Makalah Pengembangan potensi manusia dalam pendidikan menurut Al-Quran dan Hadist.docx

muhammaddimas65 18 views 24 slides Jan 16, 2025
Slide 1
Slide 1 of 24
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24

About This Presentation

makalah ini menjelaskan terkait potensi apa saja yang bisa dikembangan pada manusia menurut Al-quran dan Hadist


Slide Content

PENGEMBANGAN POTENSI MANUSIA DALAM PENDIDIKAN MENURUT AL-
QUR’AN DAN HADIST
Disusun Oleh :
Muhammad Dimas, S.Pd
NIM: 24.01.07
Dosen Pengampuh
Dr. Imam Subhi, M.Pd.I
Mata Kuliah : Studi Al-Qur’an dan Al-Hadist
Program Magister (S2)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT AGAMA ISLAM PAGARALAM
TAHUN 2024
i

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk bisa menyelesaikan tugas
penyusunan makalah ini. Selanjutnya shalawat serta salam penulis limpahkan kepada
nabi MuhammadSAW yang telah membimbing umat manusia menuju ilmu pengetahuan
dankeimanan.
Penulis ingin menggunakan kesempatan ini untuk menyampaikan ucapan terimah
kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini baik dengan bantuan moral ataupun material.
Penulis menyadari bahwa makalah ini memiliki kekurangan dan ketidak
sempurnaan.Untuk itu penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan konstruktif
lainnya guna memperbaiki kualitas makalah ini untuk masa yang akan datang. Penulis
berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin..
Pagaralam, Desember 2024
Penulis
ii

DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN............................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................2
PENDAHULUAN ..............................................................................................................2
1.1 Latar Belakang........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4
1.3 Tujuan.....................................................................................................................4
1.4 Manfaat...................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................5
2.1 Pengertian Potensi.................................................................................................5
2.2 Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Islam .......................................................6
2.3 Potensi Manusia Menurut Perspektif Al-Qur’an...................................................10
2.4 Potensi Manusia Menurut Perspektif Hadist………………………………………...12
2.5 Implementasi Potensi Manusia dalam Pendidikan…………………………………14
BAB III PENUTUP..........................................................................................................19
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................19
3.2 Saran....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................20
iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan dengan segala
kesempurnaannya. Kesempurnaan tersebut disebabkan manusia dianugerahi
potensi yang tidak diberikan kepada makhluq Allah lainnya termasuk kepada
malaikat sekalipun. Dengan potensi yang dimilikinya tersebut manusia dapat
berkreasi dan bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
1
Adapun potensi dasar yang dianugerahkan kepada manusia, yaitu: hati, akal,
pendengaran, penglihatan, dan lisan. Hal tersebut sesuai dengan QS An-Nahl (16):
78 sebagaiberikut:
ُ
مُكَل َل َعَجَّو ًٔـْيَش َنْو ُمَلْعَت لَا ْمُكِتٰهَّمُا ِنْو ُطُب ِّم ْمُكَجَرْخَا ُهّٰللاَوۙا ْۢن
َ
نْوُرُكْشَت ْمُكَّلَعَل َدِٕـْفَلْااَو َراَصْبَلْااَو َعْمَّسلاَۙة
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS. An Nahl (16): 78)
Berdasarkan ayat ini, dapat dijelaskan bahwa sesungguhnya tidak
satupun manusia lahir dengan pengetahuan yang melekat padanya, tetapi manusia
dapat memperoleh pengetahuan melalui proses yang bertahap menggunakan
potensi yang melekat pada dirinya, yaitu: pendengaran, penglihatan dan
pikiran/hati. Harapan lain adalah dengan memaksimalkan potensi dasar yang
dimilikinya maka akan lahir manusia yang berkarakter dan bermartabat.
Salah satu cara untuk mencetak manusia yang berkarakter dan bermartabat
adalah melaluli proses pembelajaran yang dilaksanakan secara terstruktur melalui
program-program pendidikan. Pemerintah Indonesia sebagai pemegang kebijakan
telah metetapkan salah satu fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, sebagaimana
tercantum dalam Pasal 3 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai
berikut:
1
Syaiful Rahman, “Konsep Tentang Potensi-Potensi Manusia Dalam Perspektif Al Quran Dan Implementasinya
Dalam Pendidikan,” Adzkiya Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Sina, no. 16 (2022): 49–61.
2

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”
Dalam UU Sisdiknas ini terlihat bahwa tujuan pendidikan nasional adalah
untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kemuliaan manusia disebabkan memiliki akal sebagai bekal yang diberikan
Allah SWT dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di atas bumi. Dia telah
menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk. Apabila dilihat dari tujuan
penciptaan manusia, kesempurnaan bentuk fisik, maka manusia merupakan
makhluk terindah yang pernah ada di muka bumi. Keindahan bentuk penciptaan
ini semakin sempurna ketika Allah SWT menganugerahi manusia seperangkat
alat pendeteksi kebenaran yang dapat digunakan dalam proses kehidupannya,
yaitu akal, pendengaran, penglihatan, dan lisan.
Pemikiran tentang hakikat manusia telah dimulai sejak zaman dahulu dan
terus berlangsung sampai saat ini. Pemikiran dan penelitian tentang hakikat
manusia belum berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Ternyata para ahli dan
pemerhati pendidikan menyelidiki manusia dan potensinya di alam semesta ini
merupakan bagian yang amat penting karena dengan penelitian itu dapat diketahui
dengan jelas tentang potensi yang dimiliki manusia serta peranan yang harus
dilakukan manusia di alam semesta ini.
Manusia memiliki banyak kesamaan dengan makhluk hidup lainnya, namun
manusia berbeda sekali dengan mereka. Manusia adalah makhluk material maupun
spiritual. Hal-hal yang benar-benar membedakan manusia dengan makhluk hidup
lainnya adalah kemampuan untuk membentuk dimensi-dimesni baru dalam diri
manusia.
3

1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana pengertian Potensi?
2.Bagaimana Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Islam?
3.Apa Saja potensi manusia Menurut Al-Qur’an dan Hadist ?
1.3 Tujuan
1.Untuk memahami pengertian Potensi.
2.Untuk mengetahui Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Islam
3.Untuk memberi penjelasan mengenai Potensi Manusia Menurut Al-Qur’an dan
Hadist
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai potensi manusia menurut Al-Qur’an dan Hadist, sehingga
meningkatkan kesadaran akan pentinganya pengembangan potensi manusia dalam
pendidikan. Dengan demikian, makalah ini dapat menjadi refrensi bagi pengembang
kurikulum dan praktisi pendidikan yang berbasis nilai-nilai Islam. Selain itu makalah
ini juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi penelitian lanjutan tentang pendidikan
Islam dan memberikan kontribusi pada pengembangan pendidikan yang lebih
berkualitas dan beretika.
4

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Potensi
Potensi adalah kemampuan, kekuatan, kesanggupan, atau daya yang dimiliki
seseorang atau sesuatu dan bisa dikembangkan atau dimanfaatkan secara optimal.
Potensi dapat dijelaskan sebagai kemampuan dasar yang masih terkubur
didalamnya, menunggu untuk ditranformasikan menjadi kekuatan nyata didalam
benda itu. Oleh karena itu potensi diri manusia merupakan kemampuan dasar yang
dimiliki oleh manusia yang masih terkubur dalam tubuhnya sendiri, menunggu untuk
direalisasikan sebagai manfaat nyata bagi kehidupan manusia.
2
Dalam etimologi
Islam potensi dikenal dengan istilah fitrah. Fitrah berasal dari bahasa Arab Fithrah
yang diartikan sebagai perangai, tabi’at, kejadian, asli, agama, ciptaan.
3
Manusia adalah makhluk Allah yang paling potensial. Berbagai kelengkapan
yang dimilikinya memberi kemungkinan bagi manusia untuk meningkatkan kualitas
sumber daya dirinya.
4
Selain itu manusia juga memiliki kemampuan untuk
menghayati berbagai masalah yang bersifat abstrak seperti simbol-simbol, ucapan
dan ungkapan hingga kepada pengenalan terhadap penciptanya.`potensi tersebut
seluruhnya dinilai sebagai pengarahan dari penciptanya agar manusia mampu
menjalani perannya sebagai pengabdi Allah dalam pola perilaku yang benar. Potensi
dapat diibaratkan lembaga pada tumbuhan. Wujudnya baru akan nampak nyata
apabila dipelihara, dirawat, dijaga, dibimbing serta dikembangkan. Kodratnya
manusia memang dianugrahi oleh penciptanya berupa kemampuan potensial dasar.
Potensi manusia merupakan suatu kemampuan dasar yang telah ada dalam diri
manusia yang siap direalisasikan menjadi kekuatan serta dapat dimanfaatkan secara
nyata dalam kehidupan manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya oleh Allah
swt. M. Quraish Shihab berpendapat bahwa fitrah merupakan kejadiannya sejak
semula atau bawaan sejak lahir. Yang mana fitrah itu sendiri tidak terbatas pada
fitrah keagamaan saja meskipun kepercayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa
2
Nurhabibah Harahap et al., “Potensi-Potensi Keunggulan Manusia Yang Bisa Dikembangkan Lewat Pendidikan,”
Katalis Pendidikan : Jurnal Ilmu Pendidikan dan Matematika 1, no. 2 (2024): 40–45.
3
Dewi, S. N Dkk, (2024). Syirik dan Dampaknya Bagi kehidupan Manusia. 2(1)
4
Bias Tirta Bayu et al., “Pengembangan Kemampuan Manusia Dalam Sudut Pandang Pendidikan Islam,” Journal of
Creative Student Research (JCSR) 2, no. 2 (2024): 56–68, https://doi.org/10.55606/jcsr-politama.v2i2.3666.
4

kuasa adalah fitri dalam jiwa dan akal manusia dan tidak dapat diganti dengan yang
lain. Manusia berjalan dengan kakinya adalah fitrah jasadiyah, manusia dapat
menarik kesimpulan melalui premis-premis dengan fitrah akliyah. Senang apabila
seseorang mendapat kebahagian adalah fitrahnya
5
Islam memandang manusia sebagai makhluk pendukung dan pencipta
kebudayaan. Dengan akal, ilmu dan perasaan ia membentuk kebudayaan, dan
sekaligus mewariskan kebudayaannya itu kepada anak dan keturunannya, kepada
orang atau kelompok lain yang dapat mendukungnya.
6
Tugas yang diberikan
kepada manusia begitu berat, karena itulah Allah memberikan potensi kepada
manusia untuk dapat digunakan dalam mengarungi kehidupan. Potensi yang ada
pada diri manusia tersebut dapat mendorong manusia kepada dua hal, yaitu kepada
kebaikan dan keburukan, maka diperlukan adanya pendidikan untuk selalu
mengarahkan manusia kepada perbuatan-perbuatan baik.
Pada dasarnya dalam diri manusia terdapat fitrah yang mendasar yaitu fitrah
menerima agama tauhid Allah. Jadi pada dasarnya, ketika manusia dilahirkan di
dunia ini, Allah memberikan potensi dasar atau fitrah itu tadi, berupa
mentauhidkannya atau potensi untuk menerima kebenaran bahwa tuhan yang layak
disembah itu hanyalah Allah semata.
2.2 Pengertian Pendidikan dan Pendidikan Islam
a.Pengertian pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kukuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga
sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian
pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama
pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
Theodore mayer grene mendefinisikan pendidikan dengan usaha manusia
untuk menyiapkan dirinnya untuk suatu kehidupan bermakna. Didalam definisi ini
aspek pembinaan pendidikan lebih luas. Ki hajar dewantara mengartikan
5
Nurhabibah Harahap et al., “Potensi-Potensi Keunggulan Manusia Yang Bisa Dikembangkan Lewat Pendidikan.”
6
Indah Ayu Lestari, “Potensi Pendidikan Manusia Dalam Hadis Nabi (Kajian Ḥadῑṡ Tentang Setiap Manusia Terlahir
Dalam Keadaan Fitrah)” (2016): 13–14.
5

pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Dari etimologi
dan analisis pengertian pendidikan diatas, secara singkat pendidikan dapat
dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak lahir hingga tercapai
kedewasaan jasmani dan rohani, dalam intraksi dengan alam dan lingkungan
masyarakatnya.
7
Pendidikan adalah suatu proses di mana laki-laki dan perempuan, tua dan
muda, diajarkan bagaimana berkontribusi pada kesejahteraan mereka sendiri dan
kesejahteraan masyarakat tempat mereka berada. Saya telah mempersiapkan
mereka untuk memainkan peran mereka dalam masyarakat secara memadai.
Dalam terminologi Plato, pendidikan adalah pelatihan setiap individu untuk
melakukan, untuk apa bakatnya secara khusus sesuai, dalam sedemikian rupa
untuk memberi manfaat bagi seluruh kelompok sosial.
8
b.Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah
laku serta emosinya berdasarkan agama Islam dengan maksud merealisasikan
tujuan Islam di dalam kehidupan individu dan masyarakat, yakni dalam seluruh
lapangan kehidupan.
Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada
alQur an maupun Hadis. Adapun istilah yang dianggap mendekati makna

pendidikan diantaranya: al- tarbiyah, at-tadabbur, at-tafaqquh, al-hidayah, al-
tausyiah, al-ishlah, al-ta dib, al-tahzih, al- tazkiyah, al-ta lim, al-siyazah, al-nash wa
‟ ‟
al-irsyad, almau idzah dan al-akhlak . Dalam penulisan ini hanya menguraikan tiga

istilah tersebut yang populer digunakan dalam pengembangan potensi manusia
dalam prespektif pendidikan Islam adalah al-tarbiyah, al-ta dib dan al-ta lim. Berikut
‟ ‟
penulis akan menjelaskan mengenai tiga kosa kata tersebut:
1.At-Tarbiyyah
7
J Beno, A.P Silen, and M Yanti, “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する
共分散構造分析 Title,” Braz Dent J. 33, no. 1 (2022): 1–12.
8
Ahmad Tarmizi Hasibuan and Ely Rahmawati, “Pendidikan Islam Informal Dan Peran Sumber Daya Manusia Dalam
Perkembangan Masyarakat: Studi Evaluasi Teoretis,” Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam 15, no. 1 (2022): 24.
6

Tarbiyah merupakan bentuk masdar dari kata robba-yurabbi-tarbiyyatan,
yangberarti pendidikan. Sedangkan menurut istilah merupakan tindakan mengasuh,
mendidik dan memelihara. Muhammad Jamaludi al-Qosimi memberikan pengertian
bahwa tarbiyah merupakan proses penyampaian sesuatu batas kesempurnaan
yang dilakukan secara setahap demi setahap. Sedangkan Al-Asfahani mengartikan
tarbiyah sebagai proses menumbuhkan sesuatu secara setahap dan dilakukan
sesuai pada batas kemampuan. Menurut pengertian di atas, tarbiyah diperuntukkan
khusus bagi manusia yang mempunyai potensi rohani .
2.At-Ta’dib
Kata ta dib secara etimologis adalah bentuk masdar yang berasal dari

kata“addaba”, yang artinya membuat makanan, melatih dengan akhlak yang baik,
sopan santun, dan tata cara pelaksanaan sesuatu yang baik. Menurut Al-Naqaid,
Al-Attas, ta dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsurangsur

ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu
di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan kekuatan dan keagungan Tuhan. Dalam pengertian ta dib di atas

bahwasanya pendidikan dalam pespektif Islam adalah usaha agar orang mengenali
dan mengetahui sesuatu sistem pengajaran tertentu.
Seperti halnya dengan cara mengajar, dengan mengajar tersebut individu
mampu untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya, misalnya
seorang pendidik memberikan teladan atau contoh yang baik agar ditiru,
memberikan pujian, dan hadiah, mendidik dengan cara membiasakan, dengan
adanya konsep ta dib tersebut maka terbentuklah seorang Individu yang muslim

dan berakhlak. Pendidikan ini dalam sistem pendidikan dinilai sangat penting
fungsinya, karena bagaimanapun sederhananya komunitas suatu masyarakat pasti
membutuhkan atau memerlukan pendidikan ini terutama dalam pendidikan akhlak .
Dari usaha pembinaan dan pengembangan ini diharapkan manusia mampu
berperan sebagai pengabdi Allah dengan ketaatan yang optimal dalam setiap
aktivitas kehidupannya, sehingga terbentuk akhlak yang mulia yang dimiliki serta
mampu memberi manfaat bagi kehidupan alam dan lingkungannya. Jadi
terwujudlah sosok manusia yang beriman dan beramal shaleh.
3.At-Ta’lim
7

Kata ta lim, secara terminologi para ahli mengartikan term al-ta lim, sebagai
‟ ‟
berikut: Pertama, Abdul Fattah Jalal memberikan pengertian al-ta lim dengan

proses pemberian pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung-jawab, dan
penanaman amanah, sehingga terjadi tazkiah (penyucian) atau pembersihan diri
manusia dari segala kotoran dan menjadikan diri manusia itu berada dalam suatu
kondisi yang memungkinkan untuk menerima al-Hikmah serta mempelajari segala
apa yang bermanfaat baginya dan yang tidak diketahuinya. Perbedaannya adalah
Bahwa ruang lingkup term al- ta lim lebih bersifat universal dibandingkan dengan

lingkup termasuk al-tarbiyah. Hal tersebut karena al-ta lim mencakup fase bayi,

anak-anak, remaja, bahkan orang dewasa, sedangkan al-tarbiyah, khusus
diperuntukkan pada pendidikan dan pengajaran fase bayi dan anak-anak. Kedua,
Syed Muhammad al-Naquib Al-Attas memberikan makna al-ta lim dengan:

Pengajaran tanpa adanya pengenalan secara mendasar.
9
Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak
didik agar tumbuh berkembang melalui aktualisasi potensi diri berdasarkan
kaidahkaidah moral Al- Qur an dan Hadits. Ilmu pengetahuan dan keterampilan

hidup. Akan tetapi, walaupun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan
pendidikan Islam, namun dunia pendidikan masih saja dihadapkan pada beberapa
problem. Problem dalam aktivitas pendidikan baik dalam penyusunan konsep
teoritis maupun dalam pelaksanaan operasionalnya harus memiliki dasar kokoh.
Hal ini dimaksudkan agar yang terlingkupi dalam pendidikan mempunyai keteguhan
dan keyakinan yang tegas sehingga praktek pendidikan tidak kehilangan arah dan
mudah di samping oleh pengaruh dari luar pendidikan. Karena agama Islam adalah
agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai berbagai
aspek kehidupan, dengan sumbernya yaitu Al-Qur an, Sunnah, dan ijtihad.

Tujuan Pendidikan Islam
Berkaitan dengan tujuan pendidikan Islam, Muhammad Athiyyah Al-Abrasyi
berpendapat bahwa:
10

a.Tujuan Pendidikan Islam Adalah Akhlak
9
Tirta Bayu et al., “Pengembangan Kemampuan Manusia Dalam Sudut Pandang Pendidikan Islam.”
10
Rosyidin Abror Muhammad, M. L. M. (2022). TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM DALAM PERSPEKTIF HADIS Muhammad
Abror Rosyidin. Jurnal Nabawi, 2(1), 162–200.
Rusli
8

Menurut Sajadi pendidikan budi pekerti merupakan jiwa dari pendidikan
Islam. Islam telah memberi kesimpulan bahwa pendidikan budi pekerti dan
akhlak adalah ruh (jiwa) pendidikan Islam, dan tujuan pendidikan Islam yang
sebenarnya adalah mencapai suatu akhlak yang sempurna. Akan tetapi, hal ini
bukan berarti bahwa kita tidak mementingkan pendidikan jasmani, akal, ilmu
maupun ilmu pengetahuan praktis lainnya, melainkan bahwa kita
sesungguhnya memperhatikan segi-segi pendidikan akhlak sebagaimana
halnya memperhatikan ilmu-ilmu yang lain. Anak-anak membutuhkan kekuatan
dalam jasmani, akal, ilmu, dan juga membutuhkan pendidikan budi pekerti, cita
rasa dan kepribadian Dengan demikian, tujuan pendidikan Islam adalah
mendidik budi pekerti dan pembentukan jiwa.
b.Memperhatikan Agama dan Dunia Sekaligus
Sesungguhnya ruang lingkup pendidikan Islam tidak hanya terbatas
pada pendidikan agama dan tidak pula terbatas hanya pada dunia semata-
mata. Rasululllah SAW pernah mengisyaratkan setiap pribadi dari umat Islam
supaya bekerja untuk agama dan dunianya sekaligus, sebagaimana sabdanya:
“Beramallah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup untuk selama-
lamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok
hari.
2.3 Potensi Manusia Menurut Perspektif Al-Qur’an
1.Q.S Al-A’raf: 179
َ
نْو ُهَقْفَي لَّا ٌبْو ُلُق ْمُهَل ْنِ
لْااَو ِّنِجْلا َنِّم اًر ْيِثَك َمَّنَهَجِل ا َن
أْ
َرَذ ْدَقَلَوِۖس
َ
كِٕى وُا َهِب َنْوُعَمْ سَي لَّا ٌناَذٰا ْمُهَلَو َهِب َنْوُرِ صْبُي لَّا ٌنُيْعَا ْمُهَلَو َهِبٰۤل ۗا ۖا ۖا
َ
نْوُلِفٰغْلا ُمُه َكِٕى وُا َضَا ْمُه ْلَب
ِ
ماَعْنَلْااَكٰۤل ُّۗل
 ٧٩
۝١
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)
kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat- ayat Allah) dan mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-A’raf (7): 179).
9

2.QS. Al-Nahl (16): 78
ُ
مُكَل َلَعَجَّو ًٔـْيَش َنْوُمَلْعَت لَا ْمُكِتٰهَّمُا ِنْوُطُب ِّم ْمُكَجَرْخَا ُهّٰللاَوۙا ْۢن

َنْوُرُكْشَت ْمُكَّلَعَل َدِٕـْفَلْااَو َراَصْبَلْااَو َعْمَّسلاَۙة
٨
۝٧
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.”(QS. Al-Nahl (16): 78)
3.QS. Al-Isra’ (17): 36
ُّ
ل ُك َداؤَ ُفْلاَو َرَصَبْلاَو َعْمَّسلا َّنِا ْلِع ِهِب َكَل َسْيَل اَم ُفْقَت لَا
َوٌۗم
لًا
ْؤُـْسَم ُهْنَع َناَك َكِٕى وُاٰۤل
٦
۝٣
Artinya:”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al-Isra’ (17): 36)
4.QS. Al-Mu’minun (23): 78
ا
َّم لًا
ْيِلَق َدِٕـْفَلْااَو َراَ صْبَلْااَو َعْمَّ سلا ُمُكَل َاَ شْنَا ْٓيِذَّلا َو ُهَوَۗة
َ
نْوُرُكْشَت
 ٨
۝٧
Artinya:“Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,
penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS. Al-Mu’minun (23): 78
5.QS. As-Sajadah (32): 9
ه
ِحْوُّر ْنِم ِه ْيِف َخَفَنَو ُهىّٰوَس َّمُث
َٖ
راَ صْبَلْااَو َعْمَّ سلا ُمُكَل َل َعَجَو

َنْوُرُكْشَت اَّم لًا
ْيِلَق َدِٕـْفَلْااَوَۗة
۝٩
Artinya: Kemudian, Dia menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke
dalam (tubuh)-nya. Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani
untukmu. Sedikit sekali kamu bersyukur.
6.QS. Al-Mulk (67): 23
َ
دِٕـْفَلْااَو َراَ صْبَلْااَو َعْمَّ سلا ُمُكَل َل َعَجَو ْمُكَاَشْنَا ْٓيِذَّلا َوُه ْلُقَۗة

َنْوُرُكْشَت اَّم لًا
ْيِلَق
٣
۝٢
Artinya:”Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu
10

bersyukur.” (QS. Al-Mulk (67): 23
Berdasarkan beberapa ayat diatas terkait potensi manusia dalam
perspektif Al Quran dapat dijelaskan bahwa sesungguhnya manusia sudah
memiliki potensi sejak lahir. Berkaitan dengan potensi yang di miliki manusia,
secara umum Al-Qur'an memperkenalkan dua kata kunci untuk memahami
manusia secara komperehensif. Kedua kata kunci tersebut adalah kata al insan
dan al basyar. Kata al insan dari segi semantik berasal dari kata anasa yang
mempunyai arti melihat, mengetahui dan minta izin. Atas dasar ini kata tersebut
mengandung petunjuk adanya kaitan substansial antara manusia dengan
kemampuan nalar, yakni dengan penalarannya itu manusia dapat mengambil
pelajaran dari apa yang di lihatnya, ia dapat pula mengetahui apa yang benar
dan apa yang salah, dan terdorong untuk meminta izin sesuatu yang bukan
milik nya. Pengertian ini menunjukkan adanya potensi untuk dapat dididik pada
diri manusia (makhluk yang dapat di beri pelajaran atau pendidikan).
11

Selanjutnya kata insan jika dilihat dari asal katanya nasiya yang berarti
lupa, menunjukkan adanya kaitan yang erat antara manusia dengan kesadaran
dirinya. Sedangkan dilihat dari asal kata al uns atau anisa dapat berarti jinak.
Kata al insan dan al insi keduanya dapat berasal dari satu kata anisa, akan
tetapi dalam Al-Qur'an kata al insi selamanya di pakai bersamaan dengan kata
al-jinni, sehingga al jinni dapat diartikan sebagai lawan dari kata anisa (jinak).
2.4 Potensi Manusia Menurut Perspektif Hadist
ل
ص ه للا لو سر لا ق :لا ق هنع هللا يضر ةريره يبا نع
ُ
هاَوَب
أَ
َف ِةَر ْطِفْلا ىَلَع ُد َلوُي ٍدو ُلْوَم ُّل ُك :مل سو ه يلع ه للا
ِ
هِناَدِّوَهُي
 ْ
و
أَ
 ِ
هِناَرِّصَنُي
 ْ
و
أَ
 )ملسمو راخبلا هاور(
ِهِناَسِّجَمُي
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: setiap anak yang lahir itu
suci, orang tuanyalah yang menjadikan yahudi, nasrani, dan majusi.(HR. Bukhari
dan Muslim)
11
Rahman, “Konsep Tentang Potensi-Potensi Manusia Dalam Perspektif Al Quran Dan Implementasinya Dalam
Pendidikan.”
11

Dari segi penjelasan maknanya, hadis tersebut menerangkan bahwa manusia
itu terlahir dalam keadaan fitrah, fitrah pada hadis tersebut dimaknai dengan fitrah
untuk dapat menerima kebenaran bahwa Allah adalah tuhannya. Dalam hadis
tersebut, Rasulullah tidak menyebutkan kata yusallim karena pada hakikatnya
manusia itu terlahir dalam keadaan Islam. Sebab manusia kehilangan fitrah
keagamaannya itu dikarenakan didikan dari kedua orang tuanya dan lingkungan
yang membentuknya. Hadis tersebut tidak hanya membahas mengenai potensi
manusia dalam segi keagamaan, melainkan juga potensi-potensi manusia yang lain.
Kaitan antara hadis setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah dengan
pendidikan adalah dalam hadis tersebut Rasulullah menjelaskan bahwa setiap anak
yang lahir itu membawa potensi. Potensi-potensi itu tidak akan bermanfaat apabila
tidak dikembangkan melalui pendidikan. Kesimpulan dari uraian di atas mengenai
apa saja potensi pendidikan manusia akan diuraikan sebagai berikut:
1.Potensi Ketauhidan
Manusia pertama kali terlahir di dunia telah memiliki fitrah yaitu potensi
menyakini dan menerima kebenaran tauhid Allah. setiap manusia terlahir
dalam keadaan muslim. Potensi Islam dalam diri manusia telah Allah
tanamkan sejak manusia dalam keadaan bayi. Faktanya, setiap manusia,
dalam hatinya kecilnya percaya bahwa di dunia ini ada Dzat yang maha
menciptakan seluruh alam semesta ini, dan Dzat itu tidak memerlukan
pertolongan makhluk lain untuk dapat menciptakan alam semesta yang ada.
Setiap manusia pasti meyakini bahwa hanya ada satu tuhan yang
menguasai seluruh jagat raya ini. Sekalipun manusia tersebut tidak beragama
Islam atau bahkan mengaku ateis, namun dalam hati kecilnya pasti ada
keyakinan bahwa Allah itu hanyalah satu. Keyakinan dalam membenarkan
bahwa Allah itu esa merupakan potensi atau fitrah yang telah ditanamkan oleh
Allah. Potensi tauhid dalam diri manusia telah tertanam, selanjutnya
bagaimana lingkungan dari orang tua, keluarga dan sekolah untuk dapat
mengembangkan potensi tersebut.
2.Potensi Keahlian atau Bakat
Manusia merupakan makhluk paling mulia di antara makhluk Allah yang
lain, dalam diri manusia selain terdapat potensi ketauhidan, manusia juga
memiliki potensi keahlian atau bakat. Bakat adalah suatu kealian manusia
dimana manusia sangat menguasai suatu hal dan bahkan akan menjadi ciri
12

khas dan suatu keistimewaan bagi yang memilikinya. Bakat seseorang dapat
muncul bisa karena gen, kebiasaan yang diajarkan oleh orang tua dan
lingkungan, atau bisa juga karena menggemari suatu hal.
Bakat manusia akan muncul bila sering dilatih dandikembangkan. Seperti
halnya seseorang yang memiliki bakat bermain basket, bakat tersebut
menurun berdasarkan keturunan atau karena faktor genetik. Namun,
kemampuan bermain basket tersebut tidak pernah dilatih dan bahkan
disepelekan, maka bakan itu tidak akan berkembang. Lain halnya dengan
seseorang yang berbakat bermain basket hasil dari kesukaan sehingga sering
dilatih setiap hari, maka bakat berdasarkan genetik tersebut akan kalah
dengan orang yang selalu berlatih.
3.Potensi Berfikir
Manusia merupakan makhluk yang berakal, akal maksudnya memiliki
daya berfikir dan analisis dalam meniali sesuatu. Ketika manusia dihadapkan
pada masalah-masalah atau suatu keadaan tertentu pola pemikiranlah yang
bekerja pada waktu itu. Potensi berfikkir manusia dapat membantu dalam
pemecahan masalah yang dialami sehari-hari. Potensi berfikir yang dimiliki
manusia juga dapat membantu mengembangkan kemaslahatan umat. Seperti
perkembangan teknologi dan lain sebagainya.
Perkembangan pemikiran manusia ditentukan oleh perkembangan
masyarakat yang ada disekitarnya. Dapat juga dikarenakan kegemaran
membaca atau mempelajari seusatu yang baru, maka ketika informasi-
informasi diterima, akan membentuk pola pemikirannya. Hal demikian bukan
berarti manusia mengikuti apa yang dibaca, akan tetapi ketiak manusia
mendapat kan informasi suatu. Akalnya mulai menganalisis info tersebut.
Sama halnya, ketika manusia mendapatkan masalah maka daya berfikir yang
dimilikinya akan membantunya dalam memecahkan masalah.
12
2.5. Implementasi Potensi Manusia dalam Pendidikan
Manusia yang memiliki bekal akal tidak cukup untuk dikatakan makhluk yang
mulia sebagaimana bentuknya (fisik). Sebab, dapat terjadi suatu kenyataan apabila
manusia tidak mampu memfungsikan akal secara baik dan benar, maka derajat
tinggi yang didamba- dambakan tidak dapat terwujud. Bisa jadi sebaliknya, manusia
12
Lestari, “Potensi Pendidikan Manusia Dalam Hadis Nabi (Kajian Ḥadῑṡ Tentang Setiap Manusia Terlahir Dalam
Keadaan Fitrah).”
13

yang memiliki akal tetapi berperilaku tidak berakal. Ini fenomena yang memilukan,
siapa yang salah, dan apa yang harus disalahkan. Manusia harus mampu
menggunaakan rasional (akal) untuk menggunakan kekuatan akalnya di atas
kebaikan dan kebenaran. Muhammad Naquib Al Attas menjelaskan bahwa
meletakkan ruang yang besar bagi kekuatan rasional manusia sebagai satu-
satunya kekuatan yang akan menyingkap sendiri seluruh rahasia alam dan
hubungannya dengan eksistensi, serta menyingkap hasil pemikiran spekulatif itu
bagi perkembangan nilai etika dan moral yang berevolusi untuk membimbing dan
mengatur kehidupannya.
Pengertian akal banyak diberikan para ahli. A.W Munawwir menyatakan akal
berasal dari Bahasa Arab dari kata ‘aql yang berarti akal, pikiran.
13
Dalam Bahasa
Indonesia akal diartikan sebagai alat berpikir, daya pikir (untuk mengerti, pikiran,
ingatan).
Akal juga dapat diartikan sebagai daya (kekuatan) untuk berpikir sedalam-
dalamnya (sampai keakar-akarnya) untuk memahami sesuatu atau dapat juga
diartikan sebagai suatu jalan untuk melakukan sesuatu. Dalam lisan Bahasa Arab
dikatakan bahwa al-‘aql berarti al-bijr yang berarti menahan dan mengekang hawa
nafsu. Selanjutnya dijelaskan bahwa al-‘aql mengandung arti kebijaksanaan (al-
nuba), lawan dari lemah pikiran (al-bumq). Al-‘aql juga mengandung arti qalbu (al-
qalb) yang berarti memahami. Berarti akal dapat juga diartikan sebagai alat untuk
merenung dan memahami sesuatu untuk mendapatkan pengetahuan. Harun
Nasution menjelaskan bahwa kata-kata itu datang dalam arti paham dan mengerti.
Dengan potensi akal yang dimiliki manusia, berarti manusia dapat menjadikan
sesuatu yang ada relevansinya dengan kepentingan dalam proses kehidupannya.
M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa dalam Al Qur-an, kata ‘aql tidak ditemukan
dalam bentuk masdarnya, yang ada hanyalah dalam bentuk kata kerja, masa kini
dan masa lampau. Secara Bahasa, ‘aql berarti tali pengikat, penghalang. Al Qur-an
sendiri menggunakannya bagi sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang
terjerumus dalam kesalahan atau dosa.
14
Dari konteks ayat-ayat yang
13
Munawwir, A.W, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, Surabaya, 1997 Nata, Abuddin, Tafsir
Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al Ayt Al Tarbawiy), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008
14
Shihab, M. Quraisy, Logika Agama : Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal Dalam Islam, Lentera Hati, Jakarta,
2005
14

menggunakan kata ‘aql dapat dipahami bahwa ia antara lain mencakup makna
daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu.
Harun Nasution menjelaskan bahwa akal yang membuat manusia berbeda
dari hewan, manusialah satu-satunya makhluk yang diberikan kekuatan akal dan
karena itulah ia menjadi mulia. Akal adalah suatu daya yang hanya dimiliki manusia
dan akallah yang membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah tonggak
kehidupan manusia dan dasar kelanjutan wujudnya.
15
Potensi akal sebagai modal
utama dalam membina budi pekerti (karakter) manusia, dijadikan sebagai dasar
dalam menjalankan proses kehidupan, baik secara pribadi maupun kelompok.
Potensi akal ini harus mendapat pengarahan (pendidikan), bimbingan dan tuntunan
yang baik dan benar sesuai dengan Al- Qur’an dan Sunnah.
Manusia dapat dikatakan manusia apabila memiliki akal dan memanfaatkan
potensi akal tersebut sebagaimana mestinya. Menyesuaikan diri seperti manusia,
itu tidak gampang, harus ada pembuktian tersendiri sehingga dapat dikatakan
manusia. Murtadha Muthahhari menjelaskan bahwa manusia dalam pandangan Al-
Qur’an mempunyai tempat tersendiri berulang kali diangkat derajatnya, berulang
kali pula direndahkan, bahkan kedudukannya di satu sisi bisa mengungguli para
malaikat, tetapi di sisi lain posisinya tidak ada ubahnya seperti binatang yang
melata. Dengan sifat Rahman dan Rahim Allah SWT, manusia diberikan potensi
akal untuk dapat membedakan mana kebaikan dan mana keburukan, mana yang
haram dan halal, sehingga manusia dapat membuktikan dirinya menjadi sosok
pribadi yang paripurna, yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Keberadaan Al Qur-an dan Sunnah sebagai langkah awal pembinaan potensi
akal manusia, memberikan arahan, jalan (metode) dan sterategi penggunaan dan
pemanfaatan akal yang berkesesuaian dengan manhaj Rasulullah SAW. Islam
sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT, telah mengatur gerak-gerik
akal yang mencakup ontologinya, epistemologinya, dan aksiologinya. Aturan-aturan
yang memonitori akal dalam Islam ini, terangkum dalam Al-Quran dan Hadits
Rasulullah Muhammad SAW yang merupakan representasi wahyu yang diturunkan
Allah SWT untuk kemaslahatan umat manusia, termasuk untuk akal manusia, dan
dari sini dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama wahyu. Pembahasan tentang
potensi akal dan implementasinya dalam pendidikan Islam, sangat menarik untuk
15
Nasution, Harun, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI-Press, Jakarta, 1986
15

terus dikaji, dianalisis dan bila perlu diseminarkan. Sebab, salah satu faktor
fundamental untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat adalah penggunaan
akal yang bersandarkan kepada Al Qur’an dan Sunnah.
Pendidikan berperan penting dalam membina, mengarahkan dan
meningkatkan potensi akal manusia (peserta didik). Hal ini merupakan
tanggungjawab mutlak, sebab pembelajar dan pengajar merupakan perpaduan dua
kelompok yang tidak terpisah. Utami Munandar menjelaskan bahwa pendidikan
bertanggungjawab untuk memandu (mengidentifikasi dan membina) serta
memupuk (mengembangkan dan meningkatkan) bakat (potensi), termasuk dari
mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa (the gifted and talented). Dahulu orang biasanya mengartikan “anak berbakat”
sebagai anak yang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi. Namun, sekarang
semakin disadari bahwa yang menetukan keberbakatan bukan hanya inteligensi
(kecerdasan) melainkan juga kreativitas dan motivasi untuk berprestasi.
Pengembangan potensi akal pada manusia harus melalui pendidikan, dengan
pendidikan yang baik dan benar, maka seluruh potensi yang ada pada pembelajar
semakin terarah dan termanfaatkan. Konrad Kebung menjelaskan bahwa akal
dalam pandangan filsuf merupakan kata kunci untuk mendapatkan sumber ilmu
pengetahuan yang dapat mencari sebuah kebenaran.
Pendidikan Islam dalam usahanya membimbing akal untuk dijadikan pondasi
dalam penerapan syari’at Islam. Ayi Sofyan dalam Al Ghazali, menjelaskan bahwa
akal merupakaan pondasi dan syari’at (wahyu) sebagai bangunannya, tanpa akal
tidak ada kenabian, tanda kenabian tidak ada syari’at karena tugas akal adalah
melegitimasi syari’at dengan terlebih dahulu membenarkan eksistensi kenabian dan
pencipta.
Akal bertugas sebagai hakim dalam urusan-urusan agama yang kemudian ia
harus tunduk pada kewahyuan dan disinilah bukti bahwa akal mempunyai
kelemahan (‘ajul aqli). Manusia sebagai makhluk yang sempurna diantara sekian
banyak makhluk yang lain, memiliki keunikan tersendiri. Manusia memiliki aspek
internal dan abstrak, sebagaimana terdapat dalam kejiwaannya. Djamaluddin
Darwis dengan mengutip pendapat WE Hocking menjelaskan bahwa manusia
disebut juga “to think about thingking” dimana objek dan subjeknya menjadi satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
16

Keunikan ini yang menjadi dasar manusia sebagai khalifah dan untuk
menjalankan tugas dan fungsinya tersebut harus melalui pendidikan. Abuddin Nata
juga menjelaskan bahwa manusia sebagai pelaku dan sasaran pendidikan memiliki
alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan dan keburukan. Alat yang
dapat digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani, akal, ruh dan sirr.
Sedangkan alat yang dapat digunakan untuk mencapai keburukan adalah hawa
nafsu syahwat. Dalam konteks ini, pendidikan harus berupaya mengarahkan
manusia agar memiliki keterampilaan untuk dapat mempergunakan alat yang dapat
membawa kepada kebaikan, yaitu akal dan menjauhkannya dari alat yang dapat
membawa kepada kerusakan, yaitu hawa nafsu.
Pendidikan Islam merupakan sarana untuk membantu peserta didik dalam
upaya mengangkat, mengembangkan, dan mengarahkan potensi pasif yang
dimilikinya menjadi potensi aktif yang dapat teraktualisasi dalam kehidupannya
secara maksimal. Dimensi ini memberi pengertian bahwa dalam konteks ini
pendidikan bukan sarana yang berfungsi sebagai indoktrinasi pembentukan corak
dan warna kepribadian peserta didik sebagaimana yang diinginkan oleh pendidik
atau sistem pendidikan yang ada. Akan tetapi, pendidikan berfungsi sebagai
fasilitator berkembangnya potensi peserta didik secara aktif sesuai dengan
sunatullah-Nya masing-masing, baik potensi fisik maupun psikis/rohani.
Disisi lain, setelah keseluruhan dimensi potensi tersebut mampu dimunculkan
secara aktif dan dinamis, maka pendidikan harus mampu menjadi alat kontrol, baik
sebagai kekuatan moral religius maupun moral sosial terhadap dinamika kekuatan
perkembangan potensi yang dimiliki peserta didik. Dengan kekuatan kontrol ini,
pendidikan akan dapat meredam dan meminimalisir faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi potensi peserta didik out of system dari nilai-nilai moral religius
maupun sosial kehidupan manusia di muka bumi. Oleh karena itu dengan kekuatan
yang ada dalam potensi manusia menjadikan manusia menjadi wakil Allah (Khalifah
Allah) dimuka bumi. Dengan akalnya, manusia mampu mengelola dan
memanfaatkan alam semesta untuk kelangsungan hidupnya dan mampu membaca
dan mengenali atribut Ilahiyah. Namun, karena manusia tidak menciptakan atribut-
atribut tersebut dan bersifat tidak sempurna sebagaimana kesempurnaan Allah,
maka kepada manusia diturunkan agama untuk menuntun manusia agar berada di
17

jalan tuhannya, mengenal atribut-atribut Ilahiyah, dan sekaligus tunduk pada
aturan-aturan universal-Nya yang Agung.
Untuk itu didalam pandangan pendidikan Islam, agar potensi manusia mampu
teraktualisasi sesuai dengan nilai-nilai ilahiyah, maka pada dasarnya pendidikan
berfungsi sebagai stimulasi bagi perkembangan dan pertumbuhan potensi manusia
seoptimal mungkin ke arah penyempurnaan dirinya, baik sebagai abdi maupun
sebagai khalifah di bumi. Agar dapat terlaksananya tugas-tugas manusia sebagai
makhluk individu sebagai abdi dan mahluk sosial sebagai khalifah di bumi, maka
proses pendidikan Islam harus mampu menyentuh kedua dimensi manusia secara
padu dan harmonis, yaitu dengan jalan mengembangkan dan memenuhi kebutuhan
kedua dimensi peserta didik.
Implementasi dari pernyataan diatas memberikan nuansa bahwa wacana
pendidikan Islam merupakan sarana bagi pengembangan potensi manusia
seoptimal mungkin. Dengan demikian, manusia sangat memerlukan pendidikan,
baik formal, informal, maupun non formal. Maka dari itu pengembangan berbagai
potensi manusia dapat dilakukan dengan kegiatan belajar, yaitu melalui institusi-
institusi belajar yang dimaksud tidak harus melalui pendidikan di sekolah saja,
tetapi juga dapat dilakukan diluar sekolah, baik dalam keluarga maupun
masyarakat, dan lewat institusi sosial yang ada.
Dari pemaparan diatas dapat diketahui akan potensi manusia menurut
pendidikan Islam adalah manusia telah dibekali dengan potensi dasar berupa akal,
hati, pendengaran dan penglihatan yang masih perlu pengembangan untuk bekal
hidupnya semenjak kelahirannya. Pengembangan ini dipengaruhi oleh lingkungan
keluarga, masyarakat dan sekolah. Proses pengembangan ini akan berlangsung
seumur hidup melalui proses pendidikan dan bertujuan untuk menghambakan diri
kepada Allah SWT. Hal inilah yang pada hakikatnya merupakan implementasi
potensi manusia dalam dunia pendidikan yang ada dalam al Quran.
18

BAB III
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Dari uraian yang penulis sajikan diatas, minimal ada 6 ayat al Quran
yang berbicara terkait potensi manusia dalam perspektif Al Quran. Ayat tersebut
menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia sudah memiliki potensi sejak lahir.
Berkaitan dengan potensi yang di miliki manusia, secara umum Al-Qur'an
memperkenalkan dua kata kunci untuk memahami manusia secara
komperehensif. Kedua kata kunci tersebut adalah kata al insan dan al basyar.
Pendidikan Islam merupakan sarana untuk membantu peserta didik dalam
upaya mengangkat, mengembangkan, dan mengarahkan potensi pasif yang
dimilikinya menjadi potensi aktif yang dapat teraktualisasi dalam kehidupannya
secara maksimal. Dimensi ini memberi pengertian bahwa dalam konteks ini
pendidikan bukan sarana yang berfungsi sebagai indoktrinasi pembentukan
corak dan warna kepribadian peserta didik sebagaimana yang diinginkan oleh
pendidik atau sistem pendidikan yang ada. Akan tetapi, pendidikan berfungsi
sebagai fasilitator berkembangnya potensi peserta didik secara aktif sesuai
dengan sunatullah-Nya masing-masing, baik potensi fisik maupun psikis/rohani.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan disebabkan karena keterbatasan pengetahuan kami, untuk
itu saran, masukan dan kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk
dijadikan pedoman dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan makalah ini dan
mungkin untuk pembuatan tugas sejenis dimasa yang akan datang.
21

DAFTAR PUSTAKA
Al Ghazali, Abu Hamid Muhammad Ibn Muhammad, Ihya ‘Ulumuddin, Dar Ihya Al Kutub Al
‘Arabiyah, Indonesia, 1996
Al Ashfihanni, Al Raghib, Mu’jam Mufradat Al Faadhi Al Qur’an, Daarul Kutub Al ‘Ilmiyah,
Libanon, 1971
Al Qaasimi, Tafsir Al Qaasimi, Darul Fikr, Bairut, 1994
Al Attas, Syed Muhammad Naquib, Islam dan Sekulerisme, Terj. Khalif Muammar, Pimpin,
Bandung, 2012
Darwis, Djamaluddin, Reformulasi Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Semarang, 1996
F.A, Noor, Otak dan Akal Dalam Ayat-Ayat Neurosains, Jurnal Ilmiah Studi Islam, Manarul
Qur’an, 18 (1), 115-140, https://doi.org/10.32699/mq.v18i.934
Hadhiri, Choiruddin, Klasifikasi Kandungan Al Qur’an, Jili 1, Gema Insani, Jakarta, 2005
Hawwa, Said, Al Islam, Gema Insani, Jakarta, 2004
Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosional, Prima, Bandung, 2001
Iskandar, Teuku Safir, Falsafah Kalam, Kajian Teodisi Filsafat Teologis Fakhr Al-Din Al-Razi,
Nadiya Foudation, Lhokseumawe Naggroe Aceh Darussalam, 2003
Ibrahim, Ahmad Syauqi, Materi Potensi Ghaib Manusia, Qishti Press, Jakarta, 2012
Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam Dari Zaman Ke Zaman, Rajawali Press, Jakarta,
2017 Juarsih, Cicih dan Dirman, Pengembangan Potensi Peserta Didik, PT Rineka
Cipta, Jakarta, 2014
Kebung, Konrad, Rasionalisasi dan Penemuan Ide-Ide, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2008
Muhyiddin, Muhammad, Cara Islam Melejitkan Citra Diri, Lentera, Jakarta, 2003
Musthafa, Ibrahim, Al Mujam Al Washit, Al Maktabah Al Islamiyah, Istambul, 1997
Munandar, Utami, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, PT Rineka Cipta, Jakarta,
1999
Muthahari, Murtadha, Persfektif Al Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Mizan, Bandung,
1992
21

Munawwir, A.W, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, Surabaya, 1997
Nata, Abuddin, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al Ayt Al Tarbawiy), PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008
Nasution, Harun, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI-Press,
Jakarta, 1986
Rahardjo, M. Dawam, Ensiklopedi Al Qur-an, Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep
Kunci, Paramadina, Jakarta, 2002
Shihab, M. Quraisy, Logika Agama : Kedudukan Wahyu dan Batas-Batas Akal Dalam Islam,
Lentera Hati, Jakarta, 2005
21
Tags