rizkyapriliawulandar1
0 views
35 slides
Oct 09, 2025
Slide 1 of 35
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
About This Presentation
Materi Program Maternal Neonatal 2025
Size: 9.72 MB
Language: none
Added: Oct 09, 2025
Slides: 35 pages
Slide Content
Disampaikan Oleh : KEPALA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT DINAS KESEHATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH dr. Fery Iriawan , MPH KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN MATERNAL DAN NEONATAL PENURUNAN AKI, AKB DAN STUNTING SKRENING SHK
a. Investasi pelayanan kesehatan primer RS lengkap berkualitas di kab/kota, pelayanan kesehatan bergerak & daerah sulit akses Produksi dan pendayagunaan SDM Kesehatan: Penguatan JKN & pendanaan kesehatan; Penguatan tata kelola, data, informasi dan inovasi teknologi kesehatan Peningkatan Kesehatan dan Gizi Masyarakat KESEHATAN UNTUK SEMUA Pengendalian Penyakit dan Pembudayaan Hidup Sehat Penguatan pelayanan kesehatan dan tata kelola Penguatan Kapasitas Ketahanan Kesehatan Pemberian makan gratis untuk pemenuhan gizi ARAH KEBIJAKAN KESEHATAN UNTUK SEMUA DALAM RPJMN 2025 - 2029 Penguatan surveilans, pengendalian KLB/wabah dan penanganan bencana pemenuhan sediaan farmasi dan pengendalian resistensi antimikroba; penguatan sistem pengawasan pangan, sediaan farmasi peningkatan upaya kesehatan jiwa Penuntasan TBC Eliminasi penyakit Kusta & Schistosomiasis Pengendalian penyakit menular lainnya Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) & Pembudayaan hidup sehat dan pengendalian faktor risiko PTM Penyehatan lingkungan Penurunan kematian ibu dan anak Pencegahan dan penurunan stunting Peningkatan pelayanan kesehatan dan gizi bagi usia sekolah, usia produktif, a. b. c. lansia serta KB-kespro d. Penguatan pemeriksaan kesehatan gratis Pemberian Makan Bergizi untuk Siswa, Santri, Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Balita Penguatan Ekosistem Pendukung Pemberian Makan Bergizi
Sasaran Utama dan 10 Kegiatan Prioritas Utama dalam RPJMN 2025- 2029 Lingkup Kesehatan No Sasaran dan Indikator Baseline 2024 Target 2025 Target 2029 1 Usia Harapan Hidup (tahun) 72,13 (2023) 2 74,43 75,4 2 Angka Kelahiran Total ( Total Fertility rate ) (Rata- rata kelahiran per wanita usia subur 15–49 tahun) 2,14 (2023) 5 2,12 2,10 3 Angka kematian Ibu (per 100.000 kelahiran hidup) 189 (2020) 2 122 77 4 Prevalensi Stunting (pendek dan sangat pendek) pada balita (%) 21,50 (2023) 6 18,8 14,2 5 Insidensi Tuberkulosis (per 100.000 penduduk) 387 (2023) 7 329 190 6 Cakupan kepesertaan jaminan kesehatan nasional (%) 98,42 (2024) 8 98,6 99 10 Kegiatan Prioritas Utama 2025- 2029 Sasaran Utama 2025- 2029 Terwujudnya Kesehatan untuk Semua Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC)/ Quick Wins Pemberian Makan Bergizi untuk Siswa, Santri, Ibu Hamil, Ibu Menyusui, dan Balita Penguatan Ekosistem Pendukung Pemberian Makan Bergizi Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan gratis Penuntasan TBC Pembangunan RS Lengkap Berkualitas di Kabupaten/Kota dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Bergerak dan Daerah Sulit Akses Upaya Transformatif Super Prioritas/ Game Changers RPJPN 2025- 2045 Pencegahan dan Penurunan Stunting Penurunan kematian Ibu dan Anak Investasi pelayanan kesehatan primer Eliminasi Penyakit Kusta dan Schistosomiasis Produksi dan pendayagunaan SDM kesehatan
Analisis Situasi
TREN ST A TUS GIZI B A LITA KALIMANTAN TENGAH Hasi l SSGI 2019 2021 2022 2023 (SKI) 2024 (SKI] Stunting ( Pendek ) 32,30 27,4 26,9 23,5 22,1 Wasting ( Gizi Buruk ) - 7,6 9 9 8 Underweight (BB Kurang ) - 19,6 19,7 17,7 19,1 Overweight ( BB Lebih ) - - 5,6 7,2 TREND
KABUPATEN/KOTA SSGI 2021 SSGI 2022 SKI 2023 SKI 2024 Delta 1. Kotawaringin Barat 23,4 21.1 17.9 TURUN 2. Kotawaringin Timur 32,5 27.9 35.5 NAIK 3. Kapuas 25,0 20.1 16.2 TURUN 4. Barito Selatan 31,4 35.6 23.9 TURUN 5. Barito Utara 28,3 19.6 15.3 TURUN 6. Sukamara 24,7 21.8 29.1 NAIK 7. Lamandau 23,2 25.5 13.2 TURUN 8. Seruyan 29,3 34.7 25.8 TURUN 9. Katingan 29,3 29.9 34.0 NAIK 10. Pulang Pisau 24,6 31.6 24.0 TURUN 11. Gunung Mas 35,9 17.9 12.9 TURUN 12. Barito Timur 33,7 26.9 21.7 TURUN 13. Murung Raya 31,8 40.9 21.0 TURUN 14. Palangkaraya Raya 25,2 27.8 28.0 NAIK KALIMANTAN TENGAH 27,4 26.9 23.5 22,1 TURUN NASIONAL 24,4 21.6 21.5 19,4 TURUN TREN ST U NTING KALIMANTAN TENGAH
JUMLAH KEMATIAN IBU KALTENG 2024 JUMLAH KEMATIAN BAYI KALTENG 2024 AKI = 116/100.000 KH AKB = 8,6/1000 KH
76% kematian ibu terjadi di fase persalinan & pasca persalinan 11 Namun, faktor-faktor risiko persalinan terjadi mulai dari fase sebelum & saat hamil Sumber: EMNC (2019), Riskesdas (2007, 2013, 2018) Sebelum Hamil Saat Hamil Persalinan \ P e ny e b a b Kematian 32% sepsis (infeksi) 24% hipertensi 65% perdarahan 14% ruptur uterus 26% sepsis (infeksi) 15% perdarahan 28% lain-lain (perdarahan, 11% hipertensi 29% lain-lain (abortus, abortus, komplikasi komplikasi obstetrik, obstetrik, penyakit penyakit komplikasi non komplikasi non obstetrik) obstetrik) Pasca Persalinan 23,9% WUS anemia 21,3% WUS hipertensi 14,5 % WUS KEK Proporsi K em a t i a n - 24% 36% 40% Faktor risiko kehamilan & persalinan 48,9% bumil anemia 12,7% bumil hipertensi 17,3% bumil KEK 1 2 3 4 WUS: wanita usia subur; KEK: kekurangan energi kronis
Hasil Audit Maternal Perinatal PRA R U MAH SAKIT RU M AH SAKIT 31% t e rj ad i k e t e rl a mb at a n di dalam merujuk pasien dan hanya 9% pasien yang dirujuk dilakukan stabilisasi pasien pra rujukan yang memadai KUALITAS PRA RUJUKAN KURANG MEMA D AI 53% pasien mengalami pengambilan keputusan klinik yang tidak tepat 47% terlambat dilakukan eksekusi/ operasi 47% mengalami ketidakakuratan di dalam monitoring 70% sebab kematian sesungguhnya DAPAT DICEGAH Hanya 26% pasien meninggal dalam 6 jam setelah masuk di Rumah Sakit Sisanya (74%) pasien meninggal setelah Golden Period dilewati POGI & EMAS:11 RSUD dan 1RS swasta di 6 Provinsi
12
Permenkes 21/2021 Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Hamil, Bersalin, Nifas menyiapkan kesehatan remaja, calon pengantin, dan/atau pasangan usia subur pada masa sebelum hamil; menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas; menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi; menjamin kualitas Pelayanan Kontrasepsi; dan mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir. E d ukasi Skrining calon pen ga n t in , ke ha m i l an P e l a y an a n ke se ha t an esensial i m u nisas i , tablet tambah darah P e l a y an a n medis R u juk an
Program penurunan AKI AKB 14 Level Program Sasaran Masyarakat 1 Gerakan masyarakat ibu hamil sehat Strategi komunikasi perubahan prilaku sayangi ibu hamil , Media kelas ibu hamil , Penyebarluasan informasi media edukasi , Jambore kader . Ibu hamil – bersalin – nifas – bayi baru lahir FKTP 2 Skrining layak hamil Catin dan Pasangan Usia Subur Perempuan melakukan skrining layak hamil Catin dan PUS Perempuan 3 Tatalaksana Catin dan PUS Perempuan Tidak Layak Hamil Pelayanan KB, penanganan masalah kesehatan (anemia, hipertensi , obsesitas ) Catin dan PUS Perempuan 4 Skrining kehamilan Pelaksanaan antenatal care dengan dokter , termasuk skrining preeclampsia, IMT dan penggunaan USG Ibu hamil 5 Tatalaksana ibu hamil komplikasi medis Rujukan ibu hamil dengan komplikasi termasuk preeklampsia , obesitas dan diabetes Ibu hamil 6 Skrining bayi baru lahir Pelayanan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM), Skrining Hipotiroid Kongenital (SHK), Skrining Penyakit Jantung Bawaan (PJB) kritis Bayi baru lahir 7 Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) Persalinan normal (* persalinan dengan penyulit untuk daerah terpencil ), manajemen BBLR ≥ 2.000 gram – 2.500 gram Ibu hamil – bersalin – nifas – bayi baru lahir FKRTL 8 Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensi (PONEK) Persalinan dengan penyulit , manajemen BBLR < 2.000 gram Ibu hamil – bersalin – nifas – bayi baru lahir 9 Program Bantu Rujuk Sistem Informasi Rujukan pelayanan maternal neonatal ( termasuk Sisrute ), penyediaan Tempat Tunggu Kelahiran Ibu hamil – bersalin – nifas – bayi baru lahir FKTP & FKRTL 10 Audit Maternal Perinatal Surveilans Response Ibu hamil – bersalin – nifas – bayi baru lahir
PROGRAM KESEHATAN MATERNAL DAN N EONATAL
K E LAS IBU HAMIL Merupakan sarana belajar kelompok bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka atau dalam jaringan, bertujuan untuk : ↑ pengetahuan, mengubah PSP ibu agar memahami tentang : menjaga kehamilan, persiapan persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi baru lahir dengan menggunakan Buku KIA. Kelas Ibu Hamil Pengertian : Kegiatan bagi ibu hamil, berdiskusi & tukar pengalaman utk meningkatkan pengetahuan & keterampilan ttg kehamilan, persalinan, perawatan nifas & perawatan bayi baru lahir m elalui praktek dgn menggunakan Buku KIA yg difasilitasi petugas kesehatan Keberhasilan: Semua ibu hamil ikut kelas ibu hamil Semua Puskesmas melaksanakan kelas I bu Hamil Semua Bidan desa melaksanakan kelas i bu hamil 50% Keluarga/suami ikut kelas Ibu Hamil Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil Minimal 4x pertemuan Minimal 1x pertemuan keluarga/suami dapat ikut
P E L A Y A N A N A N T E N A T A L U N T U K D E T E K S I D I N I R I S I K O / K O M P L I K A S I ANC 4x 6x (2x oleh Dokter) 1x 2x 3x Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Pemeriksaan DOKTER 1x pada Trimester 1 (untuk skrining kesehatan ibu seutuhnya), termasuk USG terbatas Pemeriksaan DOKTER 1x pada Trimester 3 (untuk skrining persalinan termasuk USG terbatas ) ANC dilaksanakan minimal 6x selama masa kehamilan Peningkatan Peran Dokter Melalui Buku KIA : Media komunikasi antar nakes dan media KIE ibu dan keluarga Terdapat lembar skrining yang harus diisi dokter saat TM 1 dan TM 3 Terdapat skrining pre eklamsi untuk deteksi dini PE/Eklamsi Lembar ringkasan dokter spesialis apabila ibu dirujuk Permenkes No. 21/ 2021
Level 1 Pelayanan d a sa r /p r im e r Ibu hamil tanpa penyulit Puskesmas, FKTP non PONED Level 2 Pelayanan dasar (khusus) Ibu dengan penyulit ringan FKTP mampu PONED Level 3 Pelayanan Spesi ali s tik Level 4 Pelayanan Multispesialistik dan subspesialistik Level 5 Pelayanan multispesialistik dan subspesialistik, Kasus dengan kompleksitas tinggi 6* Tangan Penolong (dokter, bidan dan perawat atau dokter dengan 2 bidan) TIM ( Dokter, Bidan, Perawat yang terlatih gadar matneo / PONED) PELAYANAN PERSALINAN (1) Levelling berdasarkan Kompetensi Fasilitas Kesehatan dalam pelayanan persalinan, bukan Level Rujukan. * Untuk akses terbatas : kesulitan dalam menjangkau Fasyankes karena jarak/kondisi geografis ; \ dan tidak ada tenaga medis
SETELAH PE R S ALINAN (0 - <6 jam) MASA NIFAS KF1 (6-48 jam) KF2 (3-7 hari) KF3 (8-28 hari) KF4 (29-42 hari) Petugas: Pemantauan tanda vital dan kegawat- daruratan P eman t a u a n kontraksi uterus Pemantauan perdarahan Inisiasi Me n yu s u Dini KBPP Petugas: Pemantauan tanda vital dan kegawat- daruratan Skrining dengan Bagan Tata Laksana Terpadu Nifas (koordinasi antara bidan –dokter) Skrining kejiwaan (trias depresi) KIE nifas KB PP (bila belum terpasang Skrining 3 Eliminasi (atas indikasi) Petugas: Pemantauan tanda vital dan kegawat- daruratan Skrining dengan Bagan Tata Laksana Terpadu Nifas (koordinasi antara bidan – dokter) KIE nifas KB PP (bila belum terpasang ) Petugas: Pemantauan tanda vital dan kegawat- daruratan Skrining dengan Bagan Tata Laksana Terpadu Nifas (koordinasi antara bidan – dokter) KIE nifas KB PP (bila belum terpasang ) Petugas : Pemantauan tanda vital dan kegawat- daruratan Skrining dengan Bagan Tata Laksana Terpadu Nifas (koordinasi antara bidan – dokter) KIE nifas KB PP (bila belum terpasang ) Skrining status T Contoh Bagan Skrining Nifas TENTUKAN KALSIFIKASI Kotak merah muda , ibu harus dirujuk . Kotak kuning , petugas kesehatan harus waspada dan memantau perkembanganan kesehatan ibu agar tidak jatuh dalam kotak merah muda, dan tata laksana dilakukan oleh dokter umum. Kotak hijau artinya kondisi kesehatan ibu dalam keadaan aman , pemantauan oleh bidan PELAYANAN KESEHATAN PASCA PERSALINAN Catatan : Ibu dipulangkan minimal 24 jam pasca persalinan normal
BUKU KIA SAAT LAHIR (0 - <6 jam) SETELAH LAHIR KN1 (6-48 jam) KN2 (3-7 hari) KN3 (8-28 hari) Petugas: Kewaspadaan Standar Penilaian awal Pencegahan kehilangan panas Pemotongan dan perawatan tali pusat Inisiasi Menyusu Dini Pencegahan perdarahan (Vit.K) Pencegahan infeksi mata (Tetrasiklin salep mata) Pemberian imunisasi (HB0) Pemberian identitas Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Petugas: Konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM Vit K 1 & Hep B injeksi (utk bayi lahir bkn dg nakes) Penanganan dan rujukan kasus Petugas: Konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif Memeriksa kesehatan dengan menggunakan pendekatan MTBM Penanganan dan rujukan kasus Pelayanan Bayi Baru Lahir (KN Integrasi dengan SHK 1 = 6 – 48 jam setelah lahir) - SDKI 2017 PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL ESENSIAL
AMP ( AUDIT MATERNAL PERINATAL ) SEMUA KEMATIAN Maternal di lakukan AMP, dan beberapa kematian perinatal dilakukan AMP (bila tdk memungkinkan semua kematian perinatal di AMP) Adanya REKOMENDASI hasil AMP Adanya tindak lanjut dari hasil rekomedasi (RESPONS) Serangkaian kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu, dan perinatal guna mencegah kesakitan dan kematian serupa di masa yang akan datang BERHASIL
40 2 MENGAPA PERLU SKRINING HIPOTIROID KONGENITAL? Bayi baru lahir dengan Hipotiroid Kongenital tidak menunjukkan gejala , sehingga sering tidak terdiagnosis Deteksi dini diperlukan sehingga apabila positif dapat segera diobati agar anak tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetik
Amanat Permenkes No.78 / 2014 t tg Skrining Hipotiroid Kongenital 2 SHK ditujukan untuk mencegah terjadinya hambatan pertumbuhan dan retardasi mental pada bayi baru lahir. SHK dilakukan pada bayi usia 48 s.d. 72 jam. SHK harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pelaksanaan: Pra skrining: sosialisasi, advokasi, dan evaluasi termasuk pelatihan. Proses skrining. Pasca skrining: tes konfirmasi terhadap bayi yang telah dilakukan skrining untuk menegakkan diagnosis HK pada bayi dengan hasil skrining tidak normal. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan SHK wajib melakukan pencatatan dan pelaporan secara berjenjang dari faskes, tk kab/kota, tk provinsi, sampai tk pusat dengan menggunakan formular sesuai lampiran PMK. Anak 2 tahun perempuan Tidak ada kelenjar tiroid, tidak diskrining Anak 2 tahun perempuan Tidak ada kelenjar tiroid, diskrining setelah lahir dan diobati sebelum usia 1 bulan Skrining paling ideal dilakukan usia bayi 48-72 jam dan golden period pengobatan < 1 bulan pertama
Prinsip Pelaksanaan SHK Menurut PMK No. 78/2014 Tes konfirmasi dilakukan untuk menegakkan diagnosis HK pada bayi dengan hasil skrining tidak normal. Tes konfirmasi sebaiknya dilakukan di laboratorium SHK tempat pemeriksaan skrining. Bila hal ini tidak memungkinkan, tes konfirmasi dapat dilakukan di laboratorium klinik untuk memeriksa TSH atau FT4 serum dengan metode ELISA/FEIA kuantitatif 4 Pengambilan Spesimen 2. Identitas bayi 1. Waktu pengambilan Paling ideal adalah ketika umur bayi 48 sampai 72 jam. Perlu kerjasama dengan dokter SpA, SpOG, dokter umum, perawat dan bidan yang menolong persalinan untuk melakukan pengambilan spesimen darah bayi yang baru dilahirkan pada hari ketiga. Sebaiknya darah tidak diambil dalam 24 jam pertama setelah lahir karena pada saat itu kadar TSH masih tinggi, sehingga akan memberikan sejumlah hasil tinggi/positif palsu (false positive). Jika bayi sudah dipulangkan sebelum 24 jam, maka spesimen perlu diambil pada kunjungan neonatal berikutnya melalui kunjungan rumah atau pasien diminta datang ke fasyankes. Isi identitas bayi dengan lengkap dan benar dalam kertas saring. Usahakan tangan tidak menyentuh bulatan pada kertas saring 3. Metode pengambilan Tusuk tumit dengan lanset steril sekali pakai dengan ukuran kedalaman 2 mm. Gunakan lanset dengan ujung berbentuk pisau (blade tip lancet) Hindarkan gerakan memeras karena akan mengakibatkan hemolisis atau darah tercampur cairan jaringan. teteskan darah ke tengah bulatan kertas saring sampai bulatan terisi penuh dan tembus kedua sisi. Hindarkan tetesan darah yang berlapis-lapis (layering). Ulangi meneteskan darah ke atas bulatan lain. Bila darah tidak cukup, lakukan tusukan di tempat terpisah dengan menggunakan lanset baru
Di Indonesia dari 5.000.000 bayi baru lahir, untuk setiap 1.000.000 bayi baru lahir ada 300 bayi dengan HK Setiap tahun terdapat 1.500 bayi dengan HK Bila ratio guru murid pada sekolah SLB 1:5 dan 1 kelas 10 orang maka berapa guru SLB & berapa sekolah SLB yang harus disiapkan? Beban biaya yg dikeluarkan keluarga untuk memelihara dan melindungi (ketergantungan ekonomi) anak HK seumur hidup. Beban psikologi dan sosial keluarga tidak terukur TANPA SKRINING S HK . COST BENEFIT SHK DILAKSANAKAN Vs SHK TIDAK DILAKSANAKAN SHK memberi manfaat sebanyak 9,38 kali ANALISIS MANFAAT SHK Potensi kerugian negara 3,1% total PDB ≈ Rp 309 T Insidens Congenital hypotyroid 1:3000
JUSTIFIKASI DILAKUKAN SHK Anak yang sehat dan cerdas modal dasar dan aset penting pembangunan bangsa SDM unggul Tidak semua anak dapat tumbuh menjadi sehat dan cerdas karena berbagai faktor. Salah satu diantaranya terjadi pada anak yang lahir dengan kelainan Hipotiroid Kongenital (HK). Prevalensi global 1:3000 artinya ± 1500 bayi lahir dengan HK setiap tahun di Indonesia yang terakumulasi Gejala saat lahir tidak tampak karena bayi masih memiliki hormone tiroid dari ibu Terlambat diketahui diobati pertumbuhan & perkembangan bayi menjadi terhambat keterlambatan pertumbuhan dan kognitif Jika dilakukan Skrining Hipotiroid Kongenital deteksi dini bila + diobati dini tumbuh dan berkembang sesuai potensi genetik
Gambaran klinis 27
Penyebab hipotiroid kongenital Permanen Transien Disgenesis Tiroid Agenesis tiroid Hipoplasia tiroid Tiroid ektopik Defisiensi Yodium Dishormogenesis Defek pada trapping iodide, organifikasi iodide, sintesis tiroglobulin Pendred syndrome Iatrogenik: akibat paparan intrauterin terhadap zat goitrogen, obat anti-tiroid, yodium, antobodi maternal, idiopatik Disfungsi Hipotalamus-Pituitari Defisiensi hormon hipotalamus multiple De f i s ie n s i T S H ata u TRH t e r i s o l a si Imaturitas Aksis H-P-T akibat prematuritas Resisten terhadap hormon tiroid Infeksi/kondisi stres 28
29
A p a y a n g d i l a ku k a n b i l a SHK + ? 🞑 R e - A n a m n e s is 🞑 P e m e r ik s aa n f i s ik o l e h do k t e r 🞑 P e m e r ik s aa n T 4 / f T 4 d a n TS H s e rum 🞑 R u j u k k e D o k t e r A n a k 🞑 E d u k a s i k e o r a n g t u a 30
T e r a p i Dosis Umur L-Thyroxine (mcg/kg/d) - 3 bulan 10-15 3 - 6 bulan 7 - 10 6 - 12 b u l a n 6 - 8 1 - 5 tahun 4 - 6 6 - 12 t a h u n 3 - 5 > 12 tahun 3 - 4 (AAP. Pediatrics 2006)
P R OG N O SIS Tanpa terapi dini : Retardasi mental Gangguan koordinasi motorik Hipotonia Ataksia M a k i n d i ni d i a g n o si s + t e r a p i : Makin baik prognosisnya
P R OG N O SIS Usia Mulai Terapi IQ > 85 Rata-rata IQ 0-3 bulan 78% 89 (64-107) 3-6 bulan 19% 71 (35-96) > 6 bulan 0% 54 (25-80) (Klein AH, et al. (J Pediatr 1972; 81: 912-915)
KES I M PULAN Hormon tiroid penting untuk pertumbuhan dan perkembangan Hipotiroid kongenital adalah penyebab tersering retardasi mental yang dapat dicegah Manifestasi hipotiroid kongenital pada neonatus tidak spesifik sehingga dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis