MEMBANGUN KELUARGA BERKUALITAS MENUJU MASYARAKAT TANGGUH DAN SEJAHTERA .pptx
IrwanZamroniAli
0 views
20 slides
Oct 15, 2025
Slide 1 of 20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
About This Presentation
MEMBANGUN KELUARGA BERKUALITAS MENUJU MASYARAKAT TANGGUH DAN SEJAHTERA
Size: 3.77 MB
Language: none
Added: Oct 15, 2025
Slides: 20 pages
Slide Content
MEMBANGUN KELUARGA BERKUALITAS MENUJU MASYARAKAT TANGGUH DAN SEJAHTERA (Sosialisasi Implementasi Undang-Undang Perkawinan dan KHI) Tim Pengabdian UIN KHAS Jember Balai Desa Kebonsari, Jumat 10 Oktober 2025
Perkawinan Dalam Islam Akad yang sangat kuat (mitsaqan ghalidzan) untuk menaati perintah Allah dan pelaksanaannya merupakan ibadah. Tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah (tenteram), mawaddah (cinta kasih), dan rahmah (kasih sayang).
Tujuan Perkawinan Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal Mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah , rahmah Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Syarat Sahnya Perkawinan Pasal 2 UU No. 1 Tahun 1974 Ayat (1): "Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu". Ini berarti syarat utama perkawinan adalah harus sesuai dengan aturan agama yang dianut oleh calon mempelai. Ayat (2): "Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku". Ini menekankan pentingnya pencatatan perkawinan sebagai bentuk pengesahan negara dan bukti hukum. UU No. 16 Tahun 2019 Perkawinan hanya diperbolehkan apabila laki-laki dan perempuan berusia 19 tahun Penjelasan Pasal 4 KHI (Kompilasi Hukum Islam) “Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.” Ini menyelaraskan hukum Islam dengan ketentuan umum Undang-Undang Perkawinan.
SINCE 2025 Penyimpangan Perkawinan di Indonesia 1. Perkawinan Sirri Perkawinan yang dilakukan secara agama tetapi tidak dicatatkan secara resmi di Kantor Urusan Agama (KUA) atau instansi pencatat perkawinan yang berwenang. Indikator nikah sirri : Dilaksanakan sesuai rukun dan syarat nikah Islam (ada wali, saksi, ijab qabul , dan mahar). Tidak dicatatkan oleh pegawai pencatat nikah (KUA). Biasanya dilakukan secara diam-diam dan tidak diumumkan secara publik. Akibat Bagi Istri Istri dianggap sebagai istri yang sah Istri tidak memiliki hak nafkah dan waris jika suami meninggal dunia Istri tidak memiliki hak harta gono-gini jika terjadi perceraian Secara sosial, seorang istri akan sulit bersosialisasi
SINCE 2025 Penyimpangan Perkawinan di Indonesia Akibat Bagi Anak Anak yang dilahirkan dianggap sebagai anak yang tidak sah Statusnya tidak jelas di mata hukum/negara Anak tidak berhak mendapatkan nafkah dan waris Berdampak serius secara sosial dan psikologis Akibat Bagi Suami Suami bebas menikah lagi, karena perkawinan sebelumnya dianggap tidak sah di mata hukum Suami dapat menghindar dari kewajiban nafkah kepada istri dan anaknya Tidak dipusingkan dengan harta warisan, gono-gini , dan lainnya
2. Perkawinan Anak/Di Bawah Umur Nikah di bawah umur adalah perkawinan yang dilakukan oleh salah satu atau kedua calon mempelai yang belum mencapai batas usia minimum yang ditetapkan oleh undang-undang ( pria dan wanita sudah mencapai umur 19 ( sembilan belas ) tahun ).
Apa itu stunting? Kondisi gagal tumbuh kembang bayi dan anak balita yang mengalami kekurangan asupan gizi terutama pada 1000 hari pertama kehidupan. Stunting ditandai dengan tinggi atau Panjang badan anak yang tidak sesuai dengan usianya. Biasanya stunting baru terlihat setelah anak berusia 2 tahun
Apa Penyebab Stunting? Beberapa Diantaranya : Kurang mengetahui pengetahuan terkait kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan (salah satunya pernikahan dini karena organ reproduksi ibu yang belum siap dan pengetahuan yang kurang) Sebanyak 60% balita berusia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI eksklusif Sebanyak 2 dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak mendapatkan makanan pengganti ASI (MPASI) 1 dari 3 ibu hamil mengalami anemia (kekurangan Hb, disebabkan oleh rendahnya pengetahuan ibu hamil terkait kebutuhan zat gizi)
Upaya Preventif ( mencegah ) dan Kuratif ( mengatasi ) Stunting Mencegah Ibu hamil mendapatkan dan mengonsumsi min 90 tablet tambah darah Pemberian ASI eksklusif usia 0-6 bulan Pemberian MPASI usia 6-24 bulan Pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A (terhindar penyakit infeksi) Rutin pantau tumbuh kembang di posyandu Melakukan perilaku hidup bersih dan sehat
Mengatasi anak yang didiagnosis stunting Melakukan rujukan ke pelayanan Kesehatan (dokter anak di Rumah Sakit) Anak akan diberikan penanganan medis oleh dokter (bisa melibatkan pemberian suplemen atau terapi lainnya) Pemberian edukasi atau pengetahuan tentang pola makan dan praktik kesehatan yang benar oleh tenaga medis untuk mendukung pemulihan kondisi anak
Keluarga Penentu Masa Depan Anak Surat At-Tahrim ayat 6 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
وعن بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلّم قال: كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعيّتِهِ, والأميرُ راعٍ, والرّجُلُ راعٍ على أهلِ بيتِهِ, والمرأةُ رَاعِيَّةٌ على بيتِ زوجِها وَوَلَدِهِ, فكلّكم راعٍ وكلّكم مسئولٌ عنْ رَعِيَّتِهِ. (متفق عليه) Artinya: “Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw , beliau bersabda : “ Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula seorang isteri adalah pemimpin atas rumah suami dan anaknya.Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai pertanggungtawaban atas kepemimpinan kalian”. (HR. Bukhari dan Muslim)
مَنْ يُولَدُ يُولَدُ عَلَى هَذِهِ الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ كَمَا تَنْتِجُونَ الْإِبِلَ فَهَلْ تَجِدُونَ فِيهَا جَدْعَاءَ حَتَّى تَكُونُوا أَنْتُمْ تَجْدَعُونَهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَرَأَيْتَ مَنْ يَمُوتُ صَغِيرًا قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ Artinya: “Tidaklah seorang bayi yang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah ini, maka bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, sebagaimana mereka mendapatkan unta yang lahir, akankah mereka mendapatkan padanya cacat, sehingga kalianlah yang membuatnya cacat?" para sahabat bertanya: "Bagaimana pendapat anda dengan seorang anak kecil yang meninggal?" Beliau menjawab: "Allah lebih tahu dengan apa yang mereka kerjakan.” (Shahih Muslim #4806)
الأُمُّ مَدْرَسَةُ الْوَلَدِ وَالْأَبُ مُدِيرُهَا Artinya: “Ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya, dan ayah adalah kepala sekolahnya” (Pepatah Arab)
“Masyarakat yang Tangguh dan Sejahtera Berasal dari Keluarga yang Berkualitas. Keluarga yang Berkualitas akan Tercipta dari Pasangan yang Matang Jiwa Raga dan Taat Norma”