mmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm

adrianasimon153 11 views 2 slides Nov 21, 2024
Slide 1
Slide 1 of 2
Slide 1
1
Slide 2
2

About This Presentation

studi kasus


Slide Content

1. Permasalahan
yang Saya Hadapi
Pada awal tahun pelajaran 2024/2025, saya mengajar matematika di kelas VIII
B yang berjumlah 20 orang siswa yang memiliki kemampuan sangat beragam.
Berdasarkan penilaian awal, hanya 25 % siswa (5 orang siswa) yang berhasil
mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 67, sedangkan
35% (7 orang siswa) mendapatkan nilai standar yaitu 67, dan 40% lainnya (8
orang siswa) berada di bawah KKM. 
Kesulitan utama adalah bagaimana saya dapat membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan menyeimbangkan kebutuhan siswa
yang beragam. Saat saya mempercepat penyampaian materi, siswa yang lambat
tertinggal. Sebaliknya, jika saya melambatkan ritme penyampaian materi, siswa
yang cepat menjadi kurang tertantang. Kondisi ini menciptakan suasana kelas
yang tidak produktif.
2.
Upaya yang Saya Lakukan
Saya memutuskan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan membagi
siswa menjadi tiga kelompok:
Kelompok cepat belajar (5 orang siswa) diberi soal- soal dengan tingkat
kesulitan lebih tinggi.
Kelompok menengah (7 siswa) diberi latihan yang lebih terstruktur
dengan diskusi kelompok kecil.
Kelompok yang tertinggal (8 siswa) diberi bimbingan individu, alat bantu
visual, dan soal yang lebih mendasar.
Saya juga menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif, dimana siswa
yang lebih cepat dapat membantu temannya. Hal ini menciptakan lingkungan
belajar kolaboratif yang mendukung semua siswa.

3.
Hasil dari Upaya Saya
Setelah satu semester, terjadi peningkatan signifikan. Jumlah siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM naik dari 25% menjadi 40% (8 orang siswa).
Kelompok menengah menunjukkan peningkatan terbesar, dengan 5 dari 7 siswa
melampaui KKM. Dan dari kelompok yang tertinggal, 5 dari 8 siswa mencapai
nilai minimal 67, yang sebelumnya sulit dicapai. 
Suasana kelas menjadi lebih aktif, dan kepercayaan diri siswa meningkat. Saya
juga melihat peningkatan dalam hubungan antar siswa. Siswa yang lebih cepat
menjadi mentor bagi teman-temannya yang lebih lambat, dan ini memperkuat
ikatan sosial di dalam kelas. Tidak ada lagi siswa yang merasa bosan atau
tertinggal, karena setiap siswa mendapatkan perhatian dan tantangan sesuai
dengan kemampuan mereka.
4. Pengalaman
Berharga
Dari pengalaman ini, saya belajar pentingnya fleksibilitas dan diferensiasi
dalam mengajar. Tidak semua siswa belajar dengan cara yang sama, dan
sebagai guru, saya harus bisa menyesuaikan metode pembelajaran agar semua
siswa bisa mencapai potensi terbaik mereka. 
Saya juga belajar bahwa menciptakan lingkungan yang kolaboratif dapat
membantu mengatasi kesenjangan dalam kemampuan belajar. Ini bukan hanya
tentang mengajar materi, tetapi juga tentang membangun hubungan yang
mendukung di dalam kelas, di mana setiap siswa merasa didukung dan dihargai.
Pengalaman ini telah mengubah cara saya mengajar, dan saya sekarang lebih
peka terhadap kebutuhan individual siswa saya, memastikan bahwa semua
siswa memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil.
Tags