MTK Kelas VII SMP - Bab Bilangan Bulat dan Pecahan

MawarDwy 0 views 84 slides Oct 01, 2025
Slide 1
Slide 1 of 84
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39
Slide 40
40
Slide 41
41
Slide 42
42
Slide 43
43
Slide 44
44
Slide 45
45
Slide 46
46
Slide 47
47
Slide 48
48
Slide 49
49
Slide 50
50
Slide 51
51
Slide 52
52
Slide 53
53
Slide 54
54
Slide 55
55
Slide 56
56
Slide 57
57
Slide 58
58
Slide 59
59
Slide 60
60
Slide 61
61
Slide 62
62
Slide 63
63
Slide 64
64
Slide 65
65
Slide 66
66
Slide 67
67
Slide 68
68
Slide 69
69
Slide 70
70
Slide 71
71
Slide 72
72
Slide 73
73
Slide 74
74
Slide 75
75
Slide 76
76
Slide 77
77
Slide 78
78
Slide 79
79
Slide 80
80
Slide 81
81
Slide 82
82
Slide 83
83
Slide 84
84

About This Presentation

Bilangan bulat dan Pecaham. Matematika


Slide Content

Bilangan Bulat dan Pecahan

Bilangan bulat adalah . . . , –3, –2, –1, 0, 1, 2, 3, . . .
Bilangan-bilangan: –1, –2, –3, –4, –5, . . . disebut bilangan bulat negatif.
Bilangan-bilangan di atas nol yaitu 1, 2, 3, 4, 5, . . . disebut
bilangan bulat positif.
Himpunan bilangan bulat positif, nol, dan bilangan bulat negatif
membentuk himpunan bilangan bulat. Nol (0) adalah bilangan yang tidak
positif dan tidak negatif.
1.1 BILANGAN BULAT DAN LAMBANGNYA

Contoh
1. Suhu manakah yang lebih tinggi, –8° atau –5°?
Jawab:
Pada garis bilangan vertikal, –5° terletak di sebelah atas –8°, maka suhu yang
lebih tinggi adalah –5°.
2. Sisipkanlah lambang > atau < di antara pasangan-pasangan bilangan berikut
agar menjadi kalimat benar!
a. 4 dan –5
b. –15 dan –7
Jawab:
a. Pada garis bilangan mendatar, 4 terletak di sebelah kanan –5, maka 4 > –5.
b. Pada garis bilangan mendatar, –15 terletak di sebelah kiri –7, maka –15 < –7.

1.2.1 Penjumlahan Bilangan Bulat
Untuk memahami pengertian penjumlahan dua bilangan bulat, dapat
ditunjukkan dengan Menggunakan garis bilangan seperti contoh berikut.
Contoh
1. Tentukan hasil penjumlahan bilangan-bilangan berikut dengan menggunakan
garis bilangan! 8 + (–3)
Jawab:
Penjumlahan 8 + (–3)
Dari titik 0 bergerak 2 satuan ke kiri, kemudian dilanjutkan 5 satuan lagi ke kiri
sehingga diperoleh titik akhir, yaitu –7 yang merupakan hasil dari –2 + (–5).
Jadi, –2 + (–5) = –7.
1.2 PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DAN SIFAT-
SIFATNYA

2. Pada sebuah perusahaan es krim, suhu di ruang administrasi 41°
lebih tinggi dari suhu di gudang tempat penyimpanan es krim.
Jika suhu di ruang gudang tersebut –17°C, berapa derajat suhu di
ruang administrasi?
Jawab:
Jadi, suhu di ruang administrasi = –17° + 41° = 24°C.
Berdasarkan uraian tersebut, jika pemahaman tentang konsep
penjumlahan bilangan
bulat melalui garis bilangan telah dikuasai, maka hasil penjumlahan
bilangan bulat dapat juga ditentukandengan menggunakan
aturan berikut.

Untuk sembarang bilangan bulat a dan b berlaku:
1. –a + b = –(a – b) jika a lebih dari b
2. –a + b = b – a jika b lebih dari a
3. –a + (–b) = –(a + b) kedua-duanya bilangan negatif
1.2 PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT DAN
SIFAT-SIFATNYA

Contoh:
1. Hitunglah penjumlahan-penjumlahan bilangan bulat berikut!
a. –27 + 12 b. –14 + 29 c. –36 + (–58)
Jawab:
a. –27 + 12 = –(27 – 12) 27 lebih dari 12 dan 27 bertanda
negatif = –15
b. –14 + 29 = 29 – 14 29 lebih dari 14 dan 29 bertanda positif
= 15
c. –36 + (–58) = –(36 + 58) sama-sama bilangan negatif
= –94

Kamu bisa menguji pemahaman
dengan mengerjakan soal
Latihan 1 pada
halaman 6

1.2.2 SIFAT-SIFAT PENJUMLAHAN PADA BILANGAN
BULAT

1.2.2 SIFAT-SIFAT PENJUMLAHAN PADA BILANGAN
BULAT

sebanyak 76 bilangan
1.2.3 PENJUMLAHAN BILANGAN MODEL
GAUSS

Untuk sembarang bilangan bulat a dan b selalu berlaku: a – b = a + (–b).
Contoh:
1. Tentukan hasil penjumlahan bilangan-bilangan berikut!
a. –8 – 12 b. 6 – (–10) c. –14 – 15 – (–21)
Jawab:
a. –8 – 12 = –8 + (–12) = –20c. –14 – 15 – (–21) = –14 + (–15) + 21
b. 6 – (–10) = 6 + 10 = 16 = –29 + 21 = –8
1.3 PENGURANGAN BILANGAN BULAT

2. Seekor lumba-lumba melompat sampai ketinggian 3 meter di atas
permukaan air laut, kemudian turun dan menyelam sampai kedalaman 7
meter. Hitunglah jarak antara puncak lompatan dengan kedalaman
penyelaman lumbalumba tersebut!
Jadi, jarak puncak lompatan dengan kedalaman penyelaman = 3 – (–7)
= 3 + 7
= 10 meter.
1.3 PENGURANGAN BILANGAN BULAT

1.4.1 Perkalian Bilangan Bulat Positif dan Negatif
a. Perkalian Bilangan Bulat Positif dengan Negatif
Hasil perkalian bilangan bulat positif dengan bilangan bulat
negatif adalah bilangan bulat negatif.
Untuk setiap bilangan a dan b berlaku a × (–b) = –ab.
1.4 PERKALIAN BILANGAN BULAT DAN SIFAT-
SIFATNYA

Contoh:
Suhu udara di puncak sebuah gunung pada sore hari adalah 18°C.
Selanjutnya, suhu tersebut turun 4°C pada setiap 2 jam. Tentukan tinggi suhu
di puncak pegunungan tersebut 10 jam kemudian!
Jawab:
Dalam 10 jam, suhu turun 5 kali, masing-masing 4°C.
Jadi, suhu di puncak pegunungan pada 10 jam kemudian = 18 – (5 × 4)
= 18 – 20
= –2°C.
A. PERKALIAN BILANGAN BULAT POSITIF DENGAN
NEGATIF

Hasil perkalian bilangan bulat negatif dengan bilangan bulat positif adalah
bilangan bulat negatif. Untuk setiap bilangan a dan b berlaku (– a) × b = – ab.
Contoh:
Tentukan hasil perkalian bilangan-bilangan berikut!
1. –4 × 7 3. –15 × (–24 + 32)
2. [6 × (–7)] × 8 4. (–35 + 12) × 20
Jawab:
1. –4 × 7 = –28 3. –15 × (–24 + 32) = –15 × 8
= –120
2. [6 × (–7)] × 8 = –42 × 8 4. (–35 + 12) × 20 = –23 × 20
= –336 = –460
B. PERKALIAN BILANGAN BULAT NEGATIF DENGAN
POSITIF

Hasil perkalian dua bilangan bulat negatif adalah bilangan bulat positif.
Untuk setiap bilangan a dan b berlaku (– a) × (–b) = ab.
Contoh:
Tentukan hasil perkalian bilangan-bilangan berikut!
1. –8 × (–12) 3. –4 × [5 × (–6)]
2. (–7 × 3) × (–8) 4. [10 + (–24)] × (–9)
Jawab:
1. –8 × (–12) = 96 3. –4 × [5 × (–6)] = –4 × (–30)
= 120
2. (–7 × 3) × (–8) = –21 × (–8) 4. [10 + (–24)] × (–9) = –14 × (–9)
= 168 = 126
1.4.2 PERKALIAN DUA BILANGAN BULAT
NEGATIF

Untuk menentukan hasil perkalian bilangan bulat dengan 0,
perhatikan daftar perkalian pada halaman 13, kemudian lakukan

1.4.3 PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN
0 DAN 1
KEGIATAN SISWA HALAMAN
15

1.5 PEMBAGIAN BILANGAN BULAT

1.5 PEMBAGIAN BILANGAN BULAT
Contoh:
Tentukan hasil pembagian bilangan-bilangan berikut!
1. –15 : 3 2. –72 : 2 3. (–60 : 5) : 3
Jawab:
1. –15 : 3 = –5 3. (–60 : 5) : 3 = –12 : 3
2. –72 : 2 = –36 = –4

Contoh :
Tentukan hasil pembagian bilangan-bilangan berikut!
1. 18 : (–3) 2. 84 : (–12) 3. 42 : [8 + (–15)]
Jawab:
1. 18 : (–3) = –6 3. 42 : [8 + (–15)] = 42 : (–7)
2. 84 : (–12) = –7 = –6
B. PEMBAGIAN BILANGAN BULAT POSITIF DENGAN
BILANGAN BULAT NEGATIF
KEGIATAN SISWA HALAMAN
19

Bilangan bulat negatif dibagi dengan bilangan bulat negatif
menghasilkan bilangan bulat positif.
Contoh:
Tentukan hasil pembagian bilangan-bilangan berikut!
1. –30 : (–6) 2. –96 : (–12) 3. –75 : [45 : (–9)]
Jawab:
1. –30 : (–6) = 5 3. –75 : [45 : (–9)] = –75 : (–5)
2. –96 : (–12) = 8 = 15
C. PEMBAGIAN DUA BILANGAN BULAT
NEGATIF

Untuk sembarang bilangan bulat a,
maka:
a : 0 = tidak terdefinisikan.
Untuk sembarang bilangan bulat a dengan a ≠ 0,
maka: 0 : a = 0.
1.5.3 PEMBAGIAN DENGAN NOL

Dalam menyelesaikan operasi campuran yang memuat
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, dapat
dilakukan dengan langkah-langkah berikut.
1. Dahulukan operasi perkalian kemudian pembagian, atau
sebaliknya.
2. Lanjutkan dengan operasi penjumlahan atau pengurangan
1.6 OPERASI HITUNG CAMPURAN

1.6 OPERASI HITUNG CAMPURAN

1.7.1 Kelipatan dan Kelipatan Persekutuan
Kelipatan suatu bilangan a pada sistem bilangan asli diperoleh dengan
cara mengalikan a dengan setiap bilangan asli.
• Kelipatan 2 adalah 2 × 1, 2 × 2, 2 × 3, 2 × 4, 2 × 5, ..., yaitu 2, 4, 6, 8,
10, ... .
• Kelipatan 3 adalah 3 × 1, 3 × 2, 3 × 3, 3 × 4, 3 × 5, ..., yaitu 3, 6, 9, 12, 15,
... .
• Kelipatan 4 adalah 4 × 1, 4 × 2, 4 × 3, 4 × 4, 4 × 5, ..., yaitu 4, 8, 12, 16,
20, ... . Berdasarkan kelipatan dua bilangan atau lebih, dapat ditentukan
anggota-anggota persekutuannya yang disebut kelipatan persekutuan.
Anggota terkecil pada kelipatan persekutuan disebut kelipatan
persekutuan terkecil atau KPK.
1.7 KELIPATAN DAN FAKTOR

Contoh:
Tentukan KPK dari bilangan-bilangan berikut!
1.3 dan 4 2. 3, 6, dan 8
Jawab:
1. Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, ... .
Kelipatan 4 adalah 4, 8, 12, 16, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, ... .
Kelipatan persekutuan dari 3 dan 4 adalah 12, 24, 36, 48, ... .
Kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari 3 dan 4 adalah 12.
2. Kelipatan 3 adalah 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36, 39, 42, 45,
48, ... .
Kelipatan 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, 54, ... .
Kelipatan 8 adalah 8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, ... .
Kelipatan persekutuan dari 3, 6, dan 8 adalah 24, 48, 72, 96, ... .
KPK dari 3, 6, dan 8 adalah 24.

Faktor-faktor dari suatu bilangan dapat diperoleh dengan cara menyatakan
bilangan
tersebut sebagai hasil kali dua bilangan atau lebih. Untuk itu, perhatikan uraian
berikut!
• 12 = 1 × 12
= 2 × 6 Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12.
= 3 × 4
• 70 = 1 × 70
= 2 × 35 Faktor dari 70 adalah 1, 2, 5, 7, 10, 14, 35, dan 70. = 5 × 14
= 7 × 10
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencari faktor suatu
bilangan
sama artinya dengan mencari semua pembagi yang habis membagi bilangan itu.
1.7.2 FAKTOR DAN FAKTOR PERSEKUTUAN

1.7.2 FAKTOR DAN FAKTOR PERSEKUTUAN
Dari dua bilangan atau lebih, dapat ditentukan anggota-anggota
persekutuannya yangdisebut faktor persekutuan. Anggota
terbesar pada faktor persekutuan disebut faktor persekutuan
terbesar atau FPB.

Contoh :
Tentukan FPB dari bilangan-bilangan berikut!
1.12 dan 18 2. 24, 48, dan 72
Jawab:
1. Faktor dari 12 adalah 1, 2, 3, 4, 6, dan 12.
Faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, dan 18.
Faktor persekutuan dari 12 dan 18 adalah 1, 2, 3, dan 6.
Faktor persekutuan terbesar (FPB) dari 12 dan 18 adalah 6.
2. Faktor dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24.
Faktor dari 48 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 16, 24, dan 48.
Faktor dari 72 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 12, 18, 24, 36, dan 72.
Faktor persekutuan dari 24, 48, dan 72 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24.
FPB dari 24, 48, dan 72 adalah 24.

1.7.3 KPK DAN FPB DENGAN FAKTORISASI PRIMA

1.7.3 KPK DAN FPB DENGAN FAKTORISASI
PRIMA
KPK diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang berbeda
dan mengambil pangkat tertinggi untuk faktor yang sama.
FPB diperoleh dari hasil kali faktor-faktor prima yang sama
dengan pangkat terkecil.

Contoh 3.
Arkan mengunjungi perpustakaan setiap 6 hari sekali, Dimas setiap 4 hari
sekali, sedangkan Sukma setiap 8 hari sekali. Jika pada tanggal 28 Januari
mereka mengunjungi perpustakaan bersama-sama, pada tanggal berapa
mereka akan mengunjungi perpustakaan bersama-sama lagi berikutnya?

Contoh 4.
Tersedia 84 buku, 56 pensil, dan 140 krayon. Jika buku, pensil, dan krayon
tersebut
akan dibagi rata kepada sejumlah anak, berapa anak sebanyak-banyaknya
yang dapat menerima pembagian tersebut?

1.8.1 Pengertian Pemangkatan Bilangan Bulat
n faktor
1.8 PEMANGKATAN DAN SIFAT-SIFATNYA

1.8 PEMANGKATAN DAN SIFAT-SIFATNYA

a. Sifat Perkalian Bilangan Berpangkat
1.8.2 SIFAT-SIFAT OPERASI BILANGAN
BERPANGKAT

B. SIFAT PEMBAGIAN BILANGAN BERPANGKAT

C. SIFAT PEMANGKATAN BILANGAN BERPANGKAT

C. SIFAT PEMANGKATAN BILANGAN BERPANGKAT

1.9 BENTUK BAKU BILANGAN BESAR (NOTASI
ILMIAH)

1.9 BENTUK BAKU BILANGAN BESAR (NOTASI ILMIAH)

1.10.1 Arti Pecahan
1.10 PECAHAN DAN LAMBANGNYA

1.10.1 ARTI PECAHAN

1.10.2 PECAHAN SENILAI

1.10.3 MEMBANDINGKAN DUA PECAHAN

1.10.4 PECAHAN CAMPURAN

Sebaliknya, bilangan campuran (pecahan campuran) dapat diubah menjadi
bentuk
pecahan biasa, seperti contoh berikut.

1.10.5 PECAHAN NEGATIF

1.11 PECAHAN DESIMAL DAN PERSEN

Jika penyebut dari suatu pecahan ternyata sulit diubah menjadi 10, 100,
1.000, dan
seterusnya, maka pengerjaan dapat dilakukan dengan cara membagi
pembilang dengan penyebut seperti contoh berikut.
Contoh :

Persen adalah pecahan dengan penyebut 100. Dengan demikian, persen berarti
perseratus. Lambang persen adalah %.
1.11.2 PERSEN

1.12.1 Penjumlahan Pecahan
hasil penjumlahan pecahan-pecahan yang memiliki penyebut yang sama dapat
diperoleh dengan cara menjumlahkan pembilang-pembilangnya, sedangkan
penyebutnya tetap. Jika pecahan-pecahan yang akan dijumlahkan memiliki
penyebut yang berbeda, terlebih dahulu disamakan penyebutnya dengan
menggunakan KPK dari penyebut-penyebutnya
1.11.2 PERSEN

1.12.2 SIFAT-SIFAT PENJUMLAHAN PADA
BILANGAN PECAHAN
KEGIATAN SISWA HALAMAN
45

Catatan:
Pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya dilakukan dengan
menyamakan dahulu penyebutnya dengan cara menggunakan KPK dari
penyebut-penyebutnya.
1.12.3 PENGURANGAN PECAHAN

3. Seseorang mendapat upah Rp840.000 sebulan. Seperenam dari upah tersebut
digunakan untuk membayar sewa rumah, 25 bagian digunakan untuk kebutuhan
makan, dan sisanya untuk keperluan lain.
a. Berapa bagian yang digunakan untuk keperluan lain?
b. Berapa rupiah yang digunakan untuk keperluan lain?

•Untuk menentukan hasil penjumlahan maupun pengurangan pada pecahan
negatif, gunakan aturan-aturan atau sifat-sifat pada
penjumlahan/pengurangan pecahan positif.
•terkadang bentuk pecahan negatif perlu diubah bentuk penulisannya, seperti
pecahan berikut.
1.12.4 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN NEGATIF

1.12.4 PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN
NEGATIF
Contoh:
Hitunglah penjumlahan dan pengurangan pecahan-pecahan berikut!
1. − 38+ (− 78) 2. 14− (− 16) − 23
Jawab:
1. − 38+ (− 78) = −3 − 78 2. 14− (− 16) − 23= 14+ 16− 23
= − 108 = 312 + 212 − 812
= –1 28= –1 14 = − 312 = − 14

1.12.5 PERKALIAN PECAHAN

1.12.5 PERKALIAN PECAHAN

a. Menyelidiki Sifat Komutatif (Pertukaran)
b. Menyelidiki Sifat Asosiatif (Pengelompokan)
1.12.6 SIFAT-SIFAT PERKALIAN PADA
BILANGAN PECAHAN
KEGIATAN SISWA HALAMAN
50

C. SIFAT DISTRIBUTIF (PENYEBARAN)

1.12.7 PEMBAGIAN PECAHAN

1.12.8 PERKALIAN DAN PEMBAGIAN PECAHAN NEGATIF

1.12.9 PEMANGKATAN PECAHAN

1.13.1 Penjumlahan dan Pengurangan pada Pecahan
Desimal
menjumlahkan atau mengurangkan bilangan-bilangan dalam
bentuk desimal, tanda koma desimal diletakkan pada satu
lajur, sehingga angka ribuan, ratusan, puluhan, satuan,
persepuluhan, dan seterusnya masing-masing terletak pada
satu lajur.
Contoh:
1. Tentukan hasil penjumlahan bilangan-bilangan berikut!
a. 14,7 dan 8,39 b. 9,754 dan 52,18
Jawab:a. 1 4 , 7 b. 9 , 7 5 4
8 , 3 9 + 5 2 , 1 8 +
2 3 , 0 9 6 1 , 9 3 4
1.13 OPERASI PADA PECAHAN DESIMAL

1.13 OPERASI PADA PECAHAN DESIMAL

1.13.2 Perkalian Bilangan dalam Bentuk Desimal
1. Perkalian dengan 10 dilakukan dengan menggeser bilangan satu
tempat ke kiri, atau menggeser tanda koma satu tempat ke kanan.
2. Perkalian dengan 100 dilakukan dengan menggeser bilangan dua
tempat ke kiri, atau menggeser tanda koma dua tempat ke kanan.
Hasil perkalian bilangan desimal dengan 10, 100, 1.000, 10.000, dan
seterusnya dapat ditentukan dengan cara menggeser tanda koma
ke kanan sesuai dengan banyaknya angka nol.
1.13 OPERASI PADA PECAHAN DESIMAL

1.13.2 PERKALIAN BILANGAN DALAM BENTUK DESIMAL
banyak tempat desimal dari hasil
kali bilangan-bilangan desimal
diperoleh dengan menjumlahkan
banyak tempat desimal dari
pengali-pengalinya.

hasil pembagian bilangandesimal dengan 10 dan 100 dapat ditentukan
dengan cara menggeser tanda koma ke kirimenurut banyaknya angka nol.
Hal ini juga berlaku untuk pembagian dengan 1.000, 10.000,100.000, dan
seterusnya.
Contoh:
1. 3 4 5 6 , 7 8 : 100 = 34,5678 tanda koma bergeser 2 angka ke kiri 2
2 . 3 4 5 6 , 78 : 1.000 = 3,45678 tanda koma bergeser 3 angka ke kiri 3
3. 3456,78 : 100.000 = 0 3 4 5 6 , 7 8 : 100.000 = 0,0345678
tanda koma bergeser 5 angka 5 kekiri
1.13.3 PEMBAGIAN BILANGAN DALAM BENTUK
DESIMAL

1.13.3 PEMBAGIAN BILANGAN DALAM BENTUK
DESIMAL
Untuk membagi suatu bilangan dengan bilangan desimal, usahakan
agar pembaginya merupakan bilangan bulat

1.14.1 Pembulatan Pecahan Desimal
Aturan pembulatan untuk bilangan desimal.
1. Untuk membulatkan bilangan sampai 1 desimal, perhatikan
angka desimal yang ke-2! Untuk membulatkan bilangan sampai 2
desimal, perhatikan angka desimal yang ke-3, dan seterusnya!
2. Jika angka yang akan dibulatkan lebih dari atau sama dengan 5,
maka angka di depannya bertambah 1.
3. Jika angka yang akan dibulatkan kurang dari 5, maka angka di
depannya tetap (tidak bertambah).
1.14 TAKSIRAN PADA BILANGAN DESIMAL

1.14.1 PEMBULATAN PECAHAN DESIMAL

Untuk melakukan pembulatan bilangan desimal ke satuan terdekat,
dapat dilakukan dengan aturan berikut.
•Perhatikan angka desimal yang ke-1 (angka persepuluhan)!
•Jika angka persepuluhannya kurang dari 5, maka angka
persepuluhan tersebut dihilangkan,sehingga angka satuannya tidak
berubah.
•Jika angka persepuluhannya lebih dari atau sama dengan 5, maka
angka
•persepuluhan tersebut dibulatkan ke atas menjadi 1 satuan,
sehingga angka satuannya bertambah 1.
1.14.2 PEMBULATAN KE BILANGAN SATUAN

1.14.2 PEMBULATAN KE BILANGAN SATUAN

Pembulatan bilangan desimal sangat bermanfaat dalam operasi
hitung bilangan desimalkarena dengan pembulatan kita dapat
memperkirakan atau menaksir hasil operasi hitung yang diperoleh.
Dengan demikian, jika terjadi kesalahan, maka kita dapat segera
mengoreksinya.
1.14.3 MENAKSIR HASIL PERKALIAN DAN
PEMBAGIAN BILANGAN DESIMAL

1.14.3 MENAKSIR HASIL PERKALIAN DAN PEMBAGIAN
BILANGAN DESIMAL
1. Tentukan taksiran hasil perkalian berikut!
a. 11,8 × 10,2 b. 15,375 × 111,75
Jawab:
a. 11,8 × 10,2 ≈ 12 × 10b. 15,375 × 111,75 ≈ 15 × 112
≈ 120 ≈ 1.680
2. Tentukan taksiran hasil pembagian berikut!
a. 225,12 : 24,93 b. 897,95 : 30,15
Jawab:
a. 225,12 : 24,93 ≈ 225 : 25 b. 897,95 : 30,15 ≈ 898 : 30
≈ 9 ≈ 900 : 30
≈ 30

1.15 BILANGAN RASIONAL

Catatan:
Jika bilangan desimalnya berulang dua angka, kalikanlah dengan
100, dan jika berulang tiga angka, kalikanlah dengan 1.000, dan
seterusnya.