Modul 1 Geografi kelas XII untuk pembelajaran

afiahempi0108 0 views 18 slides Sep 19, 2025
Slide 1
Slide 1 of 18
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18

About This Presentation

modul pembelajaran mapel geografi kelas dua belas SMA/MA


Slide Content

PERENCANAAN PEMBELAJARAN MENDALAM (DEEP LEARNING)
Nama Penyusun : Merisa Ayu,S.Pd
Mata Pelajaran : Geografi
Sekolah : SMA Negeri 2 IV Koto
Tahun : 2025/2026
Jenjang : SMA
Kelas/Fase : XII /F
Alokasi Waktu : 3 JP (3x 45 menit)
IDENTIFIKASI
Peserta Didik :

No Kategori Peserta Didik
Jumlah
Peserta didik
XII
1Peserta didik regular/tipikal (umum, tidak mengalami kesulitan dalam
mencerna dan memahami materi ajar)
2Peserta didik dengan kesulitan belajar (seperti gaya belajar yang
terbatas/hanya satu gaya)
3Peserta didik dengan pencapaian tinggi (mencerna dan memahami
secara cepat dan mampu mencapai keterampilan berfikir aras
tinggi/HOTS dan mampu memimpin)
Jumlah
No Gaya Belajar Peserta Didik
Jumlah
Peserta didik
XII
1Kinestetik
2Audio
3Visual

Jumlah
Materi Pelajaran :
Kewilayahan
1. Jenis Pengetahuan yang Akan Dicapai
Berdasarkan taksonomi Bloom yang direvisi dan dimensi kognitif, materi ini mencakup beberapa jenis pengetahuan:
Pengetahuan Faktual:
oPeserta Didik memahami definisi wilayah (area dengan karakteristik tertentu) dan tipologi wilayah (misalnya,
wilayah formal, fungsional, dan vernakular).
oContoh: Mengetahui bahwa DKI Jakarta adalah wilayah fungsional karena perannya sebagai pusat pemerintahan dan
ekonomi.
Pengetahuan Konseptual:
oPeserta Didik memahami konsep keruangan, seperti pembagian wilayah berdasarkan karakteristik fisik
(pegunungan, dataran) atau non-fisik (ekonomi, sosial).
oContoh: Memahami perbedaan antara wilayah formal (misalnya, provinsi) dan wilayah fungsional (misalnya,
kawasan metropolitan).
Pengetahuan Prosedural:
oPeserta Didik mampu menganalisis tipologi wilayah dan strategi pengelolaan wilayah menggunakan pendekatan
geografis, seperti analisis peta atau studi kasus.
oContoh: Mengidentifikasi strategi pengelolaan wilayah di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika untuk
pariwisata.
Pengetahuan Metakognitif:
oPeserta Didik mampu merefleksikan pentingnya pengelolaan wilayah yang berkelanjutan dan bagaimana mereka
dapat berkontribusi dalam konteks lokal atau nasional.
oContoh: Merumuskan ide untuk mengelola wilayah perkotaan agar lebih ramah lingkungan.
2. Relevansi dengan Kehidupan Nyata Peserta Didik

Materi ini memiliki relevansi yang kuat dengan kehidupan nyata Peserta Didik, mendukung prinsip pembelajaran bermakna:
Konteks Lokal:
oPeserta Didik dapat menghubungkan materi dengan kondisi wilayah tempat tinggal mereka, seperti perbedaan antara
wilayah perkotaan (misalnya, Jakarta) dan pedesaan (misalnya, desa di Jawa Tengah).
oContoh: Peserta Didik di daerah pedesaan dapat memahami bagaimana pengelolaan wilayah pertanian memengaruhi
mata pencaharian masyarakat lokal.
Konteks Nasional:
oPeserta Didik memahami bagaimana pengelolaan wilayah mendukung pembangunan nasional, seperti
pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN) atau Kawasan Ekonomi Khusus.
oContoh: Peserta Didik dapat menganalisis bagaimana pengelolaan wilayah di IKN bertujuan untuk pemerataan
pembangunan antara Jawa dan luar Jawa.
Konteks Global:
oMateri ini relevan dengan isu global seperti pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs)
atau pengelolaan wilayah perkotaan untuk mengatasi urbanisasi.
oContoh: Peserta Didik dapat menghubungkan pengelolaan wilayah dengan upaya global mengurangi emisi karbon di
kawasan perkotaan.
Relevansi Pribadi:
oMateri ini membantu Peserta Didik menyadari peran mereka dalam mendukung pengelolaan wilayah, seperti melalui
pengelolaan sampah atau partisipasi dalam pembangunan komunitas.
oContoh: Peserta Didik dapat merefleksikan bagaimana mereka dapat berkontribusi pada kebersihan lingkungan di
wilayah tempat tinggal mereka.
Prinsip Berkesadaran:
oPeserta Didik diajak menyadari pentingnya pengelolaan wilayah yang berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan
antara pembangunan dan pelestarian lingkungan, relevan dengan kehidupan mereka sebagai warga negara.
3. Tingkat Kesulitan
Materi ini memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi, sesuai dengan kemampuan kognitif Peserta Didik kelas XII SMA (usia 16–18
tahun):

Tingkat Rendah (Mengingat dan Memahami):
oPeserta Didik mengingat definisi wilayah dan jenis tipologi wilayah (formal, fungsional, vernakular).
oContoh: Menyebutkan bahwa Provinsi Jawa Barat adalah wilayah formal.
oKesulitan: Mudah, cocok untuk Peserta Didik dengan pemahaman dasar.
Tingkat Sedang (Menerapkan dan Menganalisis):
oPeserta Didik menganalisis karakteristik wilayah atau strategi pengelolaan wilayah berdasarkan kasus tertentu.
oContoh: Menganalisis bagaimana pengelolaan wilayah di Kawasan Industri Batang mendukung pertumbuhan
ekonomi.
oKesulitan: Sedang, membutuhkan kemampuan berpikir kritis dan logis.
Tingkat Tinggi (Mengevaluasi dan Mencipta):
oPeserta Didik merumuskan solusi atau strategi untuk pengelolaan wilayah yang berkelanjutan.
oContoh: Merancang rencana pengelolaan wilayah perkotaan untuk mengurangi kemacetan dan polusi.
oKesulitan: Tinggi, membutuhkan kreativitas dan visi strategis.
Dimensi Profil Lulusan :

v
DPL 1 vDPL 3 vDPL 5 DPL 7
Keimanan dan Ketakwaan
terhadap Tuhan YME
Penalaran Kritis Kolaborasi Kesehatan
DPL 2 vDPL 4 vDPL 6 vDPL 8
Kewarganegaraan Kreativitas Kemandirian Komunikasi
DESAIN
PEMBELAJARAN
Capaian Pembelajaran : Pada akhir Fase E, peserta didik mampu memahami Kewilayahan
Lintas Disiplin Ilmu :
1.Ekonomi
Kontribusi:
oEkonomi memberikan perspektif tentang bagaimana pengelolaan wilayah memengaruhi pertumbuhan ekonomi,
alokasi sumber daya, dan pemerataan pembangunan.

oMembahas konsep efisiensi dalam pengelolaan wilayah, seperti pengembangan KEK untuk menarik investasi asing
atau pemanfaatan sumber daya alam (misalnya, kelapa sawit, hasil laut).
oContoh: Analisis dampak pengelolaan wilayah di KEK Batang terhadap penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan
ekonomi lokal.
Aplikasi:
oPeserta Didik menganalisis bagaimana tipologi wilayah (misalnya, wilayah industri vs. pertanian) memengaruhi
aktivitas ekonomi.
oTugas: Membuat infografis tentang kontribusi ekonomi KEK terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) daerah.
2.Sosiologi
Kontribusi:
oSosiologi membantu memahami interaksi sosial dalam wilayah, seperti dinamika masyarakat di wilayah perkotaan
vs. pedesaan atau dampak urbanisasi pada struktur sosial.
oMembahas konsep wilayah vernakular berdasarkan persepsi masyarakat, seperti “Tanah Sunda” atau “Kampung
Betawi.”
oContoh: Analisis dampak pengelolaan wilayah perkotaan terhadap komunitas lokal, seperti relokasi masyarakat
akibat pembangunan IKN.
Aplikasi:
oPeserta Didik menganalisis bagaimana pengelolaan wilayah memengaruhi kehidupan sosial, seperti akses
pendidikan atau kesehatan di wilayah pedesaan.
oTugas: Diskusi kelompok tentang dampak sosial pembangunan infrastruktur di wilayah tertentu.
Tujuan Pembelajaran :
Peserta Didik memahami konsep wilayah, tipologi wilayah, dan pengelolaan wilayah di Indonesia
Topik Pembelajaran : Kewilayahan
Praktik Pedagogis :
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode : Ceramah dan Diskusi
Kemitraan Pembelajaran : Guru Sosiologi dan Ekonomi
Lingkungan Pembelajaran : Kelas
Pemanfaatan Digital : VLC Media Player

PENGALAMAN
BELAJAR
Kegiatan Awal (15 Menit )
Tujuan: Merangsang rasa ingin tahu Peserta Didik dan membangun kesadaran tentang konsep wilayah.
Prinsip: Berkesadaran, menggembirakan.
1.Pembukaan (5 menit)
oMenyapa Peserta Didik dengan penuh semangat, menciptakan suasana menggembirakan.(Menggembirakan)
oSeorang peserta didik berpartisipasi dalam memimpin doa.
oMemeriksa kehadiran peserta didik
oMenampilkan peta tematik Indonesia (bisa melalui proyektor atau peta fisik) yang menunjukkan pembagian wilayah
(misalnya, provinsi atau kawasan metropolitan).
oMengajukan pertanyaan pemicu:
“Apa yang membuat daerah tempat tinggal kalian berbeda dari daerah lain? Mengapa pemerintah merencanakan
tata ruang wilayah?”
oPeserta Didik diminta memberikan jawaban singkat secara lisan untuk merangsang rasa ingin tahu.
1.Penyampaian Tujuan (5 menit)
oMenjelaskan tujuan pembelajaran secara sederhana, menghubungkannya dengan kehidupan nyata:
“Hari ini, kalian akan menemukan sendiri apa itu wilayah, jenis-jenisnya, dan bagaimana Indonesia mengelola
wilayah untuk pembangunan yang lebih baik!”
2.Stimulasi (5 menit)
oMenunjukkan gambar atau video pendek (2-3 menit) tentang perbedaan wilayah di Indonesia, seperti Jakarta
(perkotaan), Bali (pariwisata), atau Kalimantan (hutan).
oMengajukan pertanyaan terbuka:
“Apa perbedaan antara kota besar seperti Jakarta dan desa di pedesaan? Bagaimana cara pemerintah mengelola
wilayah ini?”
oPeserta Didik diminta mencatat ide awal mereka secara individu (1-2 kalimat) untuk mempersiapkan tahap
eksplorasi.
Kegiatan Inti (100 menit)

Tahapan Discovery Learning: Memahami, Mengaplikasikan
Prinsip: Bermakna, menggembirakan, mendorong kreativitas, berpikir kritis, dan kolaborasi.
Tahap 1: Memahami (30 menit)
Tujuan: Peserta Didik menemukan konsep wilayah, tipologi wilayah, dan pengelolaan wilayah melalui eksplorasi.
Aktivitas:
1.Pembagian Kelompok (5 menit)
oPeserta Didik dibagi menjadi kelompok kecil (4-5 orang) untuk mendorong kolaborasi.
oSetiap kelompok diberi nama kreatif, seperti “Kelompok Nusantara” atau “Kelompok Tata Ruang”.
2.Eksplorasi Terbimbing (15 menit)
oMenyediakan “stasiun penemuan” berupa bahan ajar seperti peta tematik, infografis, atau kartu informasi yang
berisi:
Konsep wilayah: Definisi wilayah, karakteristik keruangan (batas, homogenitas).
Tipologi wilayah: Wilayah formal (misalnya, provinsi), fungsional (misalnya, Jabodetabek), vernakular
(misalnya, Tanah Sunda).
Pengelolaan wilayah: Contoh seperti IKN, KEK, atau pengelolaan wilayah rawan bencana.
oSetiap kelompok menjelajahi satu aspek (misalnya, Kelompok 1 fokus pada konsep wilayah, Kelompok 2 pada
tipologi wilayah, dst.) dan mencatat temuan mereka.
oMemfasilitasi dengan pertanyaan pemicu:
“Apa yang membedakan wilayah formal dan fungsional?”
“Mengapa pemerintah perlu mengelola wilayah dengan perencanaan tata ruang?”
3.Berbagi Penemuan (10 menit)
oSetiap kelompok berbagi temuan mereka dengan kelompok lain melalui presentasi singkat (1-2 menit).
oMembantu mengarahkan diskusi untuk memastikan pemahaman konsep dasar.
Tahap 2: Mengaplikasikan (70 menit)
Tujuan: Peserta Didik menganalisis tipologi wilayah dan pengelolaan wilayah melalui pendekatan Discovery Learning.
Aktivitas:
1.Identifikasi Masalah (10 menit)

oMenyajikan masalah terbuka:
“Bagaimana pengelolaan wilayah di Indonesia dapat mendukung pembangunan berkelanjutan? Apa tantangan
yang dihadapi?”
oSetiap kelompok memilih satu studi kasus, seperti:
Pengelolaan wilayah perkotaan (misalnya, Jakarta dan masalah banjir).
Pengelolaan wilayah pedesaan (misalnya, desa wisata).
Pengelolaan wilayah strategis (misalnya, IKN atau KEK Mandalika).
2.Penemuan Mandiri (30 menit)
oPeserta Didik dalam kelompok melakukan eksplorasi menggunakan sumber yang disediakan (buku teks, artikel, atau
infografis) untuk menganalisis:
Karakteristik wilayah (formal, fungsional, atau vernakular).
Strategi pengelolaan wilayah (misalnya, tata ruang, pengembangan ekonomi).
Tantangan (misalnya, urbanisasi, kerusakan lingkungan).
oContoh pertanyaan panduan:
“Bagaimana pengelolaan wilayah di Jakarta mengatasi masalah banjir?”
“Apa keuntungan dan tantangan pengembangan IKN sebagai ibu kota baru?”
oPeserta Didik didorong untuk berpikir kritis dengan mengidentifikasi hubungan sebab-akibat.
3.Produk Kreatif (20 menit)
oSetiap kelompok membuat produk kreatif untuk mempresentasikan analisis mereka, seperti:
Infografis: Menggambarkan tipologi wilayah dan strategi pengelolaannya.
Skenario Role-Play: Mengilustrasikan rapat perencanaan tata ruang wilayah.
Peta Konsep: Menghubungkan konsep wilayah dengan pengelolaan dan tantangannya.
oGuru mendorong kreativitas dengan memberikan kebebasan memilih format presentasi.
4.Presentasi dan Diskusi (10 menit)
oSetiap kelompok mempresentasikan hasil analisis mereka (2-3 menit per kelompok).
oKelompok lain memberikan pertanyaan atau tanggapan untuk mendorong berpikir kritis.
oGuru memfasilitasi diskusi dengan pertanyaan seperti:
“Apa yang terjadi jika pengelolaan wilayah tidak mempertimbangkan keberlanjutan?”
Kegiatan Penutup (20 menit)
Tahapan Discovery Learning: Merefleksikan
Tujuan: Peserta Didik merefleksikan pembelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata.

Prinsip: Bermakna, berkesadaran.
1.Refleksi Kelompok (10 menit)
oSetiap kelompok mendiskusikan:
Apa yang paling menarik dari penemuan mereka tentang wilayah dan pengelolaannya?
Bagaimana pengelolaan wilayah relevan dengan kehidupan mereka atau masyarakat lokal?
oPeserta Didik diminta menulis refleksi singkat (1-2 kalimat) di jurnal pembelajaran, misalnya:
“Saya baru tahu bahwa pengelolaan wilayah seperti IKN bertujuan untuk pemerataan pembangunan!”
2.Refleksi Bersama (5 menit)
oGuru memfasilitasi diskusi kelas:
“Jika kalian menjadi perencana wilayah, bagaimana kalian akan mengelola wilayah tempat tinggal kalian untuk
lebih baik?”
oGuru menggali jawaban untuk mendorong visi dan berpikir kritis.
3.Penutupan (5 menit)
oGuru merangkum pembelajaran, menekankan pentingnya konsep wilayah dan pengelolaan untuk pembangunan
berkelanjutan.
oGuru memberikan tugas rumah (opsional):
“Cari satu contoh berita tentang pengelolaan wilayah di Indonesia dan tulis satu paragraf tentang bagaimana
konsep wilayah diterapkan.”
oGuru menutup dengan pesan positif:
“Kalian hebat hari ini! Mari kita berkontribusi untuk membuat wilayah kita lebih baik!”
ASESMEN
1.Assesmen Awal
Tujuan: Mengidentifikasi pengetahuan awal Peserta Didik tentang konsep wilayah, tipologi wilayah, dan pengelolaan wilayah untuk
menyesuaikan strategi pembelajaran.
Waktu: 10 menit (dilaksanakan pada kegiatan awal pembelajaran, bagian stimulasi).
Metode: Kuis interaktif berbasis stimulasi dan diskusi singkat.
Pendekatan Discovery Learning: Stimulasi untuk merangsang rasa ingin tahu dan eksplorasi awal.
Prinsip: Berkesadaran, menggembirakan.

Instruksi:
1.Guru menampilkan peta tematik Indonesia (melalui proyektor, peta fisik, atau aplikasi seperti Google Earth) yang menyoroti
pembagian wilayah, seperti provinsi (wilayah formal) atau kawasan metropolitan seperti Jabodetabek (wilayah fungsional).
2.Peserta Didik diminta menjawab tiga pertanyaan tertulis secara individu (1-2 kalimat per jawaban):
oApa yang kamu ketahui tentang konsep wilayah? Berikan satu contoh wilayah di Indonesia.
oApa perbedaan antara wilayah perkotaan dan pedesaan yang kamu tahu? Berikan satu contoh.
oMengapa pemerintah perlu mengelola wilayah? Berikan satu alasan.
3.Guru mengumpulkan jawaban dan mengadakan diskusi singkat (3-5 menit) dengan pertanyaan pemicu:
“Mengapa daerah seperti Jakarta memiliki peran berbeda dibandingkan daerah pedesaan? Apa hubungannya dengan
pengelolaan wilayah?”
4.Hasil asesmen digunakan untuk menyesuaikan strategi pembelajaran inti, seperti menentukan fokus eksplorasi atau tingkat
kedalaman materi.
Output: Lembar jawaban tertulis individu (maksimal 6 kalimat).
Rubrik Penilaian Asesmen Awal
Aspek Penilaian: Pengetahuan awal siswa (kuis tertulis individu).
Kriteria
Skor 4 (Sangat Baik)Skor 3 (Baik)Skor 2 (Cukup)Skor 1 (Kurang)
Pemahaman
Konsep
Wilayah
Menjelaskan konsep
wilayah dengan benar
(area dengan
karakteristik tertentu)
dan memberikan
contoh spesifik
(misalnya, Provinsi
Bali).
Menjelaskan
konsep wilayah
dengan benar,
tetapi contoh
kurang spesifik
atau umum.
Menjelaskan
konsep wilayah
dengan tidak
lengkap, contoh
tidak jelas.
Tidak dapat
menjelaskan
konsep wilayah
atau tidak
memberikan
contoh.
Pemahaman Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Tidak

Tipologi
Wilayah
perbedaan wilayah
perkotaan dan pedesaan
dengan contoh spesifik
(misalnya, Jakarta vs.
desa di Jawa Tengah).
perbedaan wilayah
perkotaan dan
pedesaan, tetapi
contoh kurang jelas
atau umum.
perbedaan, tetapi
tidak relevan atau
tanpa contoh.
menyebutkan
perbedaan atau
jawaban tidak
relevan.
Pemahaman
Pengelolaan
Wilayah
Menjelaskan
pentingnya pengelolaan
wilayah dengan alasan
relevan (misalnya,
untuk pembangunan
berkelanjutan).
Menjelaskan
pentingnya
pengelolaan
wilayah, tetapi
alasan kurang
mendalam atau
umum.
Menjelaskan
pengelolaan
wilayah secara
umum, tanpa
alasan jelas.
Tidak
menjelaskan
pentingnya
pengelolaan
wilayah atau
jawaban tidak
relevan.
Catatan: Skor maksimum = 12 (3 kriteria x 4 poin).
2.Assesmen Formatif
Tujuan: Mengevaluasi pemahaman siswa selama proses pembelajaran tentang konsep wilayah, tipologi wilayah, dan pengelolaan
wilayah, serta kemampuan mereka dalam menganalisis dan menerapkan konsep secara kreatif.
Waktu: Terintegrasi dalam kegiatan inti (100 menit, tahapan Memahami dan Mengaplikasikan).
Metode: Observasi kelompok, produk kreatif, dan presentasi kelompok.
Pendekatan Discovery Learning: Eksplorasi mandiri, analisis, dan penyusunan konsep melalui aktivitas kelompok.
Prinsip: Bermakna, menggembirakan, mendorong kreativitas, berpikir kritis, dan kolaborasi.
Instruksi:
1.Observasi Kelompok (Selama Eksplorasi, 30 menit)
oGuru mengamati aktivitas siswa dalam kelompok (4-5 orang) saat menjelajahi “stasiun penemuan” yang berisi
materi seperti:
Peta tematik menunjukkan wilayah formal (misalnya, Provinsi Jawa Barat) dan fungsional (misalnya,
Jabodetabek).
Infografis tentang tipologi wilayah (formal, fungsional, vernakular, misalnya, “Tanah Minang”).
Artikel singkat tentang pengelolaan wilayah, seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, atau pengelolaan wilayah rawan bencana.

oFokus observasi:
Kolaborasi antaranggota kelompok dalam berbagi ide dan tugas.
Kemampuan mengidentifikasi fakta dan menganalisis hubungan sebab-akibat (berpikir kritis).
Ketepatan dalam memahami konsep wilayah, tipologi, dan pengelolaan.
2.Produk Kreatif (20 menit)
oSetiap kelompok membuat produk kreatif untuk menunjukkan analisis mereka tentang konsep wilayah, tipologi
wilayah, atau pengelolaan wilayah. Contoh produk:
Infografis: Menggambarkan perbedaan wilayah formal, fungsional, dan vernakular dengan contoh di
Indonesia.
Skenario Role-Play: Mengilustrasikan rapat perencanaan tata ruang untuk wilayah tertentu (misalnya,
pengelolaan banjir di Jakarta).
Peta Konsep: Menghubungkan konsep wilayah dengan strategi pengelolaan dan tantangannya (misalnya,
IKN).
oSiswa didorong untuk berpikir kreatif dalam merancang produk yang menarik dan informatif.
3.Presentasi dan Diskusi (10 menit)
oSetiap kelompok mempresentasikan produk mereka (2-3 menit per kelompok).
oKelompok lain diminta memberikan satu pertanyaan atau tanggapan untuk mendorong berpikir kritis.
oGuru mencatat kemampuan siswa dalam menjelaskan konsep dan menganalisis pengelolaan wilayah secara logis.
oContoh pertanyaan pemicu dari guru:
“Bagaimana pengelolaan wilayah di IKN dapat menjadi contoh untuk wilayah lain di Indonesia?”
Output:
Catatan observasi guru selama eksplorasi kelompok.
Produk kreatif kelompok (infografis, skenario role-play, atau peta konsep).
Penilaian presentasi berdasarkan rubrik.
Rubrik Penilaian Asesmen Formatif
Aspek Penilaian: Observasi kelompok, produk kreatif, dan presentasi.
Kriteria
Skor 4 (Sangat Baik)Skor 3 (Baik)Skor 2 (Cukup)Skor 1 (Kurang)

Kolaborasi
(Observasi)
Semua anggota
kelompok aktif
berkontribusi, saling
mendukung, dan berbagi
tugas secara seimbang.
Sebagian besar
anggota kelompok
aktif, tetapi
kontribusi tidak
sepenuhnya merata.
Hanya beberapa
anggota kelompok
aktif, kolaborasi
terbatas.
Kolaborasi tidak
terlihat, hanya satu
atau dua anggota
aktif.
Pemahaman
Konsep
(Produk
Kreatif)
Produk menunjukkan
pemahaman mendalam
tentang konsep wilayah,
tipologi, dan pengelolaan
dengan contoh akurat
dan relevan (misalnya,
IKN atau KEK).
Produk
menunjukkan
pemahaman yang
baik, tetapi contoh
kurang mendalam
atau ada kekurangan
kecil.
Produk
menunjukkan
pemahaman dasar,
tetapi ada kesalahan
atau kurang akurat.
Produk tidak
menunjukkan
pemahaman konsep
atau tidak relevan.
Kreativitas
(Produk
Kreatif)
Produk sangat kreatif,
orisinal, dan disajikan
dengan cara menarik
(misalnya, visual
infografis menarik,
narasi role-play unik).
Produk cukup
kreatif, tetapi kurang
orisinal atau
penyajian standar.
Produk minim
kreativitas,
penyajian sederhana
tanpa inovasi.
Produk tidak
kreatif, monoton,
atau tidak sesuai
tugas.
Berpikir Kritis
(Produk dan
Presentasi)
Produk dan presentasi
menjelaskan hubungan
sebab-akibat (misalnya,
pengelolaan wilayah dan
dampaknya) dengan
analisis mendalam dan
logis.
Produk dan
presentasi
menjelaskan
hubungan sebab-
akibat dengan baik,
tetapi analisis kurang
mendalam.
Produk dan
presentasi
menjelaskan
hubungan sebab-
akibat secara
sederhana, minim
analisis.
Produk dan
presentasi tidak
menjelaskan
hubungan sebab-
akibat atau tidak
relevan.
Komunikasi
(Presentasi)
Presentasi disampaikan
dengan jelas, terstruktur,
dan melibatkan audiens
dengan baik (misalnya,
menggunakan bahasa
yang mudah dipahami).
Presentasi cukup
jelas, tetapi kurang
terstruktur atau
kurang melibatkan
audiens.
Presentasi kurang
jelas, terputus-
putus, atau sulit
dipahami.
Presentasi tidak
jelas, tidak
terstruktur, atau
tidak komunikatif.
Catatan:
Skor maksimum = 20 (5 kriteria x 4 poin).

Penilaian observasi dilakukan oleh guru selama eksplorasi kelompok.
Penilaian produk kreatif dan presentasi dilakukan berdasarkan hasil kelompok.
3.Assesmen Sumatif
Topik: Konsep Wilayah, Tipologi Wilayah, dan Pengelolaan Wilayah di Indonesia
Tujuan Pembelajaran:
1.Peserta didik mampu memahami konsep wilayah, tipologi wilayah (formal, fungsional, vernakular), dan pengelolaan
wilayah di Indonesia.
Jenis Asesmen: Esai (10 soal).
Durasi: 60 menit.
Soal Esai
1.Jelaskan pengertian konsep wilayah dan berikan dua contoh wilayah di Indonesia berdasarkan karakteristiknya!
2.Apa yang dimaksud dengan wilayah formal? Berikan satu contoh wilayah formal di Indonesia dan jelaskan karakteristiknya!
3.Jelaskan perbedaan antara wilayah fungsional dan wilayah vernakular! Berikan masing-masing satu contoh di Indonesia.
4.Mengapa Indonesia perlu melakukan pengelolaan wilayah? Berikan dua alasan yang relevan!
5.Analisis bagaimana pengelolaan Ibu Kota Nusantara (IKN) mencerminkan konsep pengelolaan wilayah yang berkelanjutan!
6.Jelaskan tantangan dalam pengelolaan wilayah perkotaan di Indonesia dan berikan satu contoh konkret!
7.Bagaimana tipologi wilayah memengaruhi strategi pengelolaan wilayah? Berikan satu contoh strategi berdasarkan tipologi
tertentu!
8.Jika kamu menjadi perencana wilayah, bagaimana kamu akan mengelola wilayah pedesaan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat?
9.Analisis hubungan antara konsep wilayah dan pengelolaan wilayah dalam konteks Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di
Indonesia!
10.Jelaskan bagaimana pengelolaan wilayah dapat membantu mengatasi ketimpangan pembangunan antarwilayah di Indonesia!
Kunci Jawaban
1.Pengertian Konsep Wilayah dan Contoh
oJawaban: Wilayah adalah area di permukaan bumi yang memiliki karakteristik tertentu (fisik, sosial, atau ekonomi)
yang membedakannya dari area lain. Contoh:
1.Provinsi Jawa Barat (wilayah formal dengan batas administratif).

2.Jabodetabek (wilayah fungsional sebagai kawasan metropolitan).
oPoin Kunci: Definisi wilayah, dua contoh relevan dengan karakteristik.
2.Wilayah Formal
oJawaban: Wilayah formal adalah wilayah dengan batas administratif yang jelas dan homogenitas tertentu, seperti
provinsi atau kabupaten. Contoh: Provinsi Bali, yang memiliki batas administratif resmi dan karakteristik budaya
yang seragam.
oPoin Kunci: Definisi wilayah formal, contoh spesifik, dan karakteristik.
3.Perbedaan Wilayah Fungsional dan Vernakular
oJawaban:
Wilayah fungsional adalah wilayah yang ditentukan oleh aktivitas atau fungsi tertentu, seperti pusat
ekonomi atau transportasi. Contoh: Jabodetabek sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi.
Wilayah vernakular adalah wilayah berdasarkan persepsi atau identitas budaya masyarakat. Contoh: Tanah
Sunda di Jawa Barat.
oPoin Kunci: Perbedaan definisi, masing-masing satu contoh relevan.
4.Pentingnya Pengelolaan Wilayah
oJawaban: Pengelolaan wilayah diperlukan untuk:
1.Memastikan pemanfaatan sumber daya yang berkelanjutan, seperti pengelolaan hutan untuk mencegah
deforestasi.
2.Mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah, seperti melalui pembangunan infrastruktur di wilayah
tertinggal.
oPoin Kunci: Dua alasan relevan, disertai penjelasan singkat.
5.Pengelolaan IKN dan Keberlanjutan
oJawaban: Pengelolaan IKN mencerminkan keberlanjutan melalui perencanaan kota pintar yang ramah lingkungan
(misalnya, penggunaan energi terbarukan) dan pemerataan pembangunan dengan mengurangi dominasi Jawa.
Tantangannya adalah menjaga keseimbangan antara pembangunan dan pelestarian hutan Kalimantan.
oPoin Kunci: Hubungan dengan keberlanjutan, contoh spesifik, dan tantangan.
6.Tantangan Pengelolaan Wilayah Perkotaan
oJawaban: Tantangan pengelolaan wilayah perkotaan meliputi urbanisasi cepat, kemacetan, dan polusi. Contoh:
Jakarta menghadapi masalah banjir akibat tata ruang yang kurang optimal dan drainase yang buruk.
oPoin Kunci: Penjelasan tantangan, contoh konkret.
7.Tipologi Wilayah dan Strategi Pengelolaan
oJawaban: Tipologi wilayah memengaruhi strategi pengelolaan karena setiap wilayah memiliki karakteristik
berbeda. Contoh: Untuk wilayah fungsional seperti Jabodetabek, strategi pengelolaan berfokus pada integrasi
transportasi (misalnya, MRT) untuk mendukung konektivitas.

oPoin Kunci: Hubungan tipologi dengan strategi, contoh spesifik.
8.Pengelolaan Wilayah Pedesaan
oJawaban: Saya akan mengelola wilayah pedesaan dengan mengembangkan desa wisata untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat, serta memperbaiki infrastruktur seperti irigasi untuk mendukung pertanian. Contoh:
Mengembangkan agrowisata di desa-desa Jawa Tengah.
oPoin Kunci: Ide kreatif, relevansi dengan kesejahteraan, contoh spesifik.
9.Hubungan Konsep Wilayah dan KEK
oJawaban: Konsep wilayah diterapkan dalam KEK sebagai wilayah fungsional yang dirancang untuk pertumbuhan
ekonomi. Contoh: KEK Mandalika di NTB dirancang untuk pariwisata, dengan pengelolaan tata ruang yang
mendukung infrastruktur hotel dan sirkuit balap.
oPoin Kunci: Hubungan konsep wilayah dengan KEK, contoh spesifik.
10.Pengelolaan Wilayah dan Ketimpangan Pembangunan
oJawaban: Pengelolaan wilayah dapat mengatasi ketimpangan dengan membangun infrastruktur di wilayah
tertinggal, seperti jalan dan pelabuhan di Indonesia Timur, serta mengembangkan KEK untuk menarik investasi.
Contoh: Program Tol Laut untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah.
oPoin Kunci: Strategi pengelolaan, hubungan dengan ketimpangan, contoh spesifik.
Rubrik Penilaian Asesmen Sumatif
Aspek Penilaian: Jawaban esai individu.
Kriteria
Skor 4 (Sangat Baik)Skor 3 (Baik) Skor 2 (Cukup)Skor 1 (Kurang)
Pemahaman
Konsep
Menjelaskan konsep
wilayah, tipologi, atau
pengelolaan dengan
sangat akurat, lengkap,
dan disertai contoh
spesifik.
Menjelaskan konsep
dengan akurat, tetapi
contoh kurang spesifik
atau ada kekurangan
kecil.
Menjelaskan konsep
dengan tidak
lengkap atau ada
kesalahan kecil,
contoh tidak jelas.
Tidak
menjelaskan
konsep dengan
benar atau tidak
memberikan
contoh.
Analisis
(Berpikir
Kritis)
Menganalisis hubungan
sebab-akibat dengan
sangat mendalam, logis,
Menganalisis
hubungan sebab-akibat
dengan baik, tetapi
Analisis sederhana,
kurang mendalam,
atau hanya
Tidak ada analisis
atau jawaban
tidak relevan.

dan relevan dengan topik
(misalnya, dampak
pengelolaan wilayah).
kurang mendalam atau
ada aspek yang
terlewat.
menyebutkan fakta
tanpa hubungan
sebab-akibat.
Kejelasan dan
Struktur
Jawaban sangat jelas,
terstruktur,
menggunakan bahasa
yang tepat, dan mudah
dipahami.
Jawaban cukup jelas,
terstruktur, tetapi ada
sedikit kekurangan
dalam penyampaian.
Jawaban kurang
jelas, struktur
lemah, atau sulit
dipahami.
Jawaban tidak
jelas, tidak
terstruktur, atau
sulit dipahami.
Kreativitas
(untuk Soal
Terbuka)
Menyampaikan ide
orisinal, inovatif, dan
relevan untuk soal
terbuka (misalnya, soal
8).
Menyampaikan ide
yang cukup
Koto Panjang, … Mei 2025
Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Drs. Zulfikar , M.Pd Merisa Ayu,S.Pd
NIP. 19680107 199003 1 010 NIP.19890327 202321 2 022
Tags