Modul Intervensi pada Anak-Anak Korban Kebakaran Cipinang 6 Juli 2019

citrayunianti1 7 views 29 slides Apr 30, 2025
Slide 1
Slide 1 of 29
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29

About This Presentation

Tugas Psikologi UNJ - Psikologi Bencana


Slide Content

PSIKOLOGI BENCANA
“Modul Intervensi pada Anak-Anak Korban Kebakaran
Cipinang 6 Juli 2019”
Dosen Pengampu :
Dr. Phil. Zarina Akbar, M. Psi
Disusun oleh kelompok 3 :
Citra Yunianti 1801617129
Irsan Yunus R 1801617100
Mutiara Anggun 1801617247
Miftahurrozaq 1801617082
Ragil Mega A 1801617171
Rezika Aqsa Z 1801617084
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019

DAFTAR ISI
Daftar Isi1
BAB I Pendahuluan2
BAB II Asesmen 4
BAB III Rancangan Program Kegiatan5
BAB IV Matriks Kegiatan9
BAB V Pelaksanaan Kegiatan 10
BAB VI Pengantar Modul12
BAB VII Modul Kegiatan15
Daftar Pustaka20
Dokumentasi22
Daftar Hadir26
Penilaian Inter-Rater27
Lampiran Lainnya28
1

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada Sabtu, 6 Juli 2019 pukul 04.54 pagi kebakaran melanda perumahan warga di Jalan
Cipinang Jaya 1, Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur menurut Kepala Suku
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Timur, Gatot Sulaiman. Sebanyak
dua unit mobil pemadam dikerahkan ke lokasi, kemudian 16 unit lainnya menyusul. Total,
90 petugas damkar diterjunkan. Sebanyak 30 rumah warga ludes dilalap api namun tidak
ada korban jiwa dari 350 orang yang tinggal di sana.
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi dengan ketiga unsur (bahan bakar, oksigen,
dan panas) yang berakibat menimbulkan kerugian harta benda atau cidera bahkan hingga
kematian. Menurut Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), kebakaran
merujuk kepada suatu peristiwa bencana yang berasal dari api yang tidak dikehendaki yang
dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian materi (harta benda, bangunan fisik,
deposit/asuransi, fasilitas sarana dan prasarana, dan lain lain) maupun kerugian non-materi
(rasa takut, shock, ketakutan, dan lain lain) hingga kehilangan nyawa atau cacat tubuh yang
ditimbulkan akibat kebakaran tersebut.
Penyebab terjadinya kebakaran adalah manusia, peristiwa alam, penyalaan sendiri dan
unsur kesengajaan (Triyono, 2001).
a.Kebakaran karena manusia yang bersifat kelalaian, seperti:
Kurangnya pengertia, pengetahuan tentang penanggulangan kebakaran
Kurang hati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat
menimbulkan api
Kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin
b.Kebakaran karena peristiwa alam terutama menyangkut cuaca dan gunung berapi,
seperti sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
c.Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang, gudang bahan
kimia dimana bahan-bahan tersebut bereaksi dengan udara, air dan juga bahan-
bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar.
d.Kebakaran karena unsur kesengajaan, untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya:
Sabotase untuk meimbulkan huru-hara, kebanyakan dengan alasan politis
2

Mencari keuntungan pribadi karena ingin mendapatkan ganti rugi melalui
asuransi kebakaran
Untuk menghilangkan jejak kejahatan dengan cara membakar dokumen atau
bukti-bukti yang dapat memberatkannya
Untuk jalan taktis dalam pertempuran dengan jalan bumi hangus
Menurut beberapa sumber kebakaran di Jalan Cipinang Jaya 1, Cipinang Besar
Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur sementara disebabkan oleh korsleting listrik,
padatnya pemukiman juga membuat api dapat menjalar dengan cepat. Seperti yang
diketahui, bencana kebakaran dapat menimbulkan kerugian non-materi seperti rasa
takut, syok dan ketakutan serta kesedihan. Oleh karena itu, perlu diberikannya
intervensi secara psikologis untuk memulihkan kondisi psikis para penyintas dari
bencana tersebut.
B.Deskripsi Singkat Modul
Modul ini akan memaparkan tentang:
1.Penjelasan singkat mengenai bencana kebakaran yang berlangsung di Cipinang
pada 6 Juli 2019
2.Rencana kegiatan pemberian intervensi kepada anak-anak penyintas bencana
kebakaran Cipinang 6 Juli 2019
3.Pelaksanaan kegiatan intervensi kepada anak-anak penyintas bencana kebakaran
Cipinang 6 Juli 2019
C.Tujuan
Tujuan dari pembuatan modul ini adalah sebagai berikut:
1.Wawasan dalam melaksanakan asesmen dan pemberian intervensi kepada penyintas
bencana kebakaran dengan target usia anak-anak
2.Panduan dalam pemberian intervensi kepada para anak-anak penyintas bencana
kebakaran Cipinang 6 Juli 2019
3.Menggambarkan proses pelaksanaan pemberian intervensi kepada para penyintas
bencana kebakaran Cipinang 6 Juli 2019
3

BAB II
ASESMEN
A.Observasi
Kami berkunjung ke lokasi kebakaran di Cipinang Jaya tepat satu hari setelah bencana
terjadi, tanggal 5 Juli 2019. Suasana sangat ramai oleh berbagai petugas mulai dari orang-
orang berpakaian seragam Karang Taruna, petugas Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, dan berbagai aparat keamanan turut hadir menjaga posko pengungsian di SD 03-
04 Cipinang Besar Selatan. Banyak juga saudara dari korban berdatangan untuk melihat
kondisi para korban. Kondisi saat itu, bantuan sudah mulai berdatangan, makanan dan
pakaian sudah mereka dapatkan, kebutuhan dasar mereka sudah cukup terpenuhi.
Kami mengamati dari kejauhan tepatnya masjid dekat tempat kejadian dan merasakan
suasana kehilangan yang baru saja terjadi 24 jam yang lalu. Kami menemukan beberapa
penyintas dewasa terlihat duduk sendirian diberbagai tempat sambil menatap kosong, ada
juga wajah penyintas yang masih terlihat merah seperti habis menangis, dan beberapa
berkumpul membicarakan asal muasal api membesar depan halaman masjid. Berbeda
dengan kondisi anak-anak penyintas, mereka terlihat aktif bermain dan bekejar-kejaran
disekitaran posko pengungsian.
B.Wawancara
Kami melakukan wawancara kepada salah satu penyintas yang terlihat aktif membantu
mengurus pemasokan yang datang ke posko pengungsian. Kebakaran terjadi di waktu
subuh ketika warga sedang shalat subuh berjamaah, bermula dari salah satu rumah warga
terdapat percikan api yang kian membesar sehingga menjalar ke rumah-rumah warga yang
lain. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa naas tersebut, namun kerugian material cukup
besar karena api membakar sekitar 27 rumah. Kami tidak memiliki keberanian untuk
menanyakan langsung perasaan para penyintas, karena peristiwa baru saja terjadi, terlalu
sensitif untuk dibahas. Kami concern memperhatikan anak-anak, kami datang untuk
menghibur mereka, membawa keceriaan sebagai penyemangat ditengah musibah yang
sedang mereka alami.
4

5

BAB III
RANCANGAN PROGRAM KEGIATAN
A.Sesi 1: pukul 11.00-12.00
Kegiatan Alokasi
Waktu
SD Kelas Rendah
(1-3)
SD Kelas Tinggi
(4-6)
Pembukaan : perkenalan
sambil bernyanyi “kalau
kau suka hati panggil ...”
15’ v v
Games : ular naga 30’ v v
1.Pembukaan;
Alat yang dibutuhkan: -
Tujuan : Saling mengenal dan mencairkan suasana
1.Fasilitator membuka acara dengan sapaan “Halo adik-adik, bagaimana kabarnya?”
2.Fasilitator kemudian mengenalkan diri sambil bernyanyi “Kalau kau suka hati,
panggil (nama fasilitator/anak)” sampai semua mendapat giliran.
3.Setelah semuanya mengenalkan diri, fasilitator menyampaikan tujuan kedatangan
“Kakak-kakak semua mau mengajak kalian bermain bersama, nih, kalian pasti
semuanya suka main kan?” kemudian fasilitator membantu adik-adik untuk bersiap-
siap ke program berikutnya.
2.Permainan Ular Naga:
Alat yang dibutuhkan:-
Tujuan : Untuk mencairkan suasana dan lebih mengakrabkan diri
Arahan:
1.Fasilitator membariskan adik-adik. Lalu mengajak 2 orang adik untuk berperan
sebagai induk/gerbang dan mengajak sisanya berbaris sebagai naga. Adik-adik yang
menjadi naga dituntun untuk saling berpegangan pada bagian belakang baju teman
6

di depannya. Beberapa fasilitator ikut sebagai naga dan yang lainnya bertugas
meramaikan suasana.
2.Sambil bernyanyi “Ular naga panjangnya bukan kepalang, menjalar-jalar selalu
kian kemari, umpan yang lezat itu yang dicari, inilah dia yang terbelakang” kakak
fasilitator mengajak adik-adik untuk berjalan memutar dan melewati induk/gerbang
sampai lagunya habis.
3.Saat lagu sudah habis, pemain yang ada di tengah induk/gerbang akan ditangkap.
4.Ketika sudah ada yang tertangkap, pemain yang menjadi gerbang akan memberikan
pilihan untuk memilih menjadi anak dari salah satu induk/gerbang.
5.Tahap 2, 3, dan 4 diulang sampai semua pemain yang menjadi naga tertangkap.
6.Kemudian kedua induk saling memperebutkan anak sampai salah satu induk
kehabisan anaknya.
B.Sesi 2: pukul 15.00-16.30
Kegiatan Alokasi
Waktu
SD Kelas Rendah
(1-3)
SD Kelas
Tinggi (4-6)
Release emosi : menggambar
apa yang dipikirkan dan
dirasakan, menceritakan apa
yang digambar depan teman-
temannya
30’ v V
Relaksasi : EFT, napas balon 15’ v v
Penutup : menanyakan perasaan,
berdoa, pembagian bingkisan
15’ v v
1.Menggambar
Alat yang dibutuhkan: Kertas HVS, pensil warna, rautan, penghapus, penggaris
Tema : Menggambar bebas
Tujuan : Untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan oleh peserta
Arahan :
7

1.Fasilitator meminta adik-adik untuk duduk dan membentuk lingkaran.
2.Fasilitator membagikan pensil warna dan kertas HVS untuk adik-adik.
3.Fasilitator ikut mendampingi sambil mengajak adik-adik berbincang selama mereka
menggambar.
4.Fasilitator sesekali mulai menanyakan keadaan adik-adik peserta dan membantu
jika ada adik yang mengalami kesulitan
5.Program ini dilaksanakan kurang lebih selama 30 menit.
2.Relaksasi (EFT dan Napas Balon):
Alat yang dibutuhkan:-
Arahan :
EFT:
1.Fasilitator mengarahkan dan memperagakan kepada adik-adik untuk memijat pelan
titik-titik relaksasi di sekitar kepala, wajah, dan lengan.
2.Proses ini dilakukan selama kurang lebih 10 menit.
Napas Balon:
1.Fasilitator mengarahkan adik-adik untuk membentuk lingkaran kemudian berkata
“Coba sekarang bayangkan di perut adik-adik ada balon yang nanti semakin lama
semakin membesar.”
2.Fasilitator memberikan aba-aba untuk menarik napas sambil mengangkat tangan ke
atas kemudian berkata “Ayo coba bayangkan balonnya semakin besar.” Lalu tahan
selama 3 detik.
3.Setelah itu fasilitator memberikan aba-aba untuk menghela napas sambil
menurunkan tangan secara perlahan dan berkata “Sekarang bayangkan balonnya
mengecil.. dan mengecil” ulangi selama kurang lebih 5 menit sampai adik-adik
peserta terlihat lebih tenang.
3.Penutup:
Alat yang dibutuhkan:-
8

Arahan:
1.Fasilitator mengarahkan adik-adik untuk duduk berdekatan. Kemudian mulai
mengajak mereka bercerita sedikit.
2.Setelah semuanya sudah bercerita, fasilitator mengajak adik-adik untuk berdoa.
3.Setelah berdoa, fasilitator kembali mengajak adik-adik peserta untuk mengobrol
serta membagikan bingkisan sebelum berpamitan.
9

BAB IV
MATRIKS KEGIATAN
No.Sesi Waktu Kegiatan Alokasi Waktu Tujuan Alat & Bahan Lokasi
1.I11.00-12.00
Pembukaan: dengan
bernyanyi “Kalau kau
suka hati panggil
(menyebutkan nama
masing-masing)...”
15 menit
Membuka acara
intervensi dan saling
berkenalan antara
penyintas dengan
relawan
-
SDN Cipinang
Besar 03/04
Permainan : Ular Naga 30 menit
Pemanasan acara
sekaligus membakar
semangat penyintas
-
SDN Cipinang
Besar 03/04
2.II15.00-16.30
Release emosi :
menggambar apa yang
dipikirkan dan dirasakan,
menceritakan apa yang
digambar depan teman-
temannya
30 menit
Mengekspresikan
perasaan penyintas
lewat gambar dan
warna, mengalihkan
perhatian penyintas
dari bencana
-Kertas
-Pensil
warna
-Penghapus
-Penggaris
-Rautan
SDN Cipinang
Besar 03/04
Relaksasi : EFT, napas
balon
15 menit
Merilekskan tubuh
para penyintas
-
SDN Cipinang
Besar 03/04
Penutup: menanyakan
perasaan, berdoa dan
pembagian bingkisan
15menit
Mengakhiri
pemberian intervensi
-Bingkisan
SDN Cipinang
Besar 03/04
10

BAB V
PELAKSANAAN KEGIATAN
Kami memberikan intervensi kepada anak-anak penyintas kebakaran Cipinang
dalam dua sesi, yaitu sesi siang dan sesi sore. Kami tiba di lokasi pengungsian sekitar pukul
10.30, setibanya disana kami disambut dengan baik oleh para relawan dan para penyintas.
Sebelum memulai kegiatan kami sedikit berbincang dengan relawan yang membantu di
posko pengungsian. Setelahnya kami dibantu beberapa relawan untuk mencari tempat yang
dapat digunakan untuk melaksanakan kegiatan dan kami mendapatkan tempat di sebuah
kelas. Kemudian dibantu beberapa relawan, kami sedikit membereskan dan membersihkan
ruangan tersebut agar anak-anak yang menjadi subjek kami merasa lebih nyaman. Setelah
ruangan bersih para relawan memanggil anak-anak untuk masuk ke dalam ruang kelas.
Anak-anak terlihat antusias ketika memasuki ruangan, ada anak yang masuk dengan berlari
dan ada juga yang berteriak terdengar senang, tetapi ada juga anak yang terlihat malu-malu
untuk memasuki ke ruang kelas sehingga ia ditemani oleh ibunya. Sekitar pukul 11.00,
kami memulai pemberian treatment kepada anak-anak penyintas kebakaran. Pertama, kami
mulai acara dengan doa bersama kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan diri
dengan anak-anak. Kami memperkenalkan diri dengan membentuk lingkaran sambil saling
bergandengan tangan dan bernyanyi “kalau kau suka hati panggil (menyebutkan nama
masing-masing)” secara bergiliran. Pembukaan dan perkenalan ini menghabiskan waktu
kurang lebih 15 menit. Setelah perkenalan kami melanjutkannya dengan bermain ular naga
selama kurang lebih 30 menit. Saat bermain ular naga anak-anak terlihat sangat
bersemangat dan sangat senang, mereka juga sangat mahir memainkan permainan ini tanpa
harus dijelaskan dulu cara bermain dan peraturannya. Setelah selesai bermain ular naga,
acara kami sudahi dulu untuk sholat dzuhur dan akan diteruskan di sesi ke-2 pada pukul
15.00, kami juga menyuruh anak-anak untuk datang kembali ke ruang kelas pada waktu
yang telah kami tentukan.
Sekitar pukul 15.00 kami memulai kembali kegiatan, anak-anak sudah berkumpul
dan sangat bersemangat untuk mengikuti rangkaian acara selanjutnya. Pada sesi ke-2 ini
kami memulai kegiatan dengan menggambar. Setelah anak-anak duduk melingkar kami
memberikan masing-masing anak selembar kertas, pensil warna, penghapus dan penyerut
11

pensir lalu kami menjelaskan ketentuan menggambar. Kami membebaskan anak-anak
untuk menggambar apapun yang mereka mau namun hampir semua anak menggambar
rumah tanpa ada yang mengomandoi ataupun menyuruh, setelah selesai menggambar anak-
anak diminta untuk mewarnai gambar karya mereka. Anak-anak juga diminta untuk
menuliskan nama, kelas dan cita-cita mereka digambar yang telah mereka buat. Kegiatan
menggambar dan mewarnai ini menghabiskan waktu kurang lebih 30 menit. Kemudian
kegiatan kami lanjutkan dengan melakukan relaksasi selama 15 menit, metode relaksasi
yang kami gunakan yaitu dengan mengatur pernapasan dan EFT (menekan-nekan titik
tertentu ditubuh), anak-anak pun mengikuti gerakan-gerakan yang dicontohkan oleh kami.
Akhirnya rangkaian kegiatan pun sampai pada ujungnya anak-anak diminta untuk duduk
kembali dan merapihkan barisannya. Kemudian kami tanyakan tanggapan dan perasaan
anak-anak mengenai acara yang telah mereka ikuti ini, anak-anak merasa senang mengikuti
kegiatan-kegiatan yang kami berikan pada hari itu. Rangkaian kegiatan pun kami tutup
dengan doa. Setelah selesai berdoa kami menyuruh anak-anak untuk kembali berbaris yang
rapih, kami pun memberikan bingkisan berupa makanan ringan kepada masing-masing
anak, mereka semua tampak antusias sambil tersenyum mereka mengucapkan terimakasih
kepada kami meskipun ada pula beberapa anak yang gaduh serta tidak sabar untuk
mendapat bingkisan. Kemudian anak-anak keluar kelas dan melakukan kegiatan mereka
masing-masing. Rangkaian acara pada sesi ke-2 ini selesai pada pukul 16.30, setelah itu
kami berpamitan kepada para relawan dan penyintas kebakaran yang lainnya.
12

BAB VI
PENGANTAR MODUL
Bencana
Dikutip dari laman web Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
disebutkan bahwa bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya
korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Dampak Psikologis Bencana Terhadap Kesehatan Mental
Trauma akan sangat mengubah seseorang, hidup dalam dalam puing-puing rumah
milik mereka dan mungkin kehilangan orang terdekat akan berdampak pada kesehatan
mental. Terdapat 3 dampak bencana alam terhadap kesehatan mental yang paling umum
terjadi, yaitu Post Traumatic Stress Disorder, depresi dan kegelisahan.
Trauma
Trauma di definisikan sebagai peristiwa-peristiwa yang melibatkan individu yang
ditunjukkan dengan suatu insiden yang memungkinkan ia terluka atau mati sehingga
muncul perasaan diteror dan perasaan putus asa (Rosenbloom, Williams, & Watkins dalam
Soendari, 2012).
Trauma bisa juga didefinisikan sebagai respon emosi psikologis terhadap peristiwa
atau pengalaman yang sangat mengkhwatirkan atau menganggu seperti terlibat dalam
kecelakaan, sakit atu cedera, kehilangan orang terdekat, atau mengalami perceraian.
Gejala Trauma Pada Anak
Bentuk trauma pada anak sangat beragam, bertolak dari tingkat beratnya kejadian
tersebut dialami oleh anak, keberadaan pendamping psikologis bagi ana saat kejadian, dan
tidak kalah pentingya adalah rentang usia anak itu sendiri, berikut akan dibahas bentuk-
bentuk trauma sesuai dengan jenjang usia anak:
13

a.Anak usia 1-5 tahun
Anak seusia ini akan bereaksi sangat ekstrim ketika mengalami langsung bencana,
rasa ketidak nyamanan secara psikologis akan berwujud dalam bentuk perilaku; menghisap
jari, tampak murung, mengompol, takut gelap, takut binatang, lengket/terus dekat orang
tua, mimpi buruk, tidak dapat menggendalikan, buang air besar, konstipasi, gangguan
bicara, gagap, nafsu makan menurun/bertambah secara drastis.
b.Anak usia 5-11 tahun (di Tingkat Sekolah Dasar)
Anak usia sekolah dasar akan memberikan reaksi trauma lebih jelas, antara lain
dalam bentuk; mudah marah, merengek, lebih lengket dengan orang tua, bertindak agresif
di sekolah atau di rumah, bersaing dengan saudara untuk dapat perhatian orangtua, mimpi
buruk, mengigau, takut gelap, tampak murung, menolak masuk sekolah, tidak berminat
atau sulit berkosentrasi di sekolah, tidak mau bergaul.
c.Anak usia 12-14 tahun (di Tingkat SMP)
Anak usia pubertas akan memberikan reaksi trauma lebih jelas, antara lain dalam
bentuk; gangguan nafsu makan, gangguan tidur, sikap memberontak, keras kepala, tidak
patuh, masalah sekolah (motivasi belajar melemah, konsentrasi belajar turun dll), masalah
fisik (rasa sakit dan nyeri yang tidak jelas, sakit kepala, gatal-gatal, gangguan buang air
besar, gangguan psikosomatik, tidak berminat kegiatan sosial dengan teman sebaya, merasa
terasing/kesepian, rindu keluarga.
d.Anak usia 15-17 tahun (di Tingkat SMA)
Anak usia remaja awal akan memberikan reaksi trauma lebih jelas, antara lain
dalam bentuk;
Gejala psikosomatik:(gangguan pembuangan, gatal-gatal asma, sakit kepala, tegang,
gangguan nafsu makan, gangguan tidur).
Hipondriasis (keprihatinan yang tidak masuk akal akan keadaan kesehatan
dirinya/gawat tetapi secara rasional penyakit itu tidak ada)
menorrhea/dysmenorrhea
Letih, lesu, lemah, bosan
Gelisah
Sukar kosentrasi
14

Perilaku dilinkuensi/anak nakal/tidak bertanggungjawab
Berkurang usaha mandiri
Sikap melawan aturan atau orang tua/otorita institusi/sekolah/pondok pesantren
Rindu yang mendalam pada susana sebelum bencana
Kesepian
Merasa terasing
Terapi Trauma
Baru-baru ini ditemukan beberapa modalitas terapi trauma:
a.Cognitive Behavioral Tharapy (CBT) mengajarkan orang menjadi lebih peduli pada
pemikiran dan keyakinan mereka tentang trauma dan memberi mereka kesempatan
untuk bantu mereka mereaksi pemicu emosi dengan cara yang lebih sehat.
b.Exposure Therapy (disebut juga dengan Vivo Exposure Therapy) adalah bentuk
cognitive Behavior Tharapy yang digunakan untuk mengurangi rasa takut yang
diasosiasikan dengan pemicu emosi yang disebabkan oleh trauma.
c.Talk Therapy (Psychodinamic Psychotherapy) adalah metoda komunikasi verbal
yang digunakan untuk membantu orang menemukan jalan keluar dari rasa sakit
emosional dan memperkuat cara adaptif untuk mengelola masalah yang ada. Life
coaching adalah salah satu yang digunakan dalam talk therapy.
Modalitas tersebut membantu porsi memori (dibawah sadar) dari trauma, di mana
otak sadar korban bencana alam yang harus ditreatment. Penelitian membuktikan bahwa
pendekatan berorientasi pada tubuh seperti mind fulness, Yoga dan lainnya bisa pula
menjadi alat yang berguna untuk membantu pikiran dan tubuh terhubung kembali.
15

BAB VII
MODUL KEGIATAN
SESI SIANG
Waktu:
Kegiatan Alokasi
Waktu
SD Kelas Rendah (1-
3)
SD Kelas Tinggi (4-
6)
Pembukaan
Permainan Ular Naga
Menggambar
1. Pembukaan:
Alat yang diperlukan: Tidak ada
Tujuan : Mencairkan suasana
1.Fasilitator membuka acara dengan mengucapkan salam “Assalamu’alaikum adik-
adik….Selamat pagi, gimana kabarnya?”.
2.Kemudian fasilitator memperkenalkan diri dan anggota tim lainnya satu persatu dan
meminta peserta ikut meperkenalkan diri dengan cara bernyanyi. “Kalau kau senang
hati panggil (nama fasilitator)….Kalau kau senang hati panggil (nama adik yang
berada di sebelah fasilitator tadi)….Kalau kau senang hati mari kita
lakukan….Kalau kau senang hari panggil (nama anak yang berada disebelah anak
tadi)....” Begitu seterusnya sampai semua fasilitator dan anak-anak
memperkenalkan diri mereka.
3.Setelah tim fasilitator memperkenalkan diri, fasilitator menyampaikan tujuan
kedatangan “kakak-kakak disini mau mengajak adik-adik bermain dan menggambar
nih, siapa yang mau ikut?”
16

2. Bermain Ular Naga
Alat yang diperlukan: Musik
Tujuan : Mendekatkan diri agar terciptanya raport building yang
bagus antara fasilitator dengan peserta
1.Fasilitator menajak peserta untuk ikut bermain ular naga bersama. “Kakak mau
main ular naga nih….Tau kan caranya? Siapa yang ikut main?”
2.Cara bermain:
Anak-anak berbaris bergandengan tangan sambil memegang pundak teman
yang berada di depan.
Fasilitator berperan sebagai "Induk" dan berada paling depan. Kemudian
dua fasilitator lain yang memiliki tinggi yang sama bermain
sebagai "Gerbang", dengan berdiri berhadapan dan saling berpegangan
tangan di atas kepala.
Barisan akan bergerak melingkar kian kemari layaknya Ular Naga yang
sedang berjalan-jalan mencari mangsa dan mengitari gerbang yang berdiri di
tengah-tengah areal permainan, teras atau tanah yang lapang. Sambil
berjalan berputar kian kemari, mereka menyanyikan lagu permainan ini.
"Ular naga panjangnya bukan kepalang, berjalan-jalan selalu kian kemari.
Umpan yang lezat itulah yang dicari, inilah dia yang paling belakang."
Kemudian sambil menerobos gerbang, barisan mengucap
"kosong...kosong...kosong..." berkali-kali hingga seluruh barisan lewat, dan
mulai lagi menjalar dan menyanyikan lagu di atas. Demikian berlaku hingga
dua atau tiga kali. Pada kali yang terakhir menerobos gerbang, barisan
mengucap "isi...isi...isi..."berkali-kali, hingga akhir barisan dan anak yang
terakhir di buntut ular ditangkap (gerbang menutup dan melingkari anak
terakhir dengan tangan-tangan mereka yang masih berkait).
Ketika lagu habis, seorang anak yang berjalan paling belakang akan
ditangkap oleh gerbang, dan masuk ke dalam perangkap tangan. Sampai
pada akhirnya, si anak yang tertangkap disuruh memilih di antara dua
pilihan, dan berdasarkan pilihannya, ditempatkan di belakang salah satu
gerbang.
Permainan akan dimulai kembali setelah terdengarnya nyanyian lagi, Ular
Naga kembali bergerak dan melewati gerbang, dan akan ada lagi seorang
anak yang ditangkap oleh gerbang. Demikian berulang-ulang berlangsung
terus, hingga induk akan kehabisan anak dan permainan selesai.
17

3. Menggambar
Alat yang diperlukan: Kertas gambar, pensil, penghapus, rautan pensil, penggaris,
dan pensil warna
Tujuan: Membantu peserta untuk merefleksikan apa yang ada di pikirannya dan
membuang emosi-emosi negatif
1.Fasilitator menyuruh anak-anak untuk duduk melingkar dan berhadap-hadapan.
2.Kemudian fasilitator membagikan kertas gambar dan pensil kepada anak-anak.
3.Menginstruksikan bahwa penghapus, rautan pensil, dan pensil warna digunakan
bersama. “Adek-adek ini digunainnya bareng-bareng yaa….Jangan berebut,
dipakenya bergantian yaa sama temannya”
4.Penghapus, rautan pensil, dan pensil warna ditaruh di tengah agar bisa digunakan
bersama.
5.Peserta mulai menggambar dan fasilitator menghampiri mereka satu-per-satu untuk
bercengkrama tentang hal yang sedang digambar. Sesekali fasilitator membantu
mereka saat sesi menggambar.
SESI SORE
Waktu:
Kegiatan Alokasi Waktu SD Kelas Rendah
(1-3)
SD Kelas Tinggi
(4-6)
Permainan 1 2 3 Sigap
Permainan Benar-
Benar Salah
Relaksasi Otot
Progresif
18

Relaksasi Pernapasan
Balon
1. Permainan 1 2 3 Siap:
Alat yang diperlukan: Tidak ada
Tujuan : Melatih fokus dan kerjasama antar peserta
1.Fasilitator mengintruksi anak-anak untuk berdiri dan membuat lingkaran besar
sambil saling bergandengan tangan.
2.Satu orang fasilitator berperan sebagai moderator.
3.Fasilitator menjelaskan peraturan permainan.
Kalau moderator bilang “bunga matahari”, peserta harus membentuk tim
yang berisikan 2 orang sambil menirukan gaya orang yang sedang
menyiram bunga matahari.
Kalau moderator bilang “lampu merah”, peserta harus membentuk tim yang
berisikan 3 orang sambil menirukan gaya lampu merah.
Kalau moderator bilang “mobil sedan”, peserta harus membentuk tim yang
berisikan 4 orang sambil menirukan gaya supir dan penumpangnya.
2. Permainan Benar-Benar Salah:
Alat yang diperlukan: Tidak ada
Tujuan : Melatih fokus dan kerjasama antar peserta
4.Fasilitator mengintruksi anak-anak untuk membuat barisan yang terdiri dari 3
orang.
5.Satu orang fasilitator berperan sebagai moderator.
6.Fasilitator menjelaskan peraturan permainan.
19

Kalau moderator bilang “benar” maka peserta harus berpindah melompat
sesuai arahan , yang benar.
Kalau moderator bilang “salah” maka peserta harus berpindah melompat
sesuai arahan , yang sebaliknya.
Contoh, “benar-benar” “kanan-kanan” maka peserta harus berpinda
melompat ke kanan 2 kali.
Contoh, “salah-salah” “kanan-kanan” maka peserta harus berpinda
melompat ke kiri 2 kali.
3. Relaksasi Otot Progresif
Alat yang diperlukan: Tidak ada
Tujuan : Menurunkan tegangan otot dan membangun emosi positif
1.Fasilitator mengarahkan anak-anak untuk berdiri membentuk lingkaran.
2.Kemudian fasilitator memberikan contoh gerakan relaksasi otot progresif dan anak-
anak disuruh untuk menirukannya.
3. Relaksasi Pernapasan Balon
Alat yang diperlukan: Tidak ada
Tujuan : Menurunkan tegangan otot dan membangun emosi positif
1.Fasilitator mengarahkan anak-anak untuk membentuk 3 barisan.
2.Kemudian fasilitator memberikan contoh gerakan relaksasi pernapasan balon pada
anak-anak. “Ayo adek-adek….Bayangkan ada balon yang masuk ke perut
kalian….Tiup makin banyak makin banyak….Hembuskan”
20

DAFTAR PUSTAKA
Karina, Z., & Sodik, M. A. (2018). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesehatan.
Kinchin, D. 2007. A Guide to Psychological Debriefing. London: Jessica Kingsley
Publishers.
Koentjoro, Budi Andayani. 2007. Recovery Kawasan Bencana: Perwujudan Trauma
Healing Melalui Kegiatan Psikologi dan Rohani. UNISIA No 63/XXX/I/2007
Latipun. 2014. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi “Pemulihan Trauma Berbasis
Komunitas: Pengalaman Indonesia dalam Intervensi Trauma Massal”. Volume 2
(3) 278-285
Mantaelan, V. (2019, Juli 6). Kebakaran Terjadi di Cipinang 30 Rumah Terbakar.
Retrieved from Kompas.com:
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/07/06/08020681/kebakaran-terjadi-di-
cipinang-30-rumah-terbakar
Nirwana, Herman. 2012. Konseking Trauma Pasca Bencana. Vol 15 No 2 (Desember
2012)
Prawitasari, J.E. 2011. Psikologi Klinis:Pengantar terapan mikro & makro. Jakarta:
Penerbit Erlangga
Purwanta, Edi. 2010. Diklat Pendampingan Anak Berkebutuhan Khusus Korban Erupsi
Merapi.
Rahman, Ade. 2018. Analisa Kebutuhan Program Trauma Healing Untuk Anak-Anak
Pasca Bencana Banjir Di Kecamatan Sungai Pua Tahun 2018 : Implementasi
Manajemen Bencana. Vol XII No 7 Juli 2018
Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Literasi Media
Publishing.
Sodik, M. A. (2014). Sikap Pencegahan Aborsi Ditinjau Dari Pengetahuan Tentang Bahaya
Dan Resiko Kesehatan. Strada Jurnal Kesehatan http://publikasi. stikesstrada.
ac. id/wpcontent/uploads/2015/02/9-SIKAP-SIKAPPENCEGAHAN-ABORSI.
pdf.
Sodik, M. A., Kesehatan, D. P., & STRADA, I. P. P. I. S. (2016). Leprosy Patients in
public perception: A qualitative study of patient confidence (dis) in the
Community. Journal of Global Research in Public Health, 2(1), 82-89.
21

Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion And Family
Support With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following Family
Planning Program In Health. Journal of Global Research in Public Health, 2(2),
82-89.
Soendari, T., (2012). GEJALA-GEJALA TRAUMA: Hubungannya dengan Pemikiran
Karier, Identitas Vokasional, dan Pengembangan Kepribadian Pekerjaan. 1-23.
Triyono, A. (2001). Teknik Penanggulangan Bahaya Kebakaran Di Perusahaan. Majalah
Hiperkes dan Keselamatan Kerja, 34-53.
Undang undang No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
Weaver, A.J., Flannelly, L.T., dan Preston, J.D. 2003. Counseling Survivors of Traumatic
Events: A handbook for pastors and other helping professional. Avenue South,
Nashville: Abingdon Press.
22

DOKUMENTASI


23

24

25

26

DAFTAR HADIR
No. Nama Sesi 1 Sesi 2
1 Riana √ √
2 Riani √ √
3 Ika √ √
4 Lisa √ √
5 Ozan √ √
6 Kirana √ √
7 Wawa √ √
8 Sheli √ √
9 Genta √ √
10 Mona √ √
27

PENILAIAN INTER-RATER
NAMA
PENILAI
Citra Y.Irsan YunusMutiara A.MiftahurrozaqRagil MegaRezika A
Citra Y. X 90 90 90 90 90
Irsan Yunus 90 X 90 90 90 90
Mutiara A. 90 90 X 90 90 90
Miftahurroza
q
90 90 90 X 90 90
Ragil Mega 90 90 90 90 X 90
Rezika A 90 90 90 90 90 X
28
Tags