MAKALAH
PERBANDINGAN HUKUM PERDATA
Efektivitas Klausul Pilihan Hukum dalam Kontrak Perdata
“Studi kasus tentang penerapan klausul pilihan hukum dan dampaknya”
Dosen Pengampuh: Dr. Sinung Mufti Hangabei S.H., M.H
Nama: Servianzoa Pungawa Vidra (2174201057)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
2024/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kharunianya
sehingga saya bisa menyelesaikan tugas makalah saya dengan tepat waktu. Makalah ini
berjudul “Efektivitas Klausul Pilihan Hukum dalam Kontrak Perdata” yang dibuat sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Kriminologi yang diampuh oleh bapak Dr. Sinung Mufhti
Hangabei ,SH.MH.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada bapak Dr. Sinung Mufhti Hangabei ,SH.MH
selaku dosen pengampu yang telah membimbing saya dalam menulis makalah ini. Makalah
ini jauh dari kata sempurna, terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran sangat
diharapkan agar makalah ini bisa menjadi lebih baik..
Akhir kata semoga makalah ini bisa menambah wawasan bagi pembacanya dan dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bengkulu, 7 Juli 2024
Servianzoa Pungawa Vidra
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………1
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..3
1.Latar Belakang..………………………………………………………………………4
2.Rumusan Masalah..……………………………………………………………………5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..……………………………………………………………..6
1.Pengertian Klausul Pilihan Hukum……………………………………………………6
2.Pengaruh Perbedaan Yuridiksi.………………………………………………………..6
3.Strategi Untuk Meningkatkan Efektivitas.…………………………………………….7
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………………………………..8
1.Bagaimana klausul pilihan hukum dalam kontrak perdata dirancang dan negosasian..8
2.Bagaimana Pengadilan dan Lembaga Arbitrase Menafsirkan dan Menegakkan Klausul
Pilihan Hukum Dalam Kontrak Perdata……………………………………………….9
3.Seberapa Efektif Klausul Pilihan Hukum Dalam Memberikan Kepastian Hukum bagi
para Pihak Dalam Kontrak Perdata………………………………………………..
….11
BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………………..…14
DAFTAR PUSTAKA.……………………………………………………………………..…
15
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Dalam dunia bisnis yang semakin global, kontrak perdata sering kali melibatkan
pihak-pihak dari berbagai yurisdiksi. Kondisi ini menimbulkan tantangan tersendiri terkait
hukum mana yang akan berlaku jika terjadi sengketa. Untuk mengatasi ketidakpastian ini,
pihak-pihak dalam kontrak sering kali memasukkan klausul pilihan hukum (choice of law
clause) yang menetapkan hukum negara mana yang akan mengatur kontrak tersebut. Klausul
ini diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan mengurangi risiko ketidakpastian
dalam penegakan hak dan kewajiban para pihak.
Namun, meskipun klausul pilihan hukum memiliki peran penting dalam kontrak
internasional dan domestik, efektivitasnya tidak selalu terjamin. Ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi efektivitas klausul pilihan hukum, termasuk perbedaan sistem hukum,
prinsip ketertiban umum (public policy), dan interpretasi pengadilan terhadap klausul
tersebut. Selain itu, dalam beberapa kasus, pengadilan mungkin menolak untuk menegakkan
klausul pilihan hukum jika dianggap bertentangan dengan kepentingan publik atau prinsip
dasar hukum di yurisdiksi tersebut.
Efektivitas klausul pilihan hukum juga dapat dipengaruhi oleh tingkat pemahaman
dan kepatuhan para pihak terhadap ketentuan dalam kontrak. Dalam praktiknya, banyak
pihak yang tidak sepenuhnya memahami implikasi dari klausul pilihan hukum atau tidak
menyadari bahwa mereka telah menyetujui ketentuan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan
sengketa lebih lanjut dan menimbulkan biaya tambahan dalam penyelesaian sengketa.
Selain itu, efektivitas klausul pilihan hukum juga berhubungan erat dengan
keberadaan mekanisme penyelesaian sengketa yang efektif. Pengadilan dan lembaga arbitrase
harus memiliki kapasitas dan keahlian untuk menafsirkan dan menerapkan hukum yang
dipilih oleh para pihak. Tanpa mekanisme yang efektif, klausul pilihan hukum mungkin tidak
akan memberikan manfaat yang diharapkan.
Oleh karena itu, penelitian tentang efektivitas klausul pilihan hukum dalam kontrak
perdata menjadi sangat penting. Penelitian ini akan membantu mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas klausul tersebut dan memberikan rekomendasi untuk
meningkatkan kepastian hukum dalam kontrak perdata. Dengan demikian, para pihak dapat
lebih percaya diri dalam melakukan transaksi bisnis lintas batas dan meminimalkan risiko
sengketa yang mahal dan memakan waktu.
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan berbagai perspektif tentang
bagaimana klausul pilihan hukum diterapkan dalam berbagai situasi kontrak perdata dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilannya. Beberapa aspek yang perlu
dieksplorasi lebih lanjut termasuk:
1.Perbandingan Implementasi Klausul Pilihan Hukum di Berbagai Negara:
oBagaimana klausul pilihan hukum diterapkan di berbagai yurisdiksi, terutama
dalam konteks kontrak internasional.
oPerbedaan pendekatan antara sistem hukum civil law dan common law
terhadap klausul pilihan hukum.
2.Analisis Yudisial terhadap Klausul Pilihan Hukum:
oBagaimana pengadilan menafsirkan dan menegakkan klausul pilihan hukum.
oStudi kasus tentang putusan pengadilan yang menolak atau menerima klausul
pilihan hukum dan alasan di balik keputusan tersebut.
3.Dampak Prinsip Ketertiban Umum (Public Policy) terhadap Klausul Pilihan
Hukum:
oSituasi di mana pengadilan menolak menegakkan klausul pilihan hukum
karena dianggap bertentangan dengan prinsip ketertiban umum di yurisdiksi
tertentu.
oBagaimana prinsip ketertiban umum mempengaruhi kontrak perdata
internasional dan domestik.
4.Keberadaan dan Efektivitas Mekanisme Penyelesaian Sengketa:
oPeran pengadilan dan arbitrase dalam menegakkan klausul pilihan hukum.
oKesiapan lembaga penyelesaian sengketa dalam menangani kasus yang
melibatkan hukum asing.
5.Pemahaman dan Kepatuhan Para Pihak terhadap Klausul Pilihan Hukum:
oTingkat pemahaman para pihak mengenai implikasi klausul pilihan hukum
dalam kontrak mereka.
oPengaruh pemahaman ini terhadap kepatuhan dan penerimaan terhadap hasil
penyelesaian sengketa.
6.Strategi untuk Meningkatkan Efektivitas Klausul Pilihan Hukum:
oRekomendasi untuk penyusunan klausul pilihan hukum yang lebih efektif.
oPendekatan terbaik dalam negosiasi dan penulisan klausul pilihan hukum agar
lebih dapat diterima dan ditegakkan.
Melalui eksplorasi mendalam terhadap aspek-aspek ini, diharapkan dapat ditemukan
cara-cara untuk meningkatkan kepastian hukum dan efektivitas klausul pilihan hukum dalam
kontrak perdata. Dengan begitu, kontrak yang melibatkan pihak dari berbagai yurisdiksi
dapat lebih mudah dikelola dan sengketa yang mungkin timbul dapat diselesaikan dengan
lebih efisien dan adil. Penelitian ini juga berpotensi memberikan kontribusi penting bagi
perkembangan hukum kontrak internasional dan domestik, serta memberikan panduan praktis
bagi para praktisi hukum dan pelaku bisnis dalam merancang dan menegosiasikan kontrak
mereka.
2.Rumusan Masalah
Penelitian mengenai efektivitas klausul pilihan hukum dalam kontrak perdata dapat
difokuskan pada beberapa pertanyaan kunci berikut:
1.Bagaimana klausul pilihan hukum dalam kontrak perdata dirancang dan
dinegosiasikan?
2.Bagaimana pengadilan dan lembaga arbitrase menafsirkan dan menegakkan klausul
pilihan hukum dalam kontrak perdata?
3.Seberapa efektif klausul pilihan hukum dalam memberikan kepastian hukum bagi
para pihak dalam kontrak perdata?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.Pengertian Klausul Pilihan Hukum
Klausul pilihan hukum adalah ketentuan dalam kontrak yang menentukan hukum
mana yang akan berlaku untuk menyelesaikan sengketa yang timbul dari kontrak tersebut.
Klausul ini sering digunakan dalam kontrak internasional untuk memberikan kepastian
hukum bagi para pihak yang berasal dari yurisdiksi yang berbeda. Menurut Schmitthoff
(2007), klausul pilihan hukum memberikan fleksibilitas kepada para pihak untuk memilih
sistem hukum yang paling sesuai dengan kepentingan mereka.
Penerapan klausul pilihan hukum didasarkan pada prinsip kebebasan berkontrak, yang
memungkinkan para pihak untuk menentukan sendiri aturan hukum yang akan mengatur
hubungan kontraktual mereka. Menurut Cheshire dan North (1999), prinsip ini diakui dalam
banyak yurisdiksi, baik dalam sistem hukum common law maupun civil law. Namun,
terdapat perbedaan dalam cara setiap yurisdiksi menafsirkan dan menegakkan klausul
tersebut.
Penerapan klausul pilihan hukum dalam praktik sering kali menemui berbagai
tantangan. Menurut Nygh (1999), meskipun banyak pengadilan cenderung menghormati
pilihan hukum yang dibuat oleh para pihak, ada situasi di mana pengadilan menolak
menegakkan klausul pilihan hukum karena alasan ketertiban umum (public policy) atau
karena bertentangan dengan hukum nasional yang berlaku. Studi kasus dari Putusan
Pengadilan Tinggi Inggris menunjukkan bahwa pengadilan kadang-kadang menolak untuk
menegakkan klausul pilihan hukum jika dianggap tidak adil atau tidak sesuai dengan
kepentingan publik.
Efektivitas klausul pilihan hukum dapat diukur dari beberapa aspek, termasuk
kepastian hukum, pengurangan risiko sengketa, dan biaya penyelesaian sengketa. Menurut
Vogenauer dan Kleinheisterkamp (2009), klausul pilihan hukum yang efektif dapat
memberikan kepastian hukum dan mengurangi ketidakpastian yang sering terjadi dalam
kontrak internasional. Namun, efektivitas ini sangat tergantung pada pemahaman dan
kepatuhan para pihak terhadap klausul tersebut
2.Pengaruh Perbedaan Yuridiksi.
Perbedaan dalam sistem hukum antar yurisdiksi dapat mempengaruhi efektivitas
klausul pilihan hukum. Menurut Hill (2005), sistem hukum common law cenderung lebih
fleksibel dalam menegakkan klausul pilihan hukum dibandingkan dengan sistem hukum civil
law yang mungkin memiliki batasan lebih ketat. Studi perbandingan oleh Kropholler (2004)
menunjukkan bahwa yurisdiksi dengan pendekatan yang lebih liberal terhadap prinsip
kebebasan berkontrak cenderung lebih mendukung penerapan klausul pilihan hukum.
Kendala dalam penerapan klausul pilihan hukum mencakup perbedaan interpretasi
hukum, prinsip ketertiban umum, dan kurangnya pemahaman para pihak tentang implikasi
klausul tersebut. Menurut Fawcett, Harris, dan Bridge (2008), pengadilan sering kali
menghadapi kesulitan dalam menafsirkan klausul pilihan hukum, terutama ketika hukum
yang dipilih bertentangan dengan kebijakan publik atau prinsip dasar hukum nasional.
3.Strategi Untuk Meningkatkan Efektivitas
Beberapa strategi dapat diterapkan untuk meningkatkan efektivitas klausul pilihan
hukum dalam kontrak perdata. Menurut Born (2012), salah satu cara adalah dengan
menyusun klausul pilihan hukum yang jelas dan komprehensif, serta memastikan bahwa para
pihak memahami implikasi dari klausul tersebut. Selain itu, penyusunan kontrak harus
mempertimbangkan yurisdiksi yang memiliki pendekatan yang mendukung terhadap prinsip
kebebasan berkontrak.
Rekomendasi praktis untuk meningkatkan efektivitas klausul pilihan hukum termasuk
memberikan pelatihan kepada para pihak tentang pentingnya klausul pilihan hukum,
menyusun kontrak dengan bantuan ahli hukum yang berpengalaman, dan memilih yurisdiksi
yang memiliki reputasi baik dalam menegakkan kontrak internasional. Menurut Goldsmith
dan Sykes (2006), pemahaman yang baik tentang perbedaan hukum antar yurisdiksi dapat
membantu para pihak dalam menyusun klausul pilihan hukum yang lebih efektif.
Tinjauan pustaka ini menunjukkan bahwa efektivitas klausul pilihan hukum dalam
kontrak perdata sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perbedaan yurisdiksi,
prinsip ketertiban umum, dan pemahaman para pihak. Untuk meningkatkan efektivitas
klausul pilihan hukum, diperlukan pendekatan yang komprehensif dalam penyusunan dan
penegakan kontrak, serta pemahaman yang baik tentang implikasi hukum yang dipilih.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi praktik terbaik dan
mengembangkan rekomendasi yang dapat membantu para pihak dalam menyusun klausul
pilihan hukum yang lebih efektif.
BAB III
PEMBAHASAN
A.Bagaimana klausul pilihan hukum dalam kontrak perdata dirancang dan negosasian
Klausul pilihan hukum dalam kontrak perdata dirancang dan dinegosiasikan melalui
beberapa langkah kunci yang melibatkan penilaian mendalam terhadap berbagai faktor.
Proses ini penting untuk memastikan bahwa klausul tersebut efektif dan dapat ditegakkan jika
terjadi sengketa. Berikut adalah beberapa langkah utama dalam merancang dan
menegosiasikan klausul pilihan hukum:
1.Identifikasi Hukum yang Relevan:
oAnalisis Hukum: Para pihak perlu menganalisis hukum yang berlaku di
yurisdiksi masing-masing dan menentukan hukum mana yang paling sesuai
untuk kontrak mereka. Ini melibatkan penilaian terhadap keadilan, kepastian
hukum, dan kepraktisan hukum yang akan dipilih.
oPertimbangan Kesesuaian: Hukum yang dipilih harus sesuai dengan
karakteristik kontrak dan bisnis yang dijalankan oleh para pihak. Misalnya,
jika kontrak berkaitan dengan teknologi, mungkin hukum yang lebih maju
dalam bidang tersebut akan lebih sesuai.
2.Penilaian Risiko:
oRisiko Sengketa: Para pihak harus mempertimbangkan risiko sengketa yang
mungkin timbul dan bagaimana hukum yang dipilih akan menangani sengketa
tersebut. Hal ini mencakup pertimbangan mengenai biaya penyelesaian
sengketa, waktu, dan proses hukum.
oKepastian Hukum: Memilih hukum yang menawarkan kepastian dan
prediktabilitas dalam penyelesaian sengketa sangat penting. Para pihak
cenderung memilih yurisdiksi yang memiliki reputasi baik dalam menegakkan
kontrak dan memiliki kerangka hukum yang jelas.
3.Negosiasi antara Para Pihak:
oDiskusi Terbuka: Para pihak harus melakukan diskusi terbuka untuk
mencapai kesepakatan tentang hukum yang akan dipilih. Ini melibatkan
perundingan mengenai kepentingan dan preferensi masing-masing pihak.
oKompromi: Kadang-kadang, pihak-pihak mungkin perlu mencapai kompromi
dengan memilih hukum netral yang diterima oleh kedua belah pihak.
Misalnya, dalam kontrak internasional, memilih hukum negara ketiga yang
tidak terkait langsung dengan salah satu pihak.
4.Konsultasi dengan Ahli Hukum:
oPendapat Ahli: Para pihak seringkali berkonsultasi dengan ahli hukum atau
pengacara yang memiliki pengalaman dalam hukum internasional dan kontrak
perdata. Ahli hukum dapat memberikan wawasan tentang implikasi hukum
dari pilihan yang diusulkan dan membantu menyusun klausul yang jelas dan
dapat ditegakkan.
oAudit Hukum: Beberapa perusahaan melakukan audit hukum untuk menilai
risiko dan keuntungan dari hukum yang dipilih, memastikan bahwa klausul
tersebut akan diterima dan ditegakkan di yurisdiksi yang dipilih.
5.Penyusunan Klausul:
oKejelasan Bahasa: Klausul pilihan hukum harus disusun dengan bahasa yang
jelas dan tegas untuk menghindari ambiguitas. Hal ini termasuk menyebutkan
secara spesifik hukum mana yang akan diterapkan.
oKetentuan Tambahan: Klausul tersebut mungkin mencakup ketentuan
tambahan seperti forum penyelesaian sengketa, arbitrase, atau mediasi yang
akan digunakan jika terjadi perselisihan.
6.Pemeriksaan dan Revisi:
oTinjauan Kontrak: Setelah disusun, klausul pilihan hukum harus ditinjau
kembali oleh semua pihak yang terlibat untuk memastikan bahwa tidak ada
yang terlewatkan dan bahwa semua pihak memahami dan menyetujui
ketentuan tersebut.
oRevisi Jika Diperlukan: Jika ada ketidaksetujuan atau kekhawatiran, klausul
tersebut harus direvisi sesuai dengan kebutuhan dan persetujuan semua pihak.
Dengan mengikuti langkah-langkah ini, para pihak dapat merancang dan
menegosiasikan klausul pilihan hukum yang efektif dan dapat diandalkan. Klausul yang
dirancang dengan baik akan membantu mengurangi risiko sengketa dan memberikan
kepastian hukum bagi semua pihak yang terlibat dalam kontrak perdata
B.Bagaimana Pengadilan dan Lembaga Arbitrase Menafsirkan dan Menegakkan Klausul
Pilihan Hukum Dalam Kontrak Perdata.
Pengadilan dan lembaga arbitrase memiliki peran penting dalam menafsirkan dan
menegakkan klausul pilihan hukum dalam kontrak perdata. Cara mereka menangani klausul
tersebut dapat mempengaruhi kepastian hukum dan keadilan bagi para pihak yang terlibat.
Berikut ini adalah beberapa aspek penting dalam cara pengadilan dan lembaga arbitrase
menafsirkan dan menegakkan klausul pilihan hukum:
1. Prinsip Kebebasan Berkontrak
Pengadilan dan lembaga arbitrase umumnya menghormati prinsip kebebasan
berkontrak, yang memungkinkan para pihak untuk menentukan hukum yang akan mengatur
hubungan kontraktual mereka. Prinsip ini diterima secara luas di banyak yurisdiksi, baik
dalam sistem hukum common law maupun civil law.
Contoh Kasus: Dalam kasus Akai Pty Ltd v The People's Insurance Co Ltd,
pengadilan Australia menegaskan bahwa pilihan hukum yang disepakati oleh para
pihak dalam kontrak harus dihormati, kecuali ada alasan kuat untuk tidak
menegakkannya.
2. Penafsiran Klausul Pilihan Hukum
Pengadilan dan lembaga arbitrase menafsirkan klausul pilihan hukum berdasarkan
bahasa dan konteks klausul tersebut. Mereka akan melihat apakah klausul tersebut
dirumuskan dengan jelas dan apakah ada ambiguitas yang memerlukan interpretasi lebih
lanjut.
Kejelasan Bahasa: Klausul pilihan hukum yang jelas dan spesifik lebih mudah untuk
ditegakkan. Misalnya, klausul yang secara eksplisit menyebutkan "Hukum Negara X
akan mengatur kontrak ini" cenderung dihormati oleh pengadilan.
Konteks Kontrak: Pengadilan juga akan mempertimbangkan konteks keseluruhan
kontrak untuk memahami maksud para pihak.
3. Penerapan Prinsip Ketertiban Umum (Public Policy)
Salah satu alasan utama pengadilan menolak menegakkan klausul pilihan hukum
adalah jika klausul tersebut bertentangan dengan prinsip ketertiban umum atau public policy
dari yurisdiksi yang bersangkutan.
Contoh Kasus: Dalam kasus Regazzoni v KC Sethia (1944) Ltd, pengadilan Inggris
menolak untuk menegakkan klausul pilihan hukum karena kontrak tersebut
melibatkan aktivitas yang melanggar hukum negara Inggris.
4. Perbedaan Sistem Hukum
Pengadilan dan lembaga arbitrase harus mempertimbangkan perbedaan dalam sistem
hukum antar yurisdiksi. Ini termasuk perbedaan dalam pendekatan terhadap kebebasan
berkontrak, penerapan hukum asing, dan penegakan putusan.
Sistem Hukum Common Law: Negara-negara dengan sistem hukum common law,
seperti Inggris dan Amerika Serikat, cenderung lebih fleksibel dalam menegakkan
klausul pilihan hukum.
Sistem Hukum Civil Law: Negara-negara dengan sistem hukum civil law mungkin
memiliki batasan lebih ketat, terutama jika klausul pilihan hukum dianggap
bertentangan dengan hukum nasional atau prinsip dasar hukum mereka.
5. Proses Penegakan
Proses penegakan klausul pilihan hukum dapat bervariasi antara pengadilan dan
lembaga arbitrase:
Pengadilan: Pengadilan akan memutuskan apakah akan menegakkan klausul pilihan
hukum berdasarkan hukum nasional yang berlaku dan prinsip-prinsip internasional.
Mereka mungkin memerlukan bukti bahwa klausul tersebut disepakati secara sah dan
tidak ada unsur pemaksaan atau penipuan.
Lembaga Arbitrase: Lembaga arbitrase cenderung lebih fleksibel dan cenderung
menegakkan klausul pilihan hukum asalkan klausul tersebut tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip dasar hukum arbitrase dan tidak ada bukti bahwa klausul
tersebut tidak adil atau tidak sah.
6. Pengaruh Hukum Internasional
Konvensi internasional seperti Konvensi Den Haag tentang Pilihan Hukum dalam
Kontrak Dagang Internasional juga mempengaruhi cara pengadilan dan lembaga arbitrase
menafsirkan dan menegakkan klausul pilihan hukum.
Konvensi Den Haag: Konvensi ini memberikan kerangka kerja yang mengakui
validitas dan efektivitas klausul pilihan hukum dalam kontrak internasional, dan
banyak negara yang telah meratifikasinya mengikuti panduan ini dalam menegakkan
klausul tersebut.
7. Studi Kasus dan Preseden
Putusan pengadilan dan arbitrase sebelumnya sering kali menjadi referensi penting
dalam menafsirkan dan menegakkan klausul pilihan hukum. Studi kasus memberikan
wawasan tentang bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam praktik nyata.
Preseden: Kasus-kasus seperti M/S Bremen v. Zapata Off-Shore Co. di Amerika
Serikat menunjukkan bagaimana pengadilan menegakkan klausul pilihan hukum yang
jelas dan sah, kecuali ada bukti bahwa klausul tersebut tidak adil atau tidak dapat
ditegakkan.
Dengan memahami cara pengadilan dan lembaga arbitrase menafsirkan dan
menegakkan klausul pilihan hukum, para pihak dapat merancang kontrak yang lebih efektif
dan mengurangi risiko sengketa di masa depan. Klausul yang dirancang dengan baik dan
sesuai dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku akan lebih mungkin ditegakkan oleh
pengadilan dan lembaga arbitrase.
C.Seberapa Efektif Klausul Pilihan Hukum Dalam Memberikan Kepastian Hukum bagi
para Pihak Dalam Kontrak Perdata.
Klausul pilihan hukum memiliki peran penting dalam memberikan kepastian hukum
bagi para pihak yang terlibat dalam kontrak perdata, terutama dalam konteks transaksi lintas
yurisdiksi. Efektivitas klausul ini dapat dilihat dari beberapa aspek utama:
1. Kepastian Hukum
Prediktabilitas Hasil: Klausul pilihan hukum memungkinkan para pihak untuk
mengetahui terlebih dahulu hukum mana yang akan diterapkan dalam menyelesaikan
sengketa. Ini memberikan prediktabilitas hasil yang dapat membantu para pihak
dalam merencanakan tindakan mereka dan mengelola risiko.
Kepastian Proses: Dengan adanya klausul pilihan hukum, para pihak dapat
memastikan bahwa proses hukum yang akan diikuti sesuai dengan hukum yang
mereka pilih. Hal ini dapat mengurangi ketidakpastian mengenai prosedur hukum
yang akan digunakan dalam penyelesaian sengketa.
2. Mengurangi Risiko Sengketa
Penghindaran Forum Shopping: Klausul pilihan hukum dapat mengurangi praktik
forum shopping, di mana salah satu pihak mencoba memilih yurisdiksi yang lebih
menguntungkan bagi mereka. Dengan menetapkan hukum yang akan diterapkan sejak
awal, para pihak dapat menghindari konflik yurisdiksi yang mungkin timbul.
Keselarasan Hukum: Memilih hukum yang dikenal oleh kedua belah pihak atau
hukum netral dapat mengurangi potensi sengketa yang timbul dari perbedaan
interpretasi hukum. Ini membantu dalam menjaga hubungan bisnis yang harmonis.
3. Pengaruh pada Biaya dan Waktu Penyelesaian Sengketa
Efisiensi Biaya: Dengan adanya kepastian hukum, para pihak dapat menghindari
biaya tambahan yang terkait dengan litigasi di berbagai yurisdiksi. Klausul pilihan
hukum dapat membantu dalam mengendalikan biaya penyelesaian sengketa dengan
menentukan kerangka hukum yang jelas.
Penghematan Waktu: Proses penyelesaian sengketa dapat menjadi lebih cepat jika
para pihak dan pengadilan/arbitrator mengetahui hukum yang akan diterapkan. Ini
mengurangi waktu yang dihabiskan untuk menentukan hukum yang berlaku.
4. Penegakan dan Validitas Klausul
Penegakan oleh Pengadilan dan Arbitrase: Efektivitas klausul pilihan hukum juga
bergantung pada penegakan oleh pengadilan dan lembaga arbitrase. Sebagian besar
yurisdiksi menghormati prinsip kebebasan berkontrak dan akan menegakkan klausul
pilihan hukum, kecuali ada alasan kuat untuk tidak melakukannya, seperti
pelanggaran prinsip ketertiban umum.
Validitas Klausul: Klausul pilihan hukum yang dirumuskan dengan jelas dan tegas
cenderung lebih efektif karena lebih mudah untuk ditegakkan. Pengadilan dan
arbitrator akan memeriksa apakah klausul tersebut disepakati secara sah tanpa adanya
paksaan atau penipuan.
5. Contoh Kasus dan Preseden
Studi Kasus: Studi kasus menunjukkan bagaimana pengadilan dan arbitrase
menafsirkan dan menegakkan klausul pilihan hukum. Misalnya, dalam kasus M/S
Bremen v. Zapata Off-Shore Co., pengadilan Amerika Serikat menegaskan pentingnya
menghormati pilihan hukum yang disepakati oleh para pihak, kecuali ada bukti bahwa
klausul tersebut tidak adil atau tidak dapat ditegakkan.
Preseden Hukum: Preseden hukum memainkan peran penting dalam menentukan
efektivitas klausul pilihan hukum. Kasus-kasus sebelumnya memberikan panduan
bagi pengadilan dan arbitrator dalam menafsirkan klausul tersebut, sehingga
membantu dalam memberikan kepastian hukum bagi para pihak.
6. Keterbatasan dan Tantangan
Prinsip Ketertiban Umum: Salah satu keterbatasan utama dalam penegakan klausul
pilihan hukum adalah prinsip ketertiban umum. Jika hukum yang dipilih bertentangan
dengan kebijakan publik atau prinsip dasar hukum yurisdiksi, pengadilan mungkin
menolak untuk menegakkan klausul tersebut.
Perbedaan Sistem Hukum: Perbedaan dalam sistem hukum antar yurisdiksi dapat
mempengaruhi efektivitas klausul pilihan hukum. Sistem hukum common law dan
civil law mungkin memiliki pendekatan yang berbeda dalam menegakkan klausul
tersebut.
7. Rekomendasi untuk Meningkatkan Efektivitas
Penyusunan Klausul yang Jelas: Klausul pilihan hukum harus dirumuskan dengan
bahasa yang jelas dan tegas untuk menghindari ambiguitas. Menyebutkan hukum
yang spesifik dan proses penyelesaian sengketa yang akan digunakan dapat
meningkatkan kepastian hukum.
Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan pemahaman para pihak tentang
pentingnya dan implikasi dari klausul pilihan hukum dapat membantu dalam
menyusun klausul yang lebih efektif. Pendidikan dan pelatihan bagi para praktisi
hukum dan pelaku bisnis tentang aspek-aspek ini sangat diperlukan.
Konsultasi Ahli Hukum: Konsultasi dengan ahli hukum yang berpengalaman dalam
hukum internasional dan kontrak perdata dapat membantu para pihak dalam
merancang klausul pilihan hukum yang efektif dan dapat ditegakkan.
Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, klausul pilihan hukum dapat memberikan
kepastian hukum yang lebih besar bagi para pihak dalam kontrak perdata, mengurangi risiko
sengketa, dan meningkatkan efisiensi dalam penyelesaian sengketa
BAB IV
KESIMPULAN
Klausul pilihan hukum dirancang melalui proses analisis mendalam terhadap hukum
yang relevan dan pertimbangan risiko sengketa yang mungkin timbul.Proses negosiasi
melibatkan diskusi terbuka antara para pihak untuk mencapai kesepakatan mengenai hukum
yang akan mengatur kontrak mereka.Kejelasan bahasa dan konsultasi dengan ahli hukum
menjadi kunci dalam merumuskan klausul yang efektif dan dapat diterapkan dengan jelas.
Pengadilan dan lembaga arbitrase cenderung menghormati klausul pilihan hukum
sesuai dengan prinsip kebebasan berkontrak, kecuali ada alasan kuat untuk tidak
melakukannya.Mereka menafsirkan klausul pilihan hukum berdasarkan bahasa yang
digunakan, konteks kontrak, serta prinsip-prinsip hukum yang berlaku.Penegakan klausul ini
penting untuk memberikan kepastian hukum dalam menyelesaikan sengketa, menghindari
forum shopping, dan memastikan proses yang adil dan efisien.
Klausul pilihan hukum efektif dalam memberikan kepastian hukum dengan
menyediakan kerangka hukum yang jelas dan diprediksi sebelumnya bagi para pihak. Hal ini
membantu mengurangi ketidakpastian mengenai hukum yang akan diterapkan dalam
penyelesaian sengketa dan prosedur hukum yang harus diikuti. Dengan demikian, klausul
pilihan hukum mendukung efisiensi biaya dan waktu dalam penyelesaian sengketa, serta
mengurangi risiko sengketa yang dapat merugikan para pihak.
.
DAFTAR PUSTAKA
Goode, R., McKendrick, E., & Furmston, M. (2019).
Goode on Commercial Law. Penguin
Books.
Mistelis, L. A., & Kroll, S. (Eds.). (2017).
Comparative International Commercial
Arbitration. Kluwer Law International.
Fawcett, J. J., & Harris, M. (2017).
International Sale of Goods in the Conflict of Laws.
Oxford University Press.
Redfern, A., & Hunter, M. (2015).
Law and Practice of International Commercial
Arbitration. Sweet & Maxwell.
Ferrari, F. (Ed.). (2017).
Rome I Regulation: The Law Applicable to Contractual
Obligations in Europe. Beck/Hart/Nomos.