Transaksi Yang Dilarang dalam Fikih Muamalah dan Praktiknya Pada Masa Kontemporer
Pengantar Fikih Muamalah
Pengertian Muamalah Secara Bahasa: dari kata (عامل-يعامل-معاملة) berarti saling bertindak, saling berbuat, saling mengamalkan. Secara Istilah: memiliki beberapa makna, antara lain: Fikih Muamalah adalah hukum syariah yang mengatur hubungan sesama manusia di dunia, baik yang terkait dengan transaksi keuangan, perkawinana, perselisihan, titipan, dan warisan. ( Ibnu Abidin) Fikih Muamalah adalah hukum syariah yang mengatur hubungan sesama manusia dalam hal keuangan dan hubungan keluarga . Fikih Muamalah adalah hukum syariah yang mengatur hubungan sesama manusia dalam hal keuangan . (makna ketiga yang saat ini lebih difahami ketika membahas tentang fikih muamalah)
Pandangan Islam tentang Fikih Muamalah Islam Tidak Menciptakan Muamalah baru dalam Masyarakat Ketika Nabi diutus di Jazirah Arab, Islam tidak menciptakan bentuk muamalah atau transaksi yang baru. Sebelum Islam datang , orang-orang Arab sudah terbiasa berdagang . Mereka punya pasar dan mereka sudah akrab dengan kegiatan jual-beli , sewa menyewa , utang- piutang , bagi hasil , gadai dan lain-lain sesuai dengan tradisi yang berlaku . قول أبو السائب المخزومي للرسول يوم الفتح: "كنت شريكي في الجاهلية، فنعم الشريك" روى ابن هشام: "وكانت خديجة بنت خويلد امرأة تاجرة ذات شرف ومال، تستأجر الرجال في مالها وتضاربهم إياه بشيء تجعلهم لهم"
Istilah-istilah yang dikenal dalam fiqih muamalah seperti muzara’ah , musaqah , mudharabah , salam , qardh , rahn , hibah , ‘ ariyah , ijarah, ju’alah , wadi’ah , hiwalah , dhaman , syirkah bukanlah produk baru yang dibawa oleh ajaran Islam, melainkan itu adalah praktik yang sudah dilakukan oleh bangsa Arab sebelum Islam datang . Maka ketika Nabi diutus , beliau hanya memberikan respon terhadap apa yang sudah dipraktikkan . Ada yang Nabi setujui dan perbolehkan , ada yang Nabi larang . Ada juga yang tidak dilarang hanya kemudian Nabi memberikan ketentuan dan syarat tertentu . عن ابن عباس: قدم النبي المدينة وهم يسلفون بالتمر السنتين والثلاث، فقال: " من أسلف في شيء ففي كيل معلوم ووزن معلوم إلى أجل معلوم" نهى رسول الله عن بيع حبلة الحبلة
Pandangan Islam tentang Fikih Muamalah Islam Datang dengan kaidah Umum bukan aturan teknis dalam hal Muamalah Aturan syariah dalam muamalah hanya bersifat umum . Islam tidak menyentuh tataran teknis dalam bermuamalah . Aturan yang ada hanya berupa prinsip-prinsip dasar atau kaidah-kaidah yang bersifat general. Sehingga Islam membebaskan manusia untuk berinovasi dan menciptakan transaksi dan kegiatan ekonomi sesuai dengan kemajuan zaman selama transaksi atau kegiatan itu tidak menyimpang dari prinsip dasar yang sudah diatur dalam syariah Islam. Prinsip dasar dalam muamalah di antaranya kewajiban menghadirkan unsur rela sama rela dalam akad , kewajiban melaksanakan dan memenuhi isi perjanjian / akad , larangan gharar , larangan riba , larangan maisir , larangan berbuat zalim , kewajiban berlaku adil .
Pandangan Islam tentang Fikih Muamalah Praktek Muamalah Berlandaskan Akidah dan Akhlak Kegiatan muamalah dalam Islam, harus berlandaskan pada akidah dan akhlak karena keduanya adalah pondasi bagi manusia untuk menjalankan kehidupan. Akidah: menyakini pemilik hakiki adalah Allah, sehingga akan menggunakan harta sesuai dengan ketentuan Allah. Akhlak: praktek muamalah juga harus didasari pada akhlak, sehingga Islam melarang praktek-praktek muamalah yang bertentangan dengan akhlak, seperti: curang, menipu, dzalim dsb. tanpa akhlak, seseorang hanya akan memprioritaskan keuntungan, tanpa memperhatikan dampak dari cara bertransaksinya.
Pandangan Islam tentang Fikih Muamalah Islam Mengkaitkan praktek Muamalah dengan Tujuan Syariat (Maqashid) Aturan dalam fiqih muamalah selalu berpatokan kepada maqashidus Syari’ah yang bertujuan untuk mencapai kemaslahatan dan mencegah kemudaratan dalam kehidupan manusia . Aspek maslahat dalam fikih muamalah adalah yang dominan, karena menjadi sebab tujuan penerapan hukum. Sehingga selama praktek muamalah itu memberikan maslahat bagi manusia dan tidak menimbulkan mudharat , maka Islam memberi kemudahan dan tidak melarangnya , apa pun bentuk transaksinya .
Karakteristik Fikih Muamalah Pertama: Hukum Asal dalam Muamalah adalah Boleh Dalam fiqih muamalah prinsipnya adalah segala sesuatu hukumnya boleh dan halal, kecuali jika ada dalil yang secara eksplisit melarangnya . قُلْ أَرَأَيْتُمْ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ لَكُمْ مِنْ رِزْقٍ فَجَعَلْتُمْ مِنْهُ حَرَامًا وَحَلَالًا قُلْ آللَّهُ أَذِنَ لَكُمْ ۖ أَمْ عَلَى اللَّهِ تَفْتَرُونَ Artinya : Katakanlah : “ Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu , lalu kamu jadikan sebagiannya haram dan ( sebagiannya ) halal”. Katakanlah : “ Apakah Allah telah memberikan izin kepadamu ( tentang ini ) atau kamu mengada-adakan saja terhadap Allah?” (Yunus: 59) قوله صلى الله عليه وسلم: " المسلمون عند شروطهم، إلا شرطا حرم حلالا أو أحل حراما" Jika ada masalah kontemporer dalam muamalah , pertanyaan yang seharusnya kita sampaikan adalah : adakah dalil yang melarang ? Jika tidak ada , maka hukumnya boleh .
Karakteristik Fikih Muamalah Kedua: Hukum Muamalah dibentuk atas dasar illat dan maslahah Fikih muamalat selalu memiliki alasan rasional yang melibatkan pertimbangan maslahat dan mudarat bagi kehidupan manusia di balik setiap hukumnya . Berbeda dengan ibadah , di mana tata cara ritual ibadah tertentu tidak bisa dijangkau oleh nalar manusia . Dalam transaksi-transaksi yang dilarang dalam Islam, di balik setiap larangannya ada illat atau alasan hukum yang bisa ditakar dengan nalar manusia . Baik karena ada kemaslahatan yang ingin dicapai atau kemudaratan yang ingin dihindari . Contoh : Riba ( mengandung kedzaliman dan menghapuskan semangat tolong-menolong ), maysir / judi ( mendorong malas bekerja ), gharar ( tidak tercapainya unsur Ridho), pengecualian jual beli salam dari larangan umum menjual barang yg tidak dimiliki . Kenapa Rasulullah melarang menjual barang yang belum dimiliki ? Kenapa Rasulullah menolak regulasi harga ?
Karakteristik Fikih Muamalah Ketiga: Hukum Muamalah sebagian besar bersandar pada Urf dan adat. Praktek fikih muamalah tidak bisa lepas dari adat / kebiasaan yang berlaku di suatu daerah , sehingga prakteknya bisa berubah-ubah sesuai dengan tradisi yang berlaku di setiap tempat dan zaman. Contoh : standar penetapan suatu akad itu mengandung gharar atau tidak , itu berlandaskan pada adat / kebiasaan . Urf: Sesuatu yang menjadi kebiasaan banyak orang yang dapat diterima oleh akal dan kewajaran . Adat : Sesuatu yang dilakukan terus-menerus dan berulang-ulang oleh orang-orang dalam batas yang dapat diterima secara logis .
Karakteristik Fikih Muamalah Keempat: Hukum Muamalah Memiliki Dimensi Duniawi (qadha) dan Ukhrawi (diyanah) Praktek muamalah selain berdampak pada konsekuensi hukum yang berlaku (duniawi), juga akan berimplikasi pada dimensi ukhrawi, sehingga setiap orang harus bertanggunjawab atas setiap transaksi yang dilakukan. Contoh: hukum janji dalam produk keuangan syariah.
Karakteristiknya: Ada kemungkinan untung/rugi. Setiap pihak punya kepentingan. Bersifat mengikat. Gharar dapat merusak akad.
Karakteristiknya: Gharar tidak merusak akad. Belum terjadi tanpa serah terima. Tidak ada jaminan keselamatan barang/objek akad. Berlandaskan prinsip toleransi