Matriks proposal adalah tabel atau alat visual berbentuk kisi yang digunakan untuk menyusun dan melacak komponen-komponen penting dalam sebuah proposal secara sistematis, sehingga memudahkan penulisan, evaluasi, dan memastikan semua persyaratan terpenuhi. Matriks ini dapat berupa matriks kepatuhan u...
Matriks proposal adalah tabel atau alat visual berbentuk kisi yang digunakan untuk menyusun dan melacak komponen-komponen penting dalam sebuah proposal secara sistematis, sehingga memudahkan penulisan, evaluasi, dan memastikan semua persyaratan terpenuhi. Matriks ini dapat berupa matriks kepatuhan untuk melacak persyaratan permintaan proposal (RFP) atau matriks evaluasi untuk menyusun strategi dan memastikan proposal sesuai dengan kriteria evaluasi, seperti dalam proposal penelitian atau bisnis.
Size: 108.36 KB
Language: none
Added: Oct 06, 2025
Slides: 9 pages
Slide Content
MATRIK PENELITIAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FTIK IAIN PONOROGO 2022
NAMA : Fatkur Rizal Amami
NIM : 20210023
KELAS : PBA/A
Judul Penelitian
ةيبرعلا ةغللاب ثدحتلا تاراهم قيبطتل صصقلا ةياور ةقيرط قيبطت
ةيد
ّمحملا ةيوناثلا ةسردملا يف
١وغورونوف
Latar Belakang Masalah Sebenarnya, bahasa adalah satu hal yang sangat penting dalam sebuah kehidupan manusia.
Sebab, dengan bahasa itulah, manusia bisa berkomunikasi dan menyampaikan semua gagasan dan isi
pikirannya. Adapun makna bahasa beragam, tergantung pada perspektif yang memberi makna
terhadap bahasa tersebut dan motif tujuan yang ingin dicapainya.
“Bahasa”, dalam bahasa Indonesia, sama dengan istilah “taal” dalam bahasa Belanda,
“language” dalam bahasa Inggris, “langue” dalam bahasa Prancis, “sprach” dalam bahasa Jerman,
“kokugo” dalam bahasa Jepang, “bhasa” dalam bahasa Sansekerta dan “J” dalam bahasa Arab. Dari
semua istilah tersebut, pastilah mempunyai karakteristik tersendiri antara satu dengan yang lainnya.
Kekhususan ini didasarkan pada lingkungan bahasa tersebut hidup dalam sebuah masyarakat.
Sebenarnya, bahasa adalah suatu istilah untuk menyebutkan suatu unsur kebudayaan (tertentu yang
hidup di sebuah lingkungan masyarakat) yang mempunyai aspek yang sangat luas. Sehingga, bahasa
merupakan sebuah perspektif yang tidak mudah dibatasi.daplam pembelajaran bahasa salah satu
keterampilan yang harus dikuasai peserta didik adalah keterampilan berbicara. Keterampilan
berbicara ini menempati kedudukan yang penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif
peserta didik. Dengan kata lain, kemampuan berbicara tidak hanya berperan dalam pembelajaran
bahasa tetapi berperan penting pula dan pembelajaran yang lain.
Berbicara menggunakan bahasa asing bukanlah hal yang mudah, sebagaimana jika berbicara
menggunakan bahasa ibu. Oleh karena itu, hendaknya dalam mengajarkan keterampilan berbicara
(maharah al-kalam) perlu memperhatikan teknik pengajaran yang sesuai dengan kemampuan anak
didik. Harus diakui bahwa tidak semua orang mampu dengan baik dan sempurna dalam berbicara
menggunakan bahasa asing, termasuk dalam bahasa Arab. Di antara mereka, ada yang mempunyai
penguasaan bahasa asing sangat bagus, ada yang sederhana, dan ada yang masih sebagai pemula,
bahkan ada yang sama sekali belum bisa. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya, hendaknya
terdapat spesifikasi teknik yang bisa dipakai oleh pemula, menengah, dan tingkat tinggi (ahli).
Oleh karena itu dibutuhkan lahirnya metode yang lebih kreatif dan inovatif untuk
meningkatkan kemampuan berbicara peserta didik. Setiap pembelajaran bahasa Arab tidak terlepas
dari metode, strategi, maupun media. Keterampilan berbicara dapat diperoleh dengan adanya
pembiasaan. Pembiasaan sendiri wujud pelaksanaannya latihan berulang kali dalam program revisi
termasuk di dalam metode pembelajaran tersebut. Salah satu solusi yang dipilih untuk mengatasi
masalah rendahnya keterampilan berbicara peserta didik adalah dengan menerapkan metode story
telling dalam pembelajaran bahasa Arab. Latif A (2012, hlm. 51) mengemukakan bahwa bercerita
adalah metode yang sangat baik dalam pendidikan. Pada umumnya, cerita disukai oleh jiwa manusia
karena memiliki pengaruh yang menakjubkan untuk dapat menarik perhatian pendengar dan
membuat seseorang bisa mengingat kejadian-kejadian dalam sebuah kisah dengan cepat.
Rumusan Masalah 1.Bagaimana cara penerapan metode story telling untuk keterampilan berbicara bahasa Arab
pada siswa Mts Muhammadiyah 1 Ponorogo?
2.Bagaimana pengaruh penerapan metode story telling terhadap keterampilan berbicara bahasa
Arab pada siswa Mts Muhammadiyah 1 Ponorogo?
3.Bagaimana implementasi dari penggunaan metode story telling pada siswa Mts
Muhammadiyah 1 Ponorogo?
Tujuan Penelitian 1.Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan metode story telling untuk keterampilan
berbicara bahasa Arab pada siswa Mts Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam upaya
pemaksimalan proses pembelajaran.
2.Untuk mengetahui bagaimana agar penerapan metode story telling untuk keterampilan
berbicara bahasa Arab pada siswa Mts Muhammadiyah 1 Ponorogo dapat berjalan sesuai
dengan rencana.
3.Untuk mengetahui apa faktor pendukung yang dapat digunakan dalam pemaksimalan
penerapan metode story telling untuk keterampilan berbicara bahasa Arab pada siswa Mts
Muhammadiyah 1 Ponorogo.
Manfaat 1.Dengan menerapkan metode story telling di dalam kelas, dapat menjadikan proses
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak monoton, serta menjadikan siswa berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
2.Dengan penelitian ini akan diketahui apakah story telling metode ini masih efektif atau tidak
untuk diterapkan pada pembelajaran bahasa Arab di MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo.
3.Dengan menerapkan metode story telling ini dapat mengembangkan potensi kemampuan
berbahasa siswa melalui pendengaran kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan
melatih keterampilan siswa dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk
lisan.
Kajian Pustaka
Pada hakikatnya, secara harfiah, metode berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum,
metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan menggunakan fakta dan
konsep secara sistematis. Metode juga bisa diartikan sebagai sistematika umum bagi pemilihan,
penyusunan, serta penyajian materi kebahasaan. Selain pengertian tersebut, metode juga
merupakan sesuatu yang bersifat praktis. Metode adalah suatu jalan yang dilalui untuk mencapai
suatu tujuan. Jika demikian halnya, maka metode harus ada pada setiap proses belajar dan mengajar
yang dilakukan oleh se orang guru atau tenaga pendidik. Metode merupakan rencana menyeluruh
penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Jadi, metode
pengajaran adalah seperangkat cara, rencana, jalan, dan sistematika yang ditempuh untuk
menyajikan bahan-bahan pelajaran dalam sebuah proses belajar dan mengajar.
Dedih Wahyudin. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2020.
Cerita (story) adalah sebuah narasi tentang peristiwa atau serangkaian peristiwa atau
contohnya yang disampaikan, dan dibuat untuk memberikan informasi, pengetahuan, menarik
perhatian, menghibur, atau memberi arahan pada pembaca atau pendengar. Bercerita (Storytelling)
adalah proses seseorang menyampaikan sebuah cerita. Ini dapat dilakukan melalui media berbeda
seperti kata-kata, gambar, atau suara.
Maylanny Christin, Transmedia Storytelling. Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021.
Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang
hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan dilanjutkan dengan mempelajari kemampuan
berbicara. Berbicara berhubungan erat dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh anak
melalui kegiatan menyimak dan membaca. Perlu kita sadari juga keterampilan yang diperlukan bagi
kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan untuk berkomunikasi
secara efektif dalam keterampilan-keterampilan berbahasa (Tarigan, 2008:16)
Susi Sulistyani Pamuji, Inung Setyani, Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta: Guepedia, 2021.
Bahasa bukanlah hanya sekedar alat komunikasi dan alat menyampaikan informasi. Namun
lebih jauh lagi, bahasa merupakan sebuah “aksi” dan bahasa merupakan sebuah “afiliasi” (language
as action and affiliation) (Gee 2005, 1). Afiliasi dalam hal ini dipahami sebagai sebuah pertalian
sebagai anggota atau cabang dan sebuah perhubungan. Bahasa memiliki fungsi yang cukup beragam.
Bahasa pada akhirnya juga akan banyak sekali bersentuhan dengan aktivitas sosial, identitas sosial,
budaya, afiliasi, dan institusi. Masyarakat sosial menggunakan gaya atau style yang berbeda-beda
untuk mengungkapkan tujuan-tujuan yang berbeda. Mereka menggunakan varian bahasa untuk
menunjukkan sebuah identitas. Sebuah usaha untuk menginvestigasi bagaimana “social language’
atau bahasa yang ada dalam masyarakat sosial digunakan, merupakan salah satu bagian penting dari
analisis wacana (Gee 2005, 20).
Muhammad Yunus Anis, Analisis Wacana Bahasa Arab Sebuah Pendekatan Linguistik Dan
Penerjemahan. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020.
Bahasa Arab adalah bahasa yang dipakai sebagai bahasa resmi negara di kawasan Urubah,
yakni kawasan yang meliputi dua puluh satu negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab. Selain
itu, bahasa Arab dipakai sebagai bahasa resmi Islamic World League (Rabithah Alam Islami) dan
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang beranggotakan empat puluh lima negara Islam atau negara
yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Indonesia. Sejak 1970, bahasa Arab
merupakan bahasa resmi kelima di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Selain itu, bahasa Arab juga
dipakai sebagai bahasa resmi Organisasi Persatuan Afrika. Dengan demikian, bahasa Arab
merupakan bahasa internasional yang digunakan oleh berbagai bangsa di dunia. Di samping itu,
bahasa Arab juga merupakan bahasa ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan agama Islam.
Syamsul Hadi, Kata-kata Arab dalam bahasa Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2018.
Metode Penelitian Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif
deskriptif, Sifat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptifanalitis. Data yang
diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau
angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari
sekedar angka atau frekuensi. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memberi
pemaparan gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.
Hasil penelitian kualitatif sesuai dengan prosedur di atas berupa deskriptif-analitis,
yaitu uraian naratif mengenai suatu proses tingkah laku subjek sesuai dengan masalah yang
diteliti. Sehingga diharapkan dengan penelitian ini dapat dihasilkan sebuah gambaran yang
sistematis tentang fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat dan
jelas. Oleh karena itu, peneliti berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai subjek
yang diteliti. Dalam hal ini penulis menitik beratkan pada bagaimana Penerapan Story
Telling Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 1
Ponorogo.
Data
Data yang diambil secara langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa ada
perantara. Peneliti mencari dan menemukan data kepada informan baik wawancara maupun
pengamatan langsung di lapangan. Kata-kata dan tindakan orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data yang utama.
Sumber Data
Sumber data diperoleh dengan cara menggali sumber asli langsung dari responden,
pencatatan sumber data utama melalui wawancara atau pengamatan diperoleh melalui hasil
usaha gabungan dari kegiatan melihat, mendengarkan dan bertanya.
Tempat
Tempat penelitian ini bertempat di Mts Muhammadiyah 1 Ponorogo, Dsn.
Ronowijayan, Ds. Kertosari, Kec. Babadan, Kab. Ponorogo.
Waktu
Waktu penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti saat adanya kegiatan magang, dengan
pengambilan data kurang lebih selama satu bulan.
Ponorogo, 26 Oktober 2022
Menyetujui, Peneliti,
Ketua Jurusan PBA
Ika Rusdiana, M.A. Fatkur Rizal Amami
NIP. 198612052015032002 NIM. 202190023