Makalah Peran Apoteker di Bidang Public Health

NeshaMutiara1 38 views 9 slides Apr 29, 2025
Slide 1
Slide 1 of 9
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9

About This Presentation

Makalah Peran Apoteker di Bidang Public Health (Kesehatan Masyarakat)


Slide Content

1

PERAN APOTEKER DI BIDANG PUBLIC HEALTH SERTA
ILMU PENGETAHUAN DAN SKILLS YANG HARUS DIKUASAI




Disusun oleh:
Nama : Nesha Mutiara
NPM : 2021000056
Kelas : Ilmu Kesehatan Masyarakat



PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2021

2

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
A. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
B. PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
1. MASALAH DI BIDANG PUBLIC HEALTH TERKAIT FARMASI .................... 4
2. PERAN APOTEKER DI BIDANG PUBLIC HEALTH .......................................... 5
3. ILMU DAN SKILLS YANG HARUS DIKUASAI APOTEKER ............................ 6
C. KESIMPULAN .................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 9

3

A. PENDAHULUAN

Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi, dan
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam
pengadaan, pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit yang
meliputi upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Kesehatan masyarakat
yang juga dikenal sebagai public health fokus pada pencegahan penyakit yang
berdampak pada skala besar (populasi) dan melibatkan kolaborasi multi stakeholders
meliputi pemerintah, tenaga kesehatan, behavioral scientists, dan sebagainya (1).
Public health berperan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat
terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia dan mencegah semakin
bertambah parahnya penyakit-penyakit kronis seperti diabetes melitus, hipertensi,
tuberkulosis, dan HIV/AIDS. Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang ahli di bidang
pengobatan juga dapat berperan penting di bidang public health, namun mayoritas
apoteker di Indonesia masih menekuni bidang farmasi tradisional seperti farmasi
industri sehingga kontribusi apoteker di bidang public health belum optimal. Dalam
rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas kontribusi apoteker di bidang public
health, maka dibutuhkan pemahaman tentang masalah di bidang public health terkait
farmasi serta penguasaan ilmu pengetahuan dan skills yang harus diakuasai oleh
apoteker.


B. PEMBAHASAN

1. Masalah di Bidang Public Health Terkait Farmasi

World Health Organization (WHO) dan International Pharmaceutical
Federation (FIP) menyatakan semakin kompleksnya masalah terkait
pengobatan mendorong apoteker untuk lebih aktif berkontribusi di bidang
public health dengan mengutamakan prinsip patient-centered melalui
pharmaceutical care. Kesehatan masyarakat yang juga dikenal sebagai public
health fokus pada pencegahan penyakit yang berdampak pada skala besar
(populasi) dan melibatkan kolaborasi multi stakeholders meliputi pemerintah,
tenaga kesehatan, pakar ekonomi kesehatan, behavioral scientists, dan
sebagainya (1). Masalah-masalah di bidang public health terkait farmasi yang
harus disadari oleh apoteker yaitu :

4

a. Supply Chain Management
Supply chain management yang efektif memastikan akses terhadap
obat-obat penting sehingga merupakan kunci dalam mencapai
pelayanan kesehatan yang merata. Dalam framework WHO “Towards
Access 2030” disebutkan bahwa pentingnya penguatan sistem
kesehatan untuk memastikan akses obat-obatan berkualitas yang
merata. Apoteker dapat berkontribusi dengan memperbaiki sistem
kesehatan di skala lokal, nasional, regional, bahkan internasional
untuk membentuk dan memperbaharui daftar obat-obatan esensial
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan pedoman
tatalaksana pengobatan (2, 3).

b. Penggunaan Obat yang Rasional (POR)
Seiring berkembangnya kompleksitas penyakit dan bertambahnya
regimen terapi mendorong apoteker untuk selalu update pengetahuan
terkait manajemen penyakit kronis menular maupun tidak menular
serta skills untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian. POR
merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus disadari apoteker
karena ketidaktepatan pengobatan dan ketidakpatuhan pasien dalam
berobat dapat memperburuk kondisi kesehatannya dan menimbulkan
masalah pengobatan seperti keracunan obat dan resistensi antibiotik
(2, 3).

c. Non-Communicable Diseases (NCDs)
WHO menyatakan bahwa NCDs termasuk 10 besar ancaman
kesehatan global sejak tahun 2019. Selama pandemi COVID-19,
orang-orang dengan komorbid yaitu penyakit penyerta seperti diabetes
melitus, gangguan kardiovaskular, dan kanker sangat rentan terinfeksi
COVID-19 dan lebih berisiko mengalami perburukan kondisi.
Masalah kesehatan ini menjadi peluang bagi apoteker untuk aktif
berkontribusi di bidang public health dengan melakukan penyuluhan
kesehatan dan pemeriksaan dini penyakit seperti pemeriksaan kadar
glukosa darah 2 jam postprandial menggunakan glukometer (2, 3).

d. Vaccine Hesitancy
Penolakan masyarakat terhadap vaksinasi yang tersedia dapat
menghambat eliminasi vaccine-preventable diseases, yaitu penyakit
infeksius yang dapat dicegah dengan vaksinasi seperti TBC, campak,
dan difteri. Hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia pada April – Mei 2021 menunjukkan bahwa masih
ada 33 persen warga Indonesia yang menolak dan tidak yakin dengan
vaksinasi COVID-19 meskipun 99 persen responden sudah
mengetahui informasi vaksinasi COVID-19. Apoteker dapat melihat
masalah kesehatan yang juga termasuk 10 besar ancaman kesehatan
global ini sebagai peluang untuk berkontribusi dengan aktif melakukan

5

penyuluhan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
manfaat dan keamanan vaksinasi (4).


2. Peran Apoteker di Bidang Public Health
Apoteker dapat aktif berkontribusi di bidang public health mulai dari hulu
hingga ke hilir. Pada bagian hulu meliputi sektor pemerintah, apoteker dapat
mengimplementasikan ilmu farmakoekonomi untuk identifikasi, mengukur,
dan membandingkan biaya dari regimen terapi atau pelayanan kesehatan yang
berbeda serta signifikansinya terhadap pembiayaan kesehatan dan kesehatan
pasien (5). Sedangkan pada bagian hilir meliputi farmasi klinik dan
komunitas, apoteker dapat berkontribusi dengan mencegah timbulnya
penyakit dan mencegah penyakit yang diderita pasien semakin bertambah
parah maupun mencegah terjadi komplikasi. Upaya-upaya preventif yang
dapat dilakukan apoteker berdasarkan 5 level pencegahan menurut Leavell
dan Clark yaitu sebagai berikut (2, 3, 6) :
a. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada masyarakat yang belum mengalami
sakit yang terdiri dari 2 level:

1) Health Promotion
- Penyuluhan penggunaan obat yang rasional (POR)
- Penyuluhan tentang vaksinasi
- Penyuluhan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) yang tepat

2) Specific Protection
- Penyuluhan pencegahan diabetes melitus (konsumsi karbohidrat
sesuai batas yang dianjurkan, asupan serat yang cukup, pola makan
seimbang, aktivitas fisik yang cukup, dan rutin cek kadar glukosa
darah)
- Penyuluhan pencegahan hipertensi (konsumsi garam sesuai batas
yang dianjurkan, aktivitas fisik yang cukup, kelola stres, dan rutin
cek tekanan darah)
- Penyuluhan pencegahan COVID-19 (memakai masker dengan
benar, rajin CTPS, menjaga jarak, vaksinasi COVID-19, pola
makan seimbang, konsumsi suplemen jika dibutuhkan, konsumsi
obat tradisional yang tepat, dan aktivitas fisik yang cukup)

b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk deteksi penyakit secara dini pada
orang-orang yang berisiko sakit yang terdiri dari 2 level:

6

1) Early Diagnosis and Prompt Treatment
- Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu, puasa, dan 2 jam
postprandial di apotek
- Pemeriksaan tekanan darah di apotek
- Pemeriksaan kadar asam urat di apotek
- Pelayanan (compounding and dispensing) obat-obatan untuk batuk
dan pilek, nyeri tenggorokan, tukak lambung, dsb.

2) Disability Limitation
- Layanan program berhenti merokok bagi penderita gangguan
kardiovaskular
- Layanan pengendalian berat badan pada penderita obesitas
- Pemantauan kondisi dan konseling pengobatan pada penderita
HIV/AIDS

c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan pada seseorang yang sudah dalam kondisi
sakit sehingga dibutuhkan intervensi untuk mencegah perburukan kondisi,
meminimalisasi risiko kecacatan, serta menormalisasi kondisi pasien
tersebut sehingga membantu meningkatkan kualitas hidupnya.

1) Rehabilitation
- Layanan konseling dengan penyintas COVID-19 yang mengalami
long COVID-19 syndrome (meliputi penggunaan obat bebas dan
obat bebas terbatas yang tepat untuk mengatasi keluhan pasien,
modifikasi gaya hidup, dsb.)
- Layanan konseling dengan pasien pasca operasi mata (penggunaan
obat yang tepat, manajemen nyeri, pencegahan infeksi, dsb.)


3. Ilmu dan Skills yang Harus Dikuasai Apoteker

Pada tahun 2012, FIP menyatakan bahwa praktisi yang kompeten dan
mampu mengimplementasikan ilmu pengetahuannya merupakan persyaratan
utama bagi apoteker dalam melakukan praktik kefarmasiannya. Kemampuan
apoteker untuk meningkatkan therapeutic outcomes, kualitas hidup pasien,
dan aktif berkontribusi di bidang public health bergantung pada kompetensi
apoteker. Untuk meningkatkan efektivitas dan cakupan kontribusi apoteker di
bidang public health, apoteker dapat mengintegrasikan 5 kompetensi dasar
kesehatan masyarakat ke dalam praktik kefarmasiannya yaitu (7, 8, 9):
a. Social and Behavioral Science
Ilmu social and behavioral science dapat membantu apoteker untuk
memahami komunitas tempatnya bekerja dan mengembangkan

7

pendekatan yang lebih empatis untuk mencapai POR dan kepatuhan
pasien dalam berobat.

b. Kebijakan dan Administrasi Kesehatan
Perspektif kesehatan masyarakat memprioritaskan kebijakan yang
mendukung pemerataan akses pelayanan kesehatan berkualitas
terutama bagi populasi rentan seperti masyarakat tidak mampu.
Apoteker dapat mengimplementasikan pengetahuannya tentang
kebijakan dan administrasi kesehatan untuk memastikan pasien
mendapatkan obat-obatan berkualitas yang dibutuhkannya sesuai
regimen terapi tanpa kendala finansial.

c. Epidemiologi
Dengan memahami epidemiologi penyakit-penyakit kronis, apoteker
dapat mengimplementasikannya untuk menggunakan database
epidemiologi penyakit di skala nasional, regional, dan internasional
untuk identifikasi tren pengobatan dan karakteristik umum pasien
pengguna obat-obatan tersebut. Data yang diperoleh kemudian dapat
menjadi landasan dalam pengembangan layanan kefarmasian yang
berkualitas dan inklusif.

d. Biostatistika
Ilmu biostatistika seperti membandingkan mean differences melalui
karakterisik demografi pasien pengguna obat-obat spesifik dapat
membantu pasien untuk mempelajari tren pengobatan, update
intervensi, evaluasi pola dispensing obat-obatan, analisis biaya
kesehatan. Implementasi ilmu biostatistika ini dapat bersinergi dengan
implementasi ilmu epidemiologi.

e. Environmental Health Science
Apoteker dapat berkontribusi secara tidak langsung dalam
menciptakan lingkungan yang mendukung masyarakat memiih
perilaku hidup sehat seperti pencegahan penyakit kronis dengan
memilih suplemen kesehatan dan menghindari produk yang
membahayakan kesehatan seperti rokok.


Apoteker juga harus menguasai skills berikut agar dapat mengintegrasikan
ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk aktif berkontribusi di bidang
public health:
a. Komunikasi berlandaskan empati dan active listening
b. Patient counseling dengan membangun kepercayaan dari pasien
c. Kolaborasi inter-profesi dengan epidemiologist, behavioral scientist, pakar
ekonomi kesehatan, pembuat kebijakan (pemerintah), serta tenaga
kesehatan lainnya (9)

8

B. KESIMPULAN

Public health sebagai bidang multidisiplin ilmu yang didasari oleh 5 kompetensi
dasar meliputi social and behavioral science, kebijakan dan administrasi kesehatan,
epidemiologi, biostatistika, serta environmental health science dapat diintegrasikan
oleh apoteker dalam pelayanan kefarmasian. Pendekatan ini berpotensi untuk
memperluas peran apoteker dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

9

DAFTAR PUSTAKA

1. Surahman dan Supardi, Sudibyo. Modul Bahan Ajar Farmasi: Ilmu
Kesehatan Masyarakat. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016.
2. Steeb, David, dan Rohit, Ramaswamy. Recognizing and Engaging
Pharmacists in Global Public Health in Limited Resource Settings.
Journal of Global Health. 2019.
3. Meyerson, Beth, PT Ryder, dan CR Smith. Achieving Pharmacy-Based
Public Health: A Call for Public Health Engagement. Public Health
Reports Volume 128. 2013.
4. Anonim. Survei 33 Persen Masyarakat Menolak Vaksin Covid-19,
Pendidikan Tinggi Terbanyak. Web Kompas
(https://www.kompas.com/tren/read/2021/07/18/090000165/survei-33-
persen-masyarakat-menolak-vaksin-covid-19-pendidikan-
tinggi?page=all).
5. Dalton, Kieran dan Stepehen, Byrne. Role of the pharmacist in reducing
healthcare costs: current insights. Journal of Integrated Pharmacy
Research and Practice. 2017.
6. Hermansyah, Andi, E Sainsbury, dan I Krass. Community Pharmacy and
Emerging Public Health Initiatives in Developing Southeast Asian
Countries: A Systematic Review. Journal of Health and Social Care in
the Community. 2016.
7. Strand, Mark, dan Donald, Miller. Pharmacy and Public Health: A
Pathway Forward. Journal of the American Pharmacist Association.
2014.
8. Thomson, Katie, HB Frances, W Nick, B Mirza, B Clare, dan T Adam.
The Effects of Community Pharmacy-Delivery Public Health
Interventions on Population Health and Health Inequalities: A Review of
Reviews. Journal of Preventive Medicine. 2019.
9. Faller, Erwin Martinez, MT Hernandez, AM Hernandez, dan JRS
Gabriel. Emerging Roles of Pharmacist in Global Health: An
Exploratory Study on Their Knowledge, Perception, and Competency.
Archives of Pharmacy Practice Volume 11. 2020.