•Pengenalan sistem proteksi kebakaran aktif
dan pasif
•Macam-macam sistem proteksi kebakaran
aktif dan pasif
•Cara kerja sistem proteksi kebakaran
aktif yang terpasang di perusahaannya
Melalui program training ini diharapkan peserta dapat
mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam :
•Memahami pengertian sistem proteksi kebakaran aktif
dan pasif
•Memahami Macam-macam sistem proteksi kebakaran
aktif dan pasif
•Memahami cara kerja sistem proteksi kebakaran aktif
dan pasif yang terpasang di perusahaannya
Bahwa untuk menanggulangi kebakaran di
tempat kerja, diperlukan adanya peralatan
proteksi kebakaran yang memadai, petugas
penanggulangan kebakaran yang ditunjuk
khusus untuk itu, serta dilakukannya prosedur
penanggulangan keadaan darurat.
Sistem proteksi kebakaran aktif
Sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem
pendeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang
kebakaran, serta sistem pemadam kebakaran berbasis bahan kimia,
seperti APAR dan pemadam khusus.
Sistem proteksi kebakaran pasif
Sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun melalui
pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur bangunan,
kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan tingkat
ketahanan terhadap api, serta perlindungan terhadap bukaan
Ref : Per Men P.U. No.26/PRT/M/2008
Tentang Persyaratan Tehnis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungannya
““Fire Extinguishers” Fire Extinguishers”
ALAT PEMADAM API RINGANALAT PEMADAM API RINGAN
PENGERTIAN
Suatu alat pemadam kebakaran yang dapat
dijinjing/di bawa, dioperasikan oleh satu
orang, berdiri sendiri, mempunyai berat
antara 0,5 kg s/d <20 kg dan digunakan pada
pemadaman api awal.
Harus siap pakai pada waktunya
•mudah dilihat dan mudah diambil
•kondisi baik
•setiap orang dapat mengoperasikan dengan benar,
tidak membahayakan dirinya.
•Dapat Dioperasikan Satu Orang
•Untuk Pemadaman Pada awal
Kebakaran
•Sebatas Volume Api Kecil
Referensi : Pert. Menaker No Per-04/Men/1980
•Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan
harus ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat
dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan,
•Pemasangan dan penempatan alat pemadam api ringan
harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran,
•Penempatan antara alat pemadam api yang satu dengan
lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak boleh
melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain oleh pegawai
pengawas atau ahli keselamatan Kerja.
•Pada ketinggian 15 – 120 cm
•Pada suhu antara 4
0
C – 49
0
C
•Semua tabung alat pemadam api ringan sebaiknya
berwarna merah
Pemasangan dan Penempatan
APAR
Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980
Jenis Alat Pemadam Api Ringan terdiri
Jenis cairan (air);
Jenis busa;
Jenis tepung kering;
Jenis gas (hydrocarbon berhalogen dan sebagainya);
Bagian-
bagian APAR
PRINSIP PENGOPERASIAN APAR PRINSIP PENGOPERASIAN APAR
YAITU P-A-S-S:YAITU P-A-S-S:
Pull : tarik atau cabut pin
pengaman APAR
Aim : arahkan nozzle atau
selang ke sumber api
Squeeze : tekan handle
dari APAR
Sweep : kibas-kibas
arahkan semprotan ke
api
P
S
A
S
A.Kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan A);
B.Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar (Golongan B);
C.Kebakaran instalasi listrik bertegangan (Golongan C);
D.Kebakaran logam (Golongan D)
Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980
Bahwa setiap Alat Pemadam Api Ringan harus diperiksa 2 (dua)
kali dalam setahun, yaitu:
• Pemeriksaan dalam jangka 6 (enam) bulan;
• Pemeriksaan dalam jangka 12 (dua belas) bulan
Jika perlengkapan alat pemadam api ringan rusak atau cacat saat
ditemui dalam pemeriksaan, maka segera diperbaiki atau diganti
dengan alat pemadam api ringan yang baik.
Setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara
berkala dengan jangka waktu tidak lebih dari 5 tahun
Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11
Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara
Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam
tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman tabung (safety pin),
Bagian-bagian luar tabung tidak boleh cacat termasuk handle dan
label harus selalu dalam keadaan baik,
Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang
tidak boleh retak, atau menunjukan tanda – tanda rusak,
Untuk alat pemadam api ringan jenis busa diperiksa dengan
cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium
sulfat diluar tabung, apabila cukup kuat, maka alat pemadam api
ringan tersebut dapat dipasang Kembali,
Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11
Pemeriksaan dalam jangka 6 ( enam ) bulan meliputi dengan cara
Untuk alat pemadam api ringan hydrocarbon berhalogen kecuali jenis
tetrachlorida diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai
dengan aslinya dapat dipasang Kembali,
Untuk alat pemadam api jenis carbon tetrachlorida diperiksa dengan cara
melihat isi cairan didalam tabung dan jika memenuhi syarat dapat dipasang
Kembali,
Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxida (CO2) harus diperiksa dengan
cara menimbang serta mencocokkan beratnya dengan berat yang tertera
pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat
sebesar 10% tabung pemadam api itu harus diisi kembali sesuai dengan
berat yang ditentukan.
Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11
Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11
Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliputi dengan cara :
Untuk alat pemadam api jenis cairan dan busa dilakukan pemeriksaan
dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga supaya tabung
dalam posisi berdiri tegak, kemudian diteliti sebagai berikut :
Isi alat pemadam api harus sampai batas permukaan yang telah ditentukan,
Pipa pelepas isi yang berada dalam tabung dan saringan tidak boleh
tersumbat
Ulir tutup kepala tidak boleh cacat atau rusak, dan saluran
penyemprotan tidak boleh tersumbat,
Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan
bebas, mempunyai rusuk atau sisi yang tajam dan bak gesket atau paking
harus masih dalam keadaan baik,
Gelang tutup kepala harus masih dalam keadaan baik,
Pemeriksaan dalam jangka 12 ( dua belas ) bulan meliputi dengan cara :
Bagian dalam dan alat pemadam api tidak boleh berlubang atau
cacat karena karat,
Untuk jenis cairan busa yang dicampur sebelum dimasukkan
larutannya harus dalam keadaan baik,
Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik,
Tabung gas bertekanan harus berisi penuh sesuai dengan kapasitasnya.
Untuk alat pemadam api jenis busa harus tahan terhadap tekanan coba
sebesar 20 Kg per CM
2
.
Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11
Untuk alat pemadam api ringan jenis tepung kering (Dry Chemical) dilakukan
pemeriksaan dengan membuka tutup kepala secara hati-hati dan dijaga
supaya tabung dalam posisi berdiri tegak dan kemudian diteliti menurut ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
Isi tabung harus sesuai dengan berat yang telah ditentukan dan tepung keringnya
dalam keadaan tercurah bebas tidak berbutir,
Ulir tutup kepala tidak boleh rusak dan saluran keluar tidak boleh
tersumbat,
Peralatan yang bergerak tidak boleh rusak, dapat bergerak dengan bebas,
mempunyai rusuk dan sisi yang tajam,
Gelang tutup kepala harus dalam keadaan baik,
Bagian dalam dan tabung tidak boleh berlubang-lubang atau cacat karena karat,
Lapisan pelindung dari tabung gas bertekanan harus dalam keadaan baik,
Tabung gas bertekanan harus terisi penuh, sesuai dengan kapasitasnya
yang diperiksa dengan cara menimbang.
Ref : Permenaker 04/1980 – Pasal 11
Lakukan Penimbangan Pada Tabung APAR CO2
Setiap alat pemadam api ringan dilakukan percobaan secara
berkala dengan jangka waktu tidak lebih dari 5 tahun
Hidrotest Alat Pemadam Api Ringan merupakan sebuah proses
untuk mengetahui sebuah tabung APAR masih layak digunakan
atau tidak dengan cara menekan tabung dengan tekanan 1,5x
tekanan normal yang dapat di handle alat pemadam tersebut
Hidrotest APARHidrotest APAR
Manfaat Hidrotest APAR
•Untuk mengetahui kondisi tabung APAR, karena tabung APAR
harus selalu dalam kondisi prima.
•Untuk mendeteksi kerusakan atau kebocoran yang mungkin
terjadi pada tabung APAR. Pengetesan ini akan memberi manfaat
pada pengguna APAR karena dapat terhindar dari malfungsi
APAR, misalnya APAR tidak mau bekerja dengan baik karena
tekananya turun.
•Hydrotest juga bisa menghindarkan pengguna APAR dari hal-hal
yang diakibatkan tekanan tidak stabil. Misalnya kondisi fisik
tabung APAR yang rusak akan membuatnya semakin berbahaya.
Pastikan menggunakan peralatan K3
Siapkan semua peralatan dan material
(peralatan : hydrostatic pump, kunci tracker, kunci inggris, timbangan, plug,
adaptor, dan material material : cylinder seal tape)
Melakukan pengosongan media dalam tabung APAR.
Setelah media dikosongkan dari tabung APAR, periksa kondisi fisik tabung
APAR. Cek jika ada penyok, bagian yang berlubang atau korosif. Jika
ditemukan lubang atau korosif, sebaiknya hydrotest tidak dilakukan pada
tabung
Setelah tabung selesai dicek dan siap melakukan hydrotest,
Selanjutnya isi tabung dengan air. Sesudah tabung diisi air, periksa informasi
tentang tekanan kerja tabung. Berikan 1,5 x tekanan kerja pada saat uji
hydrotest.
Apakah ada kebocoran :
−jika ya hentikan dan periksa kebocoran tersebut
−Jika tidak proses selesai, tabung di lepaskan dari selang hydrotest dan tabung
siap dipakai
Langkah HydrotestLangkah Hydrotest
Contoh Checklist pengecekan APAR
Simbol Klas
Pemadam
Tipe Kebakaran Bahan Pemadam
A
Bahan padat mudah
terbakar
Air, busa, Serbuk kimia kering,
pengganti halon
B Cairan/gas mudah terbakar
Serbuk kimia kering, busa, karbon
dioksida, pengganti halon
C Peralatan listrik
Serbuk kimia kering, karbon dioksida,
pengganti halon
D Logam mudah terbakar
Serbuk kering yang diberi sodium
chloride/sodium potassium, dan bahan
grafit
Media pemadam
untuk berbagai klasifikasi kebakaran
Referensi Permenaker No : 04/MEN/1980
1.Catridge
2.Stored Pressured
3.Self Expelling
Stored
Pressure
Gas
Cartridge
CO2
Tipe Tabung Gas Catridge
Suatu pemadam yang bahan pemadamnya di dorong keluar oleh gas
bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
Cara kerja dari Catridge System ini ialah
dengan merobek membran catridge sehingga
gas bisa mengalir masuk ke dalam tabung
pemadam. Karena adanya gas yang terlepas
dan masuk ke tabung pemadam,
menyebabkan media kimia (Dry Chemical)
tertekan menuju selang agar bisa digunakan
untuk memadamkan api.
Tipe Tabung Gas Catridge
Tipe Tabung Stored Pressured
Gas pendorong dan media pemadam tersimpan dalam satu ruangan
dan penyemprotan dikendalikan dari katup tekanan. Tipe ini
mempunyai keuntungan mudah diinspeksi karena dilengkapi dengan
pengukur tekanan (Pressure Gauge) yang mengindikasikan siap
pakai.
Antara gas pendorong dan media dijadikan satu
ke dalam tabung. Sistem kerja pada tabung
pemadam ini ialah dengan menggunakan katup
(buka / tutup), ketika kita menekan Handle maka
katup akan terbuka dan akan memberi jalan bagi
media untuk keluar dari selang.
Karena menggunakan sistem katup, Stored
Pressure System menonjolkan kemampuannya
untuk dapat kita kontrol penggunaannya, seperti
tekanan yang dikeluarkan dapat kita tentukan
besar kecilnya melalui Handle.
Tipe Tabung Stored Pressured
Tipe Self Expelling
Konstruksi tabung dimana antara gas pendorong juga sebagai
media pemadam seperti pada tabung gas CO2
•Height/Width/Diameter = 49 Cm/18 Cm/11 Cm
Capacity/Weight Full/Empty=2.2 Kg/7.9 Kg/2.7 Kg
Test Pressure = 200 Bar
Working Pressure = 15 Bar
Fire Rating = 34B
CO2
•Height/Width/Diameter = 84 Cm/33 Cm/15 Cm
Capacity/Weight Full/Empty = 6.8 Kg/25.3 Kg/18.5 Kg
Test Pressure = 200 Bar
Working Pressure = 56 Bar
Fire Rating = 77B
APAR JENIS CO
2
TIPE APAR
•Klas “A”, “B”, atau “C”
ukuran 2.5-20 lb. dry chemical (ammonium
phosphate) bertekanan + 50-200 psi
(nitrogen gas)
(50 psi = 3.4 bar, 200 psi = 14 bar)
•Waktu penyemprotan 8-25 detik.
•Mempunyai pressure gauge untuk
pemeriksaan visual
•Jarak efektif maksimum 1.5-6 m.
•Metoda Pemadaman smotheringsmothering .
MULTIPURPOSE DRY CHEMICALMULTIPURPOSE DRY CHEMICAL
A Trash Wood Paper
B Liquids Grease
C Electrical Equipment
A Trash Wood Paper
B Liquids Grease
C Electrical Equipment
•Kebakaran klas “B” atau “C”
•2.5-100 lb. of CO
2 gas pada 150-200 psi
(waktu penyemprotan 8-30 detik) (150
psi = 10,3 bar, 200 psi = 14 bar)
•Tidak ada pressure gauge– kapasitas
ditentukan dari beratnya.
•Jarak fektif maksimum 1- 3m.
•Pemadaman berdasarkan smotheringsmothering &
cooling.
•Effectiveness menurunmenurun sebanding dengan
kenaikan temperatur.
CARBON DIOXIDE (COCARBON DIOXIDE (CO
22))
A Trash Wood Paper
B Liquids Grease
C Electrical Equipment
A Trash Wood Paper
B Liquids Grease
C Electrical Equipment
TIPE APAR
•Digunakan utk menentukan klas kebakaran mana yang dapat dikendalikan
secara efektif dan aman oleh APAR tertentu
•Rating juga memberikan petunjuk mengenai ukuran kebakaran yang dapat
dikontrol oleh suatu APAR
•APAR klas A diberi rating dari 1A – 40A.
•APAR 4A akan dapat mengontrol kebakaran kira-kira 2 kali APAR 2A.
Kebakaran klas B diberi rating dari 1B hingga 80B.
•Uji APAR klas A : atas dasar kemampuan untuk memadamkan unggun api
kayu yang tersusun dengan ukuran yg ditetapkan
•Uji APAR klas B : atas dasar kemampuan memadamkan dengan pengunaan
api dari cairan mudah terbakar dengan jumlah dan ukuran lain yang
ditetapkan
•Uji APAR klas C : non-konduktivitas pada komponen listrik
•Uji APAR klas D : ditujukan pada metal kombustibel
•Lab Uji Internasional : Underwriter Lab (UL) & Factory Mutual (FM)
RATING APARRATING APAR
Adalah komponen dan sub-sub komponen yang
dirangkai dengan suatu tujuan memberi
peringatan dini baik kepada penghuni maupun
kepada petugas, bila di suatu area tertentu adanya
indikasi kebakaran atau terjadi kebakaran.
Suatu Sistem yang memiliki fungsi untuk mendeteksi
secara dini adanya suatu kebakaran awal.
Fire Alarm dikenal memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.
Pada System ini ditentukan berdasarkan pembagian per area/zone yaitu dengan menggabungkan
beberapa detektor dalam satu area / zone.
Setiap zone langsung dihubungkan ke panel control, sehingga jumlah kabel yang masuk ke dalam
panel control sama dengan banyaknya jumlah zone yang terpasang
Pada sistem konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak mengirimkan ID
Alamat yang khusus, yaitu yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar detector ke
detector dan ke Panel.
Titik akhir tarikan kabel disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik inilah detector fire terakhir
dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan berakhir (stop).
Instalasi Alarm Kebakaran AutomaticInstalasi Alarm Kebakaran Automatic
Sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor
asap, panas, nyala api dan titik panggil secara manual serta
perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran
Sistem Addressable (Alamat)
Pada sistem ini setiap detector memiliki alamat
sendiri-sendiri untuk menyatakan identitas ID
dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui
dengan pasti, karena panel bisa
menginformasikan deteksi berasal dari detector
yang mana. Sedangkan sistem konvensional
hanya menginformasikan deteksi berasal dari
Zone atau Loop, tanpa bisa memastikan
detector mana yang mendeteksi.
ADDRESSABLE
CONTROL PANEL
JUMLAH ADDRESS YANG DIPERGUNAKAN
TERGANTUNG KAPASITAS ADDRESS DALAM LOOP
CONTOH PEMBAGIAN ZONING UNTUK SETIAP LANTAI GEDUNG
PT. XXXXX
PRESS. FAN LIFTA.H.U
FIRE SPRINKLER
SECURITY ACCESS
AREA ZONING
AREA ZONING
AREA ZONING
AREA ZONING
AREA ZONING
AREA ZONING
AREA ZONING AREA ZONING
FIRE SPRINKLER
SECURITY ACCESS
A.H.U
ANUNCIATOR ANUNCIATOR
FIRE PUMPS
MANUAL
STATION
MANUAL
STATION
Panas
Asap
Nyala
•ULTRA VIOLET
•INFRA RED
•FIXED TEMPERATURE
•RATE OF RISE
•IONIZATION
•OPTIC
•Push bottom
•Full down
•break glass
Manual
1). Detektor Asap (smoke detector)
Detektor yang bekerjanya berdasarkan terjadinya akumulasi asap
dalam jumlah tertentu.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
Ada 2 tipe detektor asap (smoke detector)
a)Detektor asap Photo-elektrik
b)Detektor asap Ionisasi
Contoh bentuk smoke detektor Ionisasi
Contoh bentuk smoke detektor Optik
Jenis Smoke Detector:
a. Photoelectric Type Smoke Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan
pembiasan cahaya lampu LED di dalam ruang detector oleh adanya asap yang masuk
dengan kepadatan tertentu.
Saat kepadatan asap (smoke density) sudah memenuhi ambang batas (threshold),
rangkaian elektronik yang terdapat didalam smoke detector akan aktif. Karena berisi
rangkaian elektronik smoke detector membutuhkan tegangan. Dari sifatnya, smoke
detector photoelectric tidak terlalu sensitif terhadap api atau asap kecil sehingga
jarang terjadi false alarm.
Light-emitting Diode (LED)
Jenis Smoke Detector:
b. Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap
dengan unsur radioaktif amercium di dalam ruang detector (smoke chamber).
Amerisium adalah unsur kimia sintetik dalam sistem periodik unsur yang memiliki lambang Am dan
nomor atom 95. Nama elemen ini diambil dari nama negara Amerika sementara penggunaanya antara
lain adalah sebagai detektor asap. Saat ada asap masuk melalui celah depan, asap akan bereaksi dengan
Amerisium dan menimbulkan arus listrik dan alarm akan menyala.
2). Detektor Panas (heat detector)
Detektor yang bekerjanya berdasarkan pengaruh panas
(temperatur) tertentu
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
a.Detektor Panas Rate Of Rise (ROR)
Mampu mendekteksi dengan cepat terhadap kenaikan suhu 12-15
O
C dalam
1 menitnya. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja
berdasarkan kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati
masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55
O
C - 63
O
C sensor
ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran.
PENGINDRA PANAS TYPE PENGEMBANGAN SUHU
(Rate Of Rise Heat Detector)
•Deteksi ini memiliki komponen:
Ruang deteksi yang dilengkapi membran (diafragma)
sebagai pendorong titik kontak tsb.
•Prinsip kerja deteksi ini bila disuatu ruangan terjadi
kebakaran sehingga terjadi perubahan suhu yg
cepat antara 7
0
– 10
0
/ detik dan pemuaian udara
diruang tertutup tersebut mengakibatkan membran
terdorong naik dan dgn terdorongnya membran
sekaligus mendorong mechanical contact menjadi
aktif dan alarm berbunyi.
Biasanya alat ini digunakan sebagai alat deteksi
panas biasa untuk ruangan2 kantor, hotel, pusat
perbelanjaan dan lain2.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
b. Heat Detector Fixed Temperature
Berbeda dengan ROR, maka Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas
yang langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang
lingkungannya memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement,
dsb.
Flame detector merupakan alat optik yang digunakan untuk mendeteksi nyala
api. Prinsip kerja dari alat ini adalah mendeteksi radiasi infra-red atau ultraviolet
dari api yang menyala. Flame Detektor umumnya akan merespon jauh lebih
cepat misalnya terjadi kebakaran yang diakibatkan oleh gas dan cairan yang
mudah dibakar.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
Detektor Nyala Api (Flame detector)
Detektor Gas
Jenis detektor ini akan mendeteksi adanya kebocoran gas. Alat ini bisa mendeteksi
dua jenis gas, yaitu:
•LPG (Liquefied Petroleum Gas)
•LNG (Liquefied Natural Gas)
Perbedaan LPG dengan LNG adalah: LPG lebih berat daripada udara, sehingga
apabila bocor, gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara).
Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran,
maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan
posisi detektor yang akan ditempatkan.
JENIS DAN TIPE DETEKTOR
Conventional Fire Alarm Control Panel
Dalam sistem alarm, panel berfungsi sebagai
pusat pengendali semua sistem dan merupakan
inti dari semua sistem alarm
Panel Fire Alarm memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan seterusnya.
Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang akan diproteksi, selain
tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya tertera sederetan lampu indikator
yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini,
diantaranya:
•Indikator Zone yang menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
•Indikator Power untuk memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
•Indikator Battery untuk memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
•Indikator Attention untuk mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
•Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat lagi akan terjadi deteksi dan
sederetan indikator lainnya.
"Tiga Serangkai" dalam sistem Fire Alarm terdiri dari:
1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.
Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda
kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara memecahkan
kaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain
untuk alat ini adalah Emergency Break Glass.
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan
kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus,
sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca.
Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang
baru.
Contoh Manual Call Point
Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai
pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai
pertanda adanya kebakaran.
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada
Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel
ataupun menunjukkan trouble dan atau adanya kebakaran.
Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau
lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal
(tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya
apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa
merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang
berkedip-kedip
Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya
cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar
dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah
yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu
diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah
kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan
sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring.
Adalah suatu alat untuk
memberikan peringatan dini
kepada penghuni gedung atau
petugas yang ditunjuk,tentang
adanya kejadian atau indikasi
kebakaran di suatu bagian
gedung.
Dengan adanya peringatan
secara dini tersebut akan
memungkinkan
penghuni/petugas dapat
mengambil tindakan
pemadaman atau melaksanakan
evakuasi jiwa maupun harta
benda .
AUDIBLE ALARM
MCFA
VISIBLE ALARM
DETEKTOR
ANN
I
N
P
U
T
OUTPUT
Panas
Asap
Nyala
HYDRANT
Alat ini adalah pusat dari
Fire Alarm System yang
dapat mengontrol
bekerjanya seluruh bagian
detector dan manual station
juga memberikan instruksi
pada alarm bell, lacation
indicator lamp apabila terjadi
indikasi kebakaran.
Biasanya alat ini dipasang
pada ruang operation atau
control room dimana
terdapat pengawasan 24
jam.
Fasilitas yang dimiliki MCFAFasilitas yang dimiliki MCFA
Power indicator lamp :
Untuk mengetahui kondisi catu daya
pada panel
Fire Alarm Station :
Untuk mengetahui sinyal yang diterima
dari berasal dari Manual push Button.
Intercom :
Untuk melakukan komunikasi dengan
Annunciator atau Fire Alarm Station
Disconnection :
untuk menunjukkan adanya kabel
instalasi yang putus pada jaringan
detector.
LanjutanLanjutan................
Accumulation :
Untuk mengetahui adanya alarm Palsu.
Fuse Disconnection :
Untuk mengetahui adanya fuse yang
putus pada panel akibat gangguan
yang terjadi pada sistem.
Silence :
Saklar ini berfungsi untuk mematikan
alarm bell.
General alarm :
Untuk mengaktifkan bell pada seluruh
area gedung apabila keadaan darurat.
Battery Check :
Untuk mengetahui kondisi battery
back up pada panel.
Reset :
Untuk mengembalikan panel pada
keadaan normal.
Alat ini adalah bagian/tambahan dari
Control Panel Fire Alarm System yang
fungsinya sebagai monitor/pengamat
tambahan hanya tidak dapat berbuat aktif
seperti Control Panel. Alat ini juga
dilengkapi dengan Alarm Bell dan
telephone jack.
Biasanya alat ini dipakai apabila
dibutuhkan pengamat tambahan
diruangan lain seperti ruang General
Manager pada suatu hotel.
Alat ini bekerja apabila tombol mechanic yang dilapis
oleh plastic ditekan yang mengakibatkan mechanical
contact menjadi aktif.
Biasanya alat ini digunakan pada ruang2 umum/public
area sebagai alat diteksi manual dan untuk Manual Alarm
Station dilengkapi dengan telephone jack untuk
emergency communication.
Alat ini bekerja apabila Main Control Fire
Alarm menjadi aktif (Control Panel akan
mensupply tegangan DC 24 volt ke Alarm
Bell).
Biasanya alat ini juga digunakan pada
ruang umum sebagai pemberi isyarat
apabila terjadi kebakaran (untuk
evakuasi).
Alarm Bell.
Alat ini bekerja apabila
Main Control Fire Alarm menjadi
aktif (Control Panel akan mensupply
tegangan DC 24 volt ke Alarm Bell).
Biasanya alat ini juga digunakan
pada ruang umum sebagai pemberi
isyarat apabila terjadi kebakaran
(untuk evakuasi).
Pengetesan Smoke Detektor
Smoke Detector Tester
Insert tube into Adapter.
Rotate arrow on top of
can’s nozzle to point to
center of tube’s opening.
Spray Smoke Detector
Tester at smoke detector
for one to two seconds.
Testing Duct Mounted Smoke Detectors
Extension Devices are made of sturdy aluminum and non-conductive fiberglass
Remove rubber
cap from
bottom of
Extension head
(N-30)
Connect first Extension Arm (N-
59) to Extension Head (N-30) or
(PH) by screwing poles together
clockwise until tight.
See table below for Extension
Devices required for indicated
testing elevations.
Connect additional Extension
Arms, as needed, to first
Entension Arm after removing
the rubber cap
Snap can into clamp on
Smoke Detector Tester
Extension Head. (Smoke
Detector Tester is shown
with 1490 Adapter
installed on can.)
Align arrow forward on
can’s activating nozzle.
Aim at smoke detector
and press down on
activation trigger.
Dispense with Ladders, Heat Guns, Heat
Lamps, Hair Dryers, and Extnesion Cords
HEAT DETECTOR TESTER
Place one or two Heat Pads, depending on
the type of heat detector, into Adapter
Tray and secure with rubber bands. Dome
type and some thermister type do not
require an Adapter Tray; they need only
one Heat Pad.
Fill Syringe with 2 tsp of
water. Use 1 tsp of water per
Heat Pad. Re-wet after Heat
Pad cools.
Wait 60 seconds and raise assembly making
sure Heat Pads make contact with the
detector’s sensor. Alarm should occur
within 15 seconds.
Contoh Hot gun hair dryers
Contoh
Suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan
media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-
pipa dan selang kebakaran. Sistem ini terdiri dari sistem
persediaan air, pompa, perpipaan, kopling outlet dan inlet serta
selang dan nozzle.
SISTEM HIDRAN
Komponen sistem Hidrant
-Sistem persediaan air (45,60,90 menit)
-Sistem Pompa
(Picu,Utama & Cadangan)
-Jaringan pipa
-Kopling outlet / Pilar / Landing valve
-Slang dan nozle
-Sistem kontrol tekanan & aliran
RESERVOAR
Seamiest
Connection
2
1
/
2
Inc
1
1
/
2 Inc
Out door
2
1
/
2
Inc
Jaringan instalasi pipa air untuk
pemadam kebakaran yang
dipasang secara permanen
HIDRAN KEBAKARAN
BAGIAN-BAGIAN HIDRAN KEBAKARAN
•RESERVOIR
Bak penampungan air untuk memasok kebutuhan sistim hidran
kebakaran,dapat berupa ground tank,pressure tank,atau grafity tank .
•POMPA-POMPA
Seperangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari resevoir ke
ujung pengeluaran .
- Pompa Picu (untuk mempertahankan tekanan statis)
- Pompa Utama(sebagai penggerak utama)
- Pompa Cadangan (sebagai penggerak cadangan)
•PEMIPAAN
- Pipa hisap (pipa yang terentang dari resevoir sampai pompa)
- Pipa header (pipa antara/pembagi dari pompa ke pipa penyalur)
- Pipa penyalur (pipa yang terentang dari header ke pipa tegak)
- Pipa tegak (terpasang vetikal dari lantai bawah sampai atas)
- Pipa cabang (pipa yang terhubung dari pipa tegak ke outlet)
FUNGSI MASING-MASING POMPA
POMPA PICU
•Untuk mempertahankan tekanan statis dalam jaringan sistim
hidran
•Bekerja untuk mengembalikan tekanan ke posisi semula
•Untuk memantau kebocoran pada jaringan sistim pompa
•Hidup (start) secara otomatis pada saat katup pengeluaran dibuka
•Stop secara otomatis pada saat katup bukaan ditutup
POMPA UTAMA
•Sebagai penggerak utama bekerjanya sistim hidran .
•Bekerja secara otomatis setelah kapasitas minimum
•jockey pump terlampaui .
•Bekerja otomatis dan berhenti manual
POMPA CADANGAN
•Sebagai penggerak cadangan dari sistim hidran .
•Meskipun sebagai cadangan,tapi tetap dalam kondisi “ siaga
operasi “ .
•Bekerja apabila main pump mengalami kerusakan atau
sumber utama listrik dari PLN padam .
•Start otomatis dan stop manual .
MACAM-MACAM HIDRAN KEBAKARAN
•HIDRAN KOTA
Hidran yang terletak ditepi jalan dibuat dan dimiliki oleh
Pemerintah hanya untuk keperluan pemadaman kebakaran .
•HIDRAN HALAMAN
Hidran yang terletak di halaman suatu bangunan yang
dibuat dan dimiliki oleh bangunan tersebut untuk keperluan
pemadaman kebakaran.
•HIDRAN GEDUNG
Hidran yang terletak atau dipasang di dalam bangunan dan
sistem serta peralatannya disediakan serta dipasang oleh pihak
bangunan/gedung tersebut.
•HIDRAN KELAS I
Hidran yang outletnya berdiameter 2,5 inchi yang
dipersiapkan untuk petugas pemadam atau orang yang
sudah terlatih .
•HIDRAN KELAS II
Hidran yang outletnya berdiameter 1,5 inchi yang
dipersiapkan untuk penghuni gedung .
•HIDRAN KELAS III
Hidran yang outletnya berdiameter 1,5 dan 2.5 inchi
(perpaduan hidran keles I dan II )
KLASIFIKASI HIDRAN KEBAKARAN
Jet Nozzle
Hose
Coupling
Y Conection
Adjustable Nozzle
Hydrant
Pilar
Fire Fighting Equipment
Kopling merupakan salah satu bagian penting dalam peralatan kebakaran,
kopling ini bertujuan untuk menyambungkan koneksi selang dengan
nozzle
pemadam, atau selang pemadam dengan selang pemadam.
JENIS KOPLING SELANG PEMADAMJENIS KOPLING SELANG PEMADAM
Jenis Kopling Machino
JENIS KOPLING SELANG PEMADAMJENIS KOPLING SELANG PEMADAM
Jenis Kopling
Instantaneous
Jenis Kopling Storz
Jenis Kopling Vander Heiden
•Buka pintu box hidran .
•Keluarkan selang dan
nozzle .
•Uraikan /gelar selang .
•Pegang nozzle .
•Buka kran ke arah kiri .
•Laksanakan
pemadaman .
PETUNJUK PENGOPERASIAN HIDRAN GEDUNG
(Indoor)
1.Buka pintu box hidran halaman .
2.Keluarkan selang dan nozzle .
3.Ambil konci hidran .
4.Uraikan / gelar selang .
5.Sambung ke hidran dan nozzle .
6.Pegang nozzle .
7.Buka outlet hidran,putar ke posisi
open .
8.Laksanakan pemadaman .
PETUJUK PENGOPERASIAN
HIDRAN LUAR (OUTDOOR)
SPRINKLER adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang
secara permanen untuk melidungi bangunan dari bahaya kebakaran
yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila
nosel/kepala springkler terkena panas pada temperatur tertentu.
KOMPONEN UTAMA :
Persediaan air
Pompa
Siamaese koneksion
Jaringan pipa
Kepala Springker
53
o
C
68
o
C
79
o
C
93
o
C
141
o
C
182
o
C
204
o
C
260
o
C
Pada sistem ini seluruh jaringan sprinkler, baik
di atas maupun di bawah control valve berisi
air bertekanan sehingga memungkinkan
sistem akan bekerja pada saat kepala
sprinkler pecah dan langsung memancarkan
air.
Sistim ini adalah yang paling biasa, paling
mudah dirancang, dan paling mudah dirawat.
Sistim ini disarankan menjadi pilihan pertama
bagi perencana, dan dipasang bila suhu
tempat yang akan diproteksi dijaga pada atau
diatas 4° C (40° F).
SITEM PIPA BASAH
SITEM PIPA BASAH
Suatu jaringan sprinkler dimana selain menggunakan katup
kendali, sistem juga dilengkapi dgn katup pipa kering (Dry pipe
valve).Dari katup pipa kering sampai ke titik sprinkler tidak
berisi air, tatapi berisi udara bertekanan. Sedangkan dari katup
pipa kering sampai ke pompa berisi air bertekanan.
Sistim lebih rumit, memerlukan suatu pasokan udara/gas yang
handal, dan perencanaan khusus.
Sistim ini dijumpai didaerah iklim dingin dengan suhu dibawah
4° C (40° F), dan di gudang kamar dingin
(cold storage warehouse).
SISTEM PIPA KERING
SISTEM PIPA KERING
Sistem ini merupakan sistem kering yang menggunakan katup
jenis curah (Deluge type valve), peralatan deteksi dan kepala
sprinkler tertutup. Pada saat panas atau asap pada ruang yg
dilindungi mencapai suhu tertentu, panas atau asap tsb akan
dideteksi oleh detektor, yg selanjutnya akan mengaktifkan katup
curah dan air akan mengalir ke kepala sprinkler.
Sistim lebih rumit, memerlukan suatu pasokan udara/gas yang
handal, sistem deteksi dan perencanaan khusus.
Sistem ini cocok untuk peralatan komputer, telekomunikasi,
museum dan fasilitas lain.
SITEM PRA AKSI
SISTEM PRA AKSI
Sistem Banjir (Deluge system).
•Sistem ini biasanya menggunakan kepala
sprinkler terbuka dan dilengkapi dengan katup
curah (Deluge valve). Sistem ini dikombinasikan
dengan sistem alarm terpisah yang berfungsi
mengaktifkan katup curah tsb.
•Begitu katup terbuka, air mengalir melalui kepala
sprinkler dan menghidupkan pompa kebakaran.
•Sistim ini cocok untuk fasilitas yang berisi cairan
yang mudah menyala dan terbakar. Juga untuk
situasi dimana kerusakan akibat kebakaran dapat
terjadi dalam waktu yang relatif singkat, misal
hanggar pesawat terbang.
Sistem Banjir (Deluge system).
KEPALA SPRINKLER/DEFLECTOR
DEFLECTOR
Terpasang pada rangka sprinkler, dimana arus air akan diarahkan
dan diubah ke suatu pancaran yang direncanakan untuk menutupi
atau melindungi suatu area tertentu. Jumlah air yang terpancar
tergantung kepada tekanan air yang keluar dan diameter lubang
(orifice).
SPRINKLER STANDARD
Berikut adalah aplikasi 2 jenis
springkler yang biasa ditemui:
Upright & Pendent Standard Spray
Sprinkler (SSU & SSP).
Sidewall Spray Sprinkler.
(biasanya untuk sistem pipa kering
dan ruang-ruang dekoratif )
Bahwa Spray Pendent sprinkler hanya dirancang untuk
dipasang pada posisi penden saja (dalam ruang dgn atau
tanpa plafon)
Dan sebaliknya Spray Upright sprinkler hanya dirancang
untuk dipasang pada posisi tegak saja ( dlm
parkir ,basment)
SPRINKLER CONTROL VALVE
Tiga komponen dasar sistem
springkler terdiri dari springkler itu
sendiri, sistem pemipaan dan
sumber air yang dapat diandalkan,
kebanyakan dari sistem springkler
disertai dengan alarm dan sistem
control valves
Control valve berfungsi untuk
menutup suplai air menuju
sistem sehingga dapat
dilakukan penggantian,
perawatan atau interupsi
sistem, posisinya berada antara
suplai sumber air dan sistem
springkler tepat dibawah alarm
valve atau berada di luar
bangunan dan harus
dikembalikan dalam posisi
terbuka setelah perawatan
SPRINKLER CONTROL VALVE (cont’d)
•Water flow alarms – alarm akan
menyala jika terdeteksi adanya
aliran air pada sistem springkler
•Alarm test valve – mensimulasikan
sistem kerja perangkat alarm laju
aliran air (water flow alarm device)
•Drain Valve – mengeluarkanair dari
sistem untuk keperluan
maintenance, dapat juga digunakan
untuk memeriksa sistem suplai air
•Test valve – mensimulasikan laju
aliran pada sistem springkler
sehingga dapat menilai kondisi kerja
alarm. Upaya pengetesan kondisi
kerja harus dilakukan setiap 6 bulan.
• Fire hose connection
Alat Pemadam Api Otomatis
(Automatic Fire Extinguishing System)
Susunan sebuah sistim untuk memadamkan api, dengan
media dan peralatan tertentu yang dapat memadamkan api
secara otomatis, tanpa memerlukan operator.
Sistim ini terpasang secara tetap, permanen, (Fixed Installation).
Dilengkapi dengan jaringan installation pemipaan dan discharge
nozzle untuk mengalirkan media pemadaman api dari tabung
penyimpanannya menuju area hazard yang dikehendaki
Jenis Media Pemadam Api yang dipergunakan antara
lain :
a)Air
b)Air yang ditambah dengan bahan kimia tertentu
c)Dry Chemical (Serbuk ABC)
d)CO2
e)Clean Agent Fire Extinguisher seperti :
•FM-200
•Inergent
•AF-11
•dll
Metoda Pemadaman Api
Sistim Pemadam Api Otomatis
•Spot System atau Local application System, dengan metoda
penyemburan atau penyemprotan media pemadam api dengan
jumlah tertentu dan dalam waktu (discharge time) yang tertentu pula,
langsung ke objek hazard yang terbakar saja, melalui Eruption Head
atau Discharge Nozzle yang dialirkan dari tabung penyimpanan
dengan jaringan instalasi pemipaan langsung ke area hazard yang
diperkirakan akan mengalami kebakaran sebelumnya.
•Total Flooding System, pada sistem ini gas yang disemprotkan dari
banyak lobang pengeluaran, diusahakan dapat memenuhi seluruh
ruangan yang akan dilindungi sampai tercapai konsentrasi gas yang
diinginkan dan dalam waktu (Discharge Time) yang tertentu pula
Sistem proteksi kebakaran yang terbentuk atau terbangun
melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen struktur
bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan
berdasarkan tingkat ketahanan terhadap api, serta
perlindungan terhadap bukaan
SISTEM PROTEKSI
PASIF
Sistem dan Sarana Proteksi
Pasif
Membatasi bahan-bahan mudah terbakar
Struktur tahan api dan kompartemenisasi
Penyediaan sarana evakuasi untuk penghuni
Penyediaan kelengkapan penunjang evakuasi
PERLINDUNGAN PADA BUKAAN
•Setiap penembusan di dinding, atap atau lantai kompartemen harus
dilindungi dengan fire stopping
•Setiap saluran udara (ducting) yang menembus dinding
kompartemen harus dipasang damper api / asap
•Bukaan ventilasi pada bangunan yang digunakan untuk saf pipa, saf
ventilasi listrik harus sepenuhnya tertutup dengan dinding dari
bawah sampai atas dengan konstruksi tahan api
KOMPARTEMENISASI
Bagian dari sistem proteksi pasif
KOMPARTEMENISASIKOMPARTEMENISASI
PENAHAN API (PENAHAN API (FIRE STOPPINGFIRE STOPPING))
Teknik membagi bangunan ke dalam ruang-ruang atau kompartemen yang Teknik membagi bangunan ke dalam ruang-ruang atau kompartemen yang
dilindungi atau dibatasi oleh struktur tahan api dilindungi atau dibatasi oleh struktur tahan api
Merupakan prinsip dasar dari sistem proteksi kebakaran pasifMerupakan prinsip dasar dari sistem proteksi kebakaran pasif
Salah satu alat atau sarana untuk menghalangi penyebaran kebakaran dari Salah satu alat atau sarana untuk menghalangi penyebaran kebakaran dari
suatu ruangan ke ruangan lainnyasuatu ruangan ke ruangan lainnya
Adalah bagian dari dari sistem proteksi kebakaran pasifAdalah bagian dari dari sistem proteksi kebakaran pasif
Contoh PROTEKSI PENETRASI: FIRESTOP
Tangga KebakaranTangga Kebakaran
Tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan bila terjadi
kebakaran.
Pintu KebakaranPintu Kebakaran
Pintu-pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya
dipergunakan apabila terjadi kebakaran.
Pintu eksit harus diberi penanda yang mudah terlihat agar mudah
ditemukenali.
Titik berkumpulTitik berkumpul
Merupakan tempat yang digunakan bagi pengguna bangunan gedung
dan pengunjung bangunan gedung untuk berkumpul setelah proses
evakuasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sarana jalan keluar,
antara lain :
•Bebas dari barang-barang yang menggangu
•Koridor, terowongan, tangga darurat harus merupakan daerah
aman sementara dari api, asap dan gas tahan api minimal 1 jam
•Penerangan berdiri sendiri tidak tergantung pada sumber utama
•Arah menuju exit dipasang petunjuk yang jelas
•Pintu keluar darurat harus di beri tulisan
Hal-hal yang perlu di perhatikan pada pintu eksit antara lain :
•Tidak boleh dikunci atau digembok.
•Kerusakan pada penutup pintu otomatik (door closer) harus segera di
perbaiki
•Tidak Terdapatnya ganjal atau ikatan yang menahan pintu selalu
terbuka, pada pintu yang harus selalu pada keadaan tertutup
•Pintu harus tahan terhadap api minimum 1 jam
•Cermin tidak dipasang pada pintu eksit
•Halangan benda dan lain-lain di depan pintu eksit.
•Undang-Undang No.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatam Kerja
•Permenaker 04/MEN/1980, tentang Alat Pemadam Api Ringan.
•Permenaker 02/MEN/1983, tentang Instalasi Alarm Kebakaran Automatik.
•Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997 Tentang Pengawasan Khusus K3
Penanggulangan Kebakaran
•Per Men P.U. No.26/PRT/M/2008 Tentang Persyaratan Tehnis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungannya.
•SNI 03-6570-2001 Instalasi Pompa Yang Terpasang Tetap Untuk Proteksi
Kebakaran
•SNI 03-3989-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler
Otomatik untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
•SNI 03-1746-2000 Tata Cara Perencanaan dan Pengadaan Sarana Jalan Keluar
untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan Gedung
•SNI 03-3985-2000 Tata cara perencanaan, pemasangan dan pengujian sistem deteksi
dan alarm kebakaran untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung