Materi Biostatistik Memahami dan Mengidentifikasi Skala Pengukuran Variabel

MutiaAsnimulia 5 views 23 slides Sep 02, 2025
Slide 1
Slide 1 of 23
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23

About This Presentation

Memahami dan Mengidentifikasi Skala Pengukuran Variabel


Slide Content

Memahami dan Mengidentifikasi Skala Pengukuran Variabel Nama-nama Kelompok: Fadilla Mayza Harimah Khoirunissa Mutia Asnimulia BIOSTATISTIK

Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke dalam bentuk yang dapat dianalisis oleh penliti . Dengan demikian , pengukuran selalu melibatkan penggunaan prosedur yang secara simbolik dapat merefleksikan dimensi realitas dalam dunia analitik si peneliti . Singkatnya , titik fokus pengukuran adalah pemberian “ angka ” terhadap data empiris berdasarkan sejumlah aturan / prosedur tertentu . ada tiga komponen yang dibutuhkan dalam setip pengukuran , yaitu : kejadian empiris (empirical events) yang dapat diamati , penggunaan angka (the use of numbers) untuk menggambarkan kejadian tersebut , sejumlah aturan pemetaan (set of mapping rules) A. KOMPONEN PENGUKURAN

Agar lebih jelas memahami tiga komponen yang diperlukan dalam pengukuran maka disajikan tabel berikut . Dalam contoh , diasumsikan hanya ada dua administrator (Sumi dan Soma), yang masing-sing mengawasi dua orang bawahan (Johan dan Rena, Andi dan Sekar ). Kemudian kita menaksir kejadian empiris ( jenis kelamin administrator dan kepuasan kerja bawahan ) untuk masing-masing individu dan member angka menurutaturan pemetaan yang telah digariskan oleh peneliti . Lanjutan

B. PROSES PENGUKURAN Proses pengkuran dapat digambarkan sebagai sederetan tahap yang saling berkaitan yang dimulai dari : mengisolasi kejadian emipris , mengembangkan konsep kepentingan (concept of interest), mendefinisikan konsep secara konstitutif dan operasional , mengemangkan skala pengukuran , mengevaluasi skala berdasarkan realiabilitas dan validitasnya hingga penggunaan skala .

Skala pengukuran amat bervariasi . Skala sederhana ( simple scale ) adalah suatu skala yang digunakan untuk mengukur beberapa karakterisitik . Misalnya “ apakah anda laki-laki atau perempuan ?” skala yang kompleks adalah skala yang beragam . Yang digunakan untuk mengukur beberapa karaketristik . Misalnya , bagaimana tanggapan anda tentang pemberantasan penyakit AIDS di kompleks lokasi pelacuran : sangat tidak setuju , tidak setuju , tidak peduli , setuju , sangat setuju . Kendati kompleksitas dan variasi alat pengukuran amat beragam , setiap skala mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkatan sekala dalam pengukuran dalam riset bisnis yaitu : nominal, ordinal, interval, rasio . C. SKALA PENGUKURAN

S kala nominal Adalah sekala yang hanya digunakan untuk memeberikan kategori saja . Sifat kategori bersifat mutually exclusive. Artinya jika satu indicator sudah masuk pada satu kategori maka tidak mungkin masuk kedalam kategori lainnya . Sekala nominal merupakan sekala yang memiliki tingkat yang paling rendah dalam sebuah riset. Contoh : Wanita 1 Laki-laki 2 S kala Ordinal adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan . Akan tetapi jarak antau interval antar tingkatan belum jelas . Sekala ordinal memeiliki tingkatan yang lebih tinggi dinadingak dengan sekala nominal Karena tidak hanya menyatakan kategori saja . Tetapi sudah dapat menyatakan peringkat . S kala Rasio Adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar tingkatan . Pada sekala ini jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas dan memiliki nilai mutlak . sekala rasio memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekala interval Karena disamping dapat menyatakan peringkat , jarak antar tingkatan sudah jelas dan sudah memiliki niai nol mutlak . Nilai nil mutlak memiliki arti bahwa nol benar - benar menyatakan tidak ada . lanjutann

D. VALIDASI Sutau skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur . Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaaat bagi peneliti Karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya dilakukan .

E. Rehabilitas Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor ( skala pengukuran ). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah kosistensi , sedang yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan . Dengan demikian , realibilitas mencakup dua hal utama yaitu ; stabilitas ukuran dan konsistensi internal ukuran (Sekaran, 2000:207-7)

Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun . Kestabilan ukuran dapat membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur sebuah konsep . Terdapat dua jenis uji stabilitas , yaitu test-retest realibility dan realibilitas bentuk paralel ( paralel -form realibility ). Test-Retest Realibility , yaitu koefisien realibilitas yang diperoleh dari pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan . Yaitu ketika kuisioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang sama diberikan kepada responden pada saat ini dan diberikan kembali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda ( misalnya , 2 minggu – 6 bulan ). Kemudian korelasi antar skor yang diperoleh dari responden yang sama dengan dua waktu yang erbeda inilah yang disebut dengan koefisien test-retest. Semakin tinggi koefisien , semakin baik test-retest realibility , sehingga semakin stabil sebuah ukuran untuk waktu yang berbeda . F. STABILITAS UKURAN

Realibilitas Bentuk Paralel ( Parallel-Form Realibility ), terjadi ketika respons dari dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruks yang sama memiliki korelasi yang tinggi . Kedua bentuk pengukuran memiliki item yang serupa dan format respons yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan . Yang ingin diketahui di sini adalah kesalahan variabilitas (error variability) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan kalimat dan urutan pertanyaan . Jika dua bentuk pengukuran yang sebanding memiliki korelasi yang tinggi ( katakanlah 0,8 atau lebih ) maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya (reliable) dengan kesalahan varian minimal karena faktor penyusunan kalimat dan ukuran pertanyaan . Lanjutan

Konsistensi internal ukuran merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada dalam ukuran yang menyusun konstruk . Dengan kata lain item-item yang a da harus “ sama ” dan harus “ mampu ” mengukur konsep yang sama secara independen , sedemikian rupa sehingga responden seragam dalam mengartikan setiap item. Hal ini dapat dilihat dengan mengamati apakah item dan subsetitem dalam instrumen pengukur memiliki korelasi yang tinggi . G. KONSISTENSI INTERNAL UKURAN

Realibilitas Konsistensi Antaritem adalah konsistensi jawaban responden untuk semua item dalam ukuran . Ketika sebuah item merupakan ukuran yang independen untuk dua buah konsep yang sama , maka item-item tersebut akan saling berkorelasi . Split-Half Reliability menunjukkan korelasi antara dua bagian instrumen . Estimasi split-half reliability akan berbeda , tergantung pada bagaimana item-item dalam ukuran dibagi ke dalam dua bagian Lanjutan

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur , sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif . Dengan skala pengukuran ini , maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka , sehingga lebih akurat , efisien dan komunikatif . Berbagai skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian administrative, pendidikan dan sosial antara lain adalah : a. Skala Likert b. Skala Guttman c. Skala Scale d. Semantic Deferential Ke empat jenis skala tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan mendapatkan data interval, atau rasio . Hal ini akan tergantung pada bidang yang akan diukur . H. MACAM-MACAM SKALA PENGUKURAN

a. Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengukur sikap , pendapat , dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial . Dalam penelitian , fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti , yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian . Dengan skala likert , maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel . Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan . b. Skala Guttman Skala pengukuran dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”; “benar-salah”; “pernah-tidak pernah”; “positif-negatid”; dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau pada skala Likert terdapat 3,4,5,6,7 interval, dari kata “sangat setuju” samapai “sangat tidak setuju”, maka pada dalam skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Lanjutan

Contoh : 1. Bagaimana pendapat anda , bila orang itu menjabat Kepala Sekolah di sini ? a. Setuju b. Tidak setuju 2. Pernahkah Pemilik Sekolah melakukan pemeriksaan di ruang kelas anda ? a. Tidak pernah b. Pernah Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda , juga dapat dibuat dalam bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan terendah nol. Misalnya untuk jawaban setuju diberi skor 1 dan tidak setuju diberi skor 0. Analisa dilakukan seperti pada skala Likert. Lanjutan

C. Semantic Defferensial Skala pengukuran yang berbentuk semantic defferensial dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist , tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawaban “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval, dan biasanya skala ini digunakan untuk mengukur sikap/karakteristik tertentu yang dipunyai oleh seseorang.

d. Rating Scale Dari ke tiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan. Tetapi dengan rating-scale data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Yang penting bagi penyusun instrumen dengan rating scale adalah harus dapat mengartikan setiap angka yang diberikan pada alternatif jawaban pada setiap item instrumen . Orang tertentu memilih jawaban angka 2, tetapi angka 2 oleh orang tertentu belum tentu sama maknanya dengan orang lain yang juga memilih jawaban dengan angka 2.

lanjutan …. Bila instrumen tersebut digunakan sebagai angket dan diberikan kepada 30 responden , maka sebelum dianalisis , data dapat ditabulasikan seperti pada gambar 6.1 halaman berikut . Jumlah skor kriterium ( bila setiap butir mendapat skor tertinggi ) = 4 x 10 x 30 = 1200. Untuk ini skor tertinggi tiap butir = 4, jumlah butir = 10 dan jumlah responden = 30. Jumlah skor hasil pengumpulan data= 818. Dengan demikian kualitas tata ruang kelas lembaga lembaga pendidikan A menurut presepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari kriteria yang ditetapkan . Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut . Nilai 818 termasuk dalam kategori interval “ kurang baik dan cukup baik ”. Tetapi lebih mendekati cukup baik .

Data dari pengukuran sikap dengan skala sikap dan pengukuran tata ruang adalah berbentuk data interal . Tetapi data hasil dari pengukuran penambahan pengetahuan seperti di atas menghasilkan rasio . Selain instrument seperti yang di atas , ada instrument penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data nominal dan ordinal. Instrumen untuk menjaring data nominal Contoh : Berapakah jumlah guru di sekolah anda ? ………guru. Berapakah guru yang dapat berbahasa Inggris ? …...guru. Berapa murid yang paling Anda sukai ? ……………murid. Berapakah jumlah komputer yang dapat digunakan di lembaga pendidikan Anda? ………… komputer . Dari mana Anda mengetahui lokasi sekolah ini ? ………….

Misalnya murid bernama E adalah yang paling baik prestasinya , maka murid tersebut diberi rangking 1. Pada tabel 6.3 diberikan contoh instrument untuk mendapatkan data ordinal. Dengan instrumen tersebut responden diminta untuk mengurutkan rangking 23 faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan . Misalnya sistem pembinaan karir merupakan faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi produktivitas , maka faktor no 10 diberi rangking 1. 2. Instrumen untuk menjaring data ordinal Contoh :

Tabel 6.3

I. INSTRUMEN PENELITIAN Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam . Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat dinamakan dengan membuat laporan daripada melakukan penelitian . Begitu masalah penelitian telah dirumuskan dan desain penelitian telah dipilih untuk memecahkan masalah , tugas peneliti selanjutnya adalah memilih teknik pengukuran (measurement) dan mendesain instruen penelitian . Teknik pengukuran pada dasarnya membicarakan mengenai aturan dan prosedur yang digunakan untuk menjembatani antara apa yang terjadi pada dunia nyata . Misalnya jika peneliti ingin mengukur kepuasan kerja karyawan Perumka , teknik pengukuran akan berusaha meyakinkan bahwa tingkat kepuasan kerja benar-benar dapat diukur dengan skala pengukuran tertentu . Proses pengukuran amat berkaitan dengan desain instruen . Desain instrument dapat didefinisikan sebagai p enyusunan instrument pengumpulan data ( biasanya berupa suatu kuisioner ) untuk mendapatkan data yang dibutuhkan guna memecahkan masalah penelitian .

Thanks!
Tags