MANASIK HAJI 2022 MANASIK HAJI 2022 MANASIK HAJI 2022

MuhammadHafizudinill 8 views 20 slides Sep 17, 2025
Slide 1
Slide 1 of 20
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20

About This Presentation

MANASIK HAJI 2022


Slide Content

PROFIL NAMA : Drs. H. Alfiani NIP : 1966123119220 TEMPAT DAN TANGGAL LAHIR : Inhu, Tahun 1966 PANGKAT/GOLONGAN : Pembina (IV/a) JABATAN : Penyelenggara Zakat Dan Wakaf Materi : ETIKA DAN AHLAQ JAMAAH SELAMA PELAKSANAAN IBADAH HAJI KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

ETIKA DAN AKHLAK JEMAAH SELAMA PELAKSANAAN IBADAH HAJI Etika memiliki makna yaitu suatu sikap seperti sopan santun atau aturan lainnya yang mengatur hubungan manusia yang beradab dalam pergaulan. Bangsa Arab miliki etika yang berbeda dengan etika yang selama ini ada di Tanah Air. Terutama yang harus diperhatikan jemaah haji adalah etika berkomunikasi dan bermasyarakat dengan warga lokal negara gurun pasir tersebut. Berikut etika yang harus jemaah calon haji perhatikan selama tinggal di Tanah Suci maupun bergaul dengan bangsa Arab. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

1. Pria dan wanita tidak boleh bercampur dalam satu ruangan. Pemisahan ruangan biasa ditentukan di tempat umum, seperti rumah makan, kecuali hotel berbintang. 2. Kaum pria Arab Saudi saling bersalaman bila bertemu. Hal ini dilakukan pria Arab Saudi setiap bertemu, namun apabila sangat akrab maka pria Arab Saudi akan bersalaman sambil mencium pipi kawan akrabnya sesama pria.   3. Kaum wanita Arab Saudi biasanya akan berpelukan bila bertemu. Selain bersalaman, wanita Arab Saudi apabila bertemu sesama kawan wanitanya akan berpelukan sambil mencium pipi bila bertemu.   4. Pria dan wanita tidak saling bersalaman di muka umum. Apabila pria dan wanita bertemu di muka umum atau tempat umum, baik itu saudaranya yang termasuk ke dalam makhramnya maka tidak akan bersalaman. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

5. Tanggalkan sepatu bila ke rumah seseorang. Masyarakat Arab Saudi, terbiasa untuk melepas sepatu mereka sebelum memasuki rumah seseorang yang mengundang mereka untuk bertamu.   6. Menolak jamuan dianggap tidak sopan. Apabila calon haji sedang bertamu ke rumah masyarakat sekitar di Tanah Suci, jika diberikan suguhan maka sebaiknya minum atau makan sedikit bila memang tidak berminat. Pembicaraan sebelum jamuan makan dimulai merupakan hal yang biasa.   7. Orang Arab Saudi memiliki kebiasaan makan bersama dalam satu tempat. Budaya Arab mengajarkan masyarakatnya untuk makan bersama dalam satu nampan besar dengan menggunakan tangan kanan tanpa sendok. Sambil duduk di karpet. Apabila diundang orang Arab Saudi, maka tamu laki-laki makan lebih dahulu, baru kemudian tamu perempuan.   8. Tidak boleh bersendawa di muka umum. Menurut Masyarakat Arab Saudi, bersendawa di depan orang lain merupakan aib besar bagi pelakunya. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

9. Wanita wajib menggunakan abaya (busana muslim) Apabila keluar rumah, kaum wanita Arab di wajibkan untuk mengenakan abaya atau busana muslim yang longgar dengan menggunakan kerudung bila hendak keluar rumah. Selain itu kaum wanita Arab juga dilarang berpakaian ketat atau membentuk tubuh.   10. Wanita tabu berdandan atau memakai lipstik yang mencolok. Ketika berada di tempat umum seperti di pasar, toko, atau tempat umum lainnya maka kaum wanita dilarang berhias diri atau memakai lipstik yang warnanya mencolok.   11. Wanita dilarang bersuara keras. Menurut masyarakat Arab, suara wanita dianggap aurat oleh sebab itu wanita dilarang bersuara keras.   12. Jika sedang antre perhatikan jalurnya. Di Negara Arab Saudi, jika antre untu suatu keperluan, harap memperhatikan jalur khusus untuk wanita karena jalur bagi pria dan wanita dipisahkan. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

ETIKA BERBUSANA ARAB SAUDI Sejak beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan besar-besaran dalam dunia tata busana masyarakat Arab Saudi, pria maupun wanita. Seiring dengan kebijakan moderasi beragama dan berbudaya yang digaungkan pemerintah. Masyarakat Indonesia yang tak familiar dengan seluk-beluk sejarah dan peta geo-kultural masyarakat Saudi mungkin menganggap warga Saudi menggunakan busana seragam. Yakni, pria mengenakan gamis/jubah warna putih (lengkap dengan kain penutup kepala) , sementara perempuan memakai abaya (semacam jilbab), hijab, dan cadar yang serba hitam. Busana itu, oleh umat Islam Indonesia umumnya, dianggap atau dipersepsikan sebagai “busana Muslim/Muslimah” . KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Setiap daerah dan kelompok suku punya ciri khas pakaian masing-masing. Gamis putih dan abaya hitam bukan satu-satunya jenis pakaian yang mereka kenakan. Arab Saudi setidaknya dibagi menjadi enam wilayah geo-kultural, masing-masing penduduknya mengembangkan bentuk tradisi dan kebudayaan sendiri (termasuk tata busana) sesuai karakter alam, lingkungan, struktur sosial, tingkat pluralitas penduduk, profesi warga, dan sejarah masyarakat lokal. Keenam kawasan geo-kultural itu: KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

(1) Najd di bagian tengah (termasuk Riyadh, Qassim, Ha’il) (2) Hijaz di bagian barat (termasuk Jedah, Mekah, Madinah, Tabuk) (3) Arabia Barat Daya (tepi Laut Merah termasuk Asir, Baha, Jazan) (4) Arabia Utara (termasuk Jauf) (5) Najran di Arabia Selatan yang berbatasan dengan Yaman (6) Arabia Timur di tepi Teluk Arab (meliputi Hassa, Qatif, Khobar, Dhahran, dan lainnya) KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Model busana masyarakat Hijaz , dalam sejarahnya, sangat modern dan stylish. Hal itu bisa dimaklumi karena Hijaz kawasan kosmopolitan dan multikultural. Sudah sejak lama Hijaz jadi pusat niaga internasional dan perjumpaan berbagai warga dunia. Gaya berpakaian masyarakat di Arabia Timur juga tergolong modern (sebagian, ke-Barat-Barat-an) karena disinilah pusat industri, khususnya bidang migas, sehingga banyak kaum ekspatriat, termasuk negara-negara Barat. Daerah Arabia Selatan, Utara, dan Barat Daya terkenal kuat dalam memegang tradisi berbusana lokal (tradisional/daerah), khususnya kaum pria. Kaum lelaki di Najran, sehari-sehari masih mengenakan wizra (futah), semacam kain sarung yang dilipatkan di pinggang kemudian diikat dengan sabuk. Wizra dan izar (kain seperti dikenakan saat ibadah haji dan umrah) adalah dua jenis pakaian Arab pra-Islam yang masih eksis hingga kini. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Puncaknya, awal 1980-an ketika kelompok/faksi Islam garis keras atau sayap militan dan ultrakonservatif diberi otoritas penuh oleh Raja Khalid di panggung kekuasaan dan keagamaan, mereka bergerak cepat membuat berbagai peraturan dan norma berpakaian bagi masyarakat yang tinggal di seantero Arab Saudi, baik warga setempat maupun pendatang (kaum ekspat/migran). Sejak itulah kaum perempuan, jika di tempat umum, diharuskan memakai abaya, hijab, dan cadar berwarna hitam, yang menurut mereka dianggap sebagai warna yang paling mendekati diktum atau petunjuk dalam syariat Islam (yaitu kesederhanaan, di samping fungsi menutup aurat). Melanggar aturan ini, kena sanksi berat, termasuk dicambuk. Dampaknya, toko-toko yang menjual abaya pun akhirnya harus menjajakan abaya hitam. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

Sejak beberapa tahun terakhir, telah terjadi perubahan besar-besaran dalam dunia tata busana masyarakat Arab Saudi, pria maupun wanita. Seiring dengan kebijakan moderasi beragama dan berbudaya yang digaungkan pemerintah, Arab Saudi kini sedang menikmati kembali fleksibilitas berpakaian seperti tempo dulu. Tentu saja masih dalam koridor norma kepantasan dan kesopanan. Pria Saudi kini semakin banyak yang mengenakan celana jeans, baju, kaos, jas, kolor, dlsb. Gamis banyak dipakai untuk acara-acara resmi (di kantor, resepsi pernikahan, wisuda, dlsb). Kaum perempuan, kalau di ruang publik, tak lagi takut ditangkap Polisi Syariat kalau tak berhijab atau tak mengenakan abaya. Abaya yang dijual di toko-toko atau butik pun tidak lagi didominasi warna hitam tapi sudah warna-warni. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

SOSIAL BUDAYA DI ARAB SAUDI Indonesia merupakan negara dengan jumlah jamaah Haji dan Umroh terbesar di dunia. Namun ada beberapa hal yang perlu masyarakat ketahui terkait beda budaya Arab dan Indonesia, terutama bagi mereka yang akan berinteraksi dengan masyarakat di Saudi, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

1. Budaya Mujamalah (Basa-basi) Berbeda dengan budaya Barat yang cenderung ekspresif dan berbicara langsung dan lugas, orang Arab tidak berbicara secara langsung. Untuk mengungkapkan maksud aslinya, orang Arab akan berbicara banyak hal terlebih dahulu dan banyak basi-basi (mujamalah). Untuk bertanya kabar pada teman, tak cukup sekali dengan satu ungkapan, tapi berulangkali. Meski telah berkata sesuai maksudnya, orang Saudi kadang masih mengira yang dimaksudkan adalah sesautu yang lain. Misal kata "laa" (tidak) sebagai jawaban tidak untuk tawaran menambah makan dan minum. Agar sang tuan rumah yakin bahwa tamunya memang betul-betul sudah kenyang, maka sang tamu harus mengulangi "laa" berulang kali dan kata "wallahi." KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

2. Keras Bukan Berarti Marah Orang Arab terbiasa bersuara keras untuk mengekspresikan kekuatan dan ketulusan, apalagi kepada orang yang mereka sukai. Sayangnya, suara keras mereka kadang ditafsirkan sebagai kemarahan oleh kebanyakan orang Indonesia. Kadang petugas Arab Saudi ketika memeriksa paspor atau surat lainnya kelihatan marah, namun sebenarnya tidak. Termasuk suara majikan yang keras, tidak selalu berarti mereka sedang marah, hanya TKW kita kadang memahaminya berbeda. Sebaliknya, orang Indonesia hendaknya tidak mudah tersenyum pada lelaki Arab. Meski maksud kita adalah untuk menunjukkan keramahtamahan atau kesopanan, boleh jadi akan dianggap sebuah godaan oleh pria tersebut. Bangsa Arab terbiasa dengan padang pasir yang keras. Adanya kasus majikan Arab memerkosa atau menghamili TKW boleh jadi berkaitan dengan kesalahpahaman antar budaya ini. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

3. Ekpresi Bahasa Tubuh Orang Arab Orang Arab akan menguncupkan semua jari-jari tangannya dengan ujung-ujungnya menghadap ke atas sebagai pengganti kata-kata “tolonglah Pak” atau “tunggu sebentar!” atau “ tolong sabar sedikit !” Budaya lainnya, orang Arab akan saling merangkul seraya mencium pipi dengan bibir ketika berjumpa dengan teman dekat. Ini suatu perilaku yang dianggap tidak lazim oleh bangsa lain di dunia, bahkan mungkin juga oleh orang Indonesia. Merangkul sesama teman adalah hal lumrah. Tidak perlu risih, orang Arab boleh jadi akan tersinggung jika kita menghindar. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

4. Antara Budaya Arab dan Islam Arab Saudi dikenal dengan negeri kelahiran Islam. Dan anggapan pada umumnya bahwa masyarakat Saudi itu Islami. Nyatanya, tidak 100 persen demikian. Mereka juga bagian dari budaya Arab (termasuk warisan jahiliyah) dengan segala pernak-perniknya, termasuk cara dan etika mereka dalam berkomunikasi, tidak selalu santun seperti diajarkan Al-quran dan Sunnah. Sebagian dari cara mereka berkomunikasi bersifat kultural semata-mata. Konon, ada dua tipe orang Arab: tipe Abu Bakar dan Abu Jahal. Orang Arab yang telah mendapat pendidikan Islam dan meresapi ajarannya akan berperilaku bak Abu Bakar, sedang mereka yang kering dari ajaran akhlak Islam biasanya akan buruk seperti Abu Jahal. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

5. Bergandengan Tangan dengan Teman Lelaki Itu Aib! Bagi masyarakat Indonesia, bergandengan tangan dengan teman laki-laki adalah lazim. Namun bagi orang Arab, hal itu adalah aib. Pernah ada WNI yang menggandeng tangan temannya ketika berjalan di pertokoan Mekah, tiba-tiba mereka diteriaki : enta luthi walla eh? hadza aib! (kamu homo apa bagaimana? Itu aib!). Namun jika yang kita menggandeng wanita atau pasangan kita (istri) hal itu adalah lazim di Saudi. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

6. Berkendara di Sebelah Kanan Bila di Indonesia semua kendaraan dan angkutan umum wajib berada di jalur kiri jalan (dan letak roda kemudi mobil berada di bagian kanan), maka di Arab Saudi kebalikannya. Hal ini berbeda sama sekali dengan apa yang berlaku di Arab Saudi, semua pengguna jalan termasuk waktu menaikkan maupun menurunkan penumpang berada di jalur sebelah kanan jalan. Khusus wanita, jangan bepergian sendirian, harus bersama mahram/suami atau sesama teman rombongan. Termasuk saat naik taksi. Saat naik, maka laki-laki duluan, wanita belakangan. Sebaliknya saat turun maka wanita duluan, suami belakangan. Hal ini untuk menjaga istri agar tidak dibawa kabur tukang taksi. Saat naik lift juga harus selalu didampingi. Jika saat naik lift bersama teman wanita ada lelaki yang datang, lebih baik keluar dahulu. Satulagi, hati-hati dengan kebiasaan remaja Saudi yang suka ugal-ugalan. Mereka kadang melakukan aksi ekstrem dengan mengemudikan Jeep dengan hanya dua roda di jalanan. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

7. Wanita adalah Privasi Nilai kehormatan orang Arab terutama melekat pada anggota keluarganya, khususnya wanita, yang tidak boleh diganggu orang luar. Di Arab Saudi wanita adalah sangat privasi. Di Arab Saudi, Wanita tidak boleh menyetir, bekerja bebas, atau keluar rumah tanpa didampingi mahram. Aadalah hal tabu ketika kita menanyakan hal berikut; Sudahkah anda menikah? Berapa umurmu? Atau siapa istri anda? Sudah lazim di budaya Saudi jika seorang pria tidak pernah mengenal atau bahkan sekadar melihat wajah istri atau anak perempuan dari sahabatnya, meskipun mereka telah lama bersahabat dan sering saling mengunjungi. Sesama dosen yang puluhan tahun mengajar di jurusan yang sama pun tidak pernah tau siapa istri sahabatnya. Bagi mereka, Istri adalah privasi. Dalam kehidupan keseharian, wanita Arab itu bercadar, memakai pakaian serba hitam, keluar-masuk rumah naik mobil. Rumah mereka pun berpagar tinggi. Ini membawa konsekuensi antar tetangga tidak bisa saling mengenal siapa saja wanita di rumah sebelah. Apalagi tidak ada budaya arisan layaknya di Indonesia, menjadikan interaksi antar warga begitu tetutup. Juga tidak lazim bagi seorang pria untuk memberi bingkisan kepada istri sahabat prianya itu atau anak perempuannya yang sudah dewasa. Karenanya, terhadap wanita Saudi, tidak perlu kita bersikap sok ramah, berlama-lama memandang, apalagi menggoda atau mengganggu. Dipastikan habis riwayat kita. KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

TERIMA KASIH KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN KUANTAN SINGINGI