MATERI PCC MATERI PCCMATERI PCC.....docx

NurRohanni1 4 views 46 slides Mar 07, 2025
Slide 1
Slide 1 of 46
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46

About This Presentation

MATERI PCC


Slide Content

ANTIBIOTIK
1.ANTIBIOTIK
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri.
Persoalannya, sampai saat ini masih ada penggunaan yang keliru terhadap antibiotik.
''Penggunaan antibiotik harus berdasarkan resep dokter. Resistensi antibiotik terjadi karena tidak
patuh aturan pakai dan tanpa resep dokter,'' kata Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan,
Kemenkes, Maura Linda Sitanggang pada Konferensi Pers Pekan Kesadaran Antibiotik, di
gedung Kemenkes, Selasa (14/11).
Resistensi antibiotik dipercepat oleh penggunaan antibiotik secara berlebihan atau tidak rasional,
serta pencegahan dan pengendalian infeksi yang buruk. Resistensi antibiotik terjadi saat bakteri
penyebab infeksi mengalami kekebalan dalam merespon antibiotik.
Menurut WHO (2015), bakteri yang mengalami kekebalan (bakteri resisten) yaitu kondisi
dimana bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik. Sehingga, antibiotik yang awalnya efektif
untuk pengobatan infeksi menjadi tidak efektif lagi.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya :
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
Antimetabolit, misalnya azaserine
Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :
Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin, netilmisin,
paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem), golongan
sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil, seftazidim), golongan beta-
laktam monosiklik, dan golongan penisilin (penisilin, amoksisilin).

Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin, roksitromisin),
golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,
klortetrasiklin).
Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin, levofloksasin, dan
trovafloksasin.
Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-dalfopristin.
Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan asam fusidat.
Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman. Termasuk dalam golongan ini
adalah penisilin, sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol ,
polipeptida, rifampisin, isoniazid dll.
Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau menghambatpertumbuhan
kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga pembasmian kuman sangat tergantung
pada daya tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin,
kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.
Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya terbatas, yakni pada
kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien dengan kondisi yang sangat lemah
(debilitated) atau pada kasus-kasus dengan depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika
bakteriostatik, tetapi harus bakterisid.
Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :
Spektrum luas (aktivitas luas) :

Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba yaitu bakteri gram positif
dan gram negative. Contoh antibiotik dalam kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin,
sefalosforin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan rifampisin.
Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis mikroba saja, bakteri gram
positif atau gram negative saja. Contohnya eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya
bekerja terhadap mikroba gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja
terhadap kuman gram-negatif.
Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :
Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama pada bakteri gram (+)
dan beberapa gram (-). Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi pada
saluran napas bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk
infeksi telinga, bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk
meningkatkan ketahanan thp b-laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir &
menginaktivasi b-laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin +
sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan lambung & usus. Pada dosis
amat tinggi dapat menimbulkan reaksi nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil &
menyusui
Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum kerjanya luas meliputi
bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini barkaitan dengan penisilin dan
digunakan untuk mengobati infeksi saluran pernafasan bagian atas (hidung dan
tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan
lunak, tulang, dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin, Sefaklor, Sefadroksil,
Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya terhadap b-laktamase:
Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b laktamase.
Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral
pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius

Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap blaktamase.
Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim
Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas
aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim, sefotiam,
sefiksim.Digunakan secara parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim
Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat bakteriostatis. Obat golongan ini
dicadangkan untuk mengobati infeksi berbahaya pada pasien yang alergi terhadap
penisilin atau pada kasus yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya
lebih sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob. Penggunaannya
aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin (linkomisin).
Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus. Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama seperti yang diobati penisilin dan
juga untuk infeksi lainnya seperti kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker,
konjungtivitis mata, dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula
untuk mengobati beberapa jenis jerawat.
Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin, Oksitetrasiklin, doksisiklin dan
minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai kadar plasma yang bersifat
bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya
luas kecuali thp Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis (penyebab
penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa. Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-
paru, saluran kemih, kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya
selama kehamilan & pada anak kecil.
Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus berdasarkan perintangan
sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis
& H. influenza. Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya
yang tidak efektif bila diobati dengan antibiotik  yang kurang efektif. Penggunaannya
secara oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan anemia
aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella typhi) dan meningitis
(khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-
1%. Contoh obatnya adalah Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan reversibel pada ribosom
kuman, sehingga mengganggu sintesis protein. Penggunaannya merupakan pilihan

pertama pada infeksi paru-paru. Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian
atas seperti infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian bawah
seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk sifilis, dan efektif untuk
penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan oleh serdadu sewaan). Sering pula
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.Contoh obatnya : eritromisin,
klaritromisin, roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.
Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn menghambat enzim DNA
gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis
akut, infeksi saluran pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit
dan jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis uncomplicated
akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal complicated, demam tifoid,
penyakit menular seksual, serta efektif untuk mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
oGenerasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi
oGenerasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin,
pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk
infeksi sistemik lain.
Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan grepafloksasin.Spektrum kerja
sangat luas dan meliputi gram positif.
Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme kerjanya : bakterisid,
berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan diri pada ribosom dalam sel.
Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi pada TBC juga pada
endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan penisilin pada infeksi dengan
Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin, neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai
salep atau tetes mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan keseimbangan
serta nefrotoksik.
Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid, dengan mekanisme
yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja khusus pada kuman gram negatif aerob
misal Pseudomonas, H.influenza yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam
Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif dan negatif. Bersifat
bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis asam folat dalam bakteri yang
dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk DNA dan RNA bakteri.Kombinasi

sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin, sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan
sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan perbandingan
5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan:
Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol
Infeksi mata : sulfasetamid
Radang usus : sulfasalazin
Malaria tropikana : fansidar.
Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
Tifus : kotrimoksazol.
Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol
Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir : icterus, hiperbilirubinemia
Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp kuman gram positif aerob
dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika obat-obat lain tidak ampuh lagi
Penggunaan Antibiotik kombinasi :
Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan antifungi atau, dua
antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram negatif) untuk memperluas
aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam sediaan topikal.
Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim (=
kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi pseudomonas. Multi drug
therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS juga menghasilkan efek sangat baik.
Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang menginaktivir
enzim penisilinase.
Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti tuberkulosa
(rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson + klofazimin dan /atau rifampisin).
Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis masing-
masing komponen dapat dikurangi.

NARKOTIK
2.NARKOTIKA
A.ANTI ANSIETAS DAN ANTI INSOMNIA
ALGANAK
Golongan obat  : Alpazolam 0,25 mg ; 0,50 mg  1 mg
Fungsi                   : Ansietas yang berhubungan dengan depresi , gangguan panik dengan atau
tanpa agoraphobia
Efek samping     :   -
Persamaan nama dari pabrik      : Guardian Pharmatama
ALVIZ
Golongan obat  : Alprazolam 0,5 mg ; 1 mg / tablet
Fungsi                   : Pengobatan jangka pendek ansietas sedang sampai berat dan ansietas yang
berhubungan dengan depresi
Efek samping     : Intoksifikasi fungsi saraf
Persamaan nama pabrik                               : Pharos, Altana Pharma
ASABIUM
Golongan obat : klobazam 10 mg
Fungsi                   : Mengatasi keadaan yang berhubungan dengan ansietas,ketegangan,gangguan
tidur di sebabkan kelainan mental dan emosional
Efek samping     :  -
Persamaan nama pabrik                               : Otto
ATARAX
Golongan obat  : Alprazolam 0,5 mg
Fungsi                   : Gangguan ansietas atau gejala ansietas jangka pendek, ansietas yang
menyertai tekanan hidup sehari-hari biasanya tidak memerlukan obat ansiolitik, efektifitas pada
penggunaan jangka panjang ( lebih dari 4 bulan ) tidak di ketahui.
Efek samping     : Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, amnesia, depresi light headness, bingung
halusinasi, blurred vision.
Persamaan nama pabrik                               : Mersi
ATIVAN
Golongan obat  : Lorazepam 0,5 mg ; 1 mg ; 2 mg
Fungsi                   : Ansietas gangguan psikoneurotik, gangguan kecemasan pada situasi psikotik
dan depresi berat
Efek samping     :  -
Nama pabrik      : Sunthi sepuri, wyeth

CALMLET
Golongan obat  : Alprazolam 0,25 mg ; 0,5 mg ; 2 mg
Fungsi                   : Gejala ansietas termasuk ansietas disertai gejala depresi, panik disorder
dengan atau tanpa agoraphobia.
Efek samping     :  -
Nama pabrik      : Sunthi sepuri
D ECAZEPAM
Golongan obat  :D iazepam 5 mg / tablet
Fungsi                   : Neuroleptikum
Efek samping     :  -
Nama pabrik      : Harsen
DIOBRIUM
Golongan obat  : Klordiazepoksid hidroklorida
Fungsi                   : Gangguan fisiologis kejiwaan, kecemasan,mudah tersinggung,dan perasaan
tidak enak
Efek samping     :  -
Nama pabrik      : Cendo
FRISIUM
Golongan obat  : Klobazam 10 mg
Fungsi                   : kecemasan, gangguan psikomotori, pengobatan epilepsy
Efek samping     : kelelahan, mulut kering,pusing
Nama pabrik      : Aventis
MERLOPAM
Golongan obat  : Lorazepam 0,5 mg ; 2 mg
Fungsi                   : Pengobatan jangka pendek berhubungan dengan gejala depresi
Efek samping     : Mengantuk, perasaan lemah dan lesu
Nama pabrik      : Mersi
LIBRIUM
Golongan obat  : Chiordiazepoxide
Fungsi                   :P engobatan jangka pendek  ansietaas dan sindrom putus alcohol akut
Efek samping     : ataksia, mengantuk, kebingungan mental, terutama pada lansia
Nama Pabrik      : Valeant / Combiphar
SERENAL-10
Golongan obat  : oxazolam
Fungsi                   : Neurosis, keluhan psikosomatis
Efek samping     : Mengantuk, pusing, sakit kepala, insomnia, anorexia,gangguan pergerakan
lidah, mulut kering, gelisah,erupsi kulit.

Nama pabrik      : Sankyo
VALDIMEX
Golongan obat  : Diazepam 5 mg
Fungsi                   : untuk pengobatan jangka pendek meringan spasme otot rangka
Efek samping     : Mengantuk, ataksia, kelelaha, erupsi pada kulit edema
Nama pabrik      : Mersi farma
B.ANTIDEPRESI DAN ANTIMANIA
ANDEP
Golongan obat  : Fluoksetin hidroklorida 20 mg
Fungsi                   : untuk pengobatan depresi , terutama kategori gangguan depresi mayor
Efek samping     : gangguan syaraf , gangguan saluran cerna
Nama pabrik      : Medikon prima
ANTIPRES
Golongan obat  : Sertalin 50 mg
Fungsi                   :  gejala depsresi dengan atau tanpa riwayat mania
Efek samping     : mual, diare, gangguan fungsi seks pria, tremor
CAURAGE
Golongan obat  :  Fluoksetin 20 mg
Fungsi                   :  Depresi
Efek samping     :  Anoreksia, mual, muntah, dyspepsia, mulut kering , diare
Nama pabrik      : Soho
FRIMANIA
Golongan obat  : Litium Karbonat 200 mg ; 400 mg
Fungsi                   : Mania dan hipomania , depresi,  bipolar
Efek samping     : pada awal pengobatan muntah
Nama pabrik      :  Mersifarma
NOPRES
Golongan obat  : Fluoxetine
Fungsi                   : Depresi
Efek samping     : Cemas, insomnia, mengantuk, lesu,tremor, mual, pusing,sakit kepala
Nama pabrik      : Ferron
OXIPRES
Golongan obat  : fluoksetin Hcl 20mg

Fungsi                   : Depresi kategori mayor
Efek samping     : gelisah, amnesia, insomnia, pusing, bingung
Nama pabrik      : Sandoz
SERLOF
Golongan obat  : sertraline HCL
Fungsi                   : terapi simtomatis gejala depresi dengan atau tanpa riwayat mania, gangguan
absesif kompulsif,gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia stres pasca trauma.
Efek samping     : Anoreksia, mual, diare, dyspepsia,tremor,sakit
kepala,insomniamengantuk,berkeringat,mulut kering,disfungsi seks pada pria
Nama pabrik      : Kalbe farma
TILSAN
Golongan obat  : Maprotilin HCL
Fungsi                   : Depresi endogen
Efek samping     : gangguan hantaran jantung, alveolitis alergi
Nama pabrik      : Otto
TRAN-Q
Golongan obat  : Buspiron hidroklorida 10 mg
Fungsi               : penderita ansietas dengan atau tanpa depresi dimana tidak menimbulkan efek
sedasi
Efek sampnig    : pusing, mual, sakit kepala
Nama pabrik     : Guardian
ZERLIN
Golongan obat  : sertralin 50 mg
Fungsi                   : semua tipe depresi dengan atau tanpa riwayat mania
Efek                       : mual, muntah, mulut kering, diare, insomnia, tremor
Nama pabrik      : Pharos
ZAC
Golongan obat  : fluoxetine
Fungsi                   : depresi
Efek samping     : gelisah, gugup,susah tidur, gemetar,mual,diare,sakit kepala,mulut
kering,penurunan fungsi seks,hiponatremia,berkeringat.
Nama pabrik      : Ikapharmindo

OBAT PATEN GOLONGAN ANTIBIOTIK
A.Golongan Penisilin
1.    AMOXAN CAPSULE 500 mg
Golongan        :           K Merah
Kandungan     :           Amoxicillin/Amoksisilina trihidrat.
Indikasi         :  Infeksi saluran nafas, saluran kemih & kelamin, kulit & jaringan lunak.
Kontra indikasi:          Hipersensitif terhadap Penisilin, Mononukleosis infeksiosa.
Perhatian         :           Hipersensitif terhadap Sefalosporin, Gangguan ginjal, Leukemia limfatik.
Interaksi obat  :          
-          Probenesid memperpanjang waktu paruh Amoksisiklin dalam plasma.
-          Allopurinol meningkatkan kemungkinan ruam kulit.
-          Amoksisiklin mengurangi efektifitas kontrasepsi oral.
Efek samping  : Gangguan lambung-usus, reaksi alergi, anafilaksis, kelainan darah, superinfeksi.
Kemasan         :           Kaplet 500 mg x 10 x 10 biji.
Dosis               :           Dewasa & anak-anak
-          berat badan lebih dari 20 kg : 3 kali sehari 250-500 mg
-          berat badan kurang dari 20 kg : 3 kali sehari 25-50 mg/kg berat badan.
Gonore                        :           3 gram sebagai dosis tunggal.
Penyajian         :           Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
2.    BINTAMOX 500
Komposisi                   :           Amoxicillin 500 mg dan 125 mg / 5 mL
Bentuk Sediaan           :           Kaplet, Sirup kering
Farmakologi                :           Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga terjadi
kebocoran sel bakteri dan bakteri lisis.
Indikasi                       :Infeksi kulit dan jaringan lunak, Infeksi saluran pernapasan, Infeksi
urogenital, Gonorrhoea

Dosis                           :
– Dewasa dan anak-anak dengan berat badan > 20 kg : 250 – 500 mg tiap 8 jam
– Anak-anak dengan berat badan < 20 kg : 20 – 40 mg/kg BB sehari dalam dosis bagi tiap 8 jam.
Kontra Indikasi           :           Riwayat hipersensitif karena amoxicillin
Perhatian                     :           Pregnancy category B
Efek Samping             :
– Reaksi kepekaan seperti erythematosus moculopapular rashes , urtikaria , serumsickness.
– Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare.
  
3.    ETAMOX 500
GOLONGAN             :           G
Kandungan                 :           Amoxicillin/Amoksisilina trihidrat.
Indikasi                       :    Infeksi saluran nafas, saluran kemih & kelamin, kulit & jaringan lunak.
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif terhadap Penicillin, Mononukleosis infeksiosa.
Perhatian                    :           Hipersensitif terhadap Sefalosporin, Gangguan ginjal, Leukemia
limfatik.
Interaksi Obat             :           Probenesid memperpanjang waktu paruh Amoksisiklin dalam
plasma. Allopurinol meningkatkan kemungkinan ruam kulit. Amoksisiklin mengurangi
efektifitas kontrasepsi oral.
Efek Samping    :   Gangguan lambung-usus, reaksi alergi, anafilaksis, kelainan darah,
superinfeksi.
Kemasan                     :           Kaplet 500 mg x 10 x 10 biji.
Dosis                           :           Dewasa & anak-anak
-          berat badan lebih dari 20 kg : 3 kali sehari 250-500 mg
-          berat badan kurang dari 20 kg : 3 kali sehari 25-50 mg/kg berat badan.
Gonore                                    :           3 gram sebagai dosis tunggal.
Pemberian obat           :           Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
4.    PROTAMOX/ PROTAMOX FORTE

Kandungan                 :           Per kapl Protamox Amoxicillin trihydrate 500 mg, K clavulanate
125 mg. Per 5 mL sir kering Protamox Amoxicillin 125 mg, K clavulanate 31.25 mg. Per 5 mL
sir kering Protamox Forte Amoxicillin 250 mg, K clavulanate 62.5 mg.
Indikasi                       :           Infeksi saluran napas atas & bwh, kulit & jar lunak, ISK & infeksi
lain.
Dosis                           :          
-          Kapl ProtamoxDws & anak > 12 thn Infeksi ringan s/d sedang 250 mg.
-          Infeksi berat 500 mg.
-          Sir kering Protamox Anak 7-12 thn 2 sdt, 2-7 thn 1 sdt, 9 bln-2 thn ½ sdt. Sir kering
Protamox Forte Anak 7-12 thn 1 sdt, 2-7 thn ½ sdt. Semua dosis diberikan 3 x/hari. Lama terapi
maks: 14 hari.
-          Gangguan ginjal derajat sedang (bersihan kreatinin 10-30 mL/mnt) 250-500 mg tiap 12
jam.
-          Gangguan ginjal berat (bersihan kreatinin <10 ml/mnt) Dosis tidak >250 mg tiap 12 jam.
Pemberian Obat          :           Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan. Dapat diberikan
kapan saja. Paling baik diberikan pada saat mulai makan agar dapat diabsorpsi lebih baik &
untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif terhadap penicillin.
Perhatian                     :           Kerusakan ginjal, disfungsi hati, fenilketonuria.
Efek Samping             :           Diare, kolitis pseudomembranosa, gangguan GI, indigestion,
kandidiasis. Urtikaria & sindroma Stevens-Johnson, hepatitis sementara, ikterus kolestatik.
5.    AUGMENTIN
Produsen         :           GlaxoSmithKline Indonesia
Komposisi       :           Per tablet salut selaput 625 mg Amoxicillin 500 mg, clavulanic acid 125
mg. Per tablet salut selaput 1 g Amoxicillin 875 mg, clavulanic acid 125 mg. Per 5 mL susp
Amoxicillin 125 mg, clavulanic acid 31.25 mg. Per 5 mL susp forte Amoxicillin 250 mg,
clavulanic acid 62.5 mg.
Indikasi           :           Terapi jangka pendek untuk infeksi bakteri seperti pada saluran napas atas
& bwh, saluran kemih kelamin, kulit & jar lunak, tulang & sendi, & infeksi lain seperti abortus
septik, sepsis purpura, sepsis intra abdominal.
Dosis   :

-          Dewasa Infeksi ringan s/d sedang 250/125 mg 3 x/hari atau 500/125 mg 2 atau 3 x/hari
atau 875/125 mg 2 x/hari.
-          Infeksi berat (termasuk ISK kronik & berulang & infeksi saluran napas bwh) 2 x 250/125
mg 3 x/hari atau 1-2 x 500/125 mg 3 x/hari atau 875/125 mg 3 x/hari.
-          Anak s/d usia 12 thn Infeksi kulit & jar lunak, & tonsilitis rekuren 20/5 s/d 40/10 mg/kg
BB/hari.
-          Otitis media, sinusitis, infeksi saluran napas bwh & ISK 40/10 hingga 60/12 mg/kg
BB/hari. Semua dosis diberikan 3 x/hari.
Pemberian Obat          :           Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan : Dpt diberikan
kapan saja. Paling baik diberikan pada saat mulai makan agar dapat diabsorpsi lebih baik &
untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada GI.
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif terhadap β laktam seperti penicillin & sefalosporin.
Riwayat ikterus atau gangguan fungsi hati yang berhubungan dengan penggunaan amoksisilin-
klavulanat.
Perhatian         :           Reaksi hipersensitivitas sebelumnya. Hindari penggunaan jangka lama.
Lakukan pemantauan fungsi ginjal, hati, & hematopoietik secara periodik. Gangguan fungsi hati,
gangguan ginjal, penurunan keluaran urin, fenilketonuria, diduga demam glandular. Pertahankan
asupan cairan yang adekuat. Hamil & laktasi.
Efek samping  :           Kandidiasis mukokutan, diare, mual, muntah.
Interaksi obat  :           Probenesid, alopurinol & kontrasepsi oral, antikoagulan.
B. Golongan Sefalosporin
1.LONGCEF 125/5 ML SIRUP 60 ML
Tags                             :           THT, tulang, sendi, kulit, urogenital, infeksi, saluran kemih,
saluran cerna, tenggorokan, telinga, pernafasan, hidung, septikemia
Brand                          :           Kalbe Farma
Product Code              :           G
Komposisi                   :           Cefadroxil monohydrate
Indikasi                       :           Infeksi saluran pernafasan, THT, tulang dan sendi, kulit dan jar
lunak, urogenital, sal cerna, pasca bedah, septikemia

Dosis                           :           Dewasa : 1 - 2 g/hari dalam dosis terbagi. Anak : 30 mg/kg
BB/hari dalam dosis terbagi
Pemberian Obat          :           Berikan bersama makanan
Perhatian                     :           Hipersensitif terhadap penisilin. Kerusakan fungsi ginjal.
Pengobatan dengan antibiotik nefrotoksik dan diuretik poten
Interaksi Obat             :           Efek menurun dengan antibiotik bakteriostatik, efek meningkat dan
diperpanjang dengan probenesid
Kemasan                     :           Sirup 125 mg/5 mL x 60 mL x 1
2.DEXACEF
Tags                             :           saluran kemih, kulit, infeksi, saluran pernafasan
Brand                          :           Ferron
Product Code              :           G
Komposisi                   :           Cefadroxil monohydrate
Indikasi                       :           Infeksi sal nafas, sal kemih, kulit dan jar lunak
Dosis
-          Dewasa ISK tanpa komplikasi seperti sistitis : 1 - 2 g/hari terbagi dalam 1 - 2 dosis. ISK
lainnya : 2 g/hari terbagi dalam 2 dosis.
-          Infeksi kulit dan jar lunak : 1 g/hari terbagi dalam 1 - 2 dosis. Faringitis dan tonsilitis : 1
g/hari dosis tunggal atau 2 kali sehari, minimal 10 hari.
-          Infeksi sal nafas infeksi ringan : 500 mg 2 kali sehari. infeksi sedang dan berat : 500 - 100
mg setiap 12 jam.
-          Anak ISK dan infeksi kulit : 30 mg/kg BB/hari tiap 12 jam.
-          Faringitis dan tonsilitis : 30 mg/kg BB/hari. dosis tunggal atau terbagi 2. minimal 10 hari
Pemberian Obat          :           Berikan bersama makanan
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif terhadap sefalosporin
Efek Samping             :           Mual, muntah, diare, ruam kulit, urtikaria, angioedema. Reaksi
hipersensitif, pruritus dan moniliasis genital, vaginitis, neutropenia, leukopenia
Interaksi Obat             :           Penggunaan bersama diuretik, aminoglikosida dan probenesid
Kemasan                     :           Sirup 125 mg/5 mL x 60 mL x 1
3.DURICEF 500 MG KAPSUL
Tags                             :           infeksi

Brand                          :           Bristol-Myers Squibb
Product Code              :           G
Komposisi                   :           Sefadroksil monohidrat 500 mg / kapsul
Indikasi                       :           Infeksi kuman gram positif termasuk stafilokokus penghasil
penisilinas, S.betahemolitikum, S. pneumoniae, S. pyogenes pada saluran nafas, kulit dan
jaringan lunak, saluran urogenital
Dosis                           :
-          Dewasa dan anak BB >40 kg; 1-4 g dalam dosis bagi tiap 8-12 jam
-          Anak BB< 40 kg: 25-50 mg/kgBB/hari dalam dosis bagi tiap 8-12 jam
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif
Efek Samping             :           Mual, muntah, diare, dispepsia, perut terasa tidak enak, ruam
pruritis, urtikaria, angioudem, neutropenia reversibel, leukopenia dan transaminase serum
meningkat sedikit
Kemasan                     :           Kapsul 100 x 1
4.Cefixime Dry syrup 100 mg/5 mL x 30 ml
Komposisi                   :           Cefixime atau Sefiksim.
Indikasi                       :           Infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis media (radang
rongga gendang telinga), faringitis & tonsilitis, bronkhitis akut & eksaserbasi (kumatnya
penyakit atau gejala penyakit secara mendadak) akut bronkhitis kronis
Dosis                           :
-          Anak - anak 2 kali dalam sehari 1,5-3 mg/kg berat badan.
-          Infeksi yang lebih berat atau yang tidak mudah untuk ditangani 2 kali dalam sehari 6
mg/kg berat badan. Obat dikonsumsi bersama makanan ataupun tidak.
Kontra indikasi           :           Hipersensitifitas, anak berusia kurang dari 6 bulan dan riwayat
syok yang dikarenakan Cefixime.
Peringatan                   :           Hipersensitifitas terhadap penisilin, gangguan serius fungsi ginjal,
wanita hamil, menyusui, anak berusia 6 bulan, nutrisi per oral kurang, pasien yang menerima
nutrisi parenteral, pasien debil, lansia dan riawayat berbagai macam bentuk alergi baik pribadi
atau dikeluarga pasien.
Efek Samping             :           Syok, gangguan hematologis, gangguan saluran pencernaan,
hipersensitifitas dan kekurangan bitamin K.
5.VELOSEF 500 MG KAPSUL

Brand              :           Bristol-Myers Squibb
Product Code  :           G
Komposisi       :           Sefradin 500 mg
Indikasi           :           Infeksi saluran nafas, saluran urogenital, kulit dan jaringan lunak
Dosis               :
-          Dewasa: sehari 4 x 1-2 kapsul
-          anak: 25-50 mg/ kgBB/ hari dibagi dalam 2-4 dosis
Kontra Indikasi:          Hipersensitif
Kemasan         :           Kapsul 60 x 1
C. Golongan Aminoglikosida
1.    KANAMYCIN MEIJI
Pabrik              :           meiji
Golongan        :           obat keras
Kemasan         :           botol 60 ml syrup;1apsul 250 mg;1 vial 0.5 g injeksi; 1 vial 1 g injeksi; 1
vial 2 g injeksi
Kandungan     :           kanamycin 250 mg/kapsul; 50 mg/ml syrup;0.5 g,1 g,2 g/vial injeksi
Indikasi           :           infeksi bakteri terutama bakteri gram negatif seperti  E. coli, Proteus spp.,
Serratia marcescens, Klebsiella pneumoniae , Dysentery bacillus, Vibrio parahaemolyticus,
staphylococcus dan bakteri lain yang sensitif. kanamycin meiji juga digunakan untuk pengobatan
koma hepatikum.
Kontra indikasi :         Fungsi ginjal, pasien dengan gangguan fungsi organ rumah siput dan
rongga depan telinga, hipersensitivitas ataupun reaksi toksisitas terhadap kanamisin (kanamycin)
atau aminoglikosida lainnya. Wanita hamil dan menyusui. Pemberian secara intraperitoneal
selama operasi pada pasien yang mendapat senyawa penghambat neuromuskular.
Efek samping  :           Tinnitus atau kehilangan pendengaran dan gangguan pada ginjal. Reaksi
hipersensitivitas terhadap kanamisin (kanamycin) juga dilaporkan sering terjadi.
Perhatian         :           hati-hati memberikan kanamisin (kanamycin) pada penderita dengan
kerusakan fungsi ginjal, gangguan fungsi pendengaran, intestinal ulcer, pasien usia lanjut atau
pasien dengan kondisi kesehatan rendah. Kombinasi dengan obat anestesi atau relaksan otot
dapat memperburuk depresi pernafasan
Interaksi obat  :           diuretik, antiemetik, larutan injeksi kalsium, vitamin K, streptomycin atau
viomycin.

Dosis               :          
-          kapsul
dewasa : 2-4 g (pot) per hari, dibagi dlm beberapa dosis tiap 5-6 jam
anak-anak : 50-100 mg/kg BB/hari dibagi dalam beberapa dosis tiap 5-6 jam.
-          sirup
dewasa : 2-4 g (pot) per hari atau 40-80 ml/hari dibagi dalam 4 dosis.
anak-anak : 1-2 ml/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis
2.    SAGENTAM CREAM
Pabrik              :           Sanbe farma
Golongan        :           Harus dengan resep dokter
Kemasan         :           Tube 10 gram cream
Tersedia juga sagestam salep, sagestam tetes mata, sagestam salep mata, sagestam ear drops, dan
sagestam injeksi.
Kandungan     :           Gentamicin sulfate 0.1 %
Indikasi           :
-          Infeksi primer kulit : impetigo contagiosa, folikulitis superfisial, ecthyma, furunkulosis,
sycosis barbae, dan pioderma gangrenosum.
-          Infeksi kulit sekunder : dermatitis eczematoid yang menular, jerawat, psoriasis pustular,
dermatitis seboroik yang disertai infeksi, dermatitis kontak yang disertai infeksi, laserasi
terinfeksi, kista kulit dan abses kulit lainnya bila didahului dengan insisi dan drainase,
paronychia, borok stasis / kulit yang terinfeksi, luka bakar dangkal yang disertai infeksi,
termasuk infeksi setelah gigitan serangga.
Kontra indikasi           :           hipersensitivitas (alergi) terhadap  gentamicin atau antibiotika
golongan aminoglikosida lainnya. Hindarkan juga pemakaian antibiotik ini untuk bayi prematur
ataupun bayi baru lahir.
Efek samping              :           iritasi ringan pada kulit seperti erythema, dan pruritus
Perhatian                     :

Obat ini hanya ditujukan untuk mengobati infeksi pada kulit. Hindari kontak dengan mata.
Sagestam cream (gentamicin sulfate) adalah obat yang termasuk bakterisida, jadi obat ini tidak
efektif untuk infeksi kulit yang disebabkan oleh jamur atau virus.
Penggunaan antibiotik topikal bisa menimbulkan superinfeksi (pertumbuhan kuman secara tidak
normal) oleh bakteri, jamur, virus atau kuman-kuman non peka lainnya. Selain itu, obat-obat
antibiotik topikal juga bisa menimbulkan iritasi kulit. Jika superinfeksi dan atau iritasi kulit
terjadi, segera hentikan pemakaian obat.
Jika obat ini digunakan untuk mengobati impetigo contagiosa (bisul), bersihkan kerak terlebih
dahulu sebelum diaplikasikan pada kulit untuk memungkinkan kontak yang maksimal.
Jangan digunakan untuk pengobatan jangka panjang.
Obat ini bisa menyebabkan kulit lebih sensitif terhadap sinar matahari, sehingga lebih mudah
terbakar. Gunakan obat ini hanya pada area terinfeksi (jangan pada area yang luas), dan hindari
kontak langsung dengan sinar matahari.
Dosis               :           Oleskan pada kulit yang terinfeksi 3 – 4 x sehari.
3.    SOFRA TULLE
Produsen         :           Sanofi Aventis
Komposisi       :           Framycetin sulfate
Indikasi           :           Luka karena panas, trauma, ulserasi, infeksi sekunder & elektif pada kulit
Dosis               :           Bersihkan luka sblmnya, lalu lesi ditutup dengan selapis Sofra-tulle.
Kemudian balut sebagaimana mestinya. Utk luka dengan eksudat, ganti kasa ini 1 x/hari.
Kontra Indikasi:          Alergi terhadap framisetin atau infeksi oleh kuman yang tidak peka
terhadap framisetin
Perhatian         :           Alergi terhadap antibiotik derivat streptomises. Luka bakar luas.
Efek samping  :           Ototoksisitas (luka terbuka, lesi pada daerah yang luas, gangguan ginjal
pada pemakaian jangka lama).
4.    CENDO STATROL TETES MATA
Pabrik              :           cendo
Golongan        :           Harus dengan resep dokter
Kemasan         :           botol 5 ml tetes mata
Kandungan     :           Neomycin sulphate setara neomycin base 3.5 mg, polymixin B sulphate
16.250 IU, phenylephrine HCl 2 mg

Indikasi           :           Penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi bakteri Staphilococcus
aureus, E.coli, H.influenzae, Klebsiella sp, Enterobacter sp, neisseria sp, dan pseudomonas
aeruginosa.
Kontra Indikasi           :           hipersensitif, glaukoma sudut sempit.
Efek samping  :           Pada penggunaan jangka panjang, bisa menyebabkan rasa gatal, iritasi,
dan infeksi sekunder.             Bisa menyebakan sensitisasi kulit dan konjungtiva. Pada beberapa
orang yang peka, kadang menimbulkan reaksi hipersensitif.
Perhatian         :           menyebabkan superinfeksi berupa pertumbuhan bakteri yang tidak peka.
Bila terjadi sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan.
jika terjadi iritasi, hentikan pemakaian obat ini.
Dosis               :
-          teteskan obat pada mata, 1-2 tetes 2-4 x sehari selama 7-10 hari
-          untuk infeksi akut : 1-2 tetes setiap 15-30 menit.
5.    AMIKIN
Pabrik              :           Bristol-Myers Squibb
Golongan        :           harus dengan resep dokter
Kemasan         :          
vial 1 ml 250 mg injeksi
vial 2 ml 500 mg injeksi
vial 4 ml 1 gram injeksi
Kandungan     :
amikacin sulfat setara amikacin 250 mg / ml vial injeksi
amikacin sulfat setara amikacin 500 mg / 2 ml vial injeksi
amikacin sulfat setara amikacin 1 gram / 4 ml vial injeksi
Indikasi           :
Untuk pengobatan infeksi yang parah oleh bakteri gram negatif yang peka seperti Pseudomonas
aeruginosa, E. Coli, Proteus Sp, Provindencia stuartii, Klebsiella Enterobacter-Serratia Sp, dan
Acinetobacter sp.
Digunakan juga untuk pengobatan infeksi non-tuberkulosis dan tuberkulosis oleh strain yang
sensitif jika antibiotik generasi pertama sudah tidak mempan lagi.

Obat ini umumnya digunakan untuk pengobatan septikemia (termasuk sepsis neonatal), infeksi
saluran pernafasan yang serius, infeksi tulang dan sendi, infeksi sistem saraf pusat (termasuk
meningitis), infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi intraabdominal (termasuk peritonitis),
infeksi pada luka bakar, infeksi pasca operasi (termasuk pasca bedah vaskular), infeksi saluran
kemih yang mengalami komplikasi dan rekuren.
Kontra indikasi           :           penderita yang memiliki riwayat reaksi hipersensitivitas (alergi)
terhadap amikacin dan antibiotik golongan aminoglikosida lainnya karena ada kemungkinan
terjadinya sensitivitas silang.
Efek samping              :           toksisitas atau nefrotoksisitas terutama jika dosis dan hidrasi yang
sesuai tidak diperhatikan. Oleh karena itu level obat dalam darah dan kondisi ginjal harus
diperhatikan.
Perhatian                     :           Tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita hamil dan
menyusui. Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien gagal ginjal.
Interaksi obat              :           Pemakaian bersamaan dengan sefalosporin dan antibiotik
aminoglikosida lain akan meningkatkan nefrotoksisitas.
Dosis               :          
-          Dosis sehari 15 mg / Kg BB dibagi dalam 2 dosis
-          Bayi baru lahir atau bayi prematur, dosis awal : 10 mg / Kg BB dibagi dalam 2 dosis.
D. Golongan Kloramfenikol
1.    PALMICOL
Pabrik                          :          otto
Golongan                    :           obat keras
Kemasan                     :           dos 10×10 kapsul, botol 60 ml syrup
Kandungan                 :           kloramfenikol 250 mg/ kapsul, kloramfenikol 125 mg/ 5 ml syrup
Indikasi                       :           demam tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp, H.influenzae,
terutama infeksi meningeal, Rickettsia, Lympogranulloma psitatacosis, bakteri gram negatif
penyebab bakteria meningitis, infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik lain,  tidak untuk
hepatobilier dan gonorrhoea
Kontra indikasi           :           pasien yang hipersensitf terhadap kloramfenikol (chloramphenicol)
dan derivatnya. Sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
jangan menggunakan palmicol (chloramphenicol) untuk pengobatan influenza, batuk pilek dan
faringitis.

Efek Samping palmicol           :           Anemia aplastik, palmicol (chloramphenicol) juga
menyebabkan tertekannya sumsum tulang belakang selama pemakaian, dan bisa menyebabkan
leukemia (kanker darah atau kanker sumsum tulang) pada pemakaian dalam jangka waktu lama.
pemberian secara Intravena bisa menyebabkan sindrom abu-abu pada bayi baru dilahirkan
ataupun bayi prematur. efek lain palmicol (kloramfenikol) adalah hipersensitivitas,
ruam,urtikaria, mual, muntah, diare, sakit kepala dan super infeksi.
Perhatian                     :           palmicol (kloramfenikol) terdeteksi ikut keluar bersama ASI,
sehingga jika memungkinkan pemakaian palmicol (kloramfenikol) selama menyusui sebaiknya
dihindari.Hati-hati memberikan palmicol (chloramphenicol) kepada wanita hamil, pasien dengan
fungsi ginjal yang buruk, neonatus, dan bayi prematur. Pemakaian dengan jangka waktu lama
perlu dilakukan pemeriksaan hematologik berkala. Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi
dengan jamur dan bakteri.
interaksi obat               :           dikumarol, fenitoin,tolbutamid,fenobarbital dan sejenisnya
Dosis                           :           dewasa 4 x sehari 1-2 kapsul, anak bayi > 2 minggu 50 mg/kg
BB/hari dalam 3-4 dosis bagi, bayi < 2 minggu dan prematur 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis
2.    ARMACORT CREAM
Pabrik              :           ifars
Golongan        :           Harus dengan resep dokter
Kemasan         :           tube 5 gram dan 10 gram cream
Kandungan     :           chloramphenicol 20 mg, hydrocortisone acetate 25 mg
Indikasi           :           digunakan secara topikal untuk mengobati penyakit eksim, dermatitis
kontak, dan penyakit kulit lain yang peka terhadap chloramphenicol dan kortikosteroid.
hydrocortisone adalah satu-satunya kortikosteroid topikal yang direkomendasikan untuk bayi di
bawah 1 tahun. Digunakan untuk mengatasi ruam kulit yang disertai manifestasi inflamasi berat
akibat penggunaan popok, eksim atopik, dan gigitan atau sengatan serangga.
Kontra indikasi           :           hipersensitif pada obat golongan kortikosteroid, hipersensitif pada
chloramphenicol. Armacort, sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang menderita infeksi jamur
sistemik, penderita TBC aktif, herpes zoster, herpes simplex, dan infeksi virus lain.
Efek samping              :           Pada penggunaan jangka panjang, bisa menyebabkan atrofi, striae,
telangiectasias, sensasi kulit seperti terbakar, rasa gatal, iritasi, kulit kering, folikulitis, jerawat,
hipopigmentasi, dermatitis perioral, dermatitis kontak alergi, infeksi sekunder, dan miliaria. Pada
beberapa orang yang peka, kadang menimbulkan reaksi hipersensitif.

Perhatian                     :           Jangan menggunakan obat ini pada area mata atau dekat area mata.
Area kulit yang diolesi cream armacort sebaiknya tidak dibalut verban, karena bisa
meningkatkan penyerapannya ke dalam darah dan menimbulkan efek samping sistemik.
Belum diketahui apakah kortikosteroid topikal bisa diekskresikan melalui air susu ibu (ASI),
namun karena potensi bahaya yang mungkin timbul pada bayi, sebaiknya penggunaan obat ini
oleh ibu menyusui dilakukan secara hati-hati.
Penyerapan ke dalam darah terjadi lebih besar pada pasien anak usia < 6 tahun, penggunaan pada
area kulit yang luas, penggunaan jangka panjang, dan penggunaan pakaian ketat pada area kulit
yang diobati. Pada situasi ini, kortikosteroid topikal akan menimbulkan efek samping sistemik
yang lebih besar
Dosis               :           cream dioleskan pada area kulit terinfeksi 2 x sehari.
3.    THIAMPHENICOL
Indikasi                       :           tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp, H. influenzae, terutama
infeksi meningeal, Rickettsia, Lympogranulloma psittacosis, bakteri gram negatif penyebab
bakteria meningitis, infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik lain. Antibiotik ini sangat
umum digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, dan
infeksi saluran kemih misalnya gonore
Kontra indikasi           :           hipersensitf terhadap tiamfenikol (thiamphenicol) dan antibiotik
derivat chloramphenicol lainnya, pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Jangan
menggunakan antibiotik ini untuk pengobatan influenza, batuk pilek dan infeksi lain yang
disebabkan oleh virus.
Efek samping              :           reaksi hipersensitivias / alergi, gangguan pada saluran pencernaan
seperti mual, muntah, diare. Sariawan, glositis, ensefalopati, depresi mental, sakit kepala,
ototoksisitas, anemia hemolitik dan reaksi jarish-herxheimer. Jika antibiotik ini digunakan dalam
jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan pendarahan, neuritis optik dan perifer.
Berpotensi fatal adalah penekanan pada sumsum tulang belakang, sindrom abu-abu pada bayi
baru lahir dan prematur. Jika tanda – tanda hipersensitivitas muncul segera hubungi pihak medis
karena bisa menyebabkan shock anafilaktic yang bisa berakibat fatal.
Perhatian                     :           penderita dengan gangguan fungsi ginjal sebaiknya dosis
tiamfenikol (thiamphenicol) dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi obat. Selama
pemakaian dianjurkan untuk minum minimal 1.5 liter/hari untuk mencegah kristaluria. Pada
pemakaian dalam jangka waktu yang panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah secara
periodik untuk antisipasi terjadinya diskrasia darah. Tiamfenikol (thiamphenicol) juga  terdeteksi
ikut keluar bersama ASI, sehingga jika memungkinkan pemakaian tiamfenikol (thiamphenicol)
selama menyusui sebaiknya dihindari

Interaksi obat              :           dapat meningkatkan efek warfarin dan sulfonylurea, meningkatkan
kadar fenitoin dalam plasma darah. Metabolisme tiamfenikol (thiamphenicol) meningkat pada
pemberian bersamaan dengan fenobarbital dan rifampisin
Dosis                           :           dewasa anak bayi > 2 minggu 50 mg / kg BB / hari dalam 3 – 4
dosis bagi, bayi < 2 minggu dan prematur 25 mg / kg BB / hari dalam 4 dosis.
4.    ZENICHLOR
Pabrik              :           zenith
Golongan        :           obat keras
Kemasan         :           botol 60 ml suspensi, kaleng 1000 kapsul
Kandungan     :           chloramphenicol 250 mg/ kapsul, chloramphenicol palmitat setara
chloramphenicol 125 mg/ 5 ml
Indikasi           :           tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp, H.influenzae, terutama infeksi
meningeal, Rickettsia, Lympogranulloma psitatacosis, bakteri gram negatif penyebab bakteria
meningitis, infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik lain,  tidak untuk hepatobilier dan
gonorrhoea
Kontra indikasi           :           pasien yang hipersensitf terhadap kloramfenikol (chloramphenicol)
dan derivatnya. Sebaiknya tidak diberikan kepada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati.
jangan menggunakan zenichlor (chloramphenicol) untuk pengobatan influenza, batuk pilek dan
faringitis.
Efek samping              :           anemia aplastik, meskipun jarang tetapi secara umum sangat fatal
bila terjadi. zenichlor (chloramphenicol) juga menyebabkan tertekannya sumsum tulang
belakang selama pemakaian, dan bisa menyebabkan leukemia (kanker darah atau kanker sumsum
tulang) pada pemakaian dalam jangka waktu lama. pemberian secara Intravena bisa
menyebabkan sindrom abu-abu pada bayi baru dilahirkan ataupun bayi prematur. efek lain
zenichlor (chloramphenicol) adalah hipersensitivitas, ruam,urtikaria, mual, muntah, diare, sakit
kepala dan super infeksi.
Perhatian                     :           ikut keluar bersama ASI, sehingga jika memungkinkan pemakaian
zenichlor (chloramphenicol) selama menyusui sebaiknya dihindari. Hati-hati memberikan
zenichlor (chloramphenicol) kepada wanita hamil, pasien dengan fungsi ginjal yang buruk,
neonatus, dan bayi prematur. Pemakaian dengan jangka waktu lama perlu dilakukan pemeriksaan
hematologik berkala. Hati-hati terhadap kemungkinan super infeksi dengan jamur dan bakteri.
Interaksi obat              :           dikumarol, fenitoin, tolbutamid, fenobarbital dan sejenisnya

Dosis                           :           dewasa 4 x sehari 1-2 kapsul, anak bayi > 2 minggu 50 mg/kg
BB/hari dalam 3-4 dosis bagi, bayi < 2 minggu dan prematur 25 mg/kg BB/hari dalam 4 dosis
5.    Opiphen®
Pabrik              :           otto
Golongan        :           obat keras
Kemasan         :           dos 10 x 10 kapsul 500 mg, botol 60 ml syrup kering
Kandungan     :           thiamphenicol 500 mg / kapsul, thiamphenicol  125 mg / 5 ml syrup kering
Indikasi           :           tifus, paratifus, infeksi Salmonella sp sp, H. influenzae, terutama infeksi
meningeal, Rickettsia, Lympogranulloma psittacosis, bakteri gram negatif penyebab bakteria
meningitis, infeksi kuman yang resisten terhadap antibiotik lain. Umum digunakan untuk
pengobatan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, dan infeksi saluran kemih
misalnya gonore
Kontra indikasi           :           terhadap opiphen (thiamphenicol) dan antibiotik derivat
chloramphenicol lainnya. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati. Jangan menggunakan
antibiotik ini untuk pengobatan influenza, batuk pilek dan infeksi lain yang disebabkan oleh
virus.
Efek samping  :           reaksi hipersensitivias / alergi, gangguan pada saluran pencernaan seperti
mual, muntah, diare. Sariawan, glositis, ensefalopati, depresi mental, sakit kepala, ototoksisitas,
anemia hemolitik dan reaksi jarish-herxheimer. Pendarahan, neuritis optik dan perifer (jangka
panjang). Fatal adalah penekanan pada sumsum tulang belakang, sindrom abu-abu pada bayi
baru lahir dan prematur.
Jika tanda – tanda hipersensitivitas muncul segera hubungi pihak medis karena bisa
menyebabkan shock anafilaktic yang bisa berakibat fatal.
Perhatian         :
-          penderita dengan gangguan fungsi ginjal sebaiknya dosis opiphen (thiamphenicol)
dikurangi untuk mencegah terjadinya akumulasi obat.
-          selama pemakaian dianjurkan untuk minum minimal 1.5 liter / hari untuk mencegah
kristaluria.
-          pada pemakaian dalam jangka waktu yang panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan
darah secara periodik untuk antisipasi terjadinya diskrasia darah.
-          opiphen (thiamphenicol) juga  terdeteksi ikut keluar bersama ASI, sehingga jika
memungkinkan pemakaian opiphen (thiamphenicol) selama menyusui sebaiknya dihindari

Interaksi obat  :           meningkatkan efek warfarin dan sulfonylurea. Juga meningkatkan kadar
fenitoin dalam plasma darah. Metabolisme opiphen (thiamphenicol) meningkat pada pemberian
bersamaan dengan fenobarbital dan rifampisin
Dosis               :
-          dewasa anak bayi > 2 minggu 50 mg / kg BB / hari dalam 3 – 4 dosis bagi,
-          bayi < 2 minggu dan prematur 25 mg / kg BB / hari dalam 4 dosis.
E.  Golongan Tetrasiklin
1.    DOXYCYLINE
Indikasi           :           Infeksi saluran pernafasan, seperti pneumonia, bronkitis, tonsilitis,
nasofaringitis. Infeksi uroginetal, infeksi saluran pencernaan, infeksi pada kulit dan
jaringanlunak.
Kontra Indikasi:          Hipersensitif terhadap tetrasiklin.
Komposisi       :           Doxycycline Hyclate setara dengan 100 mg Doxycycline.
Cara Kerja Obat:
DOXYCYCLINE adalah antibiotika dengan aktivitas antimikroba yang luas. Efektif terhadap
bakteri Gram-negatif, seperti Sterptococcus, Staphylococcus, Bacillus anthracis, Brucella spp.,
Mycoplasma, Klebsiela spp., Treponema pallidum, Rickettsia.
DOXYCYCLINE diabsorpsi dengan cepat dan baik dari saluran pencernaan dan tidak tergantung
dari adanya makanan.
DOXYCYCLINE diekskresi melalui urin dan feses.
Efek Samping :           Kecil kemungkinan timbulnya toksisitas yang disebabkan oleh
Doxycycline, gangguan pada saluran pencernaan, termasuk mual, muntah dan diare. Diare lebih
jarang terjadi dibandingkan dengan tetrasiklin lainnya. Juga dapat timbul reaksi fotosensitivitas
dan reaksi alergi seperti dermatitis, urtikaria dan anafilaksis.
Perhatian:
- Sebaiknya Doxycycline tidak diberikan pada wanita hamil, menyusui dan anak-anak di bawah
umur 8 tahun.
- Antasida yang mengandung aluminium, kalsium dan magnesium akan mengurangi absorpsi
Doxycycline dan sebaiknya tidak diberikan bersama-sama.
- Pemakaian dalam jangka waktu panjang dapat mengakibatkan terjadinya superinfeksi mikroba
yang tidak sensitif.

Interaksi Obat :           Pemberian bersamaan dengan antasida yang mengandung aluminium,
magnesium, sadium bikarbonat dan senyawa besi dapat menurunkan kadar Doxycycline dalam
darah.
Dosis:
- Anak-anak > 8 tahun dengan berat badan < 45 kg:
4.4 mg/kg berat badan per hari dengan interval 12 jam pada hari pertama, selanjutnya 2.2 mg/kg
berat badan per hari.
- Dewasa dan anak-anak > 8 tahun dengan berat badan >= 45 kg:
200 mg setiap 12 jam pada hari pertama, selanjutnya 100 mg per hari.
Pada kasus infeksi berat, baik pada orang dewasa maupun anak-anak, dosis awal dapat diberikan
setiap 12 jam selama diperlukan.
Pengobatan harus dilanjutkan paling sedikit 24 jam sampai 48 jam setelah tanda-tanda dan gejala
reda. Pada infeksi Streptococcus, pengobatan harus dilanjutkan peling sedikit 10 hari. Atau
menurut petunjuk dokter.
Kemasan: Dus isi 10 strip @ 10 kapsul.
2.    DOXYCIN 100 MG KAPSUL
Tags                 :           jar lunak, gonore, sifilis, rickettsiosis, infeksi saluran nafas, kulit, saluran
kemih
Brand              :           Otto
Product Code  :           G
Komposis        :           Doxycycline 100 mg
Indikasi           :           Infeksi saluran nafas, saluran kemih, kulit dan jaringan lunak, gonore,
sifilis dan rickettsiosis
Dosis               :          
-          Dewasa dan anak >8 tahun dan >45 kg : 1 kali sehari 200 mg atau 2 kali sehari 100 mg
pada hari ke-1
-          Dosis pemeliharaan : 1 kali sehari 100 mg atau 2 kali sehari 50 mg
-          Anak >8 tahun dan <45 kg : 4 mg/kg BB diberikan dalam 2 dosis terbagi pada hari ke-1,
lalu dilanjutkan dengan 2 mg/kg BB/hari
-          Uretritis non GO : 2 kali sehari 100 mg selama 7 hari. Sifilis primer dan sekunder : 300
mg dalam dosis terbagi selama 10 hari

Pemberian Obat          :           Berikan sesudah makan
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif terhadap tetraksilkin
Perhatian                     :           Laktasi, hamil, anak <8 tahun
Efek Samping             :           Gangguan Gl, superinfeksi, fotosensitivitas, reaksi hipersensitivitas
Interaksi Obat             :           Fenitoin, fenobarbital, karbamazepin dapat meningkatkan
metabolisme obat. Absorpsi terganggu oleh produk susu, Ca, Al, Mg, Fe
Kemasan                     :           Kapsul 100 mg x 3 x 10
3.    VIBRAMYCIN 100 MG KAPSUL
Tags                 :           jar lunak, saluran urogenital, infeksi bakteri saluran nafas
Brand              :           Pfizer
Product Code  :           G
Komposisi       :           Dexycycline hyclate
Indikasi           :           Infeksi bakteri saluran nafas, saluran urogenital, jaringan lunak
Dosis               :
-          Dewasa : 200 mg pada hari pertama (dosis tunggal atau terbagi), pemeliharaan 100 mg
BB/hari.
-          Anak > 8 tahun : 4 mg/kg BB hari pertama, pemeliharaan 2 mg/kg bb/hari. Infeksi berat :
dewasa 200 mg/hari.
-          Anak > 8 tahun : 4 mg/kg BB/hari. GO akut, uretritis non-GO, infeksi urogenital karena
klamidia : 200 mg/hari selama 7 hari.
-          siflis primer dan sekunder : 300 mg/hari dosis terbagi selama 10 hari. Akne vulgaris : 50
mg/hari selama 12 minggu
Pemberian Obat          :           Berikan sesudah makan
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif terhadap tetrasiklin
Perhatian                     :           Kerusakan sistem organ. Laktasi. Pewarnaan pada gigi
Efek Samping             :           Pertengahan akhir masa kehamilan dan anak < 8 tahun. Hipoplasia
email, superinfeksi. Gangguan Gl, ruam makulopapular dan eritematosa; fotosensitivitas; reaksi
hipersensitivitas

Interaksi Obat             :           Absorpsi tergantung oleh antasid, bismut koloidal, preparat besi
(Fe)
Kemasan                     :           Kapsul 100 mg x 50
4.    DUMOXIN 100 MG TABLET
Tags                 :           infeksi urogenital, infeksi saluran nafas, jar lunak
Brand              :           Actavis
Product Code  :           G
Komposisi       :           Doxycycline HCI
Indikasi           :           Infeksi sal nafas dan jar lunak, infeksi urogenital
Dosis               :
-          Dewasa : 100 mg 2 kali sehari pada 24 jam pertama kemudian 100 mg tiap 24 jam.
Infeksi berat : 200 mg/hari.
-          Anak : 4 mg/kg BB, 2 kali selama 24 jam pertama kemudian 2 mg/kg BB tiap 24 jam.
-          Infeksi berat : 4 mg/kg BB/hari. GO akut : 300 mg dosis tunggal atau 200 mg/hari selama
7 hari.
-          Uretritis non GO : 200 mg/hari selama 10 hari
Pemberian Obat          :           Berikan sesudah makan
Kontra Indikasi           :           Hipersensitif, gangguan fungsi ginjal
Perhatian                     :           Hamil, laktasi, anak < 8 tahun
Efek Samping             :           Mual, diare, dermatitis, reaksi alergi. Superinfeksi. Hipoplasia
enamel, mewarnai gigi. Fotosensitivitas
Interaksi Obat             :           Susu, Ca, Al, Mg, Fe, natrium karbonat mengganggu absorpsi.
Diuretik, netoksilfluran menyebabkan gangguan ginjal
Kemasan                     :           Tablet 100 mg x 50
5.    Dumocycline®
Pabrik              :           alpharma
Golongan        :           obat keras

Kemasan         :           dos 500 kapsul 250 mg
Kandunganb   :           tetracycline hcl setara tetracycline 250 mg / kapsul
Indikasi           :          
-          infeksi Kulit dan jaringan lunak : selulitis, furunkulosis, pastular dermatosis, dan acne
-          Infeksi saluran pernapasan : faringitis, sinusitis, tonsilitis, mastoiditas, ototis media,
bakterial pneumonia, bronkitis, dan laryngitis
-          infeksi telinga, hidung, tenggorokan
-          Infeksi saluran kemih dan kelamin : pielonefritis, sistitis, pielitis, prostalitis, uretritis, dan
gonorrhoeae
-          Infeksi pada saluran pencernaan : gastrocateritis, disentri amuba dan basiler, diare
disebabkan bakteri
-          demam tifoid
-          Infeksi karena pembedahan
Kontra indikasi           :           hipersensitivitas pada dumocycline (tetracycline) dan derivatnya.
Efek samping              :           muntah, diare, radang lidah, radang usus, dermatitis, urtikaria
menghambat perkembangan gigi dan tulang termasuk untuk janin sehingga pemberian
dumocycline (tetracycline) untuk wanita hamil sebaiknya dihindari. Menyebabkan gigi kuning,
abu-abu, coklat hingga hitam, terutama untuk bayi dan anak – anak dibawah 8 tahun.
Menyebabkan efek fotosensitifitas pada kulit (paparan cahaya matahari secara intens sebaiknya
dihindari selama pemakaian antibiotik ini). Dumocycline (tetracycline) juga bisa menyebabkan
kesulitan nafas dan shock anafilaksis pada beberapa orang yang peka
Perhatikan                   :             Hati-hati memberikan dumocycline (tetracycline) pada penderita
dengan fungsi hati dan ginjal yang rusak terutama pada pemakaian obat dalam jangka waktu
panjang. Jangan menggunakan dumocycline (tetracycline) untuk wanita hamil, ibu menyusui ,
bayi dan anak – anak di bawah umur 8 tahun
Interaksi obat              :           dumocycline (tetracycline) jika diberikan bersamaan dengan susu ,
yogurt , dan produk susu lainnya menjadi tidak aktif. Hal yang sama terjadi jika diberikan
bersamaan dengan obat gangguan pencernaan ( antasida dan obat-obat mulas ). Dumocycline
(tetracycline) sebaiknya tidak diberikan untuk pasien yang menggunakan methotrexate
Dosis                           :
dewasa : 1 – 2 gram sehari dibagi dalam 2 – 4 dosis
anak – anak > 8 tahun : 25 – 50 mg / kg BB / hari  dalam 4 dosis

Untuk infeksi berat, dosis dapat ditingkatkan sampai 2 kalinya. obat sebaiknya diberikan 1 jam
sebelum makan atau 2 jam sesudah makan
F.   Golongan Makrolida
1.    ZIBRAMAX 500MG KAPLET STRIP
Indikasi                       :           Untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan bagian atas dan
bawah, infeksi kulit dan jaringan, dan penyakit kelamin
Kandungan                 :           Azithromycin 500 mg
Dosis                           :           Infeksi Chlamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoe : 1000 mg
sebagai dosis tunggal. Infeksi lain seperti infeksi saluran pernapasan bagian atas dan bawah,
infeksi kulit dan jaringan : Dosis total 1500 mg selama 5 hari dengan dosis awal 500 mg
kemudian
Cara Pemakaian          :           Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan. Dapat diberikan
bersama makanan untuk mengurangi rasa tidak nyaman pada saluran cerna
Kemasan                     :           Strip 3 kaplet salut selaput
Golongan                    :           Obat Keras
Kontra indikasi           :           Hipersensitif terhadap azithromisin, eritromisin atau antibiotika
makrolid lainnya
Efek Samping             :           Rash, sakit kepala, diare, nyeri/kram, mual muntah kembung
2.    MEZATRIN 250 MG KAPSUL
Tags                 :           apotikantar, PHS, infeksi saluran nafas, kulit, struktur kulit, apotikonline,
Brand              :           Sanbe
Product Code  :           G
Komposisi       :           Azithromycin dihydrate
Indikasi           :           Infeksi ringan - sedang sal nafas bawah dan atas, kulit dan struktur kulit,
PHS

Dosis               :           Dewasa dan anak > 16 tahun sal nafas atas dan bawah, kulit dan struktur
kulit tanpa komplikasi : hari - 1 : 500 mg/hari, hari 2 - 5 : 250 mg/hari. Servisitis dan uretritis
non GO : 1 g
Pemberian Obat:         Berikan sebelum makan
Kontra Indikasi:          Hipersensitif terhadap azitromisin, eritromisin atau makrolid lain
Perhatian         :           Hamil, menyusui, angioedema, anafilaksis. Gangguan fungsi hati dan
ginjal, pneumonia. Superinfeksi
Efek Samping:                        Mual, nyeri perut, muntah, kembung, diare. Gangguan KV, sal
cerna, sal kemih dan genital, SSP, alergi
Interaksi Obat:                        Ergot. Antasida yang mengandung Al dan Mg. makrolid, digoksin,
teofilin, karbamazepin
Kemasan         :           Kapsul 250 mg x 5 x 6
3.    ZAROM 250 MG KAPSUL
Tags                 :           servisitis, uretritis non-gonore, kulit, jaringan lunak, infeksi saluran nafas
Brand              :           Pyridam
Product Code  :           G
Komposisi       :           Azithromycin
Indikasi           :           Infeksi saluran nafas atas dan bawah, kulit dan jaringan lunak. Uretritis
non-GO dan servisitis
Dosis               :
-          Dewasa : 500 mg 1 kali sehari selam 3 hari. Penyakit menular seksual : 1 g dosis tunggal.
-          Anak : 10 mg/kg/hari dosis tunggal selama 3 hari
Pemberian Obat:         Berikan sebelum makan
Kontra Indikasi:          Hipersensitivitas
Perhatian         :           Gangguan ginjal sedang atau berat, hamil, laktasi
Efek Samping:                        Mual, muntah, rasa tidak enak pada perut, kembung, diare.
Gangguan pendengaran, nefritis ingterstisial, gagal ginjal akut, fungsi hati abnormal,
pusing/vertigo, kejang, sakit kepala, somnolen

Interaksi Obat:                        Teofilin, warfarin, karamazepin, alkoloid ergot, siklosporin,
digoksin, antasid, simetidin, metil prednisolon, zidovudin
Kemasan         :           Kapsul 250 mg x 5 x 6
4.    ABBOTIC XL 500 MG TABLET
Tags                 :           saluran pernafasan, infeksi, abbott, resep, tablet, abbotic xl, obat, apotik
online, apotik antar, radang, bakteri, telinga, kulit, otitis media, virus
Brand              :           Abbott
Product Code  :           G
Komposisi       :           Clarithromycin 500 mg
Indikasi           :           Infeksi saluran nafas, otitis media (radang telinga tengah) akut, infeksi
kulit dan struktur kulit
Dosis               :           500-1000 mg/24 jam selama 7-14 hari
Kontra Indikasi:          Hipersensitif
Perhatian         :           Kerusakan hati atau ginjal. Hamil, laktasi
Efek Samping:                        Diare, mual, nyeri dan rasa tidak enak pada perut, gangguan
pengecapan, dispepsia, sakit kepala
Interaksi Obat:                        Teofilin, karbamazepin, digoksin, warfarin, terfenadin
Kemasan         :           Tablet 500 mg x 10 x 1
5.    AZTRIN 200 MG SIRUP
Tags                 :           apotik online, apotik antar, obat, aztrin, sirup, pharos, infeksi, pernafasan,
kulit, pneumonia, otak
Brand              :           Pharos

Product Cod   :           G
Komposisi       :           Per 5 mL : Azithromycin 200 mg
Indikasi           :           Infeksi saluran nafas atas dan bawah, kulit dan jaringan lunak. Pengobatan
pneumonia yang didapat dari lingkungan
Dosis               :
-          Dewasa : 500 mg/hari selama 3 hari, Dosis alternatif : diberikan selama 5 hari, 500 mg
pada hari pertama dilanjutkan dengan 250 mg/hari pada hari ke dua sampai dengan kelima.
-          Anak : 10 mg/kg BB/hari selama 3 hari. Dosis alternatif : diberikan selama 5 hari, 10
mg/kg BB pada hari pertama, dilanjutkan dengan 5 mg/kg BB/hari pada hari ke dua samapai
dengan kelima
Pemberian Obat:         Berikan sebelum makan
Kontra Indikasi:          Hipersensitif terhadap eritromisin ataupun makrolid
Perhatian         :           Gangguan ginjal sedang atau berat, gangguan hati. Hamil, laktasi
Efek Samping:                        Diare, muntah, rasa tidak enak diperut, kembung, mual, distensi
lambung, nyeri lambung, dispepsia, ikterus kolestatik. Ruam kulit, gangguan sal kemih kelamin,
sakit kepala, vertigo, somnolen, kelelahan menyeluruh
Interaksi Obat:                        Antasid yang mengandung Al dan Mg, warfarin, derivat ergot,
teofilin. Mengganggu metabolisme siklosporin. Meningkatkan kadar digoksin dalam darah
Kemasan         :           Sirup 200 mg/5 mL x
G. Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
1.    RIFAMTIBI 600 MG KAPLET
Tags                 :           lepra, tuberkulosis, paru-paru, apotikantar, apotikonline, rifamtibi kaplet
Brand              :           Sanbe
Product Code  :           G
Komposisi       :           Rifampicin
Indikasi           :           Tuberkulosis dan lepra
Dosis               :
-          Dewasa : Dengan BB < 50 kg : 450 mg/hari. Dengan BB ≥ 50 kg : 600 mg/hari.
Diberikan dosis tunggal selama 4 minggu pertama. 5 bulan berikutnya, 600 mg 2 kali seminggu.

-          Anak : 10 - 20 mg/kg BB/hari dosis tunggal. Dikombinasi dengan isonicotine hydrazine
atau etambutol
Pemberian Obat:         Berikan sebelum makan, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
Kontra Indikasi:          Ikterus, hipersensitif
Perhatian         :           Hamil trimester-1. alkoholisme. Gangguan fungsi hati
Efek Samping :           Gangguan gastrointestinal, fungsi hati abnormal, reaksi demam seperti
gejala flu. Perubahan fungsi hati dan ginjal (karena hipersensitif). Reaksi kulit, eosinofilia,
leukpenia, trombositopenia, purpura, hemolisis, syok. Urin, spuntum, air mata berwarna merah,
mewarnai lensa kotak
Interaksi Obat:                        Menurunkan efektifitas kartikosteroid, antikoagulan kumarin,
digitoksin, metadon, kontrasepsi oral, tolbutamid
Kemasan         :           Kaplet 600 mg x 10 x 10
2.    RIMACTANE 150 MG KAPSUL
Tags                 :           lepra, apotikantar, apotikoneline, tuberkulosis, rimactane
Brand              :           Sandoz
Product Code  :           G
Komposisi       :           Rifampicin
Indikasi           :           Tuberkulosis, lepra
Dosis               :          
Tuberkulosis
-          Dewasa : Dengan BB ≥ 50 kg : 1 kali sehari 600 mg. Dengan BB < 50 kg : 1 kali
sehari 450 mg bersama dengan obat anti tuberkulosis lain.
-          Anak   : 10 - 20 mg/kg BB/hari.
Lepra
-          Dewasa: 600 mg 1 kali sebulan, diberikan bersama dengan obat antilepra yang lain.
-          Anak   : 10 mg/kg BB/hari. Terapi di berikan 1 kali sebulan selama 2 tahun (multibasiler)
dan 6 bulan (pausibasiler)
Pemberian Obat          :           Berikan sebelum makan
Kontra Indikasi           :           Ikterus. Hipersensitif

Perhatian                     :           Hindari pengulangan kembali pengobatan setelah terapi selesai
atau pemakain yang tidak teratur. Penyakit hati. Gizi buruk. Hamil, laktasi. Bayi baru lahir dan
prematur. Porfiria. Alkoholisme. Hentikan pengobatan jiaka terjadi trombositopenia, purpura,
anemia hemolitik, dispnea, syok, gagal ginjal
Efek Samping             :           Urin berwarna kemerahan. Gangguan gastrointestinal,
meningkatkan enzim hati, hepatitis, ikterus, leukopenia, eosinofilia, sindrom flu (pada terapi
yang terus menerus atau setelah pengobatan dihentikan sementara) dengan komplikasi
trombositopenia, purpura, anemia hemolitik, dispnea, serangan seperti asma, syok, gagal ginaj
Interaksi Obat             :           Antikoagulanoral, antidiabetik oral, digitalis, antiaritmia,
siklosporin, hidantion, pengambat kanal kalsium, kontrasepsi oral
Kemasan                     :           Kapsul 150 mg x 5 x 10
3.    AFUCID CREAM 2 %
Pabrik              :           Ferron
Golongan        :           resep ddokte
Kemasan         :           Tube 5 gram cream 2 %
Kandungan     :           Fusidic acid 2 % atau 20 mg/gram cream
Indikasi           :           mengobati infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri gram positif
seperti Staphylococcus, Streptococcus, Corynebacterium, dan sebagian besar Clostridium.
Antibiotik ini bisa digunakan dalam berbagai infeksi kulit dan jaringan lunak yang ringan sampai
sedang, misalnya impetigo contagiosa, folicullitis superfisial, erythrasma, furunkulosis, abses,
paronychia, sycosis barbae, hidradenitis axillaris, dan luka traumatis yang terinfeksi. Kadang-
kadang digunakan dalam pengobatan jerawat/Acne vulagaris..
Kontra indikasi:          hipersensitif/alergi pada Fusidic acid. Infeksi oleh organisme yang tidak
peka terhadap Fusidic acid terutama Pseudomonas aeruginosa.
Efek Samping :           Antibiotik ini relatif bisa ditoleransi dengan baik pada penggunaan secara
topikal. Beberapa efek samping ringan yang sering terjadi pada penggunaan cream yang
mengandung Fusidic acid termasuk Afucid cream misalnya, ruam kulit, urtikaria, dan iritasi.
Perhatian         :
-          Sebelum menggunakan Afucid cream (Fusidic acid), anda harus yakin tidak memiliki
alergi terhadap antibiotik ini.
-          Tidak untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus.

-          Gunakan obat sesuai dengan anjuran dokter, baik jumlah maupun durasinya.
Menghentikan pengobatan di tengah jalan bisa meningkatkan resiko terjadinya sensitisasi dan
resistensi bakteri terhadap antibiotik ini.
-          Jika memungkinkan, hindari penggunaan selama masa akhir kehamilan, karena bisa
menyebabkan kernikterus pada bayi pada usia 1 bulan awal.
-          Hindari kontak dengan mata.
Interaksi obat  :
-          Berefek sinergis jika digunakan bersama dengan antistaphylococcal penicillin.
-          Efek sinergis juga terjadi jika digunakan bersama rifampisin.
-          Berefek antagonis dengan obat golongan quinolone misalnya ciprofloxacin.
-          Badan pengawas obat di beberapa negara memperingatkan untuk tidak digunakan sediaan
oral bersama dengan obat-obat golongan statin karena bisa menyebabkan rhabdomyolysis.
Resiko ini berpotensi fatal. Belum diketahui apakah efek merugikan ini juga terjadi pada
penggunaan secara topikal. Obat-obat statin misalnya, atorvastatin, dan simvastatin.
Dosis               :
-          Dosis dewasa : oleskan 3-4 x sehari sampai sembuh. Jika menggunakan kasa ganti,
frekuensi dapat dikurangi menjadi 1-2 x
-          Dosis anak : oleskan 3-4 x sehari sampai sembuh. Jika menggunakan kasa ganti, frekuensi
dapat dikurangi menjadi 1-2 x
Note                :           Pada lesi tertutup frekuensi penggunaan Afucid cream (Fusidic acid) bisa
ditingkatkan lebih sering.
Durasi terapi kira-kira selama 7 hari
4.    FUCIDIN CREAM 2 %
Pabrik              :           Parazelsus Indonesia/LEO Pharma
Golongan        :           resep dokter
Kemasan         :           Tube 5 gram cream 2 %, Tube 15 gram cream 2 %
Kandungan     :           Fusidic acid 2 % atau 20 mg/gram cream
Indikasi           :           infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri gram positif seperti
Staphylococcus, Streptococcus, Corynebacterium, dan sebagian besar Clostridium.

Antibiotik ini bisa digunakan dalam berbagai infeksi kulit dan jaringan lunak yang ringan sampai
sedang, misalnya impetigo contagiosa, folicullitis superfisial, erythrasma, furunkulosis, abses,
paronychia, sycosis barbae, hidradenitis axillaris, dan luka traumatis yang terinfeksi. Kadang-
kadang digunakan dalam pengobatan jerawat/Acne vulagaris..
Kontra indikasi :         hipersensitif/alergi pada Fusidic acid. Jangan digunakan untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tidak peka terhadap Fusidic acid terutama
Pseudomonas aeruginosa.
Efek Samping :           Antibiotik ini relatif bisa ditoleransi dengan baik pada penggunaan secara
topikal. Beberapa efek samping ringan yang sering terjadi pada penggunaan cream yang
mengandung Fusidic acid termasuk Fucidin cream misalnya, ruam kulit, urtikaria, dan iritasi.
Perhatian         :           Sebelum menggunakan Fucidin cream (Fusidic acid), anda harus yakin
tidak memiliki alergi terhadap antibiotik ini.
Tidak untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus.
Gunakan obat sesuai dengan anjuran dokter, baik jumlah maupun durasinya. Menghentikan
pengobatan di tengah jalan bisa meningkatkan resiko terjadinya sensitisasi dan resistensi bakteri
terhadap antibiotik ini.
Jika memungkinkan, hindari penggunaan selama masa akhir kehamilan, karena bisa
menyebabkan kernikterus pada bayi pada usia 1 bulan awal.
Hindari kontak dengan mata.
Interaksi obat  :           Berefek sinergis jika digunakan bersama dengan antistaphylococcal
penicillin.
Efek sinergis juga terjadi jika digunakan bersama rifampisin.
Berefek antagonis dengan obat golongan quinolone misalnya ciprofloxacin.
Badan pengawas obat di beberapa negara memperingatkan untuk tidak digunakan sediaan oral
bersama dengan obat-obat golongan statin karena bisa menyebabkan rhabdomyolysis. Resiko ini
berpotensi fatal. Belum diketahui apakah efek merugikan ini juga terjadi pada penggunaan secara
topikal. Obat-obat statin misalnya, atorvastatin, dan simvastatin.
Dosis               :           Untuk infeksi kulit
-          Dosis dewasa : oleskan 3-4 x sehari sampai sembuh. Jika menggunakan kasa ganti,
frekuensi dapat dikurangi menjadi 1-2 x
-          Dosis anak : oleskan 3-4 x sehari sampai sembuh. Jika menggunakan kasa ganti, frekuensi
dapat dikurangi menjadi 1-2 x
Note                :           Pada lesi tertutup frekuensi penggunaan Fucidin cream (Fusidic acid) bisa
ditingkatkan lebih sering.

Durasi terapi kira-kira selama 7 hari.
5.    FULADIC SALEP 2 %
Pabrik                          :           Guardian Pharmatama
Golongan                    :           resep dokter
Kemasan                     :           Tube 5 gram salep 2 %
Kandungan                 :           Sodium Fusidate 2 % atau 20 mg/gram salep
Indikasi                       :           infeksi yang disebabkan terutama oleh bakteri gram positif seperti
Staphylococcus, Streptococcus, Corynebacterium, dan sebagian besar Clostridium.
Antibiotik ini bisa digunakan dalam berbagai infeksi kulit dan jaringan lunak yang ringan sampai
sedang, misalnya impetigo contagiosa, folicullitis superfisial, erythrasma, furunkulosis, abses,
paronychia, sycosis barbae, hidradenitis axillaris, dan luka traumatis yang terinfeksi. Kadang-
kadang digunakan dalam pengobatan jerawat/Acne vulagaris.
Kontra indikasi           :           hipersensitif/alergi pada Fusidic acid. Jangan digunakan untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tidak peka terhadap Fusidic acid
terutama Pseudomonas aeruginosa.
Efek samping              :           Antibiotik ini relatif bisa ditoleransi dengan baik pada penggunaan
secara topikal. Beberapa efek samping ringan yang sering terjadi pada penggunaan salep yang
mengandung Fusidic acid termasuk Fuladic salep misalnya, ruam kulit, urtikaria, dan iritasi.
Perhatian                     :          
-          Sebelum menggunakan Fuladic salep (Fusidic acid), anda harus yakin tidak memiliki
alergi terhadap antibiotik ini.
-          Tidak untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus.
-          Gunakan obat sesuai dengan anjuran dokter, baik jumlah maupun durasinya.
Menghentikan pengobatan di tengah jalan bisa meningkatkan resiko terjadinya sensitisasi dan
resistensi bakteri terhadap antibiotik ini.
-          Jika memungkinkan, hindari penggunaan selama masa akhir kehamilan, karena bisa
menyebabkan kernikterus pada bayi pada usia 1 bulan awal.
-          Hindari kontak dengan mata.
Interaksi obat              :
-          Berefek sinergis jika digunakan bersama dengan antistaphylococcal penicillin.

-          Efek sinergis juga terjadi jika digunakan bersama rifampisin.
-          Berefek antagonis dengan obat golongan quinolone misalnya ciprofloxacin.
-          Badan pengawas obat di beberapa negara memperingatkan untuk tidak digunakan sediaan
oral bersama dengan obat-obat golongan statin karena bisa menyebabkan rhabdomyolysis.
Resiko ini berpotensi fatal. Belum diketahui apakah efek merugikan ini juga terjadi pada
penggunaan secara topikal. Obat-obat statin misalnya, atorvastatin, dan simvastatin.
Dosis               :           untuk infeksi kulit
-          Dosis dewasa : oleskan 3-4 x sehari sampai sembuh. Jika menggunakan kasa ganti,
frekuensi dapat dikurangi menjadi 1-2 x
-          Dosis anak : oleskan 3-4 x sehari sampai sembuh. Jika menggunakan kasa ganti, frekuensi
dapat dikurangi menjadi 1-2 x
Note                :           Pada lesi tertutup frekuensi penggunaan Fuladic salep (Fusidic acid) bisa
ditingkatkan lebih sering.
Durasi terapi kira-kira selama 7 hari

Penggolongan Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis
maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan tingkat atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Berdasarkan UU No.22 tahun 1997 tentang narkotika, narkotika dibedakan dalam 3
Golongan:
Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi serta mempunyai
potensi yang sangat tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium,
heroin, desomorfina.
Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan digunakan
sebagai pilihan terakhir dalam terapi/untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi tinggi menimbulkan ketergantungan. Contoh: alfasetilmetadol,
betametadol, diampromida.
Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan menimbulkan ketergantungan. Contoh: kodein,
asetildihidrokodeina, polkadina, propiram.
Narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, namun dapat menimbulkan ketergantungan
yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat
dan seksama.
Oleh karena itu, pengaturan narkotika harus benar-benar terkontrol, baik dalam hal mengimpor,
mengekspor, memproduksi, menanam, menyimpan, mengedarkan, dan menggunakan narkotika
harus dikendalikan dan diawasi dengan ketat.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.199/MenKes/SK/X/1996, pedagang besar
farmasi (PBF) Kimia Farma depot sentral dengan alamat kantor dan alamat gudang penyimpanan
di Jalan Rawa Gelam V Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta Timur sebagai importir tunggal

di Indonesia untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan dengan penanggungjawab
yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Sentralisasi ini dimaksudkan untuk
memudahkan pengendalian dan pengawasan narkotika oleh pemerintah.
Secara garis besar pengelolaan narkotika antara lain meliputi:
Pemesanan Narkotika, Apotek memesan narkotika ke PBF Kimia Farma dengan
menggunakan surat pesanan (SP) yang ditanda tangani oleh apoteker pengelola apotek
dengan dilengkapi nama jelas, nomor SIK, SIA, dan stempel apotek, dimana untuk 1
lembar SP hanya untuk 1 macam narkotika saja.
Penyimpanan NarkotikaPerMenKes No.28/MenKes/Per/1987 tentang tata cara
penyimpanan narkotika pasal 5 dan 6 menyebutkan bahwa apotek harus memiliki tempat
khusus untuk menyimpan narkotika yang memenuhi persyaratan yaitu:
1. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2. Harus mempunyai kunci ganda yang berlainan.
3. Dibagi 2 masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian 1 digunakan untuk
menyimpan morfin, petidin, dan garam-garamnya serta persediaan narkotika. Bagian 2
digunakan untuk menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.
4. Lemari khusus tersebut berupa lemari dengan ukuran lebih kurang 40x80x100 cm3,
lemari tersebut harus dibuat pada tembok atau lantai.
5. Lemari khusus tidak dipergunakan untuk menyimpan bahan lain selain narkotika,
kecuali ditentukan oleh MenKes.
6. Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang diberi kuasa.
7. Lemari khusus harus diletakkan di tempat yang aman dan yang tidak diketahui oleh
umum.
Pelayanan Resep yang Mengandung Narkotika Menurut UU No. 22 tahun 1997 tentang
Narkotika disebutkan bahwa:
1. Narkotika hanya digunakan untuk kepentingan pengobatan dan ilmu pengetahuan.
2. Narkotika hanya dapat diserahkan pada pasien untuk pengobatan penyakit berdasarkan
resep dokter.
3. Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter.
Selain itu berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan
(sekarang Badan POM) No. 336/E/SE/1997 disebutkan :
a. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 UU No.9 tahun 1976 tentang narkotika, apotek
dilarang melayani salinan resep dari apotek lain yang mengandung narkotika, walaupun
resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
b. Sesuai dengan bunyi pasal 7 ayat 2 UU No.9 tahun 1976 tentang narkotika, apotek

dilarang melayani salinan resep dari apotek lain yang mengandung narkotika, walaupun
resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali.
c. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum sama sekali, apotek
boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh
apotek yang menyimpan resep asli.
d. Salinan resep dari narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali. Oleh
karena itu dokter tidak boleh menambahkan tulisan “iter” pada resep yang mengandung
narkotika.
Pelaporan NarkotikaUndang-undang No.22 tahun 1997 pasal 11 ayat (2)
menyatakan bahwa importir, eksportir, pabrik obat, pabrik farmasi, PBF, apotek rumah
sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, lembaga ilmu pengetahuan wajib membuat,
menyampaikan, menyimpan laporan berkala setiap bulannya, dan paling lambat
dilaporkan tanggal 10 bulan berikutnya. Laporan ini dilaporkan kepada Sudin Yankes
dengan tembusan ke Balai Besar POM Provinsi setempat dan sebagai arsip.
Pemusnahan NarkotikaPada pasal 9 PerMenKes RI No.28/MenKes/Per/1978
disebutkan bahwa apoteker pengelola apotek dapat memusnahkan narkotika yang rusak,
kadaluarsa atau tidak memenuhi syarat lagi untuk digunakan bagi pelayanan kesehatan
dan atau untuk pengembangan. APA atau dokter yang memusnahkan narkotika harus
membuat Berita Acara Pemusnahan Narkotika yang memuat:
a. Tempat dan waktu (jam, hari, bulan dan tahun).
b. Nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika.
c. Nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
d. Cara memusnahkan.
e. Tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi
pemusnahan.
Kemudian berita acara tersebut dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan RI.
a. Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan (POM) setempat.
b. Arsip. Sebagai pelaksanaan pemeriksaan, diterbitkan surat edaran Direktur
Pengawasan Obat dan Makanan No.010/E/SE/1981 tanggal 8 Mei 1981 tentang
pelaksanaan pemusnahan narkotika yang dimaksud adalah:
a. Bagi apotek yang berada di tingkat propinsi, pelaksanaan pemusnahan disaksikan oleh
Balai POM setempat.
b. Bagi apotek yang berada di Kotamadya atau Kabupaten, pelaksanaan pemusnahan
disaksikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Tingkat II.
ALUR PELAYANAN RESEP DI APOTEK
Bagan alur ada di bawah….andy tampilkan di awal tulisan, agar nanti setelah membaca
bagan bisa lebih paham.
1. Resep Datang

    ketika di apotek, ada pasien membawa resep datang, maka pihak apotek  (biasanya
front office) menyambut pasien dan mempersilahkan pasien untuk menunggu sebentar.
2. Skrining resep
    selanjutnya pihak front office memberikan resep kepada petugas penyekrening resep
(harus apoteker) segera melakukan skrining resep. Skrining resep ini antara lain skrining
administratif, skrining farmasetis, dan skrining klinis.
     a. Skrining administratif. Berguna untuk menghindari kesalahan penulisan resep
maupun pemalsuan resep. Yang dianalisis dalam skrining ini antara lain ada tidaknya
maupun keaslian dari :
ada tidaknya Nama,SIP dan alamat dokter.
ada tidaknya dan logis tidaknya Tanggal penulisan resep.
ada tidaknya Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
ada tidaknya Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien (jika perlu).
benar salahnya Nama obat , sesuai tidaknya potensi obat , dosis, jumlah yang minta.
jelas tidaknya Cara pemakaian untuk pasien
  b. skrining farmasetis. Yakni menyesuaian dengan kondisi pasien tentang  :
bentuk sediaan,apakah cocok digunakan pasien?
dosis apakah sesuai dengan usia, umur, atau berat badan pasien. Sesuai disini maksudnya
dapat menyelesaikan problema terapi pasien. Disini akan dihitung dosis dan apakah dosis
over dosis atau tidak.
potensi obat, cocok tidak khasiatnya dengan penyakit yang diderita pasien,
stabilitas, apakah apabila obat ini digunakan dalam bentuk sediaan tertentu (misal cair),
apakah stabil atau tidak
inkompatibilitas,apakah obat satu berinteraksi dengan obat yang lainnya ketika
dicampur/ketika dibuat, apkah rusak atau tidak
cara dan lama pemberian apakah dapat menyebabkan kenyamana pada pasien atau tidak.
     c. skrining klinis
adanya alergi, efek samping, interaksi,obat .
kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
disini juga harus benar – benar dicatat adalah

cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas
serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi, sehingga nanti
bisa disampaikan pada saat konseling.
apabila tahap skrining ini bermasalah, maka kita harus dapat mencari solusi nya lalu
memberikan solusi itu kepada dokter.
3. Pemberian Harga
untuk pemberian harga, maka caranya bisa di lihat disini….
apabila pasien dengan harga yang kita berikan, maka akan segera dilakukan
penyiapan/peracikan obat. Namun, permasalahan terjadi apabila pasien sensitif terhadap
harga,sehingga pasien tidak setuju dengan harga yagn diajukan.
maka penanganannya adalah mengajukan obat alternative dengan jenis, jumlah, jumlah
item dan harga sesuai kemampuan pasien. Disinilah terkadang akan muncul kopi resep.
Karena dengan kopi resep ini pasien bisa menebus setengah obatnya terlebih dahulu, baru
setelah itu, bisa ditebus waktu berikutnya. Disinilah juga terkadang ada pergantian obat
paten satu dengan obat paten satunya yang lebih murah atau pergantian obat paten
menjadi obat generiknya. Setelah pasien setuju dengan harga obat, maka tahap
selanjutnya adalah penyiapan /peracikan obat. Namun apabila memang benar-benar
pasien tidak mampu untuk menebus obat dan dapat dibuktikan dengan rasa dan etika,
maka itu kebijakan dari apotekernya, apakah akan memberikannya secara gratis atau
menghutanginya.
4. Penyiapan/peracikan obat
tahap yang dilakukan pada penyiapan /peracikan obat antara lain penyiapan/peracikan, 
dan penyerahan obat ke pasien. Yang melakukan tahpa ini tidak harus apoteker, bisa
tenaga ahli kesehatan seperti AA,ataupun tenaga terlatih lainnya.
1. Peracikan. dalam peracikan, dilakukan kegiatan penimbangan obat , pencampuran obat
apabila obat perlu dicampur (dijadikan serbuk, cairan, dll), kemudian pengemasan setelah
obat berhasil dibuat. Dan tahap selanjutnya adalah pemberian etiket. Yang harus
diperhatikan adalah tahap ini harus jelas prosedurnya, ada protab/sopnya dengan
memperhatikan tahap tahap kritikal seperti dosis yang harus tepat, pencampuran
yang harus tepat. Etiket pun harus jelas dan dapat dibaca serta mudah dipahami.
Pengemasan pun harus rapi dan dapat menjaga kualitas dari obat tersebut.
2. Penyerahan obat ke pasien.
sebelum obat di serahkan kepasien, maka harus dilakukan pengecekan kembali terhadap
kesesuaian antara obat dengan etiket, obat dengan resep. Di sini yang mengecek kembali
biasanya adalah orang lain.

     Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker dan dilakukan konseling serta pemberian
informasi, dan edukasi agar pasien dapat complience maupun adherence.
5. Pemberian informasi, edukasi, dan konseling
¢Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah dimengerti,
akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan terkini.
¢Informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi: cara pemakaian obat, cara
penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan
minuman yang harus dihindari selama terapi
¢Apoteker harus memberikan konseling, mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan
perbekalan kesehatan lainnya, sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau
yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan
farmasi atau perbekalan kesehatan lainnya.
¢Untuk penderita penyakit tertentu seperti cardiovascular, diabetes, TBC, asthma, dan
penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan agar
bisa menghasilkan outpun maksimal dimana pasien dapat complience dan adherence
    6. Monitoring penggunaan Obat
ini lebih dikhususkan oleh pasien – pasien yang mempunyai penyakit kronis, seperti DM,
antihipertehnsi, dll.
Tags