Pengertian Obat Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Obat adalah bahan atau paduan bahan , termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan , penyembuhan , pemulihan , peningkatan kesehatan dan kontrasepsi , untuk manusia .
Pemilihan Bentuk Sediaan Obat berdasarkan : Faktor Penyakit Faktor Pasien Faktor Obat
Bentuk Sediaan Solid ( Padat ) Bentuk Sediaan Semi Solid ( setengah Padat ) Bentuk Sediaan Liquid ( Cair ) Bentuk Sediaan Lain/ Khusus BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO)
Bentuk Sediaan Solid ( Padat ) Tablet Kapsul Pulvis Pulveres
TABLET Sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi , dibuat dengan cara dikempa dalam bentuk umumnya tabung pipih , yang kedua permukaannya rata/ cembung .
TABLET ZAT-ZAT TAMBAHAN dalam pembuatan tablet: Zat Pengisi : laktosa , sukrosa , glukosa etc Zat pengikat : pati , gelatin, gom arab etc Zat pelicin : Talk, Mg- stearat , asam stearat etc Penghancur : Primojel
TABLET TABLET KUNYAH ( cheweable ) → cara pemakaiannya dengan cara dikunyah u/ formulasi tablet anak , multivitamin, antasida , antibiotik tertentu Ex : Erysanbe chew Promag
TABLET 2. TABLET SUBLINGUAL → Tablet yang disisipkan dibawah lidah Contoh : obat vasodilator →ISDN 3. TABLET BUKAL → Tablet yang disisipkan disekitar selaput lendir pipi Contoh : tablet progesteron * Kedua cara diatas berguna untuk penyerapan obat yang dirusak oleh cairan lambung / sedikit sekali dicerna sal.Cerna → akan langsung diserap mll pembuluh darah
TABLET 4. TABLET HISAP (Lozenges) → tablet yang dapat melarut / hancur perlahan dalam mulut Ditujukan u/ pengobatan iritasi lokal / ataupun nfeksi mulut dan tenggorokan Ex : FG Troches Degirol
TABLET 5. TABLET EFFERVESCENT → Tablet berbuih yang dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam efervescent / bahan lain yang dapat melepaskan gas ketika bercampur dengan air, seperti as.sitrat-Na.karbonat . Contoh : CDR, Redoxon , Aspirin effervescent
TABLET 6. TABLET SALUT Tablet disalut dengan berbagai alasan : * melindungi zat aktif dari cahaya,udara,kelembaban * menutupi rasa dan bau yang tidak enak * membuat penampilan lebih menarik * mengatur tempat pelepasan obat dalam sal.cerna Macamnya : * tablet salut biasa → biasanya disalut dengan gula * tablet salut enterik → tujuannya menunda pelepasan obat sampai melewati lambung → obat rusak karena cairan lambung atau obat dapat mengiritasi lambung . Contoh : Bisakodil ( karena dapat mengiritasi lambung )
TABLET 7. TABLET VAGINAL (vaginal insert) → dimaksudkan untuk diletakkan dalam vagina dengan alat penyisip khusus , di dalam vagina obat akan dilepaskan dan umumnya untuk efek lokal . Contoh : Naxogin complex vaginal Flagystatin tab vaginal
TABLET 8. TABLET BERLAPIS (Multi Layer Tablet) Tablet yang dibuat berlapis -lapis, dengan tujuan : Memisahkan bahan obat yang tak tercampurkan Jika diinginkan efek yang bersambung Estetika Contoh : Decolgen Tab
TABLET 9. TABLET LEPAS LAMBAT → Tablet yang dibuat sedemikian rupa untuk melepaskan obatnya secara perlahan-lahan sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan . Umumnya dikenal sebagai tablet yang kerjanya : controlled release, delayed release, sustained release, sustained action, prolonged release, timed realease , slow release. Contoh : Avil retard, Profenid CR, Isoptin SR, Adalat OROS
KAPSUL Sediaan berupa serbuk obat yang diisikan dalam cangkang kapsul atau sediaan cairan setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar a. Kapsul Keras Cangkang dibuat dari gelatin Isi : serbuk , butiran , granul , tablet kecil , bahan semi padat / cairan b. Kapsul Lunak Cangkang dibuat dr campuran gelatin,gliserol,sorbitol / metilselulosa Isi : cairan , suspensi , bahan bentuk pasta
Tujuan Dibuat Kapsul Menghindari rasa pahit / tidak enak dari bahan obat Dapat membagi obat dalam dosis yang tepat Melindungi obat dari pengaruh luar ( pengaruh oksidasi dar O2 )
Bentuk tablet yang dibungkus dengan lapisan gula dan biasanya diberi zat warna yang menarik . KAPLET
PULVIS ( Serbuk ) campuran obat dan atau bahan kimia dalam bentuk kering halus dan homogen . Pulvis = Bulk Powder = serbuk yang tak terbagi Contoh : Caladine powder, enbatic serbuk tabur
PULVERES → Merupakan suatu campuran yang terdiri dari 1 atau lebih bahan obat yang dibuat dalam bentuk terbagi-bagi , yang kering , halus dan homogen . Tujuan Dibuat dalam bentuk Pulveres : Diinginkan dosis tertentu Diinginkan beberapa macam obat pada satu sediaan sesuai dengan kepentingan pengobatan Campuran obat lebih stabil dibandingkan larutan ** harus diperhatikan tak tercampurnya obat-obatan baik secara kimia , fisik , maupun farmakologis .
Emulsi Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi , fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan lainnya , umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi .
Guttae ( Obat Tetes ) Merupakan sediaan cairan berupa larutan , emulsi , atau suspensi Untuk obat dalam atau obat luar , digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: Guttae ( obat dalam ), Guttae Oris ( tetes mulut ), Guttae Auriculares ( tetes telinga ), Guttae Nasales ( tetes hidung ), Guttae Ophtalmicae ( tetes mata ).
Suspensi Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair . Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan
Jenis Suspensi Suspensi Oral → ditujukan untuk penggunaan oral Suspensi Topikal → ditujukan untuk penggunaan pada kulit Suspensi Tetes Telinga → ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar Suspensi Optalmik → ditujukkan untuk penggunaan pada mata . Suspensi u/ injeksi → sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Suspensi untuk injeksi terkontinyu → sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai .
d. Injectiones ( Injeksi ) Merupakan sediaan steril berupa larutan , emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan , yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir . Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut .
LIQUID /CAIR Obat suntik /Injection/ Injectio . Sediaan cair yang steril dapat berupa larutan , suspensi atau serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu maupun emulsi , yang penggunaannya secara parenteral, suntikan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir . Wadah : Ampul untuk pemakaian tunggal Vial untuk penggunaan tunggal maupun ganda Pelarut : dapat aqua pro injectio atau minyak atau campuran cairan yang lain (air dan gliserin )
SUPPOSITORY / SUPOSITORIA Bentuk sediaan obat padat yang penggunaannya dimasukkan ke dalam lubang tubuh misalnya : vaginal dan uretral . Dapat melunak / meleleh , larut atau pecah pada suhu tubuh . Dapat terdiri dari obat tunggal maupun campuran . Dapat berefek sistemik ( asma , antipiretik , pelemas otot / kejang ) maupun lokal ( trikomoniasis , hemoroid dll ). Digunakan bila : Obat tidak dapat lewat mulut ( mual,muntah atau tidak sadar ). Kontra indikasi penggunaan oral (post operasi , rusak oleh asam lambung , mengiritasi lambung atau tidak dapat dicerna ) Penggunaan yang lama ( lambat diabsorbsi ). Dikehendaki efek lokal ( hemoroid , dll ).
Salep Sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir Krim Bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai .
Cara Pemberian Obat Per Oral ( Melalui Mulut ) Sediaan yang digunakan : Tablet , Kapsul , Larutan ( solutio ), sirup,eliksir,magma,gel dan bubuk . Sublingual (Di bawah lidah ) Sediaan yang digunakan : Tablet trokhisi / tablet hisap Parenteral Dengan suntikan ( intravena , intraarterial , intrakardiak ); intraspinal atau intra tekal ( tulang punggung ). intraosseus ( tulang ); intra artikular ( sendi ); Intrasinovial ( daerah cairan sendi ); intrakutan , intradermal ( kulit ); subkutan ( dibawah kulit ) Intramuscular ( melalui otot ); Sediaan yang digunakan : Larutan , suspensi .
Epikutan ( topikal ), transdermal ( permukaan kulit ) Sediaan yang digunakan : Salep , krim , pasta, plester , bubuk , erosol , lotion, dll Intraocular/ intra aural ( selaput mata ) Bentuk sediaan yang digunakan : larutan , salep , suspensi . Intranasal ( melalui hidung ) Bentuk sediaan yang digunakan : Larutan , semprot , inhalan , salep Intrarespiratori ( melalui paru-paru ) Bentuk sediaan : aerosol Rectal ( melalui rectum) Bentuk sediaan : Larutan ; salep , supositoria Vaginal Bentuk sediaan : Larutan , salep , busa emulsi , tablet, supositoria Uretal ( melalui uretra ) Bentuk sediaan : Larutan , supositoria
Nama Obat di Pasaran Dalam pemasarannya , obat juga dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan nama mereknya , antara lain adalah : a. Obat Paten b. Obat Generik Bermerek c. Obat Generik
Obat Paten Obat paten atau specialité adalah obat milik perusahaan tertentu dengan nama khas yang diberikan produsennya dan dilindungi hukum , yaitu merek terdaftar (proprietary name). Dalam pengertian lain, obat paten adalah obat yang memiliki hak paten.
Obat Generik Bermerek Obat generik bermerek bernama dagang adalah obat generik dengan nama dagang yang menggunakan nama milik produsen obat yang bersangkutan . ( Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/ Menkes /068/I/2010)
Obat Generik Obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat khasiat yang dikandungnya . obat dengan nama umum tanpa melanggar hak paten obat bersangkutan ( Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/ Menkes /068/I/2010)