Mendampingi Pelita Desa-Kisah Remaja Membangun Desa
samsuridjal1
4 views
24 slides
May 19, 2025
Slide 1 of 24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
About This Presentation
Rangkuman buku “Mendampingi Pelita Desa – Kisah Remaja Membangun Desa” yang ditulis oleh Prof Samsu merupakan versi singkat dari buku aslinya. Dalam buku ini, Prof Samsu menceritakan mengenai perkembangan Pelita Desa, dari tujuan awalnya sebagai auspice care center bagi ODHIV di awal tahun 199...
Rangkuman buku “Mendampingi Pelita Desa – Kisah Remaja Membangun Desa” yang ditulis oleh Prof Samsu merupakan versi singkat dari buku aslinya. Dalam buku ini, Prof Samsu menceritakan mengenai perkembangan Pelita Desa, dari tujuan awalnya sebagai auspice care center bagi ODHIV di awal tahun 1990-an, menjadi outbound center serta pusat pelatihan bagi remaja-remaja desa yang ingin mengembangkan desanya.
Size: 1.38 MB
Language: none
Added: May 19, 2025
Slides: 24 pages
Slide Content
Kisah Remaja
Membangun
Desa
Mendampingi
Pelita Desa
(Rangkuman)
Samsuridjal Djauzi
Mendampingi Pelita Desa Page i
Daftar Isi
Bab 1: Kedatangan Sang Dermawan .......................................................................................... 1
Bab 2: Pelatihan Keterampilan Hidup ........................................................................................ 2
Bab 3: Tahun 1997, Obat HIV/AIDS Ditemukan ......................................................................... 3
Bab 4: Adi Setiadi Menerima Tantangan ................................................................................... 4
Bab 5: Pelatihan UMKM di RS Kanker Dharmais ....................................................................... 5
Bab 6: Outbound Pelita Desa ..................................................................................................... 6
Bab 7: Pelibatan Masyarakat ..................................................................................................... 7
Bab 8: Membina Remaja Desa di Indonesia .............................................................................. 8
Bab 9: Pembinaan SDM ............................................................................................................. 9
Bab 10: Sekolah Pewaris Peradaban & Saung Sultan .............................................................. 10
Sekolah Pewaris Peradaban ................................................................................................. 10
Saung Sultan ......................................................................................................................... 10
Bab 11: Tsunami COVID-19 ...................................................................................................... 11
Bab 12: Ekspor Tanaman Hias .................................................................................................. 12
Bab 13: Konsep Industri Berbasis Masyarakat ......................................................................... 13
Bab 14: Mengikuti Pameran Internasional .............................................................................. 14
Bab 15: Konsep Rumah Produktif ............................................................................................ 15
Bab 16: Renungan .................................................................................................................... 16
Bab 17: Mungkinkah Hidup di Desa Bisa Menjadi Kaya? ......................................................... 17
Latar Belakang Penulis ............................................................................................................. 18
Kolase Pelita Desa .................................................................................................................... 19
Mendampingi Pelita Desa Page 1
Bab 1: Kedatangan Sang Dermawan
Di awal pandemik HIV di tahun 1980-an, angka harapan hidup orang dengan HIV/AIDS
(ODHIV) masih rendah. Sebelum kehadiran obat HIV saat itu, harapan hidup ODHIV hanya
berkisar antara 6 bulan sampai 2 tahun. Dari pengalaman pribadi saya dan Dr. Zubairi yang
diperoleh selama perjalanan ke luar negeri terkait bidang HIV, kami melihat konsep tempat
penampungan untuk ODHIV dimana mereka dapat hidup dengan nyaman dan mendapatkan
pengawasan medis. Kami ingin konsep tersebut juga ada di Indonesia.
Dengan bantuan finansial dari seorang dermawan, Yayasan Pelita Ilmu dapat membeli tanah
seluas dua hektar di Desa Putat Nutug, Ciseeng, Kabupaten Bogor.
Mendampingi Pelita Desa Page 2
Bab 2: Pelatihan Keterampilan Hidup
Keterampilan hidup adalah kemampuan dan kompetensi psikososial yang membuat individu
mampu menangani tantangan dan tuntutan kehidupan sehari-hari secara efektif, yang
terdiri dari keterampilan berpikir, perilaku, dan interpersonal. Intinya, keterampilan yang
diperlukan oleh setiap orang agar ia berhasil menjalani kehidupan ini.
Saya terpapar dengan konsep “keterampilan hidup” ketika menonton acara ceramah agama
yang diberikan oleh Ir. Buchari Nasution di TVRI. Beliau menjelaskan konsep tersebut
dengan contoh-contoh nyata. Saya tertarik dengan konsep ini dan ingin mempelajarinya
lebih lanjut. Oleh sebab itu, saya berkunjung ke rumah beliau, yang lokasinya tidak jauh dari
rumah saya, Rawamangun. Setelah berdiskusi dan menerima penjelasan mengenai
keterampilan hidup, saya merencanakan agar teman-teman di Yayasan Pelita Ilmu menjalani
pelatihan keterampilan hidup selama satu bulan. Di luar dugaan, sebanyak 25 orang
berminat mengikuti pelatihan tersebut. Tiga diantaranya adalah Joko, Wasiyati (Tika), dan
Adi Setiadi.
Saya ingin menjelaskan lebih lanjut mengenai ketiga orang tersebut. Setelah menjalani
pelatihan, Tika kembali menjadi relawan YPI yang bertugas mendampingi keluarga-keluarga
yang menghadapi berbagai tantangan hidup, seperti pada keluarga yang memiliki anggota
keluarga yang terinfeksi HIV, dan lain-lain. Joko, seorang remaja dari Muara Bungo, Jambi,
menjadi seorang pengusaha yang berhasil. Dan, Adi menerima tantangan saya untuk
mengelola tanah yang baru dibeli oleh YPI. Meskipun tak ada dana pengelolaan lahan, Adi
menerima tantangan saya tersebut.
Mendampingi Pelita Desa Page 3
Bab 3: Tahun 1997, Obat HIV/AIDS Ditemukan
Pada tahun 1997, obat HIV/AIDS ditemukan. Obat ini mampu menekan pertumbuhan virus
sehingga kemampuan virus untuk merusak sel kekebalan tubuh dapat dikendalikan. Banyak
orang berharap obat tersebut dapat digunakan di semua negara yang memiliki
permasalahan HIV/AIDS, termasuk Indonesia.
Awalnya, obat tersebut sangat mahal, 1.000 US dolar dan sangat sulit untuk didatangkan di
Indonesia karena belum memiliki izin edar. Karena masalah tersebut, YPI bersama dengan
para dokter di FKUI/RSCM mulai melakukan advokasi agar pemerintah mengizinkan obat
tersebut dapat digunakan oleh masyarakat Indonesia yang membutuhkannya. Kementerian
Kesehatan RI, secara khusus, menugaskan RS Cipto Mangunkusumo untuk mengedarkan
obat tersebut dan menjaga agar obat tersebut hanya digunakan oleh mereka yang
membutuhkan serta tidak diperjualbelikan secara bebas.
Tak lama setelah penemuan obat HIV/AIDS, India berhasil membuat obat HIV generik, yang
membuat harga obat tersebut menjadi lebih terjangkau, sekitar 300 ribu saja. Akan tetapi,
belum ada perusahaan farmasi yang mau mengimpor dan mendapatkan izin edarnya di
Indonesia sehingga obat HIV generik tersebut tidak tersedia di Indonesia. Akhirnya,
Kelompok Studi Khusus AIDS FKUI/RSCM (Pokdisus AIDS FKUI/RSCM) menjajaki
kemungkinan membeli obat tersebut di India. Kelompok ini melakukan pengumpulan dana
mandiri untuk biaya transportasi dan pembelian obat HIV. Pada saat itu, staf Pokdisus
kembali dari India dengan membawa 30 unit obat HIV.
Pada tahun 2005, WHO mengeluarkan rekomendasi “3 by 5”, yaitu rekomendasi WHO agar
3 juta orang di dunia, termasuk di negara-negara berkembang, dapat memperoleh obat HIV
pada tahun 2005. Setahun sebelumnya, PT Kimia Farma mulai membuat obat HIV di
Indonesia dengan bahan baku yang diimpor dari India. Sehingga pada tahun 2005, Indonesia
sudah siap melaksanakan rekomendasi “3 by 5” tersebut.
Perkembangan yang menggembirakan dalam terapi HIV/AIDS ini mengakibatkan rencana
untuk membangun tempat penampungan tetap bagi ODHIV yang sakit parah di Desa Putat
Nutug, Ciseeng dibatalkan. Tanah yang telah dibeli di Ciseeng ini akhirnya digunakan untuk
keperluan lain. Mulai dari kegiatan outbond lalu kemudian akhirnya menjadi Pusat
Pengembangan Remaja Desa.
Bagaimana dengan hutang YPI yang 100 juta kepada sang dermawan? Untunglah YPI telah
berhasil mengembalikannya secara utuh, meski memerlukan waktu beberapa tahun.
Mendampingi Pelita Desa Page 4
Bab 4: Adi Setiadi Menerima Tantangan
Dengan dana yang terkumpul dari berbagai donor pribadi, kami berhasil membangun
musholla dengan bentuk rumah panggung dari kayu sebagai tempat tinggal untuk Adi. Tugas
pertama Adi adalah membereskan lahan yang terbengkalai agar dapat terurus.
Langkah pertama yang dilakukannya adalah menjadi jemaah mesjid di dekat Pelita Desa.
Pengurus masjid dan masyarakat sekitar bersimpati pada Adi karena ada remaja kota yang
tinggal di desa, namun tidak sombong dan berbaur bersama masyarakat. Selain itu, Adi
mengusulkan agar danau di lahan YPI dapat digunakan untuk membiayai renovasi masjid.
Keberhasilan merenovasi masjid menjadikan Adi lebih diterima di masyarakat. Adi pun
seringkali berbincang dengan para remaja dan secara bertahap member pelatihan hidup
kepada mereka.
Langkah berikutnya, Adi menjadikan peternakan ikan di danau menjadi kolam pemancingan
ikan. Selain tambahan penghasilan, kegiatan tersebut membantu perekonomian masyarakat
setempat. Akan tetapi, kolam pemancingan tersebut tidak berlangsung lama. Karena
banyaknya pungutan liar, kolam pemancingan terpaksa ditutup.
Dengan pertimbangan suasana lahan, Adi merencanakan kegiatan outbound untuk remaja
dan mahasiswa. Bersama para remaja setempat, Adi mulai membenahi lahan YPI menjadi
arena outbound yang dilengkapi dengan fasilitas flying fox yang melintasi danau. Akan
tetapi, tidak banyak pengunjung yang datang karena kondisi jalan menuju desa tersebut
yang masih buruk. Pada tahun 2000, jalanan menuju desa tersebut akhirnya diaspal
sehingga peluang untuk mendatangkan peserta outbound kembali terbuka. Target peserta
pun meluas, bukan hanya remaja, namun juga para siswa TK dan SD.
Mendampingi Pelita Desa Page 5
Bab 5: Pelatihan UMKM di RS Kanker Dharmais
RS Dharmais pada suatu kali mengadakan Pelatihan UMKM dengan tujuan mempersiapkan
para peserta agar handal dalam menyediakan makanan yang bersih dan sehat. Pelatihan ini
dilakukan di hari Minggu agar tak menganggu kegiatan rumah sakit. Peserta pelatihan ada
sekitar 30 orang, yang terdiri dari para pedagang kecil baik yang berbisnis di bidang kuliner,
pakaian, sepatu maupun bidang jasa. Saya mengundang Adi dari Pelita Desa sebagai
peserta, sekaligus mempresentasikan usaha outbound baik tentang kesulitan yang ia hadapi
dalam memasarkan outbond dan potensi ke depannya.
Kebetulan, salah seorang peserta pelatihan tersebut adalah sorang ibu yang menjadi
kordinator TK Islam sejabodetabek. Dia amat terkesan dengan wahana outbond Pelita Desa
yang dipaparkan oleh Adi. Apalagi saat mendengar tujuan outbound bukan hanya untuk
rekreasi tapi juga untuk pembentukan karakter dan memperkuat kerjasama antar siswa.
Selain itu juga ada edukasi dan praktek seperti cara memerah susu sapi, membajak sawah
dengan kerbau, membuat kompos, dan lain-lain. Outbound ini juga mengingatkan bahwa
kesadaran untuk memelihara lingkungan pun sudah harus mulai ditanamkan kepada anak-
anak sejak TK.
Pelatihan ini akhirnya berhasil menjalin komunikasi antara Adi dengan ibu tersebut. Ibu
tersebut mengajak teman-temannya untuk berkunjung ke Outbond Pelita Desa di Desa
Putat Nutug, Ciseeng. Sesampainya disana, mereka terkesan dengan wahana yang ada.
Tidak hanya dapat menjadikan siswa bertambah ceria dan gembira, namun juga bertambah
pengetahuan dan keterampilannya.
Mendampingi Pelita Desa Page 6
Bab 6: Outbound Pelita Desa
Salah satu kebijakan yang dilakukan Adi dalam pengelolaan outbond Pelita Desa adalah
kegiatan ini hampir tak memiliki pegawai tetap. Staf yang datang dari Jakarta waktu itu
hanyalah Adi. Lainnya adalah remaja setempat. Disamping outbound, Pelita Desa juga
mengadakan kegiatan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Paket A, B dan C. PKBM ini
diadakan untuk menampung anak-anak/remaja yang ??????dak dapat bersekolah di sekolah
umum, baik karena masalah biaya maupun karena waktu yang tak ada dikarenakan harus
membantu orangtuanya bekerja. Siswa PKBM Paket B sudah mulai dapat diperbantukan
sebagai petugas kebersihan di kegiatan outbond, sedangkan siswa Paket C mulai dilatih
untuk menjadi pembimbing/pemandu peserta outbond seperti untuk memandu dalam
permainan kelompok, dll. Untuk masalah konsumsi diserahkan kepada ibu-ibu di sekitar
lokasi Pelita Desa. Sedangkan untuk parkir kendaraan diserahkan kepada warga desa atau
remaja desa.
Dalam sistem pengelolaan, Pelita Desa selalu melibatkan warga desa agar mereka selalu
merasa memiliki outbond ini. Para warga desa serta remaja yang terlibat boleh ikut
memberi masukan tentang bagaimana cara membuat peserta menjadi lebih nyaman dan
aman, juga ikut menjaga kebersihan termasuk kebersihan makanan serta selalu berperilaku
ramah kepada para pengunjung outbond Pelita Desa.
Mendampingi Pelita Desa Page 7
Bab 7: Pelibatan Masyarakat
Pelita Desa tidak memiliki pegawai tetap, sehingga tidak diperlukan staf khusus yang
menangani pegawai. Setiap ketua kelompok warga yang bekerja sama dengan Pelita Desa
yang bertanggung jawab mengurus anggota kelompoknya agar kegiatan outbound berjalan
sesuai rencana. Selain outbound, Pelita Desa juga melaksanakan pendidikan berupa PKBM
serta lembaga waqaf untuk kegiatan simpan pinjam.
Saat Pelita Desa mulai kegiatan bisnis ikan dan tanaman hias, Pelita Desa telah
mengembangkan konsep industri berbasis masyarakat, yang melibatkan masyarakat dalam
produksi ikan dan tanaman hias. Masyarakat diposisikan sebagai produsen untuk bisnis ini.
Untuk modal, bibit, dan metode pemeliharaan, masyarakat desa mendapatkan
pendampingan dari Pelita Desa.
Pelita Desa menginginkan pembangunan ekonomi di desa akan dapat mensejahterakan
masyarakat desanya. Para investor dari luar desa boleh saja masuk, bahkan investasi dari
luar negeri sekalipun boleh masuk, namun hendaknya semua kegiatan ekonomi di desa
dapat selalu memberi manfaat yang nyata bagi warga desanya yang kini sedang giat
membangun.
Mendampingi Pelita Desa Page 8
Bab 8: Membina Remaja Desa di Indonesia
Pelita Desa mulai mengajak remaja-remaja desa yang berminat untuk magang di Pelita Desa
secara berkelompok selama satu atau dua bulan. Selama magang, mereka akan
mendapatkan pelatihan motivasi serta keterampilan dalam bertani, beternak secara
berkelompok. Mereka akan memilih kegiatan yang mereka sukai di Pelita Desa, kemudian
mencoba untuk melaksanakannya di desa mereka nantinya. Jika perlu, selesai magang
pembimbing dari Pelita Desa akan datang dan memberi pendampingan.
Salah satu contoh yang ingin saya sampaikan adalah remaja dari Desa Tabalong. Desa
Tabalong terletak di perbatasan Kalimantan Timur dan Selatan. Kita dapat mencapai desa
tersebut dari Jakarta dengan naik pesawat ke Balikpapan lalu melanjutkan perjalanan darat
dengan kendaraan ke Tanjung Grogot, Kab. Passer, Kalimantan Timur. Dari Tanjung Grogot,
perjalanan melalui darat ke desa Tabalong ditempuh sekitar 10 jam. Desa tersebut terletak
dekat dengan area penambangan batubara PT Adaro.
Setelah menjalani magang di Pelita Desa, remaja Desa Tabalong berinisiatif mendirikan
wahana rekreasi air dengan ban mobil di sepanjang aliran sungai di desa tersebut. Kegiatan
tersebut disambut dengan baik oleh masyarakat desa serta karyawan penambangan. Desa
Wisata Tabalong pun tumbuh dengan berbagai wahana baru untuk rekreasi dan edukasi.
Pelita Desa amat menekankan perlunya remaja desa menyatu dengan program
pembangunan desa mereka yang dijalankan oleh pemerintah. Remaja desa perlu
memikirkan serta membantu pembangunan desa yang direncanakan oleh aparat desa.
Pelita Desa berharap remaja desa dapat menjadi pelengkap pembangunan desa dan bukan
sekedar menjadi pegawai desa biasa. Dengan demikian, jiwa kewirausahaan akan dapat
dipertahankan.
Mendampingi Pelita Desa Page 9
Bab 9: Pembinaan SDM
Pengalaman merupakan hal yang penting dalam pengembangan kemampuan SDM. Selain
itu, motivasi untuk tidak takut gagal serta berani menghadapi tantangan juga perlu
ditanamkan.
Selain kegiatan magang untuk pembinaan SDM, Pelita Desa juga mengikuti berbagai event
di dalam maupun di luar negeri. Pelita Desa seringkali mengirimkan peserta untuk mengikuti
pelatihan offline di bidang bisnis, komunikasi, pertanian, digital marketing, dan lain-lain.
Pelita Desa juga pernah mengikuti Pameran Internasional Tanaman Hias di Miami, Florida,
Amerika Serikat, sebagai peserta. Empat relawan Pelita Desa diberangkatkan untuk mewakili
Pelita Desa di pameran tersebut.
Pelita Desa juga pernah mengirimkan seorang tukang kebun dari Ciseeng ke Thailand untuk
belajar bertani disana. Secara khusus, dia belajar berkebun kurma, yang waktu itu akan
dicoba ditanam di Indonesia.
Secara garis besar, Pelita Desa berusaha mengirimkan para relawan untuk belajar langsung
mengenai pengembangan desa di negara-negara lain. Salah satu negara yang dikunjungi
adalah Jepang, yang memiliki konsep “The Most Beautiful Village”. Melalui kunjungan
tersebut, kami memahami bahwa petani Jepang memiliki penghasilan yang cukup dan tak
kalah dengan gaji karyawan di Tokyo. Mereka bekerja dengan bantuan teknologi sehingga
amat hemat dalam tenaga manusia.
Kriteria untuk “The Most Beautiful Village” di Jepang bukan hanya kecantikan desa, namun
masyarakat desa tersebut juga harus ikut memelihara kecantikan desa serta seni
budayanya. Tambahan lainnya, masyarakat desa tersebut harus sejahtera. Semoga
Indonesia juga dapat mengembangkan konsep “The Most Beautiful Village” ini.
Mendampingi Pelita Desa Page 10
Bab 10: Sekolah Pewaris Peradaban & Saung Sultan
Sekolah Pewaris Peradaban
Selain PKBM, Pelita Desa juga memiliki sekolah tingkat SMP dan SMU yang bernama Sekolah
Pewaris Peradaban. Sekolah ini menampung siswa dari keluarga sederhana yang tak mampu
bersekolah di sekolah negeri atau swasta. Salah satu keunggulan Sekolah Pewaris Peradaban
adalah para siswa diajarkan untuk mampu memiliki penghasilan sendiri sejak dini. Kami
percaya bahwa kewirausahaan dapat diajarkan dan dilatih sejak dini.
Saung Sultan
Rumah Makan Saung Sultan adalah sebuah restoran yang memiliki luas lahan sekitar 1
hektar. Di lahan tersebut, terdapat restoran, kolam ikan, tempat bermain anak, serta
puluhan PKL di sekitarnya. Makanan yang disajikan adalah masakan Sunda dengan menu
andalan ikan gurami goreng. Restoran ini dapat menampung sekitar 100 orang pengunjung
dengan konsep duduk lesehan. Restoran ini merupakan salah satu bisnis Pelita Desa, namun
keuntungannya lebih diutamakan untuk membiayai Sekolah Pewaris Peradaban. Siswa
Sekolah Pewaris Peradaban ikut diberdayakan di Saung Sultan dan menerima honor sekitar
Rp. 60.000/hari.
Mendampingi Pelita Desa Page 11
Bab 11: Tsunami COVID-19
Per Februari 2020, Indonesia berada dalam situasi Pandemi COVID-19. Situasi tersebut tidak
hanya mempengaruhi bidang kesehatan, namun juga mempengaruhi hampir semua bidang
dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat cenderung tinggal di rumah. Jumlah penumpang
kereta api atau pesawat terbang pun dibatasi, semua ruang tunggu diberi jarak. Semua
orang harus menjaga diri dengan masker pelindung. Kegiatan pariwisata nyaris terhenti.
Outbound Pelita Desa pun terpaksa ditutup hampir 3 tahun.
Selama penutupan, tak ada dana masuk. Namun, pengeluaran tetap berjalan untuk
memelihara sarana agar tetap bersih dan siap digunakan saat Outbound dibuka kembali.
Selain biaya pemeliharaan sarana outbound, Pelita Desa juga mempunya kewajiban moral
untuk membantu warga desa yang terdampak COVID-19 dalam bentuk sembako maupun
pinjaman uang. Dana tabungan Pelita Desa pun terkuras habis. Bahkan, Pelita Desa
terpaksa berhutang yang tidak sedikit untuk dapat bertahan hidup.
Mendampingi Pelita Desa Page 12
Bab 12: Ekspor Tanaman Hias
Setelah kegiatan outbound kembali berjalan, Adi memutuskan untuk mendalami peternakan
ikan karena pasar ikan hias lebih terbuka, baik di dalam maupun luar negeri. Adi mengajak
relawan Pelita Desa dan masyarakat untuk memulai ternak ikan koi agar dapat dijual ke
pasar dalam dan luar negeri.
Pelita Desa mulai belajar sungguh-sungguh untuk mengekspor ikan hias hingga akhirnya
berhasil mengekspor ke 25 negara, termasuk Amerika Serikat. Karena sering melakukan
ekspor ikan hias dan keterampilan ekspor makin dikuasai, Adi dan kawan-kawan mendirikan
perusahaan yang dinamakan “Minaqu” untuk kegiatan ini. Pelita Desa melibatkan
masyarakat dalam bisnis ikan hias ini dengan cara melakukan pembesaran bibit ikan di Pelita
Desa terlebih dahulu kemudian dipindahkan dan dibesarkan di kolam milik masyarakat.
Ketika ikah sudah besar, Pelita Desa akan membeli ikan tersebut dari masyarakat.
Selain ikan hias, Pelita Desa juga melakukan bisnis ekspor tanaman hias. Ekspor ini memiliki
risiko lebih kecil dibandingkan ekspor ikan hias. Jenis tanaman hias yang banyak diminta
adalah aglonema, namun Pelita Desa beralih ke tanaman yang dapat menyerap emisi
karbon. Ekspor tanaman hias pun dilakukan ke negara-negara Timur Tengah dan Asia,
termasuk Turki. Pelita Desa mendirikan kantor perwakilan di Istanbul, Turki. Alasannya,
Pelita Desa memilih Turki sebagai lokasi transit tanaman hias, dimana bibit tanaman hias
dikirim ke Turki untuk dibesarkan dan dipasarkan di Eropa.
Mendampingi Pelita Desa Page 13
Bab 13: Konsep Industri Berbasis Masyarakat
Untuk dapat menyaingi perusahaan berskala besar di bidang ekspor tanaman dan ikan hias,
Pelita Desa mengembangkan konsep industri berbasis masyarakat. Masyarakat diajak untuk
ikut menanam tanaman hias yang nantinya akan dibeli oleh Pelita Desa. Karena
keuntungannya cukup baik, masyarakat yang ikut menanam tanaman tanaman hias semakin
banyak. Pelita Desa akan menyeleksi tanaman hias para petani tersebut dan membelinya.
Dengan cara ini, harga pun dapat bersaing dengan para pengekspor dari negara-negara lain.
Untuk membina masyarakat dalam menanam dan mengumpulkan tanaman hias, tim Pelita
Desa mengunjungi berbagai daerah untuk mengajak masyarakat menanam tanaman hias,
mendirikan green house di kota-kota besar. Di Bandar Lampung, Pelita Desa memiliki
laboratorium tanaman lapangan yang memudahkan proses pemeriksaan karantina. Dengan
cara ini, pengekspor tidak perlu mengirim semua tanaman untuk pemeriksaan karantina,
namun petugas karantina yang akan datang untuk memeriksa tanaman tersebut.
Mendampingi Pelita Desa Page 14
Bab 14: Mengikuti Pameran Internasional
Untuk memperluas jaringan pemasaran, Pelita Desa mengikuti berbagai pameran tanaman
dan ikan hias, maupun pameran ekspor secara umum di dalam negeri. Pelita Desa juga ikut
serta dalam pameran internasional ikan hias di Beijing, Tiongkok, dengan mengirim dua
orang remaja puteri ke Beijing. Pameran besar lainnya yang juga dikuti oleh Pelita Desa
adalah Pameran Tanaman Hias di Miami, Florida, Amerika yang terkenal sebagai pasar
tanaman hias di Amerika Serikat.
Seperti yang disebutkan di bab sebelumnya, Pelita Desa menjalin kerjasama dengan Turki
karena negara tersebut merupakan salah satu pasar ekspor tanaman hias yang potensial.
Selain membuka pasar baru, tanaman hias yang dihasilkan oleh Pelita Desa diharapkan
dapat masuk lebih mudah ke Eropa. Pelita Desa mencoba mendirikan kantor perwakilan di
Istambul, Turki selama dua tahun. Akan tetapi, kegiatan tersebut tidak berjalan mulus.
Peminatnya kurang dan biaya operasional di Istambul tinggi sehingga kantor perwakilan
tersebut harus ditutup. Namun demikian, Pelita Desa tetap melakukan pengiriman tanaman
hias ke Turki.
Mendampingi Pelita Desa Page 15
Bab 15: Konsep Rumah Produktif
Bagaimana caranya meningkatkan pendapatan keluarga di pedesaan? Jawabannya, setiap
anggota keluarga harus produktif. Selain itu, rumah dan halaman perlu dimanfaatkan secara
maksimal. Rumah tidak hanya menjadi hunian, namun juga memberikan penghasilan bagi
penghuninya. Untuk itu, Pelita Desa mulai serius beternak kelinci pedaging. Jika sebuah
keluarga mampu memelihara 50 ekor kelinci, akan ada tambahan penghasilan sebesar dua
juta rupiah per bulan.
Dalam usaha ini, Pelita Desa berposisi sebagai koordinator, memberikan pelatihan,
menyediakan modal indukan dan pakan. Ketika ada kelinci yang layak jual, Pelita Desa akan
membelinya dari masyarakat.
Tantangan konsep rumah produktif adalah bagaimana menjadikan semua anggota keluarga
menjadi lebih produktif, dimana ada dua atau tiga kegiatan yang dapat menambah
penghasilan keluarga.
Jika seorang ayah atau anggota keluarga lainnya memiliki penghasilan tetap, ibu atau anak
yang sudah besar dapat melakukan kegiatan lainnya, seperti beternak kelinci, untuk
menambah penghasilan keluarga.
Mendampingi Pelita Desa Page 16
Bab 16: Renungan
Tulisan ini merupakan pengalaman saya pribadi dalam mendampingi Pelita Desa sejak tahun
1996. Apa yang dapat saya simpulkan dari pengalaman saya selama ini? Desa memiliki
peluang usaha yang menjanjikan. Remaja desa dan warga desa dapat berusaha di desa dan
akan mendapatkan penghasilan yang cukup. Pendidikan tinggi memang akan memberi
kesempatan bagi seseorang untuk memperoleh kemajuan, namun bagi yang pendidikannya
tidak tinggi, juga dapat mengembangkan dirinya melalui pengalaman.
Selain itu, kemajuan teknologi informasi membuka pasar bagi produk desa. Potensi yang ada
di desa, dapat dimanfaatkan untuk mengatasi mahalnya harga pakan dan pupuk. Perlu
sumber pembiayaan yang mudah, akses cepat serta bunga yang rendah yang nantinya dapat
dimanfaatkan oleh warga desa. Desa perlu modal bersama, pelatihan dan pemasaran
bersama, sehingga warga desa tak berjuang sendiri-sendiri. Koperasi desa kita harapkan
dapat memfasilitasi hal ini.
Mendampingi Pelita Desa Page 17
Bab 17: Mungkinkah Hidup di Desa Bisa Menjadi Kaya?
Warga desa harus jeli mengenal produk desa yang dibutuhkan masyarakat serta mempunyai
nilai jual yang tinggi. Produk tersebut dapat berupa hasil tani organik, buah eksotik atau
produk yang berasal dari tanaman setempat baik berupa payung, terompah, cinderamata.
Sebagian tanaman di desa merupakan tanaman obat yang banyak dibutuhkan masyarakat.
Keindahan alami setempat juga dapat dikembangkan untuk wisata desa. Waktu orang untuk
berlibur sudah bertambah singkat sehingga berwisata ke desa akan merupakan alternatif
menikmati liburan keluarga. Rumah-rumah di desa perlu direnovasi sehingga mampu
menjadi homestay yang menyenangkan meski tetap berupa rumah yang sederhana.
Salah satu yang perlu diantisipasi warga desa adalah dominasi global terhadap produk lokal.
Bukan tak mungkin akan dikeluarkan peraturan internasional yang mengatur syarat
berkebun, beternak yang dimaksudkan untuk melindungi konsumen tapi dapat berdampak
pada penguasaan pertanian dan peternakan oleh pemodal besar bahkan pemodal besar
global.
Mendampingi Pelita Desa Page 18
Latar Belakang Penulis
Profesor Samsuridjal Djauzi lahir di sebuah desa kecil yang terletak di lereng Gunung
Singgalang, Koto Tuo, tak jauh dari kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Saat berumur 7 tahun,
ia bersama ibu dan saudara-sudaranya menyusul ayahnya yang sudah lebih dahulu
berangkat ke Jakarta, untuk berjuang menjadi pedagang kecil.
Sejak kecil, Samsuridjal suka sekali membaca dan selalu membantu ayahnya saat bedagang.
Setelah lulus sebagai Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, ia melanjutkan
pendidikan menjadi Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan selama lima tahun ia sempat
bertugas di sebuah Rumah Sakit di Kalimantan Timur. Setelah kembali ke Jakarta, ia pun
menjadi Staf Pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kepedulian Samsuridjal terhadap masalah AIDS menempatkan ia dalam kegiatan membantu
Prof. Zubairi dan ibu Sri Wahyuningsih dalam mendirikan Yayasan Pelita Ilmu (YPI) di tahun
1989, yang bergerak di bidang Pendidikan dan Kesehatan.
Buku kecil ini mengisahkan, bagaimana perjalanan Prof. Samsuridjal Djauzi saat
mendampingi remaja desa yang tergabung dalam Pelita Desa dalam membangun desa
mereka, serta mengajak remaja desa di daerah lain untuk ikut peduli pada pembangunan
desa mereka sendiri. Mereka memiliki keyakinan, bahwa kehidupan desa di masa depan,
??????dak akan kalah menariknya daripada kehidupan di kota. Pembangunan di desa diharapkan
dapat ikut mensejahterakan warga desanya, juga membahagiakan mereka semua.