MEDIA BANTU EDUKASI
PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN
TUBERKULOSIS UNTUK TENAGA
KESEHATAN DI LAYANAN PDP
Referensi:
1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Petunjuk Teknis Kolaborasi TBC HIV; Jakarta, 2023
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Petunjuk Teknis Terapi Pencegahan Tuberkulosis pada Orang dengan HIV; Jakarta, 2021
3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Petunjuk Teknis Tata Laksana Tuberkulosis Anak dan Remaja; Jakarta, 2023
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; Modul 8: Komunikasi Efektif dalam Pendampingan Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT); Jakarta, 2022
5. USAID PREVENT TB; Formative Study for Health Communication Strategy for TB Preventive Treatment (TPT); Jakarta, 2024
Outline
1
• Apa itu Tuberkulosis, HIV/AIDS dan Kolaborasi TBC-HIV?
• Apa itu ILTB, TPT dan TPT ODHIV?
• Apa itu ARV dan CD4?
• Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) TPT ODHIV
• Komunikasi Efektif KIE TPT
• Alur pemberian TPT pada ODHIV
• Paduan pemberian TPT pada ODHIV dalam Terapi ART
• Efek Samping TPT pada ODHIV dan Cara mengatasinya
• Tatalaksana Pemberian Dosis TPT yang Terlewat
• FAQ TPT pada ODHIV
• Kompilasi Materi Edukasi TPT pada ODHIV
bakteri Mycobacterium tuberculosis
1. Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.
2. Tuberkulosis biasa dikenal dengan sebutan TBC,
paru-paru basah, flek paru, flek, dsb.
3. TBC bukan penyakit keturunan atau guna-guna
maupun kutukan.
4. TBC terutama menyerang paru-paru atau biasa
disebut sebagai TBC Paru, tetapi bisa juga mengenai
organ tubuh lain atau biasa disebut sebagai TBC
Extra Paru seperti pada selaput otak, usus, kelenjar
getah bening, ginjal, tulang dan kulit.
5. Saat ini TBC masih menjadi masalah yang penting di
Indonesia dan termasuk salah satu negara dengan
kasus TBC terbanyak di dunia.
Apa itu Tuberkulosis?
2
Human Immunodeficiency Virus adalah virus
yang menginfeksi sel darah putih atau sel
CD4. Virus HIV merusak kekebalan tubuh
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel
CD4 yang merupakan salah satu jenis sel
darah yang menjadi bagian dari pertahanan
tubuh manusia.
Koinfeksi TBC HIV merupakan tantangan besar dalam
mortalitas Orang dengan HIV (ODHIV), untuk itu
dilakukan pendekatan yang berbeda pada layanan
TBC HIV sehingga terjadi manfaat dalam mendukung
perawatan berkualitas yang efektif. TBC mempercepat
perjalanan infeksi HIV, angka mortalitas pada ko-infeksi
TBC-HIV empat kali lebih besar daripada pasien dengan
hanya TBC sendiri.
Pada tata laksana TBC HIV, terdapat 3 bagian penting
yang perlu menjadi perhatian, yaitu:
1. Pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis
(TPT) pada ODHIV
2. Pemberian Pengobatan Pasien TBC HIV
a. Pemberian OAT pada pasien TBC HIV
b. Pemberian ARV pada pasien TBC HIV
c. Pencegahan Kotrimoksazol (PPK) pada
pasien TBC HIV
d. Pemberian Kortikosteroid pada pasien
TBC HIV
3. Pengendalian Penyakit Infeksi (PPI) TBC
pada ODHIV
HIV/AIDS
Kolaborasi TBC HIV
Human Immunodeficiency Virus
Tujuan pemberian TPT pada ODHIV adalah untuk menurunkan beban TBC pada
ODHIV dengan sasaran ODHIV baru tahu statusnya dan mengakses ARV serta ODHIV
lama yang berkunjung ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) HIV, tidak terdiagnosis
TBC dan tidak memiliki kontraindikasi dalam pemberian TPT (sebagai TPT primer).
Pemberian TPT diprioritaskan kepada ODHIV baru yang belum terbukti sakit TBC
berapapun usianya.
TPT juga diberikan pada ODHIV yang sakit TBC, segera setelah menyelesaikan OAT dan
dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap (sebagai TPT sekunder).
Efek proteksi dari pemberian TPT pada ODHIV bertahan selama 3 sampai
dengan 5 tahun sehingga pemberian TPT ulang dapat dilakukan setelah 5 tahun.
Pemberian ulang TPT juga perlu dipertimbangkan bagi ODHIV yang terpapar ulang (kontak
serumah dan kontak erat TBC).
TPT merupakan salah satu intervensi yang penting untuk
mencegah Orang Dengan HIV (ODHIV) sakit TBC.
Infeksi Laten Tuberkulosis (ILTB) adalah suatu keadaaan
imun tubuh orang yang terinfeksi tidak mampu
mengeliminasi kuman Mycobacterium tuberculosis dari
tubuh secara sempurna tetapi mampu mengendalikan
kuman TBC sehingga tidak timbul gejala sakit TBC.
Penanganan ILTB dengan pemberian Terapi Pencegahan
Tuberkulosis (TPT) saat ini diberikan kepada kontak
serumah dari pasien TBC yang terkonfirmasi bakteriologis,
pada Orang dengan HIV (ODHIV), dan kelompok risiko
lainnya dengan HIV negatif (pasien immunokompromais
lainnya, Warga Binaan Pemasyarakatan, petugas kesehatan,
sekolah berasrama, dan pengguna narkoba suntik).
ILTB
TPT atau Terapi Pencegahan Tuberkulosis
TPT adalah pemberian pencegahan yang
digunakan untuk mencegah terjadinya sakit TBC
pada orang dengan Infeksi Laten Tuberkulosis
(ILTB) dan diminum selama 3-6 bulan.
Apa itu TPT?
Apa itu TPT pada ODHIV?
Ada 2 (dua) jenis Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) pada
ODHIV:
1. TPT Primer: TPT yang diberikan pada ODHIV yang tidak
memiliki TBC aktif, atau ODHIV tanpa pemberian terapi
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) sebelumnya.
2. TPT Sekunder: TPT yang diberikan pada ODHIV sebagai
suatu kelanjutan setelah menyelesaikan terapi OAT dan
dinyatakan sembuh/pengobatan lengkap.
3
CD4 merupakan salah satu jenis sel darah yang menjadi bagian dari pertahanan tubuh
manusia yang di serang oleh virus HIV. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan,
maka kekebalan tubuh akan semakin lemah sehingga rentan diserang berbagai penyakit.
Pemeriksaan jumlah CD4 dalam darah perlu dilakukan secara berkala pada ODHIV
yang akan memulai terapi ARV dan sedang dalam pengobatan ARV untuk memantau
status kekebalan tubuh sebelum dan selama dalam masa pengobatan dan sebagai salah
satu keberhasilan pengobatan ARV. Dengan pemberian TPT dapat mencegah ODHIV
terinfeksi TBC sehingga jumlah CD4 tetap dalam kondisi jumlah yang baik.
Antiretroviral atau biasa disebut dengan ARV merupakan bagian dari pengobatan HIV
dan AIDS untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi
oportunistik, meningkatkan kualitas hidup Orang dengan HIV, dan menurunkan jumlah
virus (viral load) dalam darah sampai tidak terdeteksi.
Penggunaan bersama TPT dan ARV pada ODHIV berasosiasi secara signifikan dalam
menurunkan insiden TBC. Dengan perluasan akses ART, penggunaan TPT pada ODHIV
akan meningkatkan pengendalian TBC di negara dengan beban TBC tinggi.
Pada pasien koinfeksi HIV dengan TBC, pengobatan TBC dimulai terlebih dahulu,
kemudian dilanjutkan dengan pengobatan ARV sesegera mungkin dalam 2 minggu
pertama pengobatan TBC tanpa memandang nilai CD4. Pada TBC meningitis, pengobatan
ARV harus ditunda minimal setelah 4 minggu (dan dimulai dalam 8 minggu) setelah
pengobatan TBC.
ARV
CD4
4
Tahapan KIE Pesan Kunci
KIE Skrining TBC
pada ODHIV
Informasi gejala TBC, akses pemeriksaan, informasi terkait TPT, jika positif
perlu berobat teratur dan adanya Investigasi Kontak (IK).
KIE Saat
Penerimaan Hasil
Skrining TBC pada
ODHIV
Pastikan kondisi pasien tenang sebelum KIE, pengobatan OAT, pentingnya
IK pada kontak serumah, TPT untuk kontak serumah, informasi tentang
kader pelaksana IK, mampukan pasien mengatasi tantangan.
KIE pada pasien
ODHIV yang tidak
terkonfirmasi TBC
TPT, perlindungan selama 3 sampai 5 tahun dari infeksi TBC, menjaga
ODHIV tetap sehat, efek samping bisa dikendalikan, gambaran kondisi
masa datang dari keputusan memilih TPT.
KIE Saat Mulai
Terapi Pencegahan
Tuberkulosis
(TPT)
Tepat cara, tepat dosis dan tepat waktu minum TPT, kontak untuk laporan
jika terjadi efek samping, pengambilan obat berikutnya dan monitoring
untuk menelan obat.
KIE Selama TPT 3T (Tepat cara, Tepat dosis dan Tepat waktu minum TPT), penanganan efek
samping obat.
Pada Akhir TPT Apresiasi pada pasien yang berhasil tuntas minum TPT, memotivasi pasien
untuk berbagi pengalaman positifnya sehingga menjadi motivasi untuk
pasien lain.
KIE pada Keluarga/
PMO
Informasi dasar TPT, 3T (Tepat cara, Tepat dosis dan Tepat waktu minum
TPT), penanganan efek samping obat, pentingnya dukungan keluarga bagi
pasien dalam menjalani pengobatan pencegahan.
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) TPT ODHIV
5
Pada saat proses komunikasi
informasi dan edukasi TPT penting
untuk menyampaikan pesan yang
menyentuh aspek emosional
dengan menekankan pentingnya
pencegahan TBC tidak hanya untuk
melindungi diri sendiri, tetapi juga
orang yang mereka cintai dan
masyarakat sekitar dari risiko TBC
saat ini dan di masa depan.
Pesan komunikasi TPT pada ODHIV
adalah dengan menekankan pentingnya
mengkonsumsi TPT untuk menghindari
kondisi yang lebih serius sehingga dapat
menjalani hidup dengan sehat dan
bahagia bersama orang yang dicintainya.
Komunikasi Efektif Edukasi TPT
6
Alur Pemberian TPT pada ODHIV
7
Algoritma Pemeriksaan dan Pemberian TPT pada ODHIV
8
* Jika memiliki minimal salah satu dari
gejala/tanda yang mengarah pada
sakit TBC. Gejala tersebut adalah
batuk, demam, keringat di malam hari,
penurunan berat badan atau pembesaran
kelenjar getah bening. Khusus pada anak
usia ≤ 5 tahun, kurva pertumbuhan datar
atau berat badan sesuai usia sebesar
<-2 (lebih kecil dari minus dua) Z-skor
dianggap merupakan tanda TBC.
** Kontraindikasi TPT: hepatitis akut
atau kronis, neuropati perifer (jika
menggunakan isoniazid) dan konsumsi
alkohol biasa atau berat.
*** Pemilihan paduan mempertimbangkan
usia, sensitif obat atau resistan obat,
risiko toksisitas, interaksi obat dan
ketersediaan obat.
Catatan:
Pilihan obat TPT
pada ODHIV
adalah INH 6 bulan
dan 3HP merujuk
pada tabel berikut:
A. Rata-rata perhitungan jumlah dosis per tablet (pill burden) pada orang dewasa dengan bentuk obat: Isoniazid (H) = 300 mg; Rifampisin (R) = 300 mg; Rifapentine (P) = 150 mg
B. DTG = dolutegravir, EFV = efavirenz, H = Isoniazid, LPV-RTV = lopinavir-ritonavir, NNRTI = non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors, NVP = nevirapine,
Pls = protease inhibitors, P = rifapentine, R = Rifampicin, RAL = raltegravir, TAF = Tenofir alafenamide, TDF = renofovir disporoxil fumarate.
Studi interaksi antar obat telah dilakukan pada kelompok dewasa saja, belum termasuk anak-anak; berlaku untuk orang dewasa yang menggunakan DTG atau RAL.
6H 3HP
Interval pembe-
rian
Harian Mingguan
Durasi 6 bulan 3 bulan
Dosis 180 dosis 12 dosis
<10 thn: 10mg/kg BB
>_ 10 thn: 5mg/kg BB
Usia 2-14 tahun
Sediaan Obat 10-15kg16-23kg24-30kg31-34kg>34kg
Isoniasid/INH 100mg (tablet) 3 5 6 7 7
Rifapentine 150mg (tablet) 2 3 4 5 5
Isoniasid (INH)/Rifapentine FDC
(150mg/150mg)
2 3 4 5 5
Usia >14 tahun
Sediaan Obat 30-35kg36-45kg46-55kg56-70kg>70kg
Isoniasid/INH 300mg (tablet) 3 3 3 3 3
Rifapentine 150mg (tablet) 6 6 6 6 6
Isoniasid (INH)/Rifapentine FDC
(300mg/300mg)
3 3 3 3 3
Vitamin B6
(Pyridoxine)
25mg per hari atau 50mg selang
sehari atau 2 hari sekali
25mg per minggu
Kriteria umur Semua umur >_ 2 tahun
Kehamilan Aman digunakan Belum direkomendasikan
Interaksi dengan
ARV
Tidak ada Kontraindikasi: Semua Pls, NVP/NNRTIs, TAF
Dapat digunakan Semua ARV Boleh digunakan pada ODHIV dengan regimen: TDF, EFV (600mg), DTG
b
, RAL
b
Absorbsi Obat • Paling baik dalam perut kosong
• Hindari makanan berlemak-konsen-
trasi dapat berkurang sampai 50%
• Baik diberikan bersamaan dengan makanan kecuali yang berbasis buah-buahan
• Bioavailabilitas Rifapentine oral sebesar 70%
Paduan Pemberian TPT pada ODHIV dalam Terapi ART
9
Pasien ODHIV tidak
direkomendasikan
pemberian obat
Rifampisin karena
risiko interaksi
dengan anti-retroviral
Keterangan:
Kejadian efek samping yang terjadi pada pemberian TPT lebih jarang dan ringan dibandingkan
dengan kejadian efek samping pada pemberian OAT. Apabila ditemukan efek samping berat
akibat Rifapentin pada 3HP maka dapat dipertimbangkan untuk mengganti 3HP menjadi 6H.
No Efek Samping Manajemen Hentikan dan Jangan diberikan Ulang
1Perubahan warna cairan tubuh
seperti urin, keringat atau air
mata
Berikan konseling agar pasien
tahu bahwa perubahan warna
cairan tubuh merupakan hal yang
normal karena hasil ekskresi dari
pengobatan dan tidak berbahaya
2Reaksi seperti flu (flu-like
syndrome) berupa demam
disertai lemas, lelah, sakit kepala,
nyeri otot, peningkatan detak
jantung secara drastis (takikardi),
berkeringat atau gejala lainnya
Berikan perawatan dukungan • Jika sedang hingga berat, pertimbangkan
untuk memberikan alternatif tanpa
rifamisin (misalnya, 6H)
• Jika demam >39 derajat setelah terjadinya
demam karena obat
3Ruam kulit • Pertimbangkan pemberian obat
antihistamin (diphenhydramine,
loratadine, dsb)
• Steroid
Jika ada bullae yang luar/ulserasi selaput
mukosa/Steven Johnson atau Nekrolisis
Epidermal Toksik, hubungi dokter spesialis dan
gunakan steroid
4Neuropati perifer • Berikan atau tingkatkan dosis
piridoksin (vit B6)
• Jika menetap atau berat,
hentikan minum obat
5Hepatotoksisitas ringan (lesu,
mengantuk, kehilangan nafsu
makan dan mual)
Obat diberikan sekuensial satu
demi satu setiap 2 hari sebelum
menambah obat
• Hentikan minum obat
• Pertimbangkan memberikan regimen 3HP
ulang dengan hati-hati, saat gejala sudah
hilang
Manajemen Efek Samping TPT pada ODHIV
A. Efek Samping Ringan – Sedang: Tatalaksana dilakukan di fasyankes pemberi TPT
10
Ilustrasi: Ruam kulit
Ilustrasi: Reaksi seperti flu
No Efek Samping Manajemen Hentikan dan Jangan diberikan Ulang
1Palpitasi yang menetap • Antiemetik.
• Bronkodilator
• Steroid
• Tunggu sampai gejala klinis membaik
2Hepatotoksisitas (muntah, nyeri abdomen kanan
atas, ikterus atau penyakit kuning pada kulit dan/
atau mata, gatal pada kulit, urin berwarna gelap/
coklat, feses berwarna pucat, SGOT ≥3x batas
atas nilai normal)
• Antiemetik
• Bronkodilator
• Steroid
• Tunggu sampai gejala klinis membaik
SGOT/SGPT ≥5x nilai batas atas normal,
tanpa gejala SGOT/SGPT ≥3x nilai batas
atas normal dan dengan gejala
3Gangguan neuropsikiatri berat (insomnia,
konvulsi, gangguan memori, psikosis, neuritis,
gangguan kesadaran)
• Jika gejala menetap, hentikan obat yang
paling mungkin jadi penyebab.
• Jika gejala berat atau menetap hentikan
obat yang paling mungkin menjadi
penyebab atau mengurangi dosis
• Verifikasi dosis obat, hentikan obat
yang diduga menjadi penyebab.
• Disebabkan oleh isoniazid
4Hipersensitivitas seperti pingsan, nafas tersengal,
anafilaksis atau bronkospasme
• Berikan perawatan dukungan pada
kondisi mendesak
• Melakukan rujukan untuk pemeriksaan
dan tatalaksana lanjut yang dibutuhkan
Kaji keparahan klinis dan jika berat
pertimbangkan TPT lain tanpa rifamisin
(misalnya, 6H)
B. Efek Samping Berat: Lakukan tatalaksana awal sampai tanda vital stabil
sebelum dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL)
11
Manajemen Efek Samping TPT pada ODHIV
Informasi lengkap tentang
Manajemen Efek Samping TPT
ODHIV dapat diakses pada link
dan barcode berikut:
bit.ly/TBCHIVdanTPT
Durasi yang
Terlewat
Langkah Selanjutnya Edukasi
Kurang dari 2
minggu
1. Lanjutkan TPT segera di jam yang sama pada jadwal/hari berikutnya
2. Jangan mengubah tanggal yang dijadwalkan untuk kunjungan berikutnya, sementara jadwal kunjungan
terakhir akan disesuaikan dengan tambahan jumlah hari untuk mengganti dosis yang terlewatkan Contoh: jika ODHIV
melewatkan 3 hari, lanjutkan TPT untuk durasi 6 bulan ditambah 3 hari dari tanggal memulai
Berikan nasihat kepada
pasien dan pendamping
tentang pentingnya TPT dan
obat harus diminum sesuai
dosis dan jadwal yang tepat.
Peninjauan dan persetujuan
dengan pasien dan
pendamping mengenai cara
terbaik untuk meningkatkan
kepatuhan.
Lebih dari 2
minggu
1. Apabila ODHIV sudah menyelesaikan pengobatan minimal 144 dosis (bulan ke 5) maka lanjutkan dan
selesaikan sisa perawatan sesuai rencana awal.
2. Apabila ODHIV sudah berhenti pengobatan lebih dari 2 minggu dan belum mencapai 144 dosis (bulan ke 5)
maka ODHIV dapat melanjutkan dan menyelesaikan sisa perawatan dengan perpanjangan waktu hingga
menjadi 239 hari.
3. Jika ODHIV tetap tidak dapat menyelesaikan minimal 144 dosis setelah diberikan perpanjangan waktu, pertimbangkan
memulai TPT secara lengkap
Durasi yang
Terlewat
Langkah Selanjutnya Edukasi
Terlewat
jadwal hari
minum obat
dalam minggu
yang sama
1. Jika ODHIV terlewat minum obat dalam kurun waktu tidak lebih dari 2 hari dari jadwal rutin mingguan
maka segeralah minum obat pada hari tersebut dan lanjutkan pengobatan sesuai dengan jadwal rutinitas minum obat
2. Jika ODHIV terlewat minum obat dalam kurun waktu lebih dari 2 hari dari jadwal rutin mingguan maka:
• ODHIV dapat melewatkan jadwal pengobatan pada minggu tersebut dan melanjutkan pengobatan pada minggu
selanjutnya sesuai dengan jadwal rutin minum obat. Catatan: adanya penambahan waktu sesuai dosis yang terlewat
• ODHIV dapat segera minum obat pada hari tersebut dan menjadikan hari tersebut sebagai jadwal minum obat baru.
Berikan nasihat kepada
pasien dan pendamping
tentang pentingnya TPT dan
obat harus diminum sesuai
dosis dan jadwal yang tepat.
Peninjauan dan persetujuan
dengan pasien dan
pendamping mengenai cara
terbaik untuk meningkatkan
kepatuhan.
Lebih dari
satu minggu
dosis 3HP
yang terlewat
1. Jika antara 1-3 dosis mingguan terlewatkan, terapi dilanjutkan sampai total 12 dosis diminum, sehingga memperpanjang
durasi terapi hingga maksimum 16 minggu.
2. Jika 4 atau lebih dosis mingguan terlewat, pertimbangkan untuk memulai TPT lengkap.
3. Jika kepatuhan terhadap rutinitas mingguan tidak memungkinkan, pertimbangkan menghentikan 3HP dan menawarkan
rejimen alternatif (harian).
Tatalaksana Pemberian Dosis TPT yang Terlewat
1. Tatalaksana Pemberian Dosis 6H yang Terlewat
II. Tatalaksana Pemberian Dosis Obat TPT 3HP yang Terlewat
12
TPT atau Terapi Pencegahan Tuberkulosis TPT adalah pemberian pencegahan yang
digunakan untuk mencegah terjadinya sakit TBC pada orang dengan Infeksi Laten
Tuberkulosis (ILTB) dan diminum selama 3-6 bulan.
TPT atau Terapi Pencegahan Tuberkulosis merupakan salah satu intervensi yang
penting untuk mencegah ODHIV sakit TBC.
Pemberian TPT pada ODHIV adalah untuk menurunkan beban TBC pada ODHIV
atau mencegah ODHIV sakit TBC dengan sasaran ODHIV baru dan ODHIV lama
yang berkunjung ke fasyankes HIV.
Kejadian efek samping yang terjadi pada pemberian TPT lebih jarang dan ringan
dibandingkan dengan kejadian efek samping pada pemberian OAT (Obat Anti
Tuberkulosis).
Terapi Pencegahan TBC (TPT) pada ODHIV dapat memberikan efek proteksi selama
3 sampai dengan 5 tahun, pemberian TPT ulang dapat dilakukan setelah 5 tahun.
Ya, semua ODHIV tanpa melihat kategori usia harus minum TPT selain ARV, kecuali
pada ODHIV usia di bawah 12 bulan diberikan TPT jika memiliki kontak serumah
dengan pasien TBC terlebih dahulu. Hal ini tidak tergantung pada jumlah CD4nya.
Meskipun minum ARV secara teratur mengurangi risiko keseluruhan terkena TBC,
risikonya tetap lebih tinggi dibandingkan pada orang HIV-negatif.
12 dari 100 ODHIV yang hanya minum ARV tanpa minum TPT menderita TBC aktif.
Kepatuhan minum TPT secara teratur dan lengkap sangat penting. Selain itu:
1. TPT diminum pada waktu yang sama dan saat perut kosong (1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan).
2. Pengambilan TPT dilakukan saat kontrol setiap bulan.
3. Jika timbul gejala TBC selama minum TPT segera kunjungi layanan
kesehatan.
bit.ly/FAQ-TPTODHIV
Apa itu TPT?”“
Kenapa ODHIV harus minum TPT?”“
Apa efek samping
obat TPT?”
“
Tidak sakit kenapa
harus minum obat lagi?”
“
Apa yang harus saya perhatikan
saat minum TPT?”
“
Apakah saya tetap perlu TPT,
jika saya minum ARV dan
memiliki jumlah CD4 yang tinggi?”
“
FAQ TPT pada ODHIV
Materi Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) ini dibuat atas dukungan yang baik dari rakyat
Amerika melalui Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat/ United States Agency
for International Development (USAID). Isi menjadi tanggung jawab USAID PREVENT TB
dan tidak mencerminkan visi USAID atau pemerintah Amerika Serikat.
Kompilasi Materi untuk
Layanan PDP dan Media KIE
dapat di klik dan scan pada
link dan barcode berikut
bit.ly/KOMPILASIMATERILAYANANPDPDANMEDIAKIETPT