FARMAKOTERAPI ANEMIA MULAI APT. KIKI RAWITRI, M.FARM. Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah F A K U L T A S F A R M A S I Program Studi Sarjana Farmasi
Definisi Anemia is a group of diseases characterized by a decrease in either hemoglobin ( Hb ) or the volume of red blood cells (RBCs ), which results in decreased oxygen-carrying capacity of the blood. Anemia is defined by the World Health Organization as Hb <13g/ dL (<130 g/L; <8.07 mmol /L) in men and <12g/ dL (<120 g/L; <7.45 mmol /L) in women . ( DiPiro et al., 8 th editions, 2011).
Hemoglobin? Hemoglobin suatu bahan yang penting sekali dalam eritrosit juga dibentuk dalam sumsum tulang , hemoglobin ini dibentuk dari heme dan globin . Heme adalah suatu derivate porfirin yang mengandung besi . Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru . Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah . Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi ( heme ), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta.
Epidemiologi Kejadian anemia bervariasi tetapi diperkiakan sekitar 30% penduduk dunia menderita anemia, dimana prevalensi tertinggi berada di Negara negara sedang berkembang . Prevalensi anemia adalah sekitar 8- 44%, dengan prevalensi tertinggi pada laki - laki usia 85 tahun atau lebih . Dari beberapa hasil studi lainya dilaporkan bahwa prevalensi anemia pada laki - laki adalah 27 - 40 % dan wanita adalah 16 - 21 %. P enyebab tersering anemia adalah anemia kronik dengan prevalensinya sekitar 35%, diikuti oleh anemia defisiensi besi sekitar 15%. Penyebab lainya yaitu defisiensi viamin B12, defisiensi asam folat , perdarahan saluran cerna dan sindroma mielodisplastik . Pada lansia penderita anemia berbagai penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhan penyakit lebih mudah timbul dan penyembuhanya akan semakin lama (WHO, 2015).
Etiologi Anemia merupakan suatu keadaan kronis yang dikarakterisasi dengan penurunan hemoglobin atau sel darah merah yang berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. Selain ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, anemia juga dikarakterisasi dengan penurunan hematokrit atau hitung eritrosit ( red cell count ). Anemia bisa terjadi karena: Defisiensi Fe: diakibatkan oleh kegagalan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan zat besi fisiologis. Defisiensi vitamin B 12 : akibat asupan makanan yang tidak mencukupi, gejala malabsorpsi atau absorpsi yang menurun dan pemanfaatan yang tidak mencukupi juga dapat menimbulkan anemia. Defisiensi asam folat: ketika produksi asam folat terbatas ( Hyperutilization ). Anemia c h ronic disease (ACD): merupakan respon terhadap rangsangan dari sistem kekebalan tubuh selular oleh berbagai proses penyakit yang mendasarinya. Hal ini b i sa terjadi akibat gangguan fungsi sumsum tulang. Anemia pada geriatri: faktor resiko penyebab anemia adalah ras dan etnik. Anemia akibat gangguan periferal (hemolitik): akibat berkurangnya masa hidup dari RBC (Dipiro et al., 2008)
Patofisiologi Anemia dapat terjadi karena : Kehilangan darah berlebih Terjadi pendarahan karena luka perifer atau karena penyakit misalnya gastric ulcer dan hemorrhoid. Pendarahan kronis : Pendarahan vagina, Peptic ulcer , Parasit intestinal, Aspirin dan AINS lain Destruksi berlebihan sel darah merah : Antibodi sel darah merah , Obat-obatan , Sequestrasi berlebihan pada limpa Faktor intrakorpuskular : Hereditas , Kelainan sintesis Hb Produksi eritrosit kurang Defisiensi nutrien (Fe, B12, asam folat , protein) Defisiensi eritroblas : Anemia aplastik , Antagonis asam folat , Eritroblastopenia terisolasi , antibodi Kondisi infiltrasi sumsum tulang : Limfoma , Leukemia, Mielofibrosis , Karsinoma Abnormalitas endokrin : Hipotiroid , Insufisiensi adrenal, Insufisiensi Pituitary Penyakit ginjal kronis Penyakit inflamasi kronis : Granulomatous disease , Collagen vascular disease Penyakit hati
Proses Hematopoiesis
Kriteria Anemia (WHO)
Gejala dan Tanda-Tanda Klinis
Gejala dan Tanda-Tanda Klinis Gejala k linis tergantung penyebab anemia, dan individu Anemia akut : Gejala kardiorespiratori seperti takikardi, kepala terasa ringan, dan sesak napas. Anemia kronis : Rasa lelah, letih, vertigo, pusing, sensitif terhadap dingin, pucat. Anemia hipokromik Rasa tak enak di lidah, penurunan aliran saliva, pagophagia ( compulsive eating of ice ). Anemia megaloblastik : Kulit pucat, ikterus, atropi mukosa gastrik. (Dipiro , et al., 2008). Hitung darah lengkap atau Complete blood count (CBC) dengan menghitung jumlah sel darah merah (hemoglobin, hematokrit, jumlah retikulosit), Hitung indeks sel darah merah (MCV, MHC, MCHC, RDW). Hitung sel darah putih dan jumlah besi dalam tubuh (RBC, Retikulosit, hapusan darah periferal, serum feritinin) (Harrison, 2008). Pemeriksaan Laboratorium
Indeks Eritrosit Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan ( packed cell volume, PCV ) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu . Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah . Nilai normal HMT: Anak : 33-38% Laki-laki Dewasa : 40-50% Perempuan Dewasa : 36-44% Kapasitas ikatan besi total (TIBC), besi serum (serum iron/SI) dan Ferritin digunakan untuk menentukan cadangan besi dalam tubuh
Indeks Eritrosit Mencakup parameter eritrosit , yaitu : 1. Mean cell / corpuscular volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata (VER) MCV = Hematokrit (l/l) / Jumlah eritrosit (10 6 /µL) Normal 80-96 fL ( femtoliter ) 2. Mean Cell Hemoglobin Content (MCH) atau hemoglobin eritrosit rata-rata (HER) MCH ( pg ) = Hemoglobin (g/l) / Jumlah eritrosit (10 6 /µL) Normal 27-33 pg ( pikogram ) 3. Mean Cellular Hemoglobin Concentration (MCHC) atau konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata (KHER) MCHC (g/ dL ) = konsentrasi hemoglobin (g/ dL ) / hematokrit (l/l) Normal 33-36 g/ dL 4. Red Blood Cell Distribution Width (RDW) RDW adalah perbedaan / variasi ukuran ( luas ) eritrosit . Nilai RDW berguna memperkirakan terjadinya anemia dini , sebelum nilai MCV berubah dan sebelum terjadi gejala . Peningkatan nilai RDW dapat dijumpai pada anemia defisiensi ( zat besi , asam folat , vit B12), anemia hemolitik , anemia sel sabit . Ukuran eritrosit biasanya 6-8µm, semakin tinggi variasi ukuran sel mengindikasikan adanya kelainan . RDW = standar deviasi MCV / rata-rata MCV x 100 Nilai normal rujukan 11-15%
Nilai Normal Indeks Darah
Anemia Classification 01 02 03
Anemia Gangguan Pembentukan Eritrosit 01 02 03 Megaloblaster Vit B12 dan Asam Folat Kekurangan vitamin B12 dan atau asam folat akan menyebabkan berkurangnya mitosis sel. Terbentuk sel eritrosit yang abnormal dan berukuran besar dalam jumlah yang tidak cukup sehingga terjadi keadaan anemia ( makrositosis ). Di samping itu sel eritrosit berinti yang terdapat dalam sumsum tulang lekas hancur dalam sumsum tulang sebelum mencapai bentuk eritrosit matang Ferri Prive ( Mikrositik ) Fe Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil ( mikrositer ) dan kurang mengandung Hb di dalamnya ( hipokrom )
01 02 03
01 02 03 Algoritma Diagnosis Anemia
Terapi Non Farmakologi T erapi non farmakologi untuk membantu penyembuhan, yaitu dengan cara sebagai berikut: Mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti sayuran, daging, ikan dan unggas. Dapat digunakan suplemen multi-vitamin yang mengandung vitamin B 12 dan asam folat sebagai terapi profilaksis maupun memperbaiki defisiensi vitamin B 12 ataupun asam folat. Pada pasien dengan anemia kritis dapat dilakukan transfusi sel darah merah (Wells et al ., 2006).
Sumber Makanan yang mengandung Vitamin B12
Terapi Farmakologi Anemia Defisiensi Vit B12 Vitamin B12 (1-2 mg) Injeksi Cyanocobalamin 1000 mcg tiap hari selama 1 minggu , kemudian seminggu sekali selama satu bulan , dilanjutkan sebulan sekali (IM 1000 mcg/ hari ) Nasal spray 1 kali seminggu
Terapi Farmakologi Anemia Defisiensi Asam folat
Terapi Farmakologi Besi ( fe ) Suplemen zat besi Dalam bentuk Fe (2+) Sulfat , laktat , fumarat , Suksinat , Glisin , glutamat dan glukonat lebih mudah diabsorpsi di duodenum Kombinasi dengan vitamin C >> absorpsi Dosis : 200 mg terbagi 2-3x sehari Digunakan satu jam sebelum makan hindari interaksi dengan makanan
Anemia Inflamasi Anemia inflamasi atau anemia chronic disease adalah anemia hipoproliferatif yang berhubungan dengan proses infeksi atau inflamasi , kerusakan jaringan dan kondisi yang terkait dengan pelepasan sitokinin pro inflamasi .
Terapi Farmakologi Anemia Inflamasi Transfusi darah Erythropoesis -stimulating agents ( ESAa ) Epoetin alfa : 50-100 units/ kg (3 x 1 minggu ) Darbepoetin alfa : 0,45 mcd/kg (1 x 1 minggu )
Anemia Hemolitik Anemia yang terjai karena proses haemolisis , Terjadi pemecahan eritrosit sebelum waktunya (normal 100-120 hari ) Etiologi : Defisiensi enzim Glukosa -6 - phosphat dehidogenase (G6PD) yang bekerja pada jalur fosfat pentosa metabolisme karbohidrat Tanda klinis : Palor Urine berwarna gelap Demam Kelemahan Kebingungan Intoleransi aktifitas fisik Terapi Farmakologi : Hindari paparan zat oksidan yang mencetuskan hemolisis ditanyakan pada pasien pada anamnesis Pada haemolisis berat diperlukan transfusi darah
Anemia Berhubungan Dengan Usia Geriatric Fungsi fisiologis menurun Penyakit kronis Defisiensi faktor instrinsik Disregulasi sitokin proinflamasi (IL-6 ) inhibisi produksi EPO dan interaksi dengan reseptor Pediatric Kekurangan Hb saat lahir Darah abnormal Penurunan produksi EPO Kelahiran premature Kehilangan darah Hemolisis Terapi Farmakologi Anemia Pediatric Transfusi darah pada bayi prematur Ferous sulfat ( umur 9-12 bulan ) Dosis : 3mg/kg (2x1 hari) selama 4 minggu Asam folat Dosis : 1-3 mg ( setiap hari )
SOAL KASUS Studi Kasus Walter (71 tahun ) datang ke rumah sakit mengeluhkan fatigue ( kelelahan yang amat sangat ), khususnya seminggu terakhir . Lima tahun yang lalu , Walter mengalami defekasi dengan feces berwarna hitam dan gelap . Kelainan ini berlangsung cukup lama. Menurut dokter di klinik dekat rumahnya , ia mengalami anemia yang parah dan direkomendasikan untuk menjalani transfusi darah di rumah sakit . Walter biasa mengonsumsi ibuprofen, 600mg 3-4 kali per hari untuk mengobati arthritis pada lututnya karena sudah tua . Dia mengalami nausea dan pusing . Tujuh tahun yang lalu ia pernah mengalami pendarahan di saluran cerna tetapi tidak dilakukan diagnosis. Pertanyaan : Anemia apa yang dialami pasien dan faktor resiko apa yang memicunya Rekomendasi penanganan yang tepat yang akan disampaikan pada dokter
Hasil Lab Parameter darah Nilai Hb 7,2 g/ dL Hct 25% RBC 3,77 x 106/mm3 MCV 66,2 mcg3 MCH 19 pg MCHC 28,7 g/ dL RDW 20,90 % Ferritin 5 ng /ml Vit B12 680 pg /ml Asam folat 8,2 mg/ml Keluhan Lelah yang amat sangat Melena Mual Pusing Pendarahan saluran cerna Hasil pemeriksaan dibawah normal untuk : Hb Hct Fe Penentuan Diagnosis
Penatalaksanaan dan Pemantauan Penatalaksanaan Menghilangkan gejala tidak nyaman dan meningkatkan kualitas hidup Transfusi darah Fe sulfat 325 mg 3x/ hari Memperbaiki etiologi yang menjadi dasar terjadinya anemia Esomeprazol 40 mg i.v / hari Mencegah pendarahan yang dapat memicu kematian Pemantauan Monitoring parameter darah lengkap dan fungsi hati