengajukan keberatan terhadap konsep kurikulum yang
sangat luas. Menurut Johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi
antara siswa dengan lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi
pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari
pengajaran. Johnson membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pengajaran.
Semua yang berkenaan dengan perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi,
kegiatan belajar ­mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran. Sedangkan kurikulum
hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa.
Menurut Johnson kurikulum adalah ... a structured series of intended learning
outcome.
4

Hilda Taba mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat-pendapat itu.
Perbedaan antara kurikulum dan pengajaran menurut dia bukan terletak pada
implementasinya, tetapi pada keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan
cakupan tujuan isi dan metode yang lebih luas atau lebih umum, sedangkan yang lebih
sempit, lebih khusus menjadi tugas pengajaran. Menurut Taba keduanya membentuk
satu kontinum. Kurikulum terletak pada ujung tujuan umum atau tujuan jangka panjang,
sedangkan pengajaran pada ujung lainnya yaitu yang lebih khusus atau tujuan dekat.
5

Menurut George A. Beauchamp, kurikulum sebagai bidang studi membentuk suatu
teori, yaitu teori kurikulum. Beauchamp mendefinisikan teori kurikulum sebagai ... a
set of related statements that give meaning to a schools, curriculum by pointing it the
relationships among its ele­ments and by directing its development, its use, and its
evaluation.
6

B. Teori Pendidikan
Teori-teori pendidikan yang mengemuka tidak lepas dari akar-akar filsafat yang
mendasarinya. Secara umum, filsafat yang dikaitkan dengan pendidikan yang oleh
Barnadi disebut dengan filsafat pendidikan bisa dikategorikan menjadi empat aliran
besar, yakni: perenialisme, esensialisme, progresivisme dan rekonstruksionisme. Dari
keempat aliran besar inilah teori-teori besar pendidikan diderivasikan. Lapp dkk

4
Mauritz Johnson, Intentionality in Education (New York: Center for Curriculum Research and
Services, 1967), 130.
5
Hilda Taba, Curriculum Development: Theory and Practices (New York: Harcourt, Brace and World,
Inc., 1962), 37.
6
Beauchamp, Curriculum Theory, 58-59.

membagi teori tersebut menjadi empat, yakni pendidikan klasik (classical), teknologi
pendidikan (tecnological), pendidikan pribadi (personalized), pendidikan interaksional
(interactional).
C. Model Konsep Kurikulum
Di dalam kurikulum John D. Neil mengemukakan empat macam konsep, yaitu:
kurikulum akademis, humanistis, rekonstruksi sosial dan teknologi.
7

1.Konsep Kurikulum Akademik
Kurikulum akademis ini merupakan model yang pertama dan tertua, sejak
sekolah berdiri kurikulumnya seperti ini, bahkan sampai sekarang walaupun telah
berkembang tipe-tipe lain, umumnya sekolah tidak dapat melepaskan tipe ini. Karenya
sangat praktis, mudah disusun dan mudah digabungkan dengan tipe-tipe lain.
Kurikulum akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan
mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan
isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang
yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar
isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan diambil dari setiap disiplin ilmu. Sesuai dengan bidang
disiplinnya para ahli, masing-masing telah mengembangkan ilmu secara sistematis,
logis dan solid. Para guru dan pengembang kurikulum tidak perlu susah payah
menyusun dan mngembangkan bahan sendiri. Mereka tinggal memilih bahan materi
ilmu yang telah dikembangkan para ahli disiplin ilmu, kemudian mereorganisasikan
secara sistimatis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan siswa yang
akan mempelajarinya. Guru sebagai penyampai bahan ajar memegang peranan penting.
Mereka harus menguasai semua pengetahuan yang ada dalam kurikulum. Ia harus
menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkan. Lebih jauh guru dituntut bukan
hanya menguasai materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi model bagi para siswanya.
Apa yang disampaikan dan cara penyampaiannya harus menjadi bagian dari pribadi
guru. Guru adalah yang digugu dan ditiru (diikuti dan dicontoh). Kurikulum
akademis sangat mengutamakan pegetahuan, maka pendidikannya lebih bersifat

7
John D. Neil, Curriculum A Comprehensive Introduction (t.tp.: a Division of Scott Foresman and
Company, 1980), 5.

intelektual. Kurikulumnya tidak hanya menekankan pada materi yang disampaikan,
dalam perkembangannya secara berangsur-angsur memperhatikan proses belajar yang
dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih sangat bergantung pada segi apa yang
dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.
Jerome Bruner dalam The Process of Education sebagaimana di kutip S.
Nasution menyarankan bahwa desain kurikulum hendaknya didasarkan atas struktur
disiplin ilmu. Selanjutnya, ia menegaskan bahwa kurikulum suatu mata pelajaran harus
didasarkan atas pemahaman yang mendasar yang dapat diperoleh dari prinsip-prinsip
yang mendasarinya dan yang memberi struktur kepada suatu disiplin ilmu.
8

Sekurang-kurangnya ada tiga pendekatan dalam perkembangan kurikulum
akademis: Pertama, adalah melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Murid-
murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta dan bukan sekedar
mengingatnya. Kedua, adalah studi yang bersifat integratif. Pendekatan ini merupakan
respons terhadap perkembangan masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan
yang lebih komprehensif terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan-satuan pelajaran,
dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas ilmu menjadi hilang.
Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan atas fenomena-fenomena alam,
proses kerja ilmiah dan probema-problema yang ada. Ketiga, pendekatan yang
dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis. Mereka tetap mengajar berdasarkan
mata pelajaran dengan menekankan membaca, menulis dan memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi.
9


2.Kurikulum Humanistik
Dalam pandangan humanisme, kurikulum adalah sesuatu yang dapat
menunjang perkembangan anak dalam aspek kepribadiannya. Kurikulum dapat dilihat
sebagai suatu proses yang mampu memenuhi kebutuhan individu untuk mencapai
integrasi perkembangan dalam menuju aktualisasi (perwujudan) diri.
Pengikut dalam aliran ini meliputi pendidikan Konfluen, Kritisi Radikal, Mistisi
Baru. Pendidikan konfluen adalah pendidikan yang memandang anak sebagai satu
keseluruhan diri. Kritisi Radikal adalah pendidikan yang bersumber dari aliran

8
S. Nasution, Azas-azas Kurikulum (Bandung: Jemmars, 1982), 26.
9
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 83-84.

Naturalisme atau Romantisme, yang menekankan pendidikannya pada upaya untuk
membantu anak menentukan dan mengembangkan sendiri segala potensi yang
dimilikinya, dan menciptakan situasi yang memungkinkan anak berkembang secara
optimal. Mistikisme Modem adalah aliran yang menekankan pada latihan dan
kepekaan, perasaan, dan keluhuran budi pekerti, atau menemukan nilai-nilai dalam
latihan sensitivitas, meditasi, atau teknik transpersonal lainnya.
Kurikulum humanistik bertolak dari asumsi bahwa anak adalah pertama dan
utama dalam pendidikan. Anak adalah subyek yang menjadi sentral aktivitas
pendidikan. Anak memiliki sejumlah potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk
berkembang sendiri. Para pendidik humanis berpegang juga pada konsep Ge­stalt.
Artinya, anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan pada
pembinaan yang utuh, bukan pada aspek fisik atau intelektual belaka, melainkan juga
pada segi afektif (emosi, perasaan, nilai, dan sejenisnya).
Bertolak dari asumsi di atas, kurikulum Humanisme menekankan pada
pendidikan yang integratif (menyeluruh) antara aspek afektif (emosi, sikap, dan nilai)
dengan aspek kognitif (pengetahuan dan kecakapan intelektual). Atau dengan kata lain,
kurikulum ini menambahkan aspek emosional ke dalam kurikulum yang berorientasi
pada subject matter (mata pelajaran).
3.Kurikulum Rekonstruksi Sosial.
Kurikulum Rekonstruksi Sosial ini lebih menekankan pada problem-problem
yang dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini
mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri, melainkan
merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Interaksi atan kerja sama dapat
terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa, siswa dengan orang di
lingkungannya. Dengan kerja sama semacam ini, para siswa berusaha memecahkan
problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat agar menjadi masyarakat yang lebih
baik.
Pendidikan, menurut konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial ini memiliki
pengaruh, mengubah, dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaan.
4.Kurikulum Teknologi
Dalam pandangan teknologi, kurikulum merupakan proses teknologi untuk
menghasilkan tuntutan kebutuhan-kebutuhan tenaga yang mampu membuat keputusan.

Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya kurikulum meliputi dua bentuk,
yakni; bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (handware). Penerapan
teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat (tulls
technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi
sistem (system technology).
10

D. Jenis-jenis Kurikulum
Dalam kurikulum nasional, semua program belajar sudah baku, dan siap untuk
digunakan oleh pendidik atau guru. Kurikulum yang demikian sering bersifat resmi dan
dikenal dengan nama 'ideal curriculum', yakni kurikulum yang masih berbentuk cita-
cita. Kurikulum yang masih berbentuk cita-cita ini masih perlu dikembangkan menjadi
kurikulum yang berbentuk pelaksanaan, atau sering dikenal dengan 'actual
curriculum', yakni kurikulum yang dilaksanakan oleh pendidik dalam proses belajar-
mengajar.
1) Separated Subject Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran yang terpisah satu
sama lainnya. Kurikulum matapelajaran terpisah (separated subject curriculum) berarti
kurikulumnya dalam bentuk matapelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang
mempunyai keterkaitan dengan matapelajaran lainnya. Konsekuensinya, peserta didik
harus semakin banyak mengambil matapelajaran. Tyler dan Alexander menyebutkan
bahwa jenis kurikulum ini digunakan dengan school subject, dan sejak beberapa abad
hingga saat ini pun masih banyak didapatkan di berbagai lembaga pendidikan.
Kurikulum ini terdiri dari matapelajaran-matapelajaran, yang tujuan pelajarannya
adalah peserta didik harus menguasai bahan dari tiap-tiap matapelajaran yang telah
ditentukan secara logis, sistematis, dan mendalam (Soetopo& Soemanto,1993:78).

2) Correlated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah matapelajaran
dihubungkan antara yang satu dengan yang lain, sehingga ruang lingkup bahan yang
tercakup semakin luas. Sebagai contoh, pada matapelajaran fiqih apat dihubungkan
dengan matapelajaran al-Qur'an dan al-Hadith. Pada saat peserta didik mempelajari

10
A. Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), 25-26.

sholat, dapat dihubungkan dengan matapelajaran al-Qur'an dan Hadis. Pada saat peserta
didik mempelajari sholat, dapat dihubungkan dengan pelajaran al-Qur'an (Surat al-
fatihah, dan surat lainnya) dan hadis yang berhubungan dengan sholat, dan lain
sebagainya. Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas organisatoris,
yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi kurikulum. Ada tiga pola
organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan sebutan jenis-jenis kurikulum atau
tipe-tipe kurikulum. Adapun jenis-jenis kurikulum tersebut adalah:
a) Korelasi okkasional/incidental, maksudnya korelasi dilaksanakan secara tiba-tiba
atau incidental.
b) Korelasi etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga konsentrasi
pelajarannya dipilih pendidikan Agama.
c) Korelasi sistematis, yang mana korelasi ini biasanya direncanakan oleh guru.
3) Broad Fields Curriculum
Kurikulum Broad Fields kadang-kadang disebut kurikulum fusi. Taylor dan
Alexander menyebutkan dengan sebutan The Broad Fieldof Subject Matter. Broad
fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan matapelajaran (subject matter) yang
berhubungan erat. Hilda Taba mengatakan bahwa The Broad Fields Curriculum is
'essentially an effort to automatization of curriculum by combining several specific
areas large fields' (The Broad Fields Curriculum adalah usaha meningkatkan kurikulum
dengan mengkombinasikan beberapa matapelajaran).38 Sebagai contoh: sejarah,
geografi, ilmu ekonomi, dan ilmu politik disatukan menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (
IPS ).
William B. Ragan mengungkapkan enam macam broad fields yang umumnya
ditemukan di dalam kurikulum sekolah dasar. Keenam broad fields itu adalah: Bahasa
(Language), Ilmu Pengetahuan Sosial (Social Studies), Matematika (Maths), Sains
(Science), Kesehatan Dan Pendidikan Olahraga (Health & Sport), dan Kesenian
(Arts).39Soetopo & Soemanto (1993: 78) mengemukakan bahwa keunggulan
kurikulum broad fields adalah adanya kombinasi matapelajaran sehingga manfaatnya
akan semakin dirasakan, dan memungkinkan adanya matapelajaran yang kaya akan
pengertian dan mementingkan dasar serta generalisasi. Sedangkan kelemahannya
adalah hanya memberikan pengetahuan secara sketsa, abstrak, dan kurang logis dari
suatu matapelajaran Fuaduddin & karya mengemukakan tentang kurikulum broad

fields dalam kaitannya dengan kurikulum di Indonesia. Dia menjelaskan tentang lima
macam bidang studi yang menganut broad field, yaitu:
a) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan peleburan dari mata pelajaran Ilmu Alam,
Ilmu Hayat, Ilmu Kimia, dan Kesehatan
b) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan peleburan dari matapelajaran Ilmu Bumi,
Sejarah, Civic, Hukum, Ekonomi, dan sejenisnya.
c) Bahasa, merupakan peleburan dari mata pelajaran Membaca, Menulis, Mengarang,
Menyimak, dan Pengetahuan Bahasa.
d) Matematika, merupakan peleburan dari Berhitung, Aljabar, Ilmu Ukur Sudut,
Bidang, Ruang, dan Statistik.
e) Kesenian, merupakan peleburan dari Seni Tari, Seni Suara, Seni Klasik, Seni Pahat,
dan Drama. Sedangkan pendidikan agama di sekolah umum seperti SD, SMP, SMU,
dan lain-lain termasuk broad fields, yang mana dapat dilihat dari pernyataannya atas
beberapa matapelajaran agama lainnya, yaitu Fiqih, Akhlaq, Tauhid, Tarikh,Hadith,
dan membaca al-Qur'an. Bahasa Arab di sekolah umum juga merupakan suatu hasil
peleburan dari Qiroat, nuhaddasah, imla',khat muthola'ah, dan lain-lain, sehingga dapat
diketegorikan broad fields.
4) Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan suatu produk dari usaha
pengintegrasian bahan pelajaran dari berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan
dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya
dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau matapelajaran. Kurikulum jenis
ini membuka kesempatan yang lebih banyak untuk melakukan kerja kelompok,
masyarakat dan lingkungan sebagai sumber belajar, mementingkan perbedaan
individual peserta didik, dan dalam perencanaan pelajaran siswa diikutsertakan.
Kurikulum terpadu sangat mengutamakan agar peserta didikdapat memiliki sejumlah
pengetahuan secara fungsional dan mengutamakan proses belajarnya. Integrated
Curriculum mempunyai ciri yang sangat fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar
yang sama dari semua peserta didik. Guru, orang tua, dan peserta didik merupakan
komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam proses pengembangannya.

Di sisi lain, kurikulum ini juga mengalami kesulitan-kesulitan bagi peserta
didik, terutama apabila dipandang dari ujian atau tes akhir atau tes masuk yang uniform.
Sebagai persiapan studi sistematis, kurikulum jenis ini akan mengalami kekakuan.
Meskipun demikian, selama percobaan delapan tahun ,dengan kurikulum terpadu ini,
peserta didik dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak kalah dengan prestasi
peserta didik lain yang menggunakan kurikulum konvensional, dan justru mereka
memiliki nilai tambah dalam hal perkembangan dan kemantapan kepribadian serta
dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Integrated curriculum (baca: kurikulum
terpadu) juga mementingkan aspek-aspek psikologi yang berpengaruh terhadap
integrasi pribadi individu dan ekologi lingkungannya. Kurikulum terpadu, menurut
Soetopo & Soemanto, dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yakni: The Child Centered
Curriculum, The Social Functions Curriculum, dan The Experience Curriculum.
a) The Child Centered Curriculum
Maksudnya adalah dalam perencanaan kurikulum, faktor anak menjadi
perhatian utama. John Dewey, pada sekolahnya di Universitas Chicago 1986,
menciptakan program dengan mengorganisasi pengalaman belajar anak yang berkisar
pada empat pengaruh manusia (human impulse), yakni: the social impulse, the
constructive impulse, the impulse to investigate and to experiment, dan the expressive
atau artistic impulse.
b) The Social Functions Curriculum
Maksudnya adalah kurikulum ini mencoba mengeliminasi matapelajaran
sekolah dari keterpisahannya dengan fungsi-fungsi utama kehidupan social yang
menjadi dasar pengorganisasian pengalaman belajar. Semua matapelajaran yang
berhubungan dengan lingkungan belajar peserta didik disusun sedemikian rupa yang
membawa konsekuensi adanya proteksi, produksi, konsumsi, komunikasi, transportasi,
rekreasi, ekspresi estetis, dan ekspresi dorongan keagamaan.
c) The Experience Curriculum
Maksudnya adalah dalam perencanaan kurikulum, kebutuhan anak merupakan
perhatian utama. Kurikulum pengalaman akan terjadi jika hanya mempertimbangkan
keberadaan peserta didik dengan menggunakan pendekatan social- function
11


11
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori&Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2007), hal. 141-148.

E. Hubungan dan Relasinya dengan Kurikulum
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu
kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori
kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Nana S. Sukmadinata (1997)
mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan yang berhubungan dengan kurikulum, yaitu : (1)
pendidikan klasik; (2) pendidikan pribadi; (3) teknologi pendidikan dan (4) teori pendidikan
interaksional.
Pada dasarnya kurikulum berisikan tujuan, metode, media evaluasi bahan ajar dan
berbagai penggalaman belajar
12
. Selaian itu kurikulum merupakan segala penegtahuan
ketrampilan, sikap dan berbagai pengalaman yang harus diterima anak selama ia menjadi murid
dan dalan hubungannya denan usia pendidikan, kurikulum merupakan alat pembentukan alatau
alat untuk membantu murid.
13

1.Pendidikan Klasik
Hubungan kurikulum dengan teori pendidikan khususnya teori pendidikan klasik
sangat erat. Karena pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan modek kurukulum
subjek akademis yaitu suatu kurikulum yan bertujuan memberikan pengetahuan yan solid seta
melatih peserta didik menggunkan ide ide proses penelitian melalui metode ekspiotori dan
inkuiri. Dan juga suatu kurikulum tersusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori
kurikulum, dan teori kurikulum tersebut dijabarkan berdasarkan teori pendidikan karena di sisi
lain tidak ada praktek atau penerapan yan baik tanpa adanya teori yan matang. Teori menjadi
pedoman praktek dan praktek itu menjadi umpan balik agi penembangan teori pendidikan
tersebut. Misalnya suatau isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu penetahuan
dan ditemukan dan di kembangkan oleh para ahli tempo dulu (teori klasik) yang telah disusun
secara logis dan sistematis denan menyusun kurkulum yang sesuai denan tujuan yangg akan
dicapai.
Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan
peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari
pendidik. Pendidikan klasik menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum subjek
akademis, yaitu suatu kurikulum yang bertujuan memberikan pengetahuan yang solid serta
melatih peserta didik menggunakan ide-ide dan proses "penelitian", melalui metode ekspositori
dan inkuiri.

12
Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 2004), hlm 1
13
Amir Dalen Indrakusuma, pengantar Ilmu Pendidikan ( Surabaya : Usaha Offset printin, 1973), hlm
46

a. Perennealisme
Perennealisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai
universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pecarian dan penanaman
kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan
cenderung menitikberatkan pada: sastra, matematika, bahasa dan humaniora. termasuk sejarah.
b. Essensialisme
Menurut essensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam warisan/ budaya adalah nilai-
nilai kemanusiaan yang berbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan
susah payah selama beratus tahun, dan didalamnya berkar gagasan-gagasan dan cita-cita yang
telah teruji dalam perjalanan waktu. Kurikulum yang digunakan berpusat pada:
1. Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran
akademik yang pokok.
2. Kurikulum Sekolah Dasar ditekankan pada pengembangan keterampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan matematika.
3. Kurikulum sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran
matematika ilmu kealaman, humaniora, serta bahasa dan sastra.
c. Eksistensialisme
Sekolah yang berdasarkan eksistensialisme mendidik anak agar ia menentukan pilihan
dan keputusan sendiri dengan menolak otoritas orang lain. Ia harus bebas berpikir dan dan
mengambil keputusan send iri secara bertanggung jawab. Sekolah ini menolak segala
ktrikulum, pedoman, instruksi, buku wajib dan lain-lain dari pihak luar. Anak harus mencari
identirtasnya sendiri. menentukan standardnya sendiri dan kurikulumnya sendiri. Dengan
sendirinya mereka tidak dipersiapkan untuk menempuh ujian nasional.
2.Pendidikan Pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki
potensi potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
peserta mmmerdidik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini,
peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi
kedua, yang lebih berperan. sebagai pembimbing. pendorong, fasilitator dan pelayanan peserta
didik. Teori ini memiliki dua aliran yaitu pendidikan progresif dan pendidikan romantik.
a. Pendidikan Progresif
Pendidikan progresif dengan tokoh pendahulunya- Francis Parker dan John Dewey-
memandang bahwa peserta didik merupakan satu kesatuan yang utuh. Materi pengajaran

berasal dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Ia
merefleksi terhadap masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya. Berkat refleksinya
itu, ia dapat memahami dan menggunakannya bagi kehidupan. Pendidik lebih merupakan ahli
dalam metodologi dan membantu perkembangan peserta didik sesuai dengan kemampuan dan
kecepatannya masing-masing.
Teori Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan
pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan
pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher centered) atau bahan pelajaran (subject
centered). Kurikulum pendidikan progresif adalah kurikulum yang berisis pengalaman
pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience
curriculum). Contoh kurikulum pendidiakn progresif adalah:
1. Studi tentang dirinya sendiri
2. Studi tentanglingkungan sosial
3. Studi tentang lingkungan alam
4. Studi tentang Seni
5. Pendidikan Romantik
Pendidikan romantik berpangkal dari pemikiran-pemikiran J.J. Rouseau tentang tabula
rasa, yang memandang setiap individu dalam keadaan fitrah-memiliki nurani kejujuran,
kebenaran danketulusan. Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model
kurikulum humanis, yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri
dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri.
Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek
intelekmal (kurikulum subjek akademis)
14
.
3.Teknologi Pendidikan
Dalam Tekonologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan
budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-
bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang
yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau
desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para
peserta didik belajar secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar

14
Zuqqie, Hubungan Kurikulum dengan teori pendidikan pribadi,
http://zuqiee.blogspot.com/2012/11/hubungan-kurikulum-dengan-teori.html (2012)

bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya
segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar (director of
learning), lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
Teknologi pendidikan menjadi sumber untuk pengembangan model kurikulum
teknologis, yaitu model kurikulum yang bertujuan memberikan penguasaan kompetensi bagi
para peserta didik, melalui metode pembelajaran individual, media buku atau pun elektronik,
sehingga mereka dapat menguasai keterampilan-keterampilan dasar tertentu.
4.Pendidikan Interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari
pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama
dengan manusia lainnya
15
. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan
kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari
guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru. Lebih dari itu, interaksi ini juga
terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan, antara
pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi ini terjadi melalui berbagai bentuk dialog.
Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik
mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang
bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi
pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi sosial.














15
Asror Mahfudzil, Jurnal ; Pendidikan Interaksional dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam . Vol,2
No,1. (2019), hlm 14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
Teori adalah suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang
disusun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap
serangkaian kejadian. Cakupan teori kurikulum meliputi: konsep kurikulum, penentuan
kurikulum, pengembangan kurikulum, desain kurikulum, implementasi dan evaluasi
kurikulum.
Teori-teori pendidikan yang mengemuka tidak lepas dari akar-akar filsafat yang
mendasarinya. Secara umum, filsafat yang dikaitkan dengan pendidikan yang oleh
Barnadi disebut dengan filsafat pendidikan bisa dikategorikan menjadi empat aliran
besar, yakni: perenialisme, esensialisme, progresivisme dan rekonstruksionisme. Dari
keempat aliran besar inilah teoriteori besar pendidikan diderivasikan. Lapp dkk
membagi teori tersebut menjadi empat, yakni pendidikan klasik (classical), teknologi
pendidikan (tecnological), pendidikan pribadi (personalized), pendidikan interaksional
(interactional).
Ada tiga konsep tentang kurikulum, yaitu: kurikulum sebagai substansi, sebagai
sistem, dan sebagai bidang studi.
a) sebagai substansi, yaitu: suatu rencana kegiatan belajar bagi muridmurid di
sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum juga
dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar,
kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu kurikulum juga dapat
digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil persetujuan bersama antara para
penyusun kurikulum dan pemegang kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat.
Suatu kurikulum juga dapat mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten,
propinsi, ataupun seluruh Negara,
b) sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum
mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me­nyusun suatu

kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyem­purnakannya. Hasil dari suatu
sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi dari sistem
kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dainamis
c) sebagai suatu bidang studi. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum
dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah
mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Kurikulum adalah seperangkat aturan yang harus dilalui oleh murid,
pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau guru untuk mencapai suatu jenjang tertentu (ijazah). Kurikulum
juga merupakan suatu rencana pendidikan, pedoman dan pegangan tentang jenis,
lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
Empat macam model konsep kurikulum, yaitu: kurikulum akademik, humanik,
rekonstruksisosial dan teknologik.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum. Kami mohon maaf apabila masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah. Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
agar nantinya makalah kami lebih baik lagi. Semoga makalah kami dapat
memberikan manfaat bagi pembacanya. Sekian Terimakasih

Daftar Pustaka
Ahid, Nur.1993. “Konsep Pendidikan Islam dalam Keluarga”, (Tesis, IAIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta)
Azra, Azzumardi.1998. Esei-esei Intelektual Muslim Pendidikan Islam (Jakarta: Logos
Wacana Ilmu)
Beauchamp, Curriculum Theory.
Dakir.2004. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum (Jakarta: Pt Rineka Cipta)
Hamid Syarif, A.1996. Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina Ilmu)
Idi, Abdullah.2007. Pengembangan Kurikulum Teori&Praktik, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media)
Indrakusuma, Amir Dalen.1973. Pengantar Ilmu Pendidikan ( Surabaya : Usaha Offset
printin)
Mahfudzil, Asror.2019. Jurnal ; Pendidikan Interaksional dan Relevansinya dalam
Pendidikan Islam .Vol.2 , No.1.
Mauritz Johnson, Mauritz.1967. Intentionality in Education (New York: Center for
Curriculum Research and Services)
Nasution, S.1982. Azas-azas Kurikulum (Bandung: Jemmars)
Sukmadinata, Nana Syaodih .2000. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya)
Taba, Hilda.1962. Curriculum Development: Theory and Practices (New York: Harcourt,
Brace and World, Inc.)
Zuqqie, Hubungan Kurikulum dengan teori pendidikan pribadi,
http://zuqiee.blogspot.com/2012/11/hubungan-kurikulum-dengan-teori.html. (Diakses
pada tanggal 14 maret 2022).
Tags