MI 5 -- Wawancara Psikiatri-Iyanahs.pptx

Akhmad861 7 views 44 slides Aug 27, 2025
Slide 1
Slide 1 of 44
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44

About This Presentation

MI 5 - Wawancara Psikiatri-Iyanahs.pptx


Slide Content

Manajemen Kesehatan Jiwa Terpadu Iyan Afriyani HS, M.Psi., Psikolog Wawancara Psikiatri

Pokok Bahasan Pengertian dan prosedur wawancara psikiatri 01 02 Teknik melakukan wawancara psik i atri

01 Pengertian dan prosedur wawancara psikiatri

Wawancara psikiatrik Merupakan suatu bentuk wawancara yang dilakukan oleh dokter/psikolog klinis kepada pasien dengan tujuan untuk memperoleh data atau sekumpulan gejala yang akan digunakan untuk menetapkan diagnosis dan rencana tatalaksana bagi pasien. Digunakan untuk alat bantuk diagnosis atau alat bantu terapi Dengan Bahasa verbal maupun non-verbal Perangkat utama untuk: Anamnesis + Pemeriksaan status mental + Diagnosis + Merencanakan terapi + prognosis + alat untuk terapi non-farmakologis (psikoterapi)

Prosedur Wawancara Psikiatrik Membuka wawancara Fase awal Penelusuran identitas pasien Membina rapport Sampaikan juga kepada pasien bahwa semua hal yang dibicarakan dalam sesi ini bersifat rahasia sehingga pasien dapat bebas menceritakan apapun Isi wawancara Menutup wawancara Tanyakan keluhan utama pasien datang berobat : kapan-bagaimana-perjalanan penyakit-hal yang memperberat-memperingan Keluhan fisik Riwayat penggunan obat /zat lain Riwayat gangguan jiwa , peyakit medis Peristiwa kehidupan yang bermakna (berduka, masalah perkawinan, dll.) Dukungan sosial (Keluarga – Teman – Lingkungan – Agama) Penelusuran mengenai riwayat perkembangan , kehidupan sosial dan sistem keluarga Pemeriksaan status mental Simpulan singkat hasil wawancawra Selipkan kalimat suportif bagi pasien Penjelasan kemungkinan diagnosis dan rencana terapi Berikan pasien kesempatan bertanya terkait hal yang kurang jelas Akhiri dengan membuat janji temu pertemuan berikutnya Contoh pertanyaan di faskes primer: Apakah Anda mengalami kesulitan tidur di malam hari? Apakah Anda merasa seolah tidak tertarik untuk melakukan kegiatan yang biasa Anda lakukan? Apakah Anda merasa sedih akhir-akhir ini? Apakah Anda merasa takut terhadap apapun?

02 Teknik melakukan wawancara psikiatri

Teknik Wawancara Psikiatrik 1. Membina rapport 2. Merespons dengan empati 3. Observasi perilaku nonverbal 4. Beri kesempatan untuk berbicara dengan bebas 5. Strategi mendapatkan informasi 6. Pemeriksaan status mental 7. Menyimpulkan hasil wawancara 8. Menyampaikan tindak lanjut

1. Membina rapport Merupakan interaksi antara pasien dengan pewawancara yang di dalamnya terdapat rasa percaya ( trust ) dan pengertian ( understanding ). Pewawancara perlu memahami bahwa saat pertama kali menemui pewawancara, pasien sering mengalami rasa khawatir, gugup, takut, bahkan bingung , sehingga sulit untuk mengungkapkan permasalahan . Pewawancara perlu menu mbuhkan rasa percaya pasien kepada pewawancara, memahami permasalahan tersebut, sehingga pasien merasa dimengerti dan diterima untuk membantu pasien agar dapat menceritakan permasalahan y ang dialaminya

1. Membina rapport Langkah-langkah: 1. Membuat suasana yang nyaman bagi pasien dan pewawancara Wawancara dibuka dengan dengan percakapan dasar dan ringan , bertujuan untuk lebih mengenal atau dekat dengan pasien. Lingkungan sebaiknya nyaman, tidak bising dan tidak banyak intervensi . Pewawancara lebih banyak menjadi pendengar yang efektif . Teknik awal membangun suasana yang nyaman bagi pasien: Memberi salam, bersalaman, sambil tersenyum; Pewawancara memperkenalkan diri; Menanyakan nama pasien serta bagaimana sebaiknya pewawancara memanggil pasien; Dapat dilanjutkan dengan pertanyaan ringan (contoh: bagaimana perjalanan pasien sampai ke tempat pewawancara); Menjelaskan secara singkat tujuan wawancara dan minta kesediaan pasien untuk memberikan informasi; Pewawancara menanyakan identitas pasien (usia, tempat tinggal, asal, pekerjaan, pendidikan, dan status pernikahan).

1. Membina rapport Langkah-langkah: Untuk mendapatkan hasil yang optimal dari proses wawancara, perlu menerapkan teknik mendengar yang efektif, seperti: Rileks dan sikap terbuka, hangat dan empatik, memberi perhatian sepenuhnya Suara lembut, tidak memotong pembicaraan Tidak menghakimi, tidak memberi penilaian

1. Membina rapport Langkah-langkah: 2. Menemukan hal-hal yang menyebabkan penderitaan pasien, dan memperlihatkan kepedulian Dapat digunakan pertanyaan-pertanyaan, seperti : Apa yang sedang mengganggu Anda? Apa yang saat ini Anda rasakan? Apa yang bisa saya bantu? Dapatkah Anda menceritakan? Fase awal wawancara penting untuk membiarkan pasien melakukan ventilasi terhadap keluhannya dengan bebas. Deteksi kemungkinan adanya depresi, kecemasan, atau kemarahan . Jika pasien terlihat cemas, berikan dukungan kepada pasien, contoh: “ Saya mengerti bahwa hal ini mungkin sangat sulit diceritakan… Terutama jika Anda baru pertama kali datang…”.

1. Membina rapport Langkah-langkah: 3. Menunjukkan pemahaman akan kondisi pasien Buat pasien memahami bahwa tidak hanya pasien sendiri yang menghadapi masalah seperti sekarang. Sampaikan pada pasien bahwa terapis familiar dengan masalah ini – tunjukkan pengetahuan yang dimiliki terapis. Bicarakan hal-hal yang diragukan oleh pasien tentang kemampuan terapis , bersama dengan keluarga atau teman yang mengantar pasien dengan profesional. Bangkitkan semangat pasien akan masa depannya.

1. Membina rapport Langkah-langkah: 4. Membangun sikap kepemimpinan (sebagai dokter dan terapis) Kemampuan memotivasi dan mengarahkan pasien, tunjukkan ketertarikan untuk membantu kesembuhan pasien. 5. Menyeimbangkan peran sebagai pendengar yang berempati, seorang ahli, dan sebagai terapis Dalam melakukan wawancara psikiatri, kita harus dapat menyeimbangkan peran , kapan harus menjadi pendengar yang berempati , seseorang yang ahli dengan keilmuannya, dan sebagai terapis yang mengobati pasien.

2. Merespons dengan empati Empati adalah kemampuan untuk dapat memahami apa yang dirasakan oleh pasien, bagaimana jika berada dalam posisi tersebut , namun tetap sebagai pihak yang berdiri di luar masalah , sehingga tetap dapat bersikap objektif. Bersikaplah apa adanya , jangan dibuat-buat, karena pasien akan dapat merasakan kepedulian yang palsu. Hindari simpati 🡪 terlarut dalam situasi yang dihadapi orang tersebut, lalu gagal bersikap objektif

2. Merespons dengan empati Memperlihatkan kepedulian kita melalui bahasa tubuh; Mempertahankan kontak mata , sesekali mengangguk, menampilkan ekspresi yang sesuai , dll; Ekspresi verbal singkat dapat memperlihatkan bahwa kita menghargai dan memahami. Contoh : “ Oh ya…, hmmm…, saya mengerti… Saya dapat melihat bagaimana hal tersebut mengganggu Anda..”; “Hal tersebut pasti membuat Anda tidak nyaman..” Respon yang baik Kesalahan yang sering dilakukan Mendengar sambil menulis atau kerja lain , pandangan menerawang Tidak sabar , menyela / interupsi , berargumentasi Banyak bicara atau menasehati , berbasa-basi Terlalu cepat menyimpulkan

3. Observasi perilaku nonverbal Selama wawancara awal telah dimulai observasi kondisi dan perilaku non-verbal pasien , yang dimaksud diantaranya : Ekspresi wajah : tatapan mata , kerut dahi , alis , hidung dan kesesuaian ekspresi wajah Suara : nada, intonasi , jeda kata, cara bicara Sikap tubuh : cara bersikap , gerakan tubuh , tangan , kaki Reaksi fisiologis : wajah merah / pucat , berkeringat , napas tersengal , pupil mata melebar Penampilan : cara berpakaian , sikap dalam duduk dan berdiri Pemeriksa diharapkan dapat melakukan kontak mata agar terbangun kepercayaan/ rapport yang baik dengan pasien dan pemeriksa juga dapat sesekali merespon seperti menganggukkan kepala untuk menunjukkan bahwa pemeriksa memperhatikan pasien.

4. Beri kesempatan untuk berbicara dengan bebas Biarkan pasien memilih sendiri topik pembicaraan. Ikuti alur pembicaraan pasien , namun tetap kendalikan wawancara agar tidak melenceng dari tujuan Gunakan kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup secara tepat. Sedapat mungkin bicaralah lebih sedikit dari pasien , kecuali saat membuat simpulan

5. Strategi mendapatkan informasi Teknik pertanyaan terbuka ( open-ended questions ) di awal wawancara akan membuat pasien menceritakan masalahnya dengan kata-kata pasien sendiri. Pertanyaan yang membantu di antaranya adalah: “Bagaimana saya dapat membantu Anda?” “Apa yang bisa saya bantu?” “Masalah apa yang membawa Anda ke sini?” “Darimana sebaiknya kita mulai?”

5. Strategi mendapatkan informasi Untuk menelusuri kata kunci atau menanyakan hal yang spesifik , detil-detil yang dibutuhkan untuk diagnosis, pertanyaan terbuka dapat dikombinasikan dengan beberapa pertanyaan tertutup ( close-ended questions ). Contoh: D : Sudah berapa lama Anda mengalami keluhan sulit tidur? P : 2 minggu D : Berapa lama waktu yang Anda butuhkan untuk bisa tertidur belakangan ini? P : Kadang-kadang satu jam, kadang 3 jam, kadang saya tidak bisa tidur sama sekali sepanjang malam. D : Apakah Anda pernah terbangun sangat awal dan tidak bisa tidur lagi? P : Tidak

5. Strategi mendapatkan informasi Memulai topik baru dengan pertanyaan terbuka yang luas ; lanjutkan dengan memfokuskan pada satu topik target; akhiri dengan serial pertanyaan yang semakin menyempit, sesekali tertutup – tipe ya/tidak. Jika ingin menghindari pertanyaan tertutup, gunakan pertanyaan terbuka yang tajam dan fokus. Contoh: Apakah Anda mengalami sulit tidur? (jawaban yang muncul adalah: ya atau tidak) lebih baik bertanya: Apa yang terjadi saat Anda mencoba tidur? Pendekatan yang baik adalah dengan mengkombinasikan keduanya , dari pertanyaan luas ke pertanyaan yang terfokus dan tajam.

5. Strategi mendapatkan informasi Teknik wawancara lainnya Teknik Klarifikasi Teknik Silence Teknik Fasilitasi Teknik dukungan positif ― Anda merasa sedih. Kapan waktu Anda merasa paling sedih? ―Lalu.. Apa yang terjadi kemudian? Terkadang pasien membutuhkan waktu untuk menangis, membutuhkan waktu untuk bercerita dalam kondisi yang mendukung. ― Saya sangat menghargai Anda menceritakan kepada saya bahwa Anda berhenti meminum obat. Dapatkah Anda memberitahukan kepada saya, apa masalahnya?

6. Pemeriksaan Status Mental Pemeriksaan klinis yang menggambarkan tentang keseluruhan pengamatan pemeriksa dan kesan tentang pasien psikiatrik saat wawancara , yang meliputi penampilan, pembicaraan, tindakan, persepsi dan pikiran selama wawancara. Sebelum melakukan pemeriksaan status mental , tenaga kesehatan khususnya dokter hendaknya melakukan anamnesa untuk menggali riwayat psikiatrik dari pasiennya

6. Pemeriksaan Status Mental Anamnesa Keluhan utama 🡪 Keluhan utama tidak selalu merupakan keluhan yang pertama kali diucapkan pasien, namun keluhan yang membuat pasien dibawa ke fasyankes yang sering dianggap sebagai keluhan utama Riwayat Penyakit Sekarang → seluruh riwayat yang berhubungan dengan keluhan pasien saat dibawa ke fasyankes Riwayat Penyakit Dahulu → riwayat gangguan psikiatrik, riwayat gangguan medis, riwayat sosial Riwayat kehidupan pribadi , meliputi: Riwayat prenatal dan perinatal Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun) Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun) Riwayat pubertas dan masa remaja Riwayat masa dewasa Riwayat pendidikan/ pekerjaan Riwayat kehidupan beragama Riwayat pelanggaran hukum Riwayat seksual (meliputi status pernikahan) Riwayat keluarga → biasa dituliskan secara singkat dan membuat pedigree atau silsilah keluarga Situasi ekonomi

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA I. Deskripsi Umum Penampilan (istilah yang biasa digunakan : tampak sehat, sakit, agak sakit, kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti anak-anak, kacau dsb.) Perilaku dan aktivitas psikomotor (termasuk di sini adalah ti c , gerakan stereotipik, hiperaktivitas, agitasi, retardasi, fleksibilitas, rigiditas dll.) Sikap terhadap pemeriksa (kooperatif, bersahabat, menggoda, apatis, bermusuhan, merendahkan, dll.) Mengamati bentuk tubuh, postur, ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, dan kuku, tanda kecemasan Mengamati dan/atau memeriksa cara berjalan, gerakan dan aktivitas pasien saat wawancara.   Mengamati dan merasakan sikap dan jawaban pasien saat wawancara psikiatrik 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA II. Mood dan Afek Mood (adalah emosi yang meresap dan terus menerus mewarnai persepsi seseorang terhadap dunia. Digambarkan dengan depresi, kecewa, mudah marah, cemas, euforik, meluap-luap, ketakutan dsb.) Afek (adalah respon emosional pasien yang tampak, digambarkan sebagai meningkat, normal, menyempit, tumpul dan datar) Keserasian (serasi afek atau tidak serasi afek) Menanyakan tentang suasana perasaan pasien. “Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini ?” (pertanyaan terbuka) “Apakah anda merasa sedih ?” (pertanyaan tertutup) Mengamati variasi ekspresi wajah, irama dan nada suara, gerakan tangan, dan pergerakan tubuh. Mengamati keserasian respon emosional (afek) terhadap masalah subjektif yang didiskusikan pasien. 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA III. Pembicaraan (digambarkan dalam kecepatan produksi bicara, dan kualitasnya, seperti banyak bicara, tertekan, lambat, gagap, spontan, keras, monoton, mutisme, dsb.) Mengamati selama proses wawancara Logorrhea : bicara yang banyak sekali , berkaitan dan logis Flight of idea : pembicaraan dengan kata-kata yang cepat dan terdapat loncatan dari satu ide ke ide yang lain, ide-ide cenderung meloncat / sulit dihubungkan . Asosiasi longgar : pergeseran gagasan-gagasan dari satu subjek ke subjek lain yang tidak berhubungan, jika berat, pembicaraan menjadi kacau atau membingungkan (inkoheren) 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA IV. Gangguan Persepsi (halusinasi, ilusi, depersonalisasi, derealisasi) Menanyakan tentang gangguan persepsi yang pernah atau sedang dirasakan oleh pasien. “Apakah anda pernah mendengar suara atau bunyi lain yang tidak dapat didengar oleh orang lain? “Apakah anda dapat atau pernah melihat sesuatu yang tampaknya tidak dilihat orang lain? Halusinasi : gangguan persepsi yang membuat seseorang mendengar , melihat , mencium , dan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Ilusi : interpretasi yang salah terhadap stimulus yang dirasakan , ex: bayangan daun dilihat sebagai monster Depersonalisasi : Perasaan terputus dari diri sendiri Derealisasi : Perasaan terputus dari lingkungan . 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA V. Pikiran Proses atau bentuk pikiran (termasuk disini realistik, nonrealistik, autistik, irasional, dll.) Isi pikiran (termasuk waham,preokupasi ( terpusat pada 1 ide tertentu ) , obsesi ( pikiran berulang yang mengganggu dan seringkali tidak rasional ) , fobia, dsb.) Menanyakan sesuatu permasalahan untuk menilai bentuk dan isi pikiran pasien. Waham kejar : “Apakah anda merasa orang-orang memata-matai anda?” Waham cemburu : “Apakah anda takut pasangan anda tidak jujur? bukti apa yang anda miliki?” Waham bersalah : “Apakah anda merasa bahwa anda telah melakukan kesalahan yang berat?” Apakah anda merasa pantas mendapat hukuman?” “Apakah anda merasa pikiran anda disiarkan sehingga orang lain dapat mendengarnya?” (waham siar pikir). “Apakah anda merasa pikiran atau kepala anda telah dimasuki oleh kekuatan atau sumber lain di luar?” (waham sisip pikir) “Apakah anda merasa bahwa pikiran anda telah diambil oleh kekuatan atau orang lain?” (waham penarikan pikiran) 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA VI. Sensorium dan kognitif Kewaspadaan dan tingkat kesadaran (sadar, pengaburan, somnolen ( penurunan kesadaran ) , stupor ( tidak tanggap ) , koma, letargi ( sangat lelah dan sulit membaik ) , keadaan fugue/fugue state ) Orientasi (terhadap waktu, tempat, orang dan situasi) Pengamatan dan pemeriksaan secara objektif ( kuantitatif dengan GCS) Menanyakan tentang waktu , tempat , orang dan situasi . “ Sekarang hari apa ? tanggal , siang / malam ? jam berapa sekarang ? Di mana kita saat ini ? kerjanya apa ?” “ Siapa yang mengantar / menunggui anda ? anda kenal mereka ?” “ Bagaimana suasana saat ini ? ramai ?” 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA VI. Sensorium dan kognitif Daya ingat (daya ingat jauh/ remote memory, daya ingat masa lalu yang belum lama/ recent past memory, daya ingat yang baru saja/ recent memory serta penyimpanan dan daya ingat segera/ immediate retention and recall memory) Konsentrasi dan perhatian Menilai daya ingat dengan menanyakan data masa anak-anak, peristiwa penting yang terjadi pada masa muda. Peristiwa beberapa bulan yang lalu, Peristiwa beberapa hari yang lalu, apa yang dilakukan kemarin, apa yang dimakan untuk sarapan, makan siang dsb. Meminta pasien untuk mengulangi enam angka maju kemudian mundur. Mengulang tiga kata, segera dan tiga sampai lima menit kemudian. Pasien diminta mengurangi 7 secara berurutan dari angka 100. Pasien diminta mengeja mundur suatu kata sederhana 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA VI. Sensorium dan kognitif E. Kapasitas membaca dan menulis ) F. Kemampuan visuospasial G. Pikiran abstrak H. Sumber informasi dan kecerdasan (dengan memperhitungkan tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi pasien) Pasien diminta membaca dan mengikuti apa yang diperintahkan serta menulis kalimat sederhana tapi lengkap. Pasien diminta mencontoh suatu gambar, seperti jam atau segilima. Menanyakan arti peribahasa sederhana, persamaan dan perbedaan benda. Pasien diminta menghitung uang kembalian setelah dibelanjakan, jarak antar kota. 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA VII. Pengendalian impuls (Impuls seksual, agresif, atau lainnya) VIII. Tilikan Tilikan I: Penyangkalan penyakit sama sekali Tilikan II: Agak menyadari tetapi sekaligus menyangkal Tilikan III: Menyadari tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain Tilikan IV: Menyadari bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien Tilikan V: menerima bahwa pasien sakit dan disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu pada diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan Tilikan VI : kesadaran emosional terhadap motif-motif perasaan dalam, yang mendasari arti dari gejala; ada kesadaran yang menyebabkan perubahan kepribadian dan tingkah laku dimasa mendatang; keterbukaan terhadap ide dan konsep yang baru mengenai diri sendiri dan orang-orang penting dalam kehidupannya Menanyakan tentang riwayat pasien sekarang dan mengamati perilaku pasien selama wawancara Menanyakan kesadaran dan pengertian pasien tentang penyakitnya (tilikan) “Tahukah anda kenapa dibawa / datang ke sini ?” “Apakah anda membutuhkan pengobatan / perawatan ?” “Apakah perawatan anda di Rumah Sakit ini merupakan kesalahan ?” 6. Pemeriksaan Status Mental

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL HAL YANG DIPERIKSA IX. Reliabilitas X. GAF ( Global Assessment of Functioning ) Menilai kebenaran atau kejujuran pasien dalam melaporkan suatu situasi atau masalahnya. Skala GAF mempunyai range dari 0-100, yang setiap kelompok range tertentu yang menunjukkan gejala atau apa yang terjadi pada individu atau kelompok. 6. Pemeriksaan Status Mental

GAF Scale 100 – 91 : Berfungsi secara optimal pada bidang yang luas, masalah hidup dapat diatasi sendiri dengan baik karena kualitas dirinya positif. Tidak ada symptom. 90 – 81 : (Ada sedikit simptom, misal: sedikit cemas), berfungsi secara baik dalam semua bidang kehidupan, berminat & terlibat dalam berbagai aktivitas, efektif secara sosial, umumnya merasa puas terhadap hidupnya, masalah tidak lebih dari permasalahan biasa dalam kehidupan sehari- hari (misal : adu argumentasi dengan anggota keluarga). 80 – 71 : (Bila ada simptom merupakan reaksi yang biasa timbul karena stresor psikososial, misal: sulit konsentrasi setelah adu argumentasi dalam keluarga), ada sedikit gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau pendidikan (misal: kadang terlambat mengumpulkan tugas) 70 – 61 : (Beberapa simptom ringan & menetap, misal : sedih dan insomnia ringan) ATAU sedikit kesulitan dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah (misal: kadang berbohong, mencuri di rumah) tetapi fungsi secara umum cukup baik, mempunyai hubungan interpersonal yang cukup berarti. 60 – 51 : (Beberapa simptom pada taraf sedang, efek datar dan bicara ngelantur, kadang-kadang serangan panik); ATAU gangguan fungsi pada taraf sedang dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah (misal: tidak punya teman, kehilangan pekerjaan).

50 – 41 : (Simptom yang serius, misal keinginan untuk bunuh diri, perilaku obsesif cukup kuat, sering mengutil) ATAU gangguan yang cukup serius pada fungsi kehidupan sosial, pekerjaan, sekolah, misal : tidak punya teman, kehilangan pekerjaan). 40 – 31 : (Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi;misal : bicara tidak logis, tidak bisa dimengerti/ tidak relevan, menyendiri, menolak keluarga, tidak mampu bekerja). 30 – 21 : Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang. 20 – 11 : Bahaya mencederai diri sendiri/ mengancam dan menyakiti orang lain. 10 – 1 : secara persisten dan lebih serius membahayakan dirinya dan orang lain (misal tindakan kekerasan berulang-ulang) 0 : Inadequate information. GAF Scale

7. Menyimpulkan hasil wawancara Tenaga kesehatan dapat menyimpulkan hasil wawancara s etelah melakukan wawancara atau anamnesa psikiatrik yang dilanjutkan dengan pemeriksaan status mental, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang Menuliskan hasil wawancara di rekam medis, serta menyampaikan kepada pasien maupun keluarga pasien terkait kondisi yang ada pada pasien.

7. Menyimpulkan hasil wawancara Evaluasi Eksplorasi perasaan Evaluasi subyektif: “Bagaimana perasaan Ibu/Bapak setelah kita berbincang terkait keluhan yang dirasakan?” Evaluasi obyektif: “Coba ibu S ulangi kembali cara mengontrol emosi dengan cara tarik nafas dalam!” “Bagus sekali! Ibu telah melakukan teknik mengatur pernapasan untuk mengelola emosi dengan benar” Sebelum wawancara diakhiri, pemeriksa dapat menyampaikan beberapa hal : “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu? Keadaan ini mungkin tidak mudah bagi Bapak/Ibu”

7. Menyimpulkan hasil wawancara Tindak lanjut Kontrak yang akan datang Sebelum wawancara diakhiri, pemeriksa dapat menyampaikan beberapa hal : “Bapak/Ibu, tahapan selanjutnya adalah Bapak/Ibu akan dilakukan pemeriksaan lanjutan yang akan dilanjutkan dengan pengobatan untuk membantu mengurangi gejala yang saat ini Bapak/Ibu rasakan/alami” Waktu : “Kita bertemu kembali minggu depan ya bu, saat ibu kontrol kembali ke Puskesmas” Topik : “Saya akan ajarkan ibu cara untuk mengontrol emosi yaitu dengan cara bicara yang baik” Tempat : “Kita akan bertemu disini lagi. Sampai jumpa”

7. Menyimpulkan hasil wawancara Diagnosis Multiaksial Aksis I : berisi sindrom klinis dan kondisi-kondisi lain yang mungkin merupakan fokus perhatian klinis. (Kode diagnosis F0-F9 dalam Buku PPDGJ III) Aksis II : gangguan kepribadian , termasuk ciri kepribadian yang menonjol , dan retardasi mental . (Kode diagnosis F60-F79 dalam Buku PPDGJ III) Aksis III : berisi kondisi medis umum . Aksis IV : berisi masalah psikologis dan lingkungan yang secara bermakna berperan pada perkembangan/eksaserbasi gangguan sekarang. Masalah yang dicakup: keluarga (primary support group), lingkungan sosial, pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses ke layanan kesehatan, hukum/kriminal, psikososial, dan lingkungan lainnya. Aksis V : berisi penilaian GAF Scale berkisar antara 0-100.

8. Menyampaikan tindak lanjut Pemeriksa menyampaikan plan baik pemeriksaan maupun intervensi yang akan dijalani pasien selanjutnya dan memberikan intervensi baik farmakologis berupa obat-obatan bila dibutuhkan, serta intervensi non farmakologis seperti psikoterapi lainnya.

Terima kasih
Tags