Materi Sosialisasi Program pendidikan kesetaraan.pptx

PKBMAlFurqonMagelang 3 views 109 slides Oct 28, 2025
Slide 1
Slide 1 of 109
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84
Slide 85
85
Slide 86
86
Slide 87
87
Slide 88
88
Slide 89
89
Slide 90
90
Slide 91
91
Slide 92
92
Slide 93
93
Slide 94
94
Slide 95
95
Slide 96
96
Slide 97
97
Slide 98
98
Slide 99
99
Slide 100
100
Slide 101
101
Slide 102
102
Slide 103
103
Slide 104
104
Slide 105
105
Slide 106
106
Slide 107
107
Slide 108
108
Slide 109
109

About This Presentation

Sosialisasi Akreditasi Program pendidikan kesetaraan Th 2025


Slide Content

Modul 1 . Pengenalan dan Konteks Instrumen Akreditasi Program Pendidikan Kesetaraan 2024 BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, PENDIDIKAN DASAR, DAN PENDIDIKAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH SOSIALSASI IA 2024 PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2025 27 September 2025 SUMARNA, M.A 081225011619.

SESI I

TAHAPAN DALAM PROSES AKREDITASI

Apa saja tahapan di dalam proses akreditasi? Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah

Instrumen Akreditasi untuk Program Pendidikan Kesetaraan 1 2 4 Satuan Pendidikan Non Formal Penyelenggara Program Pendidikan Kesetaraan Beragam Model Penyelenggara Program Pendidikan Kesetaraan Karakteristik Program Pendidikan Kesetaraan 3

Satuan Pendidikan Non Formal Penyelenggara Program Pendidikan Kesetaraan 1

Program Pendidikan Kesetaraan Niat Utama Layanan Program Pendidikan Kesetaraan Dirancang untuk memberikan kesempatan belajar kepada mereka yang tidak dapat mengakses atau menyelesaikan pendidikan formal pada tingkat tertentu (Dikdasmen) Sekarang berkembang menjadi pilihan …

Satuan Pendidikan yang Memayungi Program Pendidikan Kesetaraan PKBM SKB/SPNF Sejenis PKPPS PKBM adalah satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat atas dasar prakarsa dari, oleh, dan untuk masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas, 2019). Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) adalah unit pelaksana teknis dinas yang menangani urusan pendidikan pada kabupaten/kota yang berbentuk satuan pendidikan nonformal sejenis (Permendikbud No. 4/2016, Ps. 1 butir 1) . Satuan Pendidikan Nonformal Sejenis (SPNF Sejenis) adalah adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan nonformal (Permendikbud No. 4/2016, Ps. 1 butir 2). Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS) merupakan sebuah program pendidikan pada jalur pendidikan non formal yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama bagi Pondok Pesantren Salafiyah yang meliputi 3 tingkatan: jenjang Ula (setara dengan SD/MI), jenjang Wustha (setara dengan SMP/MTs, dan jenjang Ulya (setara dengan SMA/MA) ( Keputusan Dirjen Pendidikan Islam No. 3543/2018)

Karakteristik Program Pendidikan Kesetaraan 2

Karakteristik Program Pendidikan Kesetaraan Kolaborasi dengan Komunitas 05 komunitas lokal, lembaga, dsb. Kurikulum yang disesuaikan 04 kurikulum dikembangkan secara kontekstual sesuai kebutuhan peserta didik dan masyarakat Akses pendidikan untuk semua 03 memberikan akses pendidikan kepada semua individu, termasuk yang telah melewatkan kesempatan pendidikan formal di masa lalu atau memiliki keterbatasan fisik, ekonomi, atau sosial Fleksibilitas 02 menawarkan fleksibilitas waktu dan tempat belajar 01 proses belajar yang dilalui bersifat mandiri Kemandirian peserta didik dalam belajar

Kemandirian Peserta Didik dalam Belajar Salah satu pilar utama dari Program Pendidikan Kesetaraan adalah kemandirian dalam proses belajar . Peserta didik didorong untuk menjadi pembelajar yang mandiri, dengan mengatur sendiri laju dan metode belajar yang paling sesuai dengan kebutuhan dan situasi mereka. Pendekatan ini dikenal sebagai selfi- regulated learning , di mana peserta didik bertanggung jawab atas kemajuan belajarnya sendiri, mengembangkan disiplin diri, dan kemampuan untuk mengatur waktu serta sumber daya secara efektif. Selain itu, peserta didik juga dilatih untuk menentukan sumber belajar yang paling relevan dengan kebutuhan mereka. Kemampuan untuk memilih dan menggunakan sumber belajar yang tepat adalah keterampilan penting dalam kemandirian belajar , karena memungkinkan peserta didik untuk lebih proaktif dalam menemukan informasi dan pengetahuan yang mereka butuhkan. Kemandirian ini penting untuk membangun rasa percaya diri dan inisiatif pada peserta didik, yang akan sangat berguna dalam kehidupan mereka di masa depan.

Fleksibilitas Program Pendidikan Kesetaraan menawarkan fleksibilitas dalam hal waktu dan tempat belajar, yang merupakan elemen kunci dalam mendukung proses belajar mandiri. Fleksibilitas ini memungkinkan peserta didik untuk menyesuaikan jadwal belajar dengan kehidupan sehari- hari mereka , baik itu karena pekerjaan, tanggung jawab keluarga, atau kondisi lainnya. Selain itu, fleksibilitas lokasi memungkinkan peserta didik untuk belajar di tempat yang paling nyaman dan kondusif bagi mereka , baik itu di rumah, tempat kerja, atau pusat belajar komunitas. Hal ini memberikan kebebasan lebih kepada peserta didik untuk menyeimbangkan pendidikan dengan kewajiban dan tanggung jawab lainnya. Andragogi - Self Regulated Learning Konstruktivisme - Pembelajaran Situasional

Akses Pendidikan untuk Semua Salah satu tujuan utama dari Program Pendidikan Kesetaraan adalah memberikan akses pendidikan yang inklusif kepada semua individu, tanpa memandang latar belakang atau kondisi mereka. Program ini terbuka bagi mereka yang mungkin telah melewatkan kesempatan pendidikan formal di masa lalu, atau yang menghadapi keterbatasan fisik, ekonomi, atau sosial . Dengan menyediakan pendidikan yang dapat diakses oleh semua orang, program ini berusaha untuk menghapus kesenjangan pendidikan dan memberikan kesempatan yang adil bagi setiap individu untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, serta untuk mencapai potensi penuh mereka. Critical Pedagogy (Freire) - Pendidikan untuk Semua (UNESCO) Democratic Education (John Dewey)

Kurikulum yang Disesuaikan Kurikulum dalam Program Pendidikan Kesetaraan dikembangkan secara kontekstual, sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat di sekitarnya . Kurikulum ini tidak bersifat kaku, melainkan fleksibel dan dapat disesuaikan berdasarkan latar belakang, minat, dan tujuan peserta didik. Pendekatan ini memastikan bahwa materi pembelajaran yang disampaikan relevan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari peserta didik. Kurikulum yang disesuaikan juga memungkinkan program ini untuk tetap responsif terhadap perubahan dan tuntutan zaman , serta kebutuhan spesifik dari komunitas di mana program ini dijalankan. Teori Konstruktivisme (Jean Piaget dan Vygotsky) Teori Pembelajaran Situasional (Brown dan Collins) Andragogi (Malcolm Knowles) - Pendidikan untuk Semua (UNESCO)

Kolaborasi dengan komunitas Kolaborasi dengan komunitas lokal, lembaga, dan organisasi lainnya merupakan komponen penting dalam Program Pendidikan Kesetaraan. Kerjasama ini tidak hanya membantu dalam pelaksanaan program, tetapi juga memastikan bahwa program ini relevan dan bermanfaat bagi komunitas setempat. Melalui kolaborasi ini, peserta didik mendapatkan dukungan yang lebih luas, baik dari segi sumber daya, mentor, maupun kesempatan belajar di luar kelas . Komunitas juga berperan dalam membantu menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, di mana peserta didik dapat merasa diterima dan didukung dalam perjalanan pendidikan mereka. Teori Keterlibatan Sosial (Vygotsky) - Teori Humanisme (Carl Rogers) Problem- based Learning (Barrows, H. and Tamblyn,R) Belajar Sepanjang Hayat (Carl Rogers)

MISKONSEPSI

Pendidikan Non Formal Identik dengan PKBM Satuan PNF tidak selalu bernama PKBM. Ada SKB, PKPPS, dan Satuan PNF sejenis lainnya.

Pendidikan kesetaraan dipandang lebih rendah dari pendidikan formal Pendidikan Kesetaraan sebagai pengganti/alternatif dari pendidikan formal dan ijazahnya diakui sama.

Pendidikan kesetaraan hanya untuk mendapatkan ijazah melalui ujian saja Program pendidikan kesetaraan melalui proses pembelajaran yang lebih fleksibe l (tempat, cara, dan waktu) dan kontekstual terhadap kebutuhan peserta didik dan masyarakat

Program pendidikan kesetaraan melayani hanya peserta didik usia dewasa Program pendidikan kesetaraan melayani usia anak hingga dewasa , seluruh lapisan masyarakat

Beragam Model Penyelenggaraan Program Pendidikan Kesetaraan 3

PKBM Erudio Indonesia Gunung Sindur - Desa Rawa Kalong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

Lingkungan Belajar Ekosistem Belajar Progresif membuat siswa mendapat pembelajaran dan berkolaborasi di lingkungan belajar mereka yang meliputi seluruh pembelajar di sekolah, lingkungan masyarakat, dan praktisi di bidang yang beragam. Ekosistem belajar yang luas dan berjejaring yang luas memungkinkan siswa untuk mendapatkan pengalaman belajar dan berkolaborasi langsung dengan praktisi di berbagai bidang.

Daftar Mata Pelajaran Mata Pelajaran Dasar (Sangat direkomendasikan) Mata Pelajaran Penawaran (Optional) Program Usulan (Optional) Definisi Kelas yang berisi landasan keilmuan untuk menyamakan bahasa dalam berpikir dan berproyek. Kelas yang ditawarkan oleh sekolah yang bersifat mendukung proyek/ pathway . Kegiatan yang diinisiasi oleh warga Erudio dan atau diminta oleh siapapun warga Erudio (siswa, guru, dll). Pengajar Spesialis (Internal) Spesialis (Internal & Eksternal) Spesialis (Internal), Spesialis (Eksternal), Siswa, Orang Tua Siswa, dll Subjek Project Development Media Practice Story of Civilization Numeracy Contextual Learning Life Skill Film Studies Content Creation Photography 2D Modelling 3D Modelling What If Comic Strip Story Board Concept Art Cooking Entrepreneurship Seni Tekstil Music Ilustrasi Seni Tekstil Make up Class Woodworking Make your own coaster resin dll

Model Pembelajaran Self- initiated Learning Inquiry- based learning Experiential Learning Community service Individual and team project exposure to industry internship Classroom

Proyek dan Riset Proyek adalah proses merancang, merealisasikan, dan mengevaluasi konsep dalam bentuk karya visual, audio, penulisan, dan hasil penelitian lainnya. Di dalam proses pembuatan proyeknya, siswa juga diminta untuk melakukan berbagai riset untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan membantu mengatasi, memecahkan, dan mencegah masalah yang ada pada objek proyeknya. Erudio Indonesia menggunakan proyek dan riset sebagai media utama pembelajaran. Pengembangan potensi diri siswa juga diperoleh melalui proyek dan riset sesuai dengan bakat dan minat mereka. Setiap siswa Erudio Indonesia dapat memiliki proyek yang berbeda satu sama lain. Setiap siswa membuat proposal proyek individu yang pada prosesnya didampingi oleh fasilitatornya masing- masing.

Contoh Karya Tahun 1 Topik berproyek : Mengenal dan Memahami Diri Penjelajahan diri menjadi proses yang akan dilakukan terus menerus. Melalui kesadaran terhadap keberlanjutan proses tersebut, menjadi sangat penting untuk belajar mengenal dan memahami diri. Sehingga proses pencarian diri dapat berdampak positif terhadap perubahan diri ke arah yang lebih positif.

Contoh Karya Tahun 2 Collection of Writings, 2020-2021 Digital Book 2D/22 Pages A collection of writings during my Conceptual Writing Class. INTERESTING PROMPTS!!! MUST READ!!! See Here

Contoh Karya Akhir

PKBM Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Jl. Raden Mas Said No. 12 Kalibening, Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah

PROFIL Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah merupakan lembaga pendidikan yang konsisten memerdekakan warga belajar, memfasilitasi proses belajar berbasis pendampingan dan konteks kehidupan. Berdiri di Kelurahan Kalibening, Tingkir, Salatiga, sejak 2OO5

Profil Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah Pada 1999, terbentuk Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) di kelurahan Kalibening, kecamatan Tingkir, kota Salatiga, sebuah serikat bagi paguyuban- paguyuban petani yang ada di sana. Organisasi ini diketuai oleh Ahmad Bahruddin. Nama ‘Qaryah Thayyibah’ sendiri berarti ‘desa berdaya’, sebuah nama yang diusulkan oleh Raymond Toruan SPPQT ini bertujuan mewujudkan pemberdayaan masyarakat desa secara mandiri berbasis potensi lokal, sehingga menjadi desa yang berdaya. Konsep ‘Desa Berdaya’ ini selaras dengan cita-cita Soekarno; berdaulat (politik), berdikari (ekonomi), dan berkepribadian (kebudayaan). Pada 2003, untuk melengkapi tiga indikator bagi desa berdaya tersebut, dibentuklah suatu komunitas belajar bagi anak- anak desa ini bernama Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT). Selain sebagai pelengkap indikator tersebut, komunitas belajar ini diharapkan berkontribusi mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas pendidikan di Tanah Air.

Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah

Pendidikan di KBQT setara jenjang SMP dan SMA dengan status sebagai Pendidikan Kesetraan (Paket B dan C). Sekolah ini betul- betul berupaya mewujudkan apa yang menjadi prinsip- prinsip dasarnya, yakni semangat pembebasan, kritis dialogis, kegembiraan, fasilitatif- partisipatif, apresiatif dan kontekstual. KBQT menerapkan sistem kelas kecil. Satu kelas diisi maksimal hingga 12- an orang, tergantung kondisi. Setiap kelas bebas menentukan namanya masing- masing, semisal Kreative Kids, Paradise of Full color, Oryza Sativa, Elektrokardiograf, Hikari, lascar Miracle dan sebagainya. Mereka juga bebas bersepakat tentang aturan main di dalam kelas, mulai dari jam belajar, jadwal pertemuan tiap harinya, hingga sanksi konstruktif bagi siapapun yang melanggar kesepakatan bersama. Setiap kelas ditemani oleh seorang pendamping. Fungsi dari pendamping di KBQT tidak seperti guru sebagaimana di sekolah- sekolah pada umumnya. Jika di sekolah- sekolah formal pada umumnya guru menjadi sumber ilmu yang menuangkan secara terus- menerus kepada siswa, maka pendamping di KBQT sangat berbeda. Di sini, pendamping ‘hanya’ menemani siswa untuk mengeksplorasi pengetahuan dan keterampilan masing- masing anak. Pendamping akan menemani proses belajar siswa, membantu mengarahkan passion siswa, mempersiapkan kreasi karya siswa, serta mengevaluasi (lebih tepatnya mengapresiasi) pencapaian siswa secara periodik. Lingkungan Belajar

Jadwal Kegiatan & Program

Ladat‹ 4kedRas› \as‹onalPend‹d›kun Anak lJs›a F‹n‹ Pendidikan dan Pen8‹d‹kan Nlenengan

Qaryah Thayyibah

SKB Tasikmalaya Peserta Didik Dewasa Jl. R.E. Martadinata Gg. Kudanguyahutara, Cipedes, Kec. Cipedes, Kab. Tasikmalaya, Jawa Barat

SKB Kota Tasikmalaya

SKB Kota Tasikmalaya SKB Kota Tasikmalaya memberikan layanan pembelajaran bagi warga belajar yang memiliki keterbatasan ekonomi dan anak tidak sekolah (ATS). Kehadiran SKB sebagai pendidikan non formal yang mempersiapkan pengetahuan dan keterampilan bagi warga belajar, dengan begitu warga belajar memiliki daya saing dan lulusan yang setara pendidikan formal. SKB Kota Tasikmalaya menyediakan layanan pendidikan non formal paket A, paket B dan paket C. Serta kursus keterampilan menjahit, tata rias pengantin, tata kecantikan rambut, hantaran, merajut, tata boga, dan lainnya. SKB Kota Tasikmalaya bersama PKBM melakukan kolaborasi untuk menjadi garda terdepan menuntas anak tidak sekolah, sehingga tercapainya masyarakat Kota Tasikmalaya belajar 12 tahun.

Lingkungan Belajar

Proses Pembelajaran

Daftar Mata Pelajaran

PKPPS (Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiyah) Peserta Didik Usia Sekolah

SEKILAS TENTANG PKPPS PKPPS (Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiyah): layanan pendidikan melalui jalur pendidikan nonformal yang ditujukan untuk masyarakat. Sasaran penyelenggaraan Pendidikan Kesetaraan pada Pondok Pesantren Salafiyah ialah santri berusia 6 tahun sampai dengan 24 tahun. e PKPPS diselenggarakan pada tiga jenjang Pendidikan, yakni: Ula (pendidikan dasar), Wustha (pendidikan menengah), dan Ulya (pendidikan atas). KÄ'r›s Ayc> Del+ar S ek c>lcsh k e

PERBEDAAN KARAKTER PKBM DAN PKPPS K urikulum dan Metode Pengajaran Lingkungan Pembelajaran Tujuan Lebih fleksibel merancang kurikulum yang mencakup berbagai aspek ilmu pengetahuan dan keterampilan sesuai kebutuhan lokal Berlokasi di berbagai tempat dan cenderung memiliki lingkungan yang lebih terbuka dan beragam Fokus pada pembelajaran ilmu pengetahuan dan keterampilan praktis sesuai kebutuhan dalam kehidupan sehari- hari Menekankan pada kurikulum agama Islam yang khas dengan metode pengajaran yang mengutamakan tradisi keilmuan Islam Salaf Lingkungan pembelajaran terpusat di sekitar pondok pesantren disertai suasana yang kental dengan nuansa keagamaan Mendalami ilmu agama Islam, ditambah pendidikan umum dan keterampilan sesuai kebutuhan

PPS. UMMAHATUL MU`MININ Peserta Didik Usia Sekolah

PPS. UMMAHATUL MU`MININ

PROFIL PKPPS 1

Proses Pembelajaran

Proses Pembelajaran

Karya Siswa

Karya Siswa

Karya Siswa

Ladat‹ 4kedRas› \as‹onalPend‹d›kun Anak lJs›a F‹n‹ Pendidikan dan Pen8‹d‹kan Nlenengan

PPS. PP Bidayatussalikin Peserta Didik Usia Sekolah

PROFIL PKPPS 2

PP Bidayatussalikin

Proses Pembelajaran

Karya Siswa

Karya Siswa

Karya Siswa

SESI II

Instrumen Akreditasi Program Pendidikan Kesetaraan 4

BADAN AKREDITASI NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, PENDIDIKAN DASAR, DAN PENDIDIKAN MENENGAH Butir 1- 4 Butir 5- 9 Butir 10- 14 Rubrik Penilaian per Indikator Rubrik Penilaian per Indikator Rubrik Penilaian per Indikator Rubrik Penilaian per Indikator Butir 15 Struktur Instrumen Akreditasi Program Pendidikan Kesetaraan 4 Komponen, 15 Butir, 48 Indikator

Instrumen Akreditasi 2024 (IA2024) untuk satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan disusun dengan menggunakan konstruk yang sama dengan instrumen akreditasi untuk jenjang dan jenis layanan lain. Catatan

Satuan Pendidikan Penyelenggara Pendidik Peserta Didik Proses Pembelajaran merujuk pada satuan pendidikan penyelenggara program pendidikan kesetaraan yang berada di bawah pengelolaan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. merujuk pada individu yang menjabat sebagai pemimpin program pendidikan kesetaraan di satuan pendidikan tersebut. merujuk pada pendidik atau tutor merujuk pada peserta didik usia anak hingga usia dewasa yang mengikuti program pendidikan kesetaraan di satuan pendidikan tersebut. merujuk pada model pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka, tutorial dan belajar mandiri Catatan

Dinilai per program pendidikan kesetaraan (paket A/B/C) Dinilai sebagai satu keseluruhan satuan pendidikan Komponen 1: Kinerja Pendidik dalam mengelola proses pembelajaran dinilai per program pendidikan kesetaraan Komponen 2: Kepemimpinan Satuan Pendidikan dinilai sebagai satu keseluruhan satuan pendidikan Komponen 4: Hasil Pembelajaran dinilai per program pendidikan kesetaraan Komponen 3: Iklim Lingkungan Belajar dinilai sebagai satu keseluruhan dalam satuan pendidikan Nilai akreditasi akan keluar untuk setiap program pendidikan kesetaraan

Komponen 1: Kinerja Pendidik dalam mengelola proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik

Komponen 1 (4 butir, 16 Indikator Kinerja) Komponen menjadi bagian dari instrumen akreditasi karena satuan pendidikan harus memastikan peserta didiknya mendapatkan pendidikan terbaik. Hal ini tercapai saat pendidik dapat mengembangkan kompetensi dan karakter peserta didik melalui pembelajaran yang efektif, menyenangkan, empatik, dan memperhatikan keragaman usia, latar belakang, dan tujuan belajar peserta didik.. Dengan mengukur kapasitas pendidik, BAN- PDM mendorong peningkatan kualitas pendidik di satuan pendidikan. Bagi satuan pendidikan yang menyelenggarakan beberapa program pendidikan kesetaraan (misalnya paket A, paket B, dan paket C), maka asesor akan mengukur kinerja pendidik pada proses pembelajaran untuk setiap paket tersebut.

Komponen 1 pada instrumen kesetaraan menyesuaikan keberagaman peserta didik lintas usia dengan latar belakang yang beragam, mulai dari yang pernah putus sekolah, bekerja, memiliki kebutuhan khusus, minat tertentu, hingga memilih pendekatan yang progresif sehingga pembelajaran dirancang lebih fleksibel, relevan, dan berorientasi pada tujuan belajar peserta didik dan kontekstual terhadap kehidupan nyata. Rencana belajar, interaksi, disiplin, asesmen, dan pelaporan disesuaikan kebutuhan individu atau kelompok, menekankan praktik, portofolio, serta keterampilan vokasional, kewirausahaan, dan life skills. Fokus ini berbeda dari dasmen yang lebih terikat struktur formal, berorientasi akademik, dan mengacu pada profil karakter sekolah.

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 1.1.1 Interaksi setara & saling menghargai Fokus interaksi positif di kelas formal. Fokus interaksi positif di tatap muka, tutorial, belajar mandiri . Kesetaraan memperhitungkan peserta didik anak–dewasa, beragam latar belakang & pengalaman belajar. 1.1.2 Membangun pola pikir bertumbuh Mendorong kepercayaan diri dan motivasi belajar murid sekolah. Mendorong motivasi intrinsik peserta didik lintas usia, banyak yang pernah terputus sekolah. Penekanan pada relevansi dengan kehidupan nyata peserta didik. 1.1.3. Memberi perhatian pada kepada peserta didik yang membutuhkan dukungan lebih/ekstra Agar murid dapat mencapai tujuan pembelajaran. Agar peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran yang relevan dan sesuai dengan konteks kehidupannya. 1.1.4 Strategi membangun keterampilan sosial-emosional Pengelolaan emosi & kolaborasi di kelas formal Pengelolaan emosi & kolaborasi dalam situasi lintas usia, termasuk di luar ruang kelas. Kesetaraan memperhitungkan peserta didik anak–dewasa, beragam latar belakang & pengalaman belajar. Butir 1: Memberikan Dukungan Sosial Emosional

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 1.2.1 Kesepakatan kelas partisipatif Disusun bersama murid di ruang kelas. Disusun bersama peserta didik di kelas atau kelompok belajar Definisi “kelas” lebih luas. 1.2.2 Disiplin positif Disiplin berbasis hubungan guru–murid. Disiplin berbasis hubungan setara antarusia dan konteks komunitas belajar. Menghindari hierarki yang kaku. 1.2.3 Mengelola fokus belajar Menjaga fokus belajar sesuai jadwal pelajaran. Menjaga fokus belajar sesuai tujuan belajar individual , tidak selalu terikat jadwal baku. Fleksibel dalam pengaturan waktu belajar Butir 2: Mengelola Kelas

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 1.3.1 Perencanaan memadai Mengacu kalender akademik & kurikulum formal. Mengacu kebutuhan belajar individu/kelompok Rencana adaptif terhadap kebutuhan belajar dan kehidupan peserta didik 1.3.4. Pelaporan hasil belajar informatif Laporan ke oranguta/wali, pihak terkait Laporan ke pihak relevan , termasuk orangtua jika relevan Pihak penerima laporan lebih beragam dan sesuai kondisi peserta didik dewasa dan tidak tinggal dengan orang tua 1.3.5 Analisis dan ide pada aplikasi nyata Analisis, ide, aplikasi dalam pembelajaran akademik Analisis, ide, aplikasi relevan dengan kehidupan peserta didik Penekanan aplikasi di dunia nyata 1.3.1 Perencanaan memadai Mengacu kalender akademik & kurikulum formal. Mengacu kebutuhan belajar individu/kelompok Rencana adaptif terhadap kebutuhan belajar dan kehidupan peserta didik Butir 3: Mengelola Proses Pembelajaran

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 1.4.1 Penguatan iman dan takwa Pembelajaran agama sesuai kurikulum sekolah Pembelajaran agama sesuai kebutuhan dan konteks peserta didik lintas sekolah Fleksibilitas materi dan pendekatan 1.4.2. Kecintaan budaya dan bangsa Pendidik memfasilitasi proyek budaya di sekolah Pendidik memfasilitasi proyek yang budaya yang relevan dengan komunitas lokal Fokus pada budaya lokal 1.4.3 Kemampuan bernalar dan memecahkan masalah Studi kasus akademik Studi kasus dari realitas hidup dan kerja peserta didik Kesetaraan berbasis pengalaman nyata 1.4.4 Karakter/kompetensi khas satuan pendidikan Profil karakter sesuai visi sekolah Keterampilan vokasional, kewirausahaan, life skill sesuai konteks kesetaraan Kompetensi khas lebih praktiks dan beragam Butir 4: Memfasilitasi Pembelajaran Nilai dan Karakter

Komponen 2: Kepemimpinan Kepala Satuan Pendidikan dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan

Komponen 2: Kepemimpinan Kepala Satuan Pendidikan dalam Pengelolaan Satuan Pendidikan (5 butir dan 16 indikator kinerja) Kepemimpinan Penyelenggara Program Pendidikan Kesetaraan , atau instructional leadership , adalah kunci tata kelola yang baik dan peningkatan layanan. Mengukur kinerja kepala satuan pendidikan membantu memperkuat peran mereka sebagai pemimpin pembelajaran. Saat mengukur kinerja, asesor meninjau pengelolaan seluruh program di satuan pendidikan. Meskipun ada beberapa program (misalnya paket A, B, dan C), cukup satu hasil pengukuran kualitas pengelolaan yang diperlukan.

Komponen 2 pada instrumen kesetaraan menyesuaikan indikator kepemimpinan satuan pendidikan dengan karakteristik belajar yang lebih beragam . Perbedaannya mencakup: budaya refleksi dan evaluasi kinerja yang mempertimbangkan keragaman usia, latar belakang, minat, dan setting belajar; rekrutmen pendidik yang melibatkan pendidik dan praktisi komunitas; pemanfaatan sarpras dari lingkungan sekitar dan fasilitas bersama; pengelolaan pembiayaan dari sumber yang lebih beragam; serta pelaporan yang tidak hanya ke dinas tetapi juga ke mitra komunitas dan lembaga nonformal. Pendekatan ini memastikan kepemimpinan program kesetaraan lebih fleksibel, inklusif, dan kontekstual dibanding satuan pendidikan formal.

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 2.5.1 Budaya refleksi untuk perbaikan pembelajaran Kepala Satuan Pendidikan menerapkan budaya refleksi untuk perbaikan pembelajaran berpusat pada peserta didik. Penyelenggara membangun budaya refleksi untuk perbaikan pembelajaran yang relevan dengan konteks dan keberagaman peserta didik Penyebutan jabatan berbeda; kesetaraan menambahkan konteks dan keberagaman. 2.5.2 Evaluasi kinerja Evaluasi kinerja pendidik dan tenaga kependidikan untuk pengembangan profesional. Evaluasi kinerja tutor, relawan, dan pendidik nonformal . Penyebutan jabatan berbeda. 2.5.3 Tindak lanjut Tindak lanjut hasil refleksi dan evaluasi untuk perbaikan mutu pembelajaran. Tindak lanjut dengan penyesuaian pembelajaran sesuai kebutuhan dan tujuan belajar beragam Kesetaraan fokus pada penyesuaian tujuan belajar. 2.5.4 Penghargaan & kompensasi Sistem penghargaan, kompensasi, dan remunerasi untuk pendidik dan tenaga kependidikan Sama Penyebutan jabatan berbeda. Butir 5: Budaya refleksi & evaluasi kinerja

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 2.6.1 Perencanaan program Kepala Satuan Pendidikan menyusun rencana program tahunan dan jangka menengah sesuai visi, misi, dan kebutuhan sekolah. Penyelenggara Program menyusun rencana program sesuai visi, misi, serta kebutuhan peserta didik yang beragam latar belakang, usia, dan tujuan belajar . Kesetaraan menekankan keberagaman dan fleksibilitas tujuan belajar. 2.6.2 Pengelolaan sumber daya Mengelola sumber daya (SDM, sarpras, dana) untuk mendukung program pembelajaran Mengelola sumber daya termasuk pemanfaatan jejaring komunitas dan mitra belajar Kesetaraan menambahkan peran jejaring komunitas dan mitra. 2.6.3 Penyesuaian program Menyesuaikan program berdasarkan hasil evaluasi dan kebutuhan sekolah. Menyesuaikan program berdasarkan hasil evaluasi, masukan peserta didik, dan perubahan konteks belajar. Kesetaraan melibatkan masukan peserta didik secara eksplisit. Butir 6: Perencanaan dan pengelolaan program

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 2.7.1 Perencanaan anggaran Kepala Satuan Pendidikan mengelola anggaran sesuai RKAS untuk mendukung program pembelajaran Sama Penyebutan jabatan berbeda. 2.7.2 Penggunaan anggaran Penggunaan anggaran sesuai prioritas program sekolah dan prinsip akuntabilitas sama sama Butir 7: Pengelolaan anggaran sesuai perencanaan

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 2.8.1 Perencanaan sarpras Kepala Satuan Pendidikan merencanakan pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana sesuai kebutuhan pembelajaran. Sama - Pemanfaatan sarpras Sarpras dimanfaatkan optimal untuk mendukung pembelajaran di sekolah. Sarpras dimanfaatkan fleksibel untuk mendukung pembelajaran tatap muka, tutorial, dan belajar mandiri . Model pembelajaran 2.8.3 Pemeliharaan Sarpras Pemeliharaan sarpras dilakukan berkala agar layak digunakan. Sama - Butir 8: Pengelolaan pengelolaan sarpras untuk mendukung proses pembelajaran

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 2.9.1 Kepemilikan kurikulum sebagai rujukan penyelenggaraan pembelajaran Dokumen kurikulum sekolah sesuai ketentuan nasional. Dokumen Kurikulum Operasional sesuai ketentuan, disesuaikan karakteristik peserta didik kesetaraan . Istilah & penyesuaian untuk konteks kesetaraan. 2.9.2 Adanya mekanisme evaluasi terhadap penerapan kurikulum Kurikulum diperbarui sesuai perkembangan dan kebutuhan peserta didik sama Penekanan pada keberagaman usia dan latar belakang peserta didik 2.9.3 Relevansi kurikulum Relevan dengan kebutuhan belajar dan visi- misi sekolah Relevan dengan kebutuhan belajar, visi- misi program, dan memfasilitasi tatap muka, tutorial, belajar mandiri Penambahan moda pembelajaran yang lebih beragam & fleksibel. But ir 9: Pengembangan Kurikulum

Komponen 3: Iklim Lingkungan Belajar dinilai sebagai satu keseluruhan dalam satuan pendidikan

Komponen 3: Iklim Lingkungan Belajar (5 butir dan 13 indikator kinerja) Peran satuan pendidikan adalah mendampingi peserta didik, dan salah satu cara satuan pendidikan dalam mendampingi peserta didik yang langsung dirasakan oleh mereka adalah melalui pengkondisian iklim lingkungan belajar. Dengan mengukur iklim lingkungan belajar, maka peran kita sebagai badan akreditasi nasional, adalah memastikan setiap anak kita berada di dalam lingkungan yang memungkinkan anak mendapatkan hasil optimal dari proses belajar. Saat mengukur kinerja, asesor meninjau pengelolaan seluruh program di satuan pendidikan. Meskipun ada beberapa program (misalnya paket A, B, dan C), cukup satu hasil pengukuran kualitas pengelolaan yang diperlukan.

Komponen 3 pada instrumen kesetaraan menekankan pembentukan sikap positif terhadap keragaman agama dan budaya yang dikaitkan langsung dengan realitas komunitas dan pengalaman hidup peserta didik yang lintas usia dan latar belakang. Relasi pendidik–peserta didik dibangun secara setara dan inklusif, mencakup kelompok rentan atau marjinal. Budaya positif dan kedisiplinan dikembangkan berbasis kesepakatan bersama dan kesadaran diri, bukan aturan kaku. Dukungan sosial- emosional disesuaikan dengan kondisi peserta didik, termasuk mereka yang kembali belajar setelah jeda atau sambil bekerja. Lingkungan sekitar, baik komunitas, dunia kerja, maupun alam, dimanfaatkan secara luas sebagai sumber belajar, sehingga memberikan pengalaman yang lebih kontekstual dibandingkan pendekatan dasmen yang cenderung terikat pada struktur dan sumber daya sekolah formal.

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 310.1 Sikap positif terhadap keberagaman Lingkungan sekolah menumbuhkan saling menghargai perbedaan agama, budaya, gender, kemampuan. sama Penekanan pada keberagaman usia dan latar belakang pengalaman belajar 3.10.2 Fasilitasi hak sipil untuk beribadah Lingkungan sekolah memfasilitasi warga sekolah untuk beribadah dan berkegiatan sesuai agama/kepercayaan secara setara. sama Kesetaraan: fokus pada konteks program kesetaraan dan fleksibilitas moda belajar. 3.10.3 Iklim lingkungan belajar membangun kesadaran terhadap kesetaraan gender Lingkungan belajar membangun pemahaman, sikap, dan perilaku yang mendukung kesetaraan gender dalam seluruh kegiatan sekolah. sama Perbedaan pada penekanan konteks kesetaraan di komunitas belajar Butir 10: Iklim Kebinekaan

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 311.1 Kebijakan yang menghadirkan lingkungan belajar inklusif Kesediaan sekolah/madrasah untuk menerima murid penyandang disabilitas serta kepemilikan prosedur penyesuaian layanan pendidikan dalam rangka mengakomodasi kebutuhan khusus sama Penekanan pada kapasitas program pendidikan kesetaraan 3.11.2 Program untuk menghadirkan lingkungan belajar yang inklusif menyiapkan kapasitas guru, orang tua/wali dan murid untuk memfasilitasi kebutuhan belajar murid yang memerlukan dukungan khusus. sama Kesetaraan: menambahkan pelibatan masyarakat Butir 11: Lingkungan Belajar yang Inklusif

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 312.1 Kebijakan dalam pencegahan dan penanganan perundungan dan kekerasan Sikap sekolah/madrasah dan kepemilikan kebijakan dalam hal pencegahan dan penanganan kekerasan Sama - 3.12.2. Program dalam pencegahan dan penanganan perundungan dan kekerasan Kinerja sekolah/madrasah dalam membangun pemahaman warga sekolah/madrasah tentang perundungan dan kekerasan melalui kurikulum, program, dan layanan. Sama - Butir 12: iklim lingkungan belajar yang aman secara psikis dan fisik

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 3.13.1 Iklim lingkungan belajar menjaga keselamatan Lingkungan sekolah dirancang untuk menjaga keselamatan fisik dan psikis seluruh warga sekolah sama Penekanan pada keberagaman usia dan latar belakang pengalaman belajar 3.13.2 Kesiapan P3K Tersedia fasilitas, prosedur, dan petugas terlatih P3K. sama Disesuaikan dengan pendekatan belajar program pendidikan kesetaraan 3.13.3 Kesiapan menghadapi potensi bencana Memiliki rencana, prosedur, dan simulasi menghadapi bencana sama Disesuaikan dengan pendekatan belajar program pendidikan kesetaraan Butir 13: Memastikan Keselamatan

Indikator Dasmen Kesetaraan Perbedaan Utama 3.14.1 Pola hidup bersih dan sehat lingkungan sekolah menerapkan kebiasaan hidup bersih dan sehat melalui fasilitas, aturan, dan pembiasaan sama Menyesuaikan strategi pembiasaan dengan lokasi dan fleksibel untuk peserta beragam usia 3.14.2 Program kesehatan mental Ada program terencana untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan mental seluruh warga sekolah. sama Disesuaikan dengan pendekatan belajar program pendidikan kesetaraan 3.14.3 Edukasi pencegahan adiksi & kesehatan reproduksi Materi dan kegiatan pencegahan adiksi serta edukasi kesehatan reproduksi terintegrasi dalam program sekolah. sama Fleksibilitas materi sesuai tingkat kematangan peserta didik yang beragam Butir 14: Kesehatan Fisik dan Mental

Komponen 4: Hasil Pembelajaran Lulusan dan/atau Peserta Didik

Pada level BUTIR Memiliki satu butir pada komponen HASIL BELAJAR yang bertujuan untuk mengukur kinerja program pendidikan kesetaraan dalam membangun kebermanfaatan lulusannya Butir 15: Lulusan dan/atau peserta didik memiliki keterampilan beradaptasi, berkarya, dan berperan dalam masyarakat. Mengenali Instrumen Akreditasi untuk Program Pendidikan Kesetaraan

Pendidikan kesetaraan sebagai program pendidikan nonformal menekankan pada pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta sikap dan kepribadian profesional. Ini berarti bahwa hasil belajar pendidikan kesetaraan tidak berorientasi pada pemahaman konseptual akademik dari suatu ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi lebih pada penerapan dan pemanfaatannya dalam meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari . Oleh karena itu prinsip kebermanfaatan menjadi kata kunci hasil belajar pendidikan kesetaraan. Pendidikan kesetaraan sebagai pendidikan progresif selalu beradaptasi, berintegrasi, dan berinovasi sesuai tuntutan perkembangan masyarakat dan kecenderungan perubahan sosial yang akan terjadi. Berkaitan dengan itu, hasil belajar pendidikan kesetaraan lebih menekankan pada keterampilan belajar . Dalam konteks keterampilan belajar ini kompetensi literasi dan numerasi menjadi alat dasar belajar, sehingga memungkinkan peserta didik mampu berkarya dan berkontribusi pada lingkungannya. Butir 15. Lulusan dan/atau peserta didik memiliki keterampilan beradaptasi, berkarya, dan berperan dalam masyarakat.

Butir 15. Lulusan dan/atau peserta didik memiliki keterampilan beradaptasi, berkarya, dan berperan dalam masyarakat Indikator 1. Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan 2. Menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat 3. Memiliki kemampuan mencari alternatif tindakan untuk menghadapi tantangan/pemecahan masalah di lingkungan keluarga dan/atau Komponen 4, Butir 15 indikator 1 - 3 merupakan butir dan indikator kekhususan untuk Program Pendidikan Kesetaraan

Butir 15. Lulusan dan/atau peserta didik memiliki keterampilan beradaptasi, berkarya, dan berperan dalam masyarakat Indikator 1. Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan 2. Menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat 3. Kemandirian untuk berperan dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat Komponen 4, Butir 15 indikator 1 - 3 merupakan butir dan indikator kekhususan untuk Program Pendidikan Kesetaraan

Butir 15. Lulusan dan/atau peserta didik memiliki keterampilan beradaptasi, berkarya, dan berperan dalam masyarakat Indikator 1. Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan 2. Menghasilkan karya inovatif yang bermanfaat 3. Kemandirian untuk berperan dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat Komponen 4, Butir 15 indikator 1 - 3 merupakan butir dan indikator kekhususan untuk Program Pendidikan Kesetaraan

Kemampuan menyampaikan gagasan adalah kemampuan dan keterampilan untuk mengungkapkan ide dengan jelas terstruktur dan persuasif agar mudah dipahami kemampuan mempertahankan pendapat/ide; respon terhadap pertanyaan; kontribusi gagasan/ide dalam diskusi; kemampuan menyampaikan argumen. Karya inovatif yang bermanfaat adalah ide, produk, atau metode baru yang memberikan solusi atau perbaikan signifikan, dan menghasilkan dampak positif bagi pengguna atau masyarakat. portofolio karya (kumpulan karya mereka dengan deskripsi singkat dan manfaatnya); dokumentasi proyek (langkah- langkah dalam membuat karya tersebut); rekomendasi atau testimoni dari pihak terkait (misalnya pendapat dari orang yang bekerja dengan mereka); penghargaan atau pengakuan (jika ada karya mereka yang telah diakui). Komponen 4: Hasil Belajar

Kemandirian untuk berperan dalam kehidupan individu maupun bermasyarakat Indikator ini menilai sejauh mana peserta didik atau lulusan pendidikan kesetaraan mampu memanfaatkan hasil belajarnya untuk memberi kontribusi nyata di lingkungannya, baik melalui ide, tenaga, keterampilan, maupun sikap. Tiga subindikator meliputi: Kemandirian belajar : menetapkan tujuan, proses, dan evaluasi belajar sendiri, serta memahami manfaatnya. Otonomi peran : memilih dan menjelaskan peran dalam masyarakat sebagai hasil proses belajar. Rekognisi kontribusi : kontribusi diakui oleh pihak yang menerima manfaatnya. Fokusnya pada lulusan yang berdaya, mandiri, dan berdampak di masyarakat.

Tantangan yang mungkin terjadi saat penggalian bukti Ragam moda belajar (tatap muka, tutorial, belajar mandiri) dan jadwal fleksibel (sore/malam/akhir pekan) Dokumentasi tidak seragam (ragam model penyelenggaraan, ragam karya) Karya/proses pembelajaran dapat terjadi di luar kelas/kelompok belajar (sulit diobservasi langsung). Ketersediaan informan mungkin terbatas (peserta didik bekerja, orang tua/mitra sibuk) Variasi format kurikulum antar satuan. Waktu visitasi terbatas (jam pembelajaran tatap muka dapat lebih pendek dari sekolah formal) Dokumen/dokumentasi satuan pendidikan penyelenggara tidak lengkap/tersebar (keterbatasan tempat penyimpanan fisik maupun digital)

Tantangan yang mungkin terjadi saat penggalian bukti Ragam moda belajar (tatap muka, tutorial, belajar mandiri) dan jadwal fleksibel (sore/malam/akhir pekan) Dokumentasi tidak seragam (ragam model penyelenggaraan, ragam karya) Karya/proses pembelajaran dapat terjadi di luar kelas/kelompok belajar (sulit diobservasi langsung). Ketersediaan informan mungkin terbatas (peserta didik bekerja, orang tua/mitra sibuk) Variasi format kurikulum antar satuan. Waktu visitasi terbatas (jam pembelajaran tatap muka dapat lebih pendek dari sekolah formal) Dokumen/dokumentasi satuan pendidikan penyelenggara tidak lengkap/tersebar (keterbatasan tempat penyimpanan fisik maupun digital) Apa lagi?

Jadwal akreditasi utk SMK, SLB, Kesetaraan Pengisian DU dan DKA oleh asesi : 27 September - 9 Oktober 2025 Pravisitasi : 10-12 Oktober 2025 Visitasi : 20 Oktober - 1 November 2025

Terima Kasih