MAKALAH kelompok 7 ttg filosofi pendidikan.docx

wintapebrina 17 views 29 slides Nov 04, 2024
Slide 1
Slide 1 of 29
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29

About This Presentation

ppt fpi


Slide Content

MAKALAH
FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA
Topik 4 “Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan”

DOSEN PENGAMPU:
Drs. Muhammadi, M.Si, Ph.D

OLEH :
Kelompok 7
Azzahra Sri Rahayu
Nurul Annisa
Winta Pebrina
PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU
UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2024

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah Filosofi Pendidikan Indonesia tentang
“Pancasila Sebagai Pondasi Pendidikan ”. Penulis tentu menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Bapak Drs. Muhammadi, M.Si, Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah
Filosofi Pendidikan Indonesia yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Padang, Oktober 2024

Kelompok 7
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................2
C. TUJUAN..............................................................................................................2
BAB II. KAJIAN TEORI.............................................................................................3
A. Pancasila sebagai entitas dan Identitas Bangsa Indonesia ..................................3
B. Pancasila sebagai Pondasi Pendidikan Indonesia................................................5
C. Alur dan Implementasi Profil Pelajar Pancasila (PPP)........................................7
BAB III. PEMBAHASAN.........................................................................................18
BAB IV. PENUTUP...................................................................................................24
A. KESIMPULAN.................................................................................................24
B. SARAN..............................................................................................................25

iii

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia sejak ditetapkan oleh
PPPKI(Panitia Penyelenggara Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 18
Agustus1945. Sejak saat itu, Pancasila dan UUD 1945 merupakan sumber dari segala
sumber hukum. Salah satu Pancasila dijadikan sumber hukum adalah pada bidang
pendidikan nasional. Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa, berbudipekerti yang luhur, berkepribadian, mandiri, maju, profesional,
bertanggungjawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Salah satu tujuan
pendidikan yang termuat pada pembukaan UUD 1945 adalah “mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Pancasila merupakan marwahnya bangsa Indonesia dan
merupakan ideologi bangsa. Berdasarkan hal tersebut, maka Pancasila dijadikan
sebagai pondasi pendidikan indonesia.
Setiap negara memiliki corak pendidikannya sendiri. Pendidikan berasal dari
filosofi negara maupun dari filosofi ilmu pendidikan itu sendiri. Filosofi pendidikan
nasional berasal dari Pancasila karena dalam Pancasila terkandung nilai-nilai
kebudayaan nasional. Penyelenggara pendidikan nasional dalam semua level dan jenis
pendidikan harus menamakan nilai-nilai Pancasila tersebut (Gunawan & Wahyudi,
2020). Namun demikian, masih terdapat banyak tantangan,bahkan ancaman yang kita
temui. Seperti kenakalan remaja, kekerasan, dan kriminalitas di lingkungan sosial
kita. Singkatnya pendidikan karakter masih terbilang minim. Untuk itu perlu adanya
tindakan dari dasar terutama sekolah sebagai agen pendidikan setelah keluarga.
Sebagai tindakan yang dapat kita lakukan adalah dengan meningkatkan kualitas
sistem pendidikan di Indonesia, dengan mengembangkan kurikulum pendidikan yang
berfondasi pada Pancasila.
1

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa makna Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia?
2.Bagaimana Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia?
3.Bagaimana Alur dan Implementasi Profil Pelajar Pancasila (PPP)?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1.Memahami maksud Pancasila sebagai entitas dan identitas Bangsa Indonesia
2.Memahami Pancasila sebagai fondasi pendidikan Indonesia
3.Bagaimana Alur dan Implementasi Profil Pelajar Pancasila (PPP)
2

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pancasila sebagai entitas dan Identitas Bangsa Indonesia
Salah satu karakter bangsa Indonesia adalah kebhinekaan (diversity) dalam
suku, ras,agama dan budaya. Masyarakat Indonesia hidup tersebar di wilayah
Indonesia yang terdiriribuan pulau, suku, dan wilayah yang dikelilingi laut. Ada lebih
dari 740 bahasa daerah diIndonesia. Kesadaran multikultural-religius menjadi titik
pijak dan bagian dari proses pengembangan hidup bersama di Indonesia (Eliharni,
2016). Artinya, nilai-nilaikemanusiaan Indonesia bertumbuh di dalam hati warga
Indonesia yang hidup dalamkebhinekatunggalikaan yang kaya dengan nilai-nilai
religius.Setiap orang Indonesia lahir dan bertumbuh di dalam pengalaman dan
pergulatanhidup bersama di tengah masyarakat Indonesia yang multikultural-religius.
Dalam perspektif fenomenologi, identitas orang Indonesia berakar dan
berkembang dalam pengalaman berada di dalam dunia dan berada bersama orang lain
yang memiliki latar belakang budaya, agama dan suku yang berbeda (Heidegger,
1962). Untuk menjadi bangsayang tetap bersatu dan berkembang, ada kebutuhan
untuk selalu melestarikankemajemukan, menjaga persatuan, menumbuhkan
persaudaraan, menguatkankesetiakawanan dan menegaskan identitas bangsa yang
majemuk. Setiap warga Indonesia berperan dalam menjaga dan mengembangkan
nilai-nilai, jiwa, hasrat, martabat, sosialitas,relasionalitas, genuitas, dan dialogalitas
demi keutuhan dan penegasan identitas bangsa.Di satu sisi, keragaman budaya, suku,
ras, religiusitas dan agama merupakankekayaan yang membentuk identitas Indonesia.
Di sisi lain, perbedaan siku, ras, agama dan budaya berpotensi menimbulkan
konflik sosial. Sudah sering konflik sosial pecah dipicuoleh sentiment perbedaan.
Karenanya, seluruh elemen hidup berbangsa memiliki peran dantanggungjawab untuk
menjaga kesatuan dalam perbedaan atau kebhinekatunggalikaan(unity in diversity)
3

sebagai identitas kultural dan politik bangsa (Pedersen, 2016).Tantangan selanjutnya
adalah dinamika menegaskan kebhinekatunggalikaan menjadiidentitas moral atau
karakter setiap warga Indonesia. Kesadaran akan kesamaan nilai-nilai moral yang
berakar dari keyakinan agama yang berbeda-beda merupakan jembatan
untukmembangun kehidupan bersama yang adil, bersaudara, berbelarasa dan damai
(Kusuma &Susilo, 2020).
Menjaga kesatuan, melestarikan kemajemukan, meningkatkan persaudaraan
dan mengakarkan jiwa kesetiakawanan perlu ditanamkan di dalam keluarga dan
proses pendidikan seumur hidup secara formal dan informal. Dalam konteks
masyarakat Indonesia yang kaya dengan nilai-nilai religius, pendidikan agama di
keluarga, sekolah danmasyarakat memiliki peran penting dan perlu dijalankan dalam
semangat kerjasama yangsinergis. Dalam konteks masyarakat Indonesia, pendidikan
agama merupakan bagian penting dari pendidikan masyarakat yang memiliki peran
strategis untuk menegaskanidentitas Indonesia sebagai bangsa yang bersatu di dalam
kebhinekaan budaya danreligiositas. Pendidikan memiliki di dalam keluarga,
masyarakat dan sekolah memiliki peran strategis untuk melestarikan kesatuan bangsa
dan mencegah perpecahan dan konflikhorizontal. Untuk melestarikan kesatuan dalam
kebhinekaan budaya, agama dankepercayaan, hidup toleran saja tidak cukup dan
kurang efektif untuk menjaga kehidupan bersama yang harmonis, adil dan damai
(HPW, 2014).
Nilai-nilai budaya dan religious itu diartikulasikan dalam lima sila atau
Pancasila sebagai dasar Negara. Nilai-nilai Pancasila merupakan landasan kehidupan
bangsa yang menempatkan penghormatan kepada Allah sebagai pilar penting dalam
kehidupan bangsaIndonesia. Meskipun Indonesia bukan Negara agama dan bukan
juga negara sekuler,namun keyakinan pada Tuhan Yang Maha Esa merupakan jiwa
kehidupan setiap wargaIndonesia (Nuryanto, 2014). Karenanya, pendidikan agama
merupakan bagian integral dari pendidikan manusia Indonesia yang memiliki
tanggung jawab untuk melestarikan danmengembangkan identitas bangsa
Indonesia.Pendidikan agama ditetapkan oleh Undang-undang sebagai kewajiban yang
4

diberikandi semua sekolah. Pendidikan agama juga dilaksanakan di keluarga dan
masyarakat. Akantetapi, pendidikan agama di keluarga, sekolah dan masyarakat
sama-sama berorientasi pada penguasaan pengetahuan kognitif dan tuntutan
pelaksanaan aktivitas ritual (Nuryanto,2014). Sentuhan afektif dan pembentukan
sikap kurang mendapatkan perhatian dalam proses pendidikan agama di sekolah.
Pendidikan agama di sekolah juga cenderungmemisahkan dan memasukkan para
peserta didik yang beragama berbeda ke dalam kotak agamanya masing-masing.
Akibatnya, para peserta didik lebih banyak melihat danmengalami sisi perbedaan
daripada pengalaman yang menyatukan.Pendidikan agama yang memisahkan peserta
didik yang berbeda agama ke dalamkelompok yang berbeda dan cenderung belajar
tentang dogma serta aturan ritual kurangmemberi kontribusi yang optimal bagi
kehidupan bersama sebagai bangsa yang multireligius (Mangunwijaya, 2020[1]). Para
pendiri bangsa telah menggali nilai-nilai filsafat hidup berbangsa yangdirumuskan
dalam dasar Negara Pancasila. Karenanya, Pancasila merupakan dasar filosofis
pendidikan pada umumnya dan pendidikan agama di Indonesia yang berkontribusi
bagikesatuan hidup berbansa dalam kemajemukan Indonesia. Nilai-nilai Pancasila
menjadidasar pengembangan paradigma pendidikan transformatif untuk
melestarikankemajemukan budaya, agama, ras dan suku di tengah tantangan dan
ancaman keterpecahanhidup berbangsa.

B. Pancasila sebagai Pondasi Pendidikan Indonesia
Indonesia memiliki 5 pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, Papua,dan berbagai pulau-pulau kecil seperti Bali, Lombok, Karimunjawa,
dll. Ibukota negara iniadalah Jakarta, yang terletak di Pulau Jawa. Indonesia memiliki
iklim tropis dan salah satunegara dengan tujuan utama wisata dunia. Setiap negara
pasti memiliki tujuan dalammembangun negara, termasuk Indonesia yang dengan
jelas tercantum didalam Alinea ke IV UUD 1945 terdapat kata “Mencerdaskan
Kehidupan Bangsa”.
5

Oleh sebab itu, setiap warga negara indonesia berhak dan berkewajiban
mendapatkan pendidikan yang layak di pertegas di Undang-Undang yang terdapat
pada pasal 31 ayat 1 baginya dari pernyataan tersebut juga sebagai dasar yang kuat
bagi setiap warga untuk mendapatkan haknya mendapatkan pendidikan setinggi-
tingginya.
Pendidikan merupakan pondasi untuk menjadi penentu kemajuan suatu
bangsa. DiIndonesia pendidikan sangat diutamakan, karena pendidikan memiliki
peranan yang sangat penting terhadap terwujudnya peradaban bangsa.
Sehingga pemerintah mempunyai kebijakan mewajibkan setiap warga
negaraIndonesia dengan program 9 Tahun wajib belajar, setiap warganegara harus
mengikuti program belajar minimal 9 Tahun. Seperti yang dilaksakan dan
ditindaklanjuti sampai saat ini dana desa yang dikucurkan dari kemendes yang
mewajibkan mengaolakasikan dana untuk program wajar tersebut.Filsafat adalah
induknya semua ilmu pengetahuan, dengan sudut pandang yangkomprehensif yang
disebut dengan hakikat.
Filsafat memandang setiap objek dari segihakikatnya. Filsafat juga
mengajarkan manusia untuk lebih berpikir secara holistik menggunakan sudut
pandang untuk akhirnya membuat keputusan.Sedangkan pendidikan adalah suatu
bidang ilmu pengetahuan yang tujuan utamanyaadalah mengembangkan potensi
individu sehingga mewujudkan pribadi yang matang bukanhanya dari sisi akademis
juga sisi mentalitas yang mampu mandiri dan mengendaikan diri.
Maka filsafat pendidikan memandang persoalan sentral berupa hakikat
pematanganmanusia. Kultur dari filsafat adalah selalu berpikir dari tingkat metafisis,
teoritis, sampai padatingkat praktis. Jika diterapkan pada kegiatan pendidikan, aspek
ontology adalah proses pendidikandengan penekanan pada pendirian filsafat hidup,
suatu pandangan hidup yang berlandaskannilai leluhur budaya dan niali-nilai moral
budaya.Aspek epistimologi pendidikan menekankan system kegiatan pendidikan pada
pembentukan sikap ilmiah, suatu dijiwai oleh nilai kebenaran.
6

Sedangkan aspek aksiologi pendidikan menekankan pada system kegiatan
pada pengembangan perilaku dan tanggung jawab, suatu perilaku yang dijiwai dengan
nilai keadilan. Ketiga taraf sistem pendidikantersebut saling berhubungan antara satu
aspek dengan yang lainnya secara kausalik. Selanjutnya dapat diasumsikan bahwa
jika filosofi pendidikan tersebut digunakansebagai landasan penyelenggaraan
pendidikan di Indonesia baik di dalam keluarga,lingkungan, sekolah, maupun dalam
kehidupan masyarakat, diharapkan kehidupanmasyarakat bisa meliputi nilai-nilai
kejujuran, kebenaran, keagamaan dalam bingkai pancasila dan UUD 1945 yang di
dalamnya telah di tuangkan dalam pancasila dan di jabarkan dalam UUD 1945.Pasal
demi pasal, ayat demi ayat yang di dalamnya terkandung filosofi dan dituangkembali
dalam garis-garis besar haluan negara yang bertujuan terbentuknya
masyarakatmewujudkan nilai-nilai pancasila untuk mencapai salah satu tujuan negara.
Dengan demikian maka dipastikan pendidikan di Indonesia akan menjadi
sebuahmodel pendidikan yang berkarakteristik yang tidak akan di punyai negara lain
yang selalumenunjung tinggi nilai-nilai pancasila dan berlandaskan pada UUD 1945
yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.Pancasila sebagai dasar negara
memiliki lima sila. Pancasila sebagai filsafat menunjukan hakikat atau subtansi yang
sifatnya abstrak (ada dalam pikiran manusia sejak dulu), pribadi (bersangkutan
dengan kehidupan pribadi), dan konkret (direalisasikan dalamkehidupan sehari-hari),
umum atau universal, mutlak, tetap, tidak berubah-ubah, terlepas darisituasi, tempat
dan waktu.
Landasan pendidikan adalah salah satu kajian yang dikembangkan dan
berkaitandengan dunia pendidikan. Cakupan landasan pendidkan adalah landasan
hukum, landasanfilsafat, landasan sejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi,
dan landasan ekonomi.Filsafat merupakan hasil pemikiran secara mendalam tentang
sesuatu sampai ke akar-akarnya. Semua ilmu pengetahuan, semua pendidikan terpacu
pada filsafat. Filsafat juga merupakan ibu agung dari berbagai ilmu pengetahuan.
Mengapa ilmu pendidikan mengandalkan filsafat sebagai landasan utama dalam
7

pendidikan? Karena memang landasan filosofis sebagai landasan dasar akan
membantu
C. Alur dan Implementasi Profil Pelajar Pancasila (PPP)
Profil ini perlu sederhana dan mudah diingat dan dijalankan baik oleh
pendidikmaupun oleh pelajar agar dapat dihidupkan dalam kegiatan sehari-hari.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, profil pelajar Pancasila terdiri dari enam dimensi,
yaitu: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2)
mandiri, 3) bergotong-royong, 4) berkebinekaan global, 5) bernalar kritis, dan 6)
kreatif.
Keenam dimensi profil pelajar Pancasila perlu dilihat secara utuh sebagai
satukesatuan agar setiap individu dapat menjadi pelajar sepanjang hayat yang
kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.
1. Dimensi Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berahlak Mulia
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak
muliaadalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha
Esa. Iamemahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman
tersebutdalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa
kepadaTuhan YME, dan berakhlak mulia: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c)
akhlakkepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.
a. Akhlak beragama
Pelajar Pancasila mengenal sifat-sifat Tuhan dan menghayati bahwa inti dari sifat-
sifat-Nya adalah kasih dan sayang. Ia juga sadar bahwa dirinya adalah makhluk
yangmendapatkan amanah dari Tuhan sebagai pemimpin di muka bumi yang
mempunyaitanggung jawab untuk mengasihi dan menyayangi dirinya, sesama
manusia dan alam,serta menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Pelajar
8

Pancasila senantiasamenghayati dan mencerminkan sifat-sifat Ilahi tersebut dalam
perilakunya dikehidupan sehari-hari. Penghayatan atas sifat-sifat Tuhan ini juga
menjadi landasandalam pelaksanaan ritual ibadah atau sembahyang sepanjang hayat.
Pelajar Pancasila juga aktif mengikuti acara-acara keagamaan dan ia terus
mengeksplorasi gunamemahami secara mendalam ajaran, simbol, kesakralan, struktur
keagamaan, sejarah,tokoh penting dalam agama dan kepercayaannya serta kontribusi
hal-hal tersebut bagi peradaban dunia.
b. Akhlak pribadi
Akhlak yang mulia diwujudkan dalam rasa sayang dan perhatian pelajar
kepadadirinya sendiri. Ia menyadari bahwa menjaga kesejahteraan dirinya penting
dilakukan bersamaan dengan menjaga orang lain dan merawat lingkungan sekitarnya.
Rasasayang, peduli, hormat, dan menghargai diri sendiri terwujud dalam sikap
integritas,yakni menampilkan tindakan yang konsisten dengan apa yang dikatakan
dandipikirkan. Karena menjaga kehormatan dirinya, Pelajar Pancasila bersikap
jujur,adil, rendah hati, bersikap serta berperilaku dengan penuh hormat. Ia selalu
berupayamengembangkan dan mengintrospeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih
baiksetiap harinya. Sebagai wujud merawat dirinya, Pelajar Pancasila juga
senantiasamenjaga kesehatan fisik, mental, dan spiritualnya dengan aktivitas
olahraga, aktivitassosial, dan aktivitas ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.Karena karakternya ini, ia menjadi orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, serta berkomitmen untuk setia pada ajaran
agamadan kepercayaannya serta nilai-nilai kemanusiaan.
c. Akhlak kepada manusia
Sebagai anggota masyarakat, Pelajar Pancasila menyadari bahwa semua
manusiasetara di hadapan Tuhan. Akhlak mulianya bukan hanya tercermin dalam
rasasayangnya pada diri sendiri tetapi juga dalam budi luhurnya pada sesama
manusia.Dengan demikian ia mengutamakan persamaan dan kemanusiaan di atas
perbedaanserta menghargai perbedaan yang ada dengan orang lain. Pelajar
9

Pancasilamengidentifikasi persamaan dan menjadikannya sebagai pemersatu ketika
ada perdebatan atau konflik. Ia juga mendengarkan dengan baik pendapat yang
berbedadari pendapatnya, menghargainya, dan menganalisisnya secara kritis
tanpamemaksakan pendapatnya sendiri. Pelajar Pancasila adalah pelajar yang
moderatdalam beragama. Ia menghindari pemahaman keagamaan dan kepercayaan
yangeksklusif dan ekstrim, sehingga ia menolak prasangka buruk,
diskriminasi,intoleransi, dan kekerasan terhadap sesama manusia baik karena
perbedaan ras,kepercayaan, maupun agama. Pelajar Pancasila bersusila, bertoleransi
danmenghormati penganut agama dan kepercayaan lain. Ia menjaga kerukunan
hidupsesama umat beragama, menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, tidak memberikan label negatif
pada penganut agama dan kepercayaan lain dalam bentuk apapun, serta tidak
memaksakanagama dan kepercayaannya kepada orang lain. Pelajar Pancasila juga
senantiasa berempati, peduli, murah hati dan welas asih kepada orang lain, terutama
merekayang lemah atau tertindas. Dengan demikian, ia selalu berupaya aktif
menolongorang-orang yang membutuhkan dan mencarikan solusi terbaik untuk
mendukung keberlangsungan kehidupan mereka. Pelajar Pancasila juga senantiasa
mengapresiasikelebihan orang lain dan mendukung mereka dalam mengembangkan
kelebihan itu.
d. Akhlak kepada alam
Sebagai bagian dari lingkungan, Pelajar Pancasila mengejawantahkan
akhlakmulianya dalam tanggung jawab, rasa sayang, dan peduli terhadap lingkungan
alamsekitar. Pelajar Pancasila menyadari bahwa dirinya adalah salah satu di antara
bagian-bagian dari ekosistem bumi yang saling mempengaruhi. Ia juga menyadari
bahwa sebagai manusia, ia mengemban tugas dalam menjaga dan melestarikan
alamsebagai ciptaan Tuhan. Hal tersebut membuatnya menyadari pentingnya
merawatlingkungan sekitar sehingga ia menjaga agar alam tetap layak dihuni oleh
seluruhmakhluk hidup saat ini maupun generasi mendatang. Ia tidak merusak
ataumenyalahgunakan lingkungan alam, serta mengambil peran untuk menghentikan
10

perilaku yang merusak dan menyalahgunakan lingkungan alam. Pelajar Pancasila juga
senantiasa reflektif, memikirkan, dan membangun kesadaran tentangkonsekuensi atau
dampak dari perilakunya terhadap lingkungan alam. Kesadarannyaini menjadi dasar
untuk membiasakan diri menerapkan gaya hidup pedulilingkungan, sehingga ia secara
aktif berkontribusi untuk menjaga kelestarianlingkungan.
e. Akhlak bernegara
Pelajar Pancasila memahami serta menunaikan hak dan kewajibannya sebagai
warganegara yang baik serta menyadari perannya sebagai warga negara. Ia
menempatkankemanusiaan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara sebagaikepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Akhlak pribadinya
mendorong Pelajar Pancasila untuk peduli dan membantu sesama, untuk bergotong-
royong. Ia juga mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama, sebagai dampak dari akhlak pribadinya dan juga akhlaknya
terhadapsesama. Keimanan dan ketakwaannya juga mendorongnya untuk aktif
menghadirkankeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai wujud cinta yang
dimilikinyauntuk negara
.2. Dimensi Berkebhinekaan Global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap
berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan
rasasaling menghargai dan kemungkinan terbentuknya budaya baru yang positif dan
tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen kunci dari berkebinekaan
globalmeliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi
interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab
terhadap pengalamankebinekaan.
a. Mengenal dan menghargai budaya
Pelajar Pancasila mengenali, mengidentifikasi, dan mendeskripsikan berbagai
macamkelompok berdasarkan perilaku, jenis kelamin, cara komunikasi, dan
11

budayanya,serta mendeskripsikan pembentukan identitas dirinya dan kelompok,
jugamenganalisis bagaimana menjadi anggota kelompok sosial di tingkat lokal,
regional,nasional, dan global.
b. Komunikasi dan interaksi antar budaya
Pelajar Pancasila berkomunikasi dengan budaya yang berbeda dari dirinya
secarasetara dengan memperhatikan, memahami, menerima keberadaan, dan
menghargai keunikan setiap budaya sebagai sebuah kekayaan perspektif sehingga
terbangun kesalingp ahaman dan empati terhadap sesama.
c. Refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan
Pelajar Pancasila secara reflektif memanfaatkan kesadaran dan pengalaman
kebinekaannya agar terhindar dari prasangka dan stereotip terhadap budaya yang
berbeda, termasuk perundungan, intoleransi dan kekerasan, dengan mempelajari
keragaman budaya dan mendapatkan pengalaman dalam kebinekaan. Hal
inimembuatnya menyelaraskan perbedaan budaya agar tercipta kehidupan yang setara
dan harmonis antar sesama.
d. Berkeadilan Sosial
Pelajar Pancasila peduli dan aktif berpartisipasi dalam mewujudkan keadilan sosial
ditingkat lokal, regional, nasional, danglobal. Ia percaya akan kekuatan dan
potensidirinya sebagai modal untuk menguatkan demokrasi, untuk secara aktif-
partisipatif membangun masyarakat yang damai dan inklusif, berkeadilan sosial, serta
berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan.
3. Dimensi Bergotong Royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan
untukmelakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang
dikerjakandapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong
royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi mengenal dan menghargai budaya.
12

a. Kolaborasi
Pelajar Pancasila memiliki kemampuan kolaborasi, yaitu kemampuan untuk bekerja
bersama dengan orang lain disertai perasaan senang ketika berada bersama dengan
orang lain dan menunjukkan sikap positif terhadap orang lain. Ia terampil untuk
bekerja sama dan melakukan koordinasi demi mencapai tujuan bersama dengan
mempertimbangkan keragaman latar belakang setiap anggota kelompok. Ia mampu
merumuskan tujuan bersama, menelaah kembali tujuan yang telah dirumuskan, dan
mengevaluasi tujuan selama proses bekerja sama. Ia juga memiliki kemampuan
komunikasi, yaitu kemampuan mendengar dan menyimak pesan dan gagasan
oranglain, menyampaikan pesan dan gagasan secara efektif, mengajukan pertanyaan
untukmengklarifikasi, dan memberikan umpan-balik secara kritis dan positif. Pelajar
Pancasila juga menyadari bahwa ada saling-ketergantungan yang positif antar-orang.
Melalui kesadaran ini, ia memberikan kontribusi optimal untuk meraih tujuan
bersama. Ia menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya semaksimal mungkindan
mengapresiasi upaya yang telah dilakukan anggota lain dalam kelompoknya.
b. Kepedulian
Pelajar Pancasila memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi
dilingkungan fisik dan sosial. Ia tanggap terhadap kondisi yang ada di lingkungan
danmasyarakat untuk menghasilkan kondisi yang lebih baik. Ia merasakan dan
memahami apa yang dirasakan orang lain, memahami perspektif mereka,
danmenumbuhkan hubungan dengan orang dari beragam budaya yang menjadi bagian
penting dari kebinekaan global. Ia memiliki persepsi sosial yang baik sehingga
iamemahami mengapa orang lain bereaksi tertentu dan melakukan tindakan tertentu.
Iamemahami dan menghargai lingkungan sosialnya, serta menghasilkan situasi
sosialyang sejalan dengan pemenuhan kebutuhan berbagai pihak dan pencapaian
tujuan.c. BerbagiPelajar Pancasila memiliki kemampuan berbagi, yaitu memberi dan
menerima segalahal yang penting bagi kehidupan pribadi dan bersama, serta mau dan
mampumenjalani kehidupan bersama yang mengedepankan penggunaan bersama
13

sumberdaya dan ruang yang ada di masyarakat secara sehat. Melalui kemampuan
berbagi, iamampu dan mau memberi serta menerima hal yang dianggap berharga
kepada/dariteman sebaya, orang-orang di lingkungan sekitarnya, dan lingkungan yang
lebih luas.Ia mengupayakan diri dan kelompoknya untuk memberi hal yang dianggap
pentingdan berharga kepada orang-orang yang membutuhkan baik di lingkungannya
maupundi masyarakat yang lebih luas (negara dan dunia).
4. Dimensi Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab
atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran
akan diridan situasi yang dihadapi serta regulasi diri
a. Pemahaman diri dan situasi yang dihadapi Pelajar Pancasila yang mandiri
senantiasa melakukan refleksi terhadap kondisi dirinya dan situasi yang dihadapi
mencakup refleksi terhadap kondisi diri, baik kelebihan maupun keterbatasan dirinya,
serta situasi dan tuntutan perkembanganyang dihadapi. Hal ini akan membuat ia
mengenali dan menyadari kebutuhan pengembangan dirinya yang sesuai dengan
perubahan dan perkembangan yangterjadi. Kesadaran tersebut akan membantunya
untuk dapat menetapkan tujuan pengembangan diri yang sesuai dengan kondisi diri
dan situasi yang dihadapi,memilih strategi yang sesuai, serta mengantisipasi
tantangan dan hambatan yang mungkin terjadi.
b.Regulasi diri
Pelajar Pancasila yang mandiri mampu mengatur pikiran, perasaan, dan
perilakudirinya untuk mencapai tujuan belajar dan pengembangan dirinya baik di
bidangakademik maupun non akademik. Ia mampu menetapkan tujuan
pengembangandirinya serta merencanakan strategi untuk mencapainya dengan
didasari penilaianatas kemampuan dirinya dan tuntutan situasi yang dihadapinya.
Pelaksanaan aktivitas pengembangan diri dapat dikendalikan olehnya sekaligus
menjaga perilaku dansemangat agar tetap optimal untuk mencapai tujuan
14

pembelajarannya. Ia senantiasamemantau dan mengevaluasi upaya yang dilakukan
dan hasil yang dicapainya.Ketika menemui permasalahan dalam belajar, ia tidak
mudah menyerah dan akan berusaha mencari strategi atau metode yang lebih sesuai
untuk menunjangkeberhasilan pencapaian tujuannya.
5. Dimensi Bernalar Kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi
baikkualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai
informasi,menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-
elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan
gagasan,menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses
berpikir dalam mengambilan keputusan
a. Memperoleh dan memproses informasi dan gagasan
Pelajar Pancasila memproses gagasan dan informasi, baik dengan data
kualitatifmaupun kuantitatif. Ia memiliki rasa keingintahuan yang besar, mengajukan
pertanyaan yang relevan, mengidentifikasi dan mengklarifikasi gagasan daninformasi
yang diperoleh, serta mengolah informasi tersebut. Ia juga mampumembedakan
antara isi informasi atau gagasan dari penyampainya. Selain itu, iamemiliki kemauan
untuk mengumpulkan data atau fakta yang berpotensimenggugurkan opini atau
keyakinan pribadi. Berbekal kemampuan tersebut, Pelajar Pancasila dapat mengambil
keputusan dengan tepat berdasarkan informasi dari berbagai sumber yang relevan dan
akurat.
b. Menganalisis dan mengevaluasi penalaran.
Pelajar Pancasila menggunakan nalarnya sesuai dengan kaidah sains dan logikadalam
pengambilan keputusan dan tindakan dengan melakukan analisis serta evaluasidari
gagasan dan informasi yang ia dapatkan. Ia mampu menjelaskan alasan yangrelevan
dan akurat dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan. Akhirnya, ia
15

dapat membuktikan penalarannya dengan berbagai argumen dalam mengambil suatu
simpulan atau keputusan.
c. Merefleksi dan mengevaluasi pemikirannya sendiri
Pelajar Pancasila melakukan refleksi dan evaluasi terhadap pemikirannya
sendiri(metakognisi) dan berpikir mengenai bagaimana jalannya proses berpikir
tersebutsehingga ia sampai pada suatu simpulan. Ia menyadari proses berpikirnya
beserta putusan yang pernah dihasilkannya, dan menyadari perkembangan serta
keterbatasandaya pikirnya. Hal ini membuatnya menyadari bahwa ia dapat terus
mengembangkankapasitas dirinya melalui proses refleksi, usaha memperbaiki
strategi, dan gigihdalam mengujicoba berbagai alternatif solusi. Selain itu, ia
memiliki kemauan untukmengubah opini atau keyakinan pribadi tersebut jika
memang bertentangan dengan bukti yang ada.
6. Dimensi Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal,
bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari
menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang
orisinal serta memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan.
a. Menghasilkan gagasan yang orisinal
Pelajar yang kreatif menghasilkan gagasan atau ide yang orisinal. Gagasan ini
terbentuk dari yang paling sederhana seperti ekspresi pikiran dan/atau perasaan
sampai dengan gagasan yang kompleks. Perkembangan gagasan ini erat kaitannya
dengan perasaan dan emosi, serta pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan oleh
pelajar tersebut sepanjang hidupnya. Pelajar yang kreatif memiliki kemampuan
berpikir kreatif, dengan mengklarifikasi dan mempertanyakan banyak hal, melihat
sesuatu dengan perspektif yang berbeda, menghubungkan gagasan-gagasan yang ada,
16

mengaplikasikan ide baru sesuai dengan konteksnya untuk mengatasi persoalan, dan
memunculkan berbagai alternatif penyelesaian.
b. Menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal
Pelajar yang kreatif menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal berupa
representasi kompleks, gambar, desain, penampilan, luaran digital, realitas virtual,
dan lain sebagainya. Ia menghasilkan karya dan melakukan tindakan didorong oleh
minat dan kesukaannya pada suatu hal, emosi yang ia rasakan, sampai dengan
mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, pelajar
yang kreatif cenderung berani mengambil risiko dalam menghasilkan karya dan
tindakan.
c. Memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi permasalahan
Pelajar yang kreatif memiliki keluwesan berpikir dalam mencari alternatif solusi
permasalahan yang ia hadapi. Ia mampu menentukan pilihan ketika dihadapkan pada
beberapa alternatif kemungkinan untuk memecahkan permasalahan. Ia juga mampu
mengidentifikasi, membandingkan gagasan-gagasan kreatifnya, serta mencari solusi
alternatif saat pendekatan yang diambilnya tidak berhasil.
17

BAB III
PEMBAHASAN
A. Apa apa relevansi Pancasila sebagai Entitas dan Identitas Bangsa Indonesia dan
perwujudan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang Berpihak pada peserta
didik dalam Pendidikan Abad ke-21?
Jawaban:
Nilai-nilai Pancasila menjadi dasar pengembangan paradigma pendidikan untuk
melestarikan keanekaragaman suku, ras, budaya, agama. Penerapan Pancasila
sebagai entitas dan identitas bangsa Indonesia dalam pendidikan Abad-21 melalui
program Profil Pelajar Pancasila. Akan tetapi, dalam penerapannya terdapat
tantangan dalam menghayati Pancasila sebagai entitas dan identitas bangsa
Indonesia.
1.Tantangan pertama yaitu terdapat dampak budaya asing yang dapat
mempengaruhi peserta didik yaitu peserta didik suka menirukan cara
berpakaian; gaya bahasa dalam bicara; terkadang ada peserta didik yang
berdandan berlebihan tidak sesuai usia peserta didik; lebih menikmati tontonan
yang berasal dari luar negeri contoh korea, jepang, china; mengikuti trend
tiktok; dan memanfaatkan handphone yang tidak sewajarnya saat proses
pembelajaran seperti kecanduan main game. Hal tersebut sangat wajar terjadi
dikarenakan adanya perkembangan zaman serta teknologi dalam era globalisasi
di Indonesia. Pengaruh budaya barat ada yang berdampak positif dan negatif.
Upaya yang dapat dilakukan pendidik adalah selalu memberikan pengertian
mengenai selektifitas dalam penggunaan teknologi agar seluruh informasi tidak
18

dicerna peserta didik secara langsung. Selain itu, memberikan pemahaman dan
mengarahkan peserta didik bahwa kita bisa menggunakan teknologi secara
maksimal ke arah lebih baik melalui kreativitas, inovasi dan pengembangan
ilmu pengetahuan.
2.Tantangan kedua yaitu kurang maksimalnya peran dan perhatian orang tua
terhadap pendidikan anak. Orang tua adalah pendidik pertama bagi anak-
anaknya sehingga orang tua adalah orang yang paling berkewajiban mendidik
dan membimbing anak-anaknya. Namun pada beberapa kejadian orang tua
melimpahkan segala tanggung jawabnya kepada guru yang mengajar di
sekolah. Akibatnya, anak kurang bimbingan, perhatian, dan pendidikan dari
orang tua terutama saat mereka berada di rumah atau luar sekolah. Karena
kurangnya peran dan perhatian orang tua dan mereka hanya fokus pada
perkembangan kognitif anak yang mengakibatkan kurangnya penanaman
nilai-nilai Pancasila sebagai karakter pendidikan yang telah diajarkan sekolah.
3.Tantangan ketiga yaitu pengaruh pergaulan peserta didik, karena seseorang
tumbuh dan berkembang di lingkungan baik maka akan baik pula karakter
serta tingkah lakunya. Begitu pula sebaliknya seseorang yang tumbuh dan
berkembang pada lingkungan buruk, maka karakter dan tingkah laku yang
terbentuk akan mendominasi pada lingkungan tempat tinggalnya. Lingkungan
dan pergaulan tidak baik akan mempengaruhi seseorang untuk melanggar
norma-norma yang ada. Oleh karena itu, lingkungan peserta didik sangat
mempengaruhi dalam pembentukan karakter sehingga hal itu menjadi
tantangan dalam penghayatan dan profil pelajar pancasila yang telah diajarkan
di sekolah.
Profil Pelajar Pancasila terdiri atas 6 dimensi yang sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila antara lain: Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia; mandiri; bergotong royong; berkebhinekaan global, bernalar
kritis; dan kreatif. Penerapan perwujudan profil pelajar Pancasila pada
Pendidikan yang berpihak kepada peserta didik dalam Pendidikan abad ke-21
19

dilakukan dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi 6 dimensi Profil Pelajar
Pancasila adalah sebagai berikut:
Dimensi pertama yaitu Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia yang diwujudkan dalam kegiatan berikut:
1.Membiasakan peserta didik untuk beribadah sesuai dengan agamanya
masing-masing. Contoh : untuk peserta didik yang beragama Islam
melaksanakan sholat zuhur atau sholat jum’at.
2.Selalu berdoa saat memulai dan mengakhiri pembelajaran.
3.Membudidayakan 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) kepada warga
sekolah.
4.Menunjukkan sikap toleransi kepada warga sekolah dan menghormati
warga sekolah yang berbeda agama.
Dimensi kedua yaitu mandiri, diwujudkan dalam kegiatan sebagai berikut:
1.Guru memberikan tugas individu kepada peserta didik.
2.Guru membimbing peserta didik untuk membangun pengetahuannya
sendiri dalam memahami materi.
Dimensi ketiga yaitu bergotong royong yang diwujudkan dalam kegiatan
sebagai berikut:
1.Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan metode diskusi secara
berkelompok agar peserta didik terbiasa kerjasama dan semangat gotong
royong dalam pembelajaran.
2.Mengajak peserta didik untuk bergotong royong dalam membersihkan
lingkungan sekolah dan kerja bakti penghijauan.
Dimensi keempat yaitu kebhinekaan global diwujudkan dengan kegiatan
memperingati hari kemerdekaan Indonesia dengan mengadakan lomba-lomba
20

tradisional dan membimbing setiap peserta didik dalam menyelesaikan LKPD
tanpa memandang suku, ras, agama dan sebagainya.
Dimensi kelima yaitu bernalar kritis diwujudkan pada kegiatan pembelajaran
dengan memberikan tugas kepada peserta didik untuk mengasah kemampuan
berpikir kritis seperti meminta pendapatnya mengenai peristiwa dalam
kehidupan nyata yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Selain
itu, pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang
mendukung pendidikan abad-21 dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) yang mampu meningkatkan beberapa antara lain
keterampilan berpikir ktitis. Selain itu, model pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Pelaksanaan
pembelajaran dilakukan secara berkelompok dalam mendiskusikan
penyelesaian masalah agar peserta didik tetap memiliki jiwa saling
menghargai pendapat antar teman dan gotong royong.
Dimensi keenam yaitu kreatif diwujudkan dalam kegiatan memberikan tugas
kepada peserta didik untuk mengasah kemampuan kreatif seperti, meminta
peserta didik membuat soal dalam bentuk cerita atau membuat produk dalam
penerapan model Project Based Learning (PJBL) di dalam kelas.
Kecakapan Abad-21 mengenai perkembangan teknologi pada penerapannya
kepada peserta didik yaitu teknologi dijadikan penunjang proses pembelajaran
dengan melakukan pencarian informasi, menampilkan PPT interaktif, dan lain
sebagainya. Peranan teknologi untuk pembelajaran sangat banyak, jika pendidik
bisa menerapkan dengan tepat maka pembelajaran akan berjalan dengan lancar dan
dapat menciptakan lingkungan kelas yang aman, nyaman, dan berpihak pada
peserta didik.
Penghayatan identitas dan entitas Pancasila tentunya akan memiliki level
yang berbeda bagi para peserta didik, maka dalam hal ini, guru seharusnya bisa
mengarahkan para peserta didik untuk meningkatkan pemahamannya tentang
identitas Pancasila yang melekat pada diri mereka. Ketika peserta didik bisa
21

menghayati identitas yang mereka miliki yaitu identitas Pancasila, maka cita-cita
pendidikan dimana peserta didik tidak hanya baik dalam segi kognitif namun juga
perilaku bisa tercapai. Ini tentunya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan,
namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Dengan kolaborasi dari semua pihak,
hal yang sulit akan menjadi lebih mudah dan tidak menutup kemungkinan bisa
tercapai.
2. Bagaimana mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada Pendidikan yang
berpihak pada peserta didik dalam pendidikan abad ke-21?
Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar
sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri,
bernalar kritis dan kreatif (Direktorat Sekolah Dasar, 2020). Tujuan Profil Pelajar
Pancasila yaitu menguatkan lulusan yang sesuai nilai luhur Pancasila
(Anggraena., dkk. 2020). Adapun bentuk perwujudan elemen-elemen Profil
Pelajar Pancasila yang berpihak pada peserta didik dilakukan dalam bentuk nyata
berupa pembentukan karakter peserta didik seperti berikut ini:
1) Elemen Profil Pelajar Pancasila yang Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, dapat diwujudkan dalam kegiatan
penanaman karakter religius seperti penerapan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa,
Sopan, Santun) kepada guru maupun warga sekolah yang lain, melakukan
pembacaan ayat suci al-Qur’an sebelum melaksanakan pembelajaran dan
peringatan hari besar islam.
2) Elemen Profil Pelajar Pancasila yang Berkebinekaan Global, dapat
diwujudkan dalam kegiatan seperti pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran
seni budaya yang dilakukan sesuai dengan masing-masing sekolah daerahnya.
Selain itu, peringatan hari sumpah pemuda dengan menggunakan busana adat dari
22

berbagai daerah yang ada di Indonesia. Tujuannya yaitu agar peserta didik dapat
memahami dan mengenali identitas budaya yang ada didaerahnya masing-masing.
3) Elemen Bergotong Royong pada Profil Pelajar Pancasila dapat diwujudkan
melalui kegiatan seperti pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode diskusi
kelompok dan pelaksanaan sabtu bersih
4) Perwujudan elemen Profil Pelajar Pancasila yang Mandiri dapat dilakukan
dalam kegiatan seperti pemberian tugas secara mandiri kepada setiap peserta didik
dan tidak membuang sampah di sembarang tempat. Elemen kunci mandiri terdiri
dari kesadaran terhadap diri sendiri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri
(Ismail., dkk 2021).
5) Perwujudan elemen Bernalar Kritis pada Profil Pelajar Pancasila dapat
diwujudkan dalam kegiatan seperti pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL
atau PjBL. Model ini dapat membantu peserta didik untuk menjadi peserta didik
yang mampu bernalar kritis. Dalam kenyataannya di kurikulum merdeka, kedua
model inilah yang digunakan dalam menjalankan suatu proses pembelajaran yang
mendukung peserta didik untuk bernalar kritis.
Elemen Kreatif pada Profil Pelajar Pancasila dapat diwujudkan dalam
kegiatan pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif peserta
didik. Peserta didik diberikan tugas sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga
mereka dapat lebih merasa diberi kebebasan dalam menyelesaikan tugas tersebut
sesuai kreativitas yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik namun tetap
mencapai tujuan pembelajaran yang sama.
23

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar negara memiliki lima sila. Pancasila sebagai filsafat
menunjukan hakikat atau subtansi yang sifatnya abstrak (ada dalam pikiran manusia
sejak dulu), pribadi (bersangkutan dengan kehidupan pribadi), dan konkret
(direalisasikandalam kehidupan sehari-hari), umum atau universal, mutlak, tetap,
tidak berubah-ubah,terlepas dari situasi, tempat dan waktu.Pancasila merupakan
ideologi bangsa Indonesia. Semua bentuk perjalanankehidupan bangsa dan bernegara
ada pada Pancasila. Dengan demikian maka dipastikan pendidikan di Indonesia akan
menjadi sebuah model pendidikan yang berkarakteristik yang tidak akan di punyai
negara lain yang selalu menunjung tinggi nilai-nilai pancasiladan berlandaskan pada
UUD 1945 yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.Dalam konteks
pancasila sangat berperan penting dalam menciptakan masyarakat Indonesia yang
tidak cerdas dalam segi intelektual, namun juga seperti di dalam pancasila. mereka
akan mendapat pengajaran dari nilai-nilai yang nantinya dapatmembentuk
kepribadian yang dapat lebih cerdas dalam melakukan sebuah sikap.
Dengan menerapkan nilai pancasila di bidang pendidikan diharapkan pendidik
mampumenimbulkanrasa takut akan Tuhan, memiliki rasa kemanusian, persatuan,
kerakyatanserta dapat berperilaku adil. Di dalam sebuah proses pembentukan
kurikulum, kurikulum tersebut harus berlandaskan pancasila agar memiliki tujuan
utama yang penting dari pendidikan nasional Indonesia yang dapat tercapai.
Kurikulum tersebut harus berisi tinjauan dari semua halyang nanti akan dipelajari
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
24

B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisannya maupun pembahasannya. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan dari makalah ini.


DAFTAR PUSTAKA

25

Aisah, Neni. 2019. PENERAPAN PANCASILA DALAM PENDIDIKAN
INDONESIAPADA ERA GLOBALISASI. Jurnal Pancasila.Vol.1(1) hal 8-11
Direktorat Sekolah Dasar. (2020). Profil Pelajar Pancasila.
Gunawan, I. & Wahyudi A. V. (2020). Fungsi Filsafat Pancasila Dalam Ilmu
Pendidikan di Indonesia: Jurnal Diklat keagamaan. 17 (2). 209-218.
Ismail, Shalahudin., Suhana, Suhana dan Zakiah, Qiqi Yulianti. (2021). Analisis
Kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Mewujudkan Pelajar
Pancasila Di Sekolah. JMPIS: Jurnal Manajemen Pendidikan dan Ilmu Sosial.
2(1). 76-84.
Rafael, Simon Petrus.2022. Filosofi Pendidikan Nasional. Jakarta: Direktorat
Jenderal Gurudan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi
Susilawati, Eni & Sarifuddin, Saleh. (2021). Internalisasi Nilai Pancasila Dalam
Pembelajaran Melalui Penerapan Profil Pelajar Pancasila Berbantuan
Platform Merdeka Mengajar. Jurnal TEKNODIK. 25(2). 155-167.
KEPUTUSAN KEPALA BADAN STANDAR, KURIKULUM, DAN
ASESMENPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN,
RISET, DANTEKNOLOGI NOMOR 009/H/KR/2022 TENTANG DIMENSI,
ELEMEN, DANSUBELEMEN PROFIL PELAJAR PANCASILA PADA
KURIKULUM
26
Tags