Panduan Operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah.pdf

jinariah77 12 views 39 slides Mar 14, 2025
Slide 1
Slide 1 of 39
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36
Slide 37
37
Slide 38
38
Slide 39
39

About This Presentation

Model Kompetensi Pengawas


Slide Content


A

A

Judul
Panduan Operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah
Penerbit
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia
Penanggungjawab
Temu Ismail (Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan)
Dr. Kasiman (Plt. Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah dan Tenaga Kependidikan)
Putra Asga Elevri, S.Si., M.Si. (Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus)
Tim Penyusun
Antoni Putra
Auditya Firza Saputra
Badriati
Budi Kusumawati
Budi Setiawan Muhammad
Dian Fajarwati
Dian Wahyuni
Dyah Ratri Ismi Hayuningtyas
Fina Azmiya
Garti Sri Utami
Hardianti Kusumawardani
Haryati
Lido Cahyadi
Ingga Vistara
Iswatun Khoiriyah
Maisya Farhati
Medira Ferayati
Mila Novita
Nya’ Zata Amani
Putri R.D Lestari
Rizqy Rahmat Hani
Rosdianica Dewi Lestari
Tita Lestari
Ulfa Mahmudah
Weilin Han
Yuli Rifiani
Zainal Arifin
Kontributor
Ainul Mardhiah
Arthalina Romauli Sinaga
Ayat Sudrajat
Burhanuddin
Deden Rachmawan
Desi Idiawati
Dewi Perwitasari
Djumadi
Elliza
Emy Wahyuni
H. Supyanto
Halimatu Sadiah
Hamsinah
Hasbullah
Heny Subiyanti
Irwansah
Isoh Sukaesah
Joko Prasetiyo
Juwaroh
Karjono
Liestya Kusuma Sari
Lily Rosnawati
Lis Nuk Minatin
Muh. Raisuddin
Muhammad Syarif
Muzwarto
Nani Handayani
Neny Suharni Sofyan
Noor Rita Syofiyawati
Nurjasmi
Rosmala Dewi
Rudi Candra
Rudi Hariyanto
Samsudin
Soepriatin
Poerwantiningtyas
Sri Luluk Agustiningsih
Sri Warningsih
Suaibatul Aslamiah
Suki Suwardi
Suweno
Suyono
Syahrizal
Syamsul Mardan
Tati Maryati
Tri Endang Estu Nastiti
Tri Wahyu Rindayani
Ujang Syarif Hidayat
Winarti
Yonatan Wibisono
Zulkifli
Desainer Grafis
Hutari Maya Rianti
Penataletak
Arsyahfira Putri Decinta
© Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Cetakan Pertama, 2023.

2
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas terbitnya buku Panduan Operasional Model
Kompetensi Pengawas Sekolah ini.
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbudristek telah menerbitkan rangkaian
kebijakan guna mendorong transformasi peran pengawas sekolah sebagai pendamping bagi kepala sekolah.
Dengan fokus pada tugas baru sebagai pendamping atau teman belajar bagi kepala sekolah, maka pengawas
sekolah memerlukan serangkaian kompetensi yang mendukung peran tersebut. Dengan demikian, hadirnya
Peraturan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 7328/B.B1/HK.03.01/2023 tentang Model
Kompetensi Pengawas Sekolah beserta dokumen operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah menjadi
momentum yang amat penting.
Direktorat Jenderal GTK bekerja sama dengan berbagai pihak dalam merancang model kompetensi pengawas
sekolah. Rancangan ini merujuk pada berbagai literatur dan standar kompetensi pengawas sekolah dari
negara-negara lain. Dengan harapan bahwa model kompetensi ini dapat memberikan landasan yang kuat,
sehingga pengawas sekolah Indonesia dapat dilengkapi memiliki kompetensi yang tidak hanya sesuai dengan
tuntutan nasional, tetapi juga relevan secara global.
Panduan Operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah disusun sebagai dokumen operasional yang berisi
deskripsi fokus area dari masing-masing indikator kompetensi pengawas sekolah, yakni kompetensi
profesional, kepribadian, dan sosial, sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Direktur Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan Nomor 7328/B.B1/HK.03.01/2023 tentang Model Kompetensi Pengawas Sekolah.
Kami berharap panduan operasional ini dapat menjadi alat bantu bagi pengawas sekolah untuk lebih mudah
memahami dan menerapkan tiap-tiap kompetensi. Sehingga pengawas sekolah termotivasi untuk terus
mengembangkan kemampuan dan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Selain itu, panduan operasional ini
juga dapat digunakan oleh para pemangku kebijakan dalam rangka pembinaan, pengembangan kompetensi,
serta peningkatan mutu dan kinerja pengawas sekolah.
Tidak lupa, terima kasih kami sampaikan kepada tim penyusun, para kontributor, kelompok kerja, penata letak
dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan penyempurnaan dokumen ini.
Jakarta, 13 Desember 2023
Sekretaris Direktorat Jenderal GTK
Temu Ismail
NIP. 197003072002121001
Kata
Pengantar

3
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................................................................. 3
Daftar Isi ........................................................................................................................................................... 4
A. Pendahuluan ................................................................................................................................................. 6
Tujuan Panduan Operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah...................................................... 6
B. Pengorganisasian Model Kompetensi Pengawas Sekolah ......................................................................... 7
Kompetensi .......................................................................................................................................... 7
Indikator dan Sub-Indikator Kompetensi ............................................................................................... 7
Level Kompetensi ................................................................................................................................. 9
Level 1 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Paham ........................................................................... 9
Level 2 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Dasar ............................................................................ 9
Level 3 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Menengah .................................................................... 10
Level 4 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Mumpuni ..................................................................... 10
Level 5 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Ahli .............................................................................. 10
C. Kerangka Operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah ................................................................. 11
1. Kompetensi Kepribadian .................................................................................................................. 11
Indikator 1.1. Kematangan moral, emosi dan spiritual dalam berperilaku sesuai dengan kode etik ........ 11
Sub-Indikator 1.1.1. Makna, tujuan, dan pandangan hidup berdasarkan prinsip moral dan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalankan peran sebagai pengawas sekolah .................. 12
Sub-Indikator 1.1.2. Pengelolaan emosi dalam menjalankan peran sebagai pengawas sekolah ...... 12
Sub-Indikator 1.1.3. Penerapan kode etik dalam menjalankan tugas dan peran sebagai pengawas
sekolah ......................................................................................................................................... 13
Indikator 1.2. Pengembangan diri melalui kebiasaan refleksi ................................................................ 13
Sub-Indikator 1.2.1. Refleksi untuk perencanaan pengembangan diri dalam peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik ....................................................... 13
Sub-Indikator 1.2.2. Cara adaptif melakukan pengembangan diri untuk peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik ................................................................... 14
Sub-Indikator 1.2.3. Penerapan hasil pengembangan diri untuk peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta didik ................................................................................ 14
Indikator 1.3. Orientasi berpusat pada peserta didik ............................................................................. 14
Sub-Indikator 1.3.1. Empati terhadap peserta didik dalam pengambilan keputusan pendampingan
kepada kepala sekolah .................................................................................................................. 15
Sub-Indikator 1.3.2. Respek terhadap hak peserta didik dalam pendampingan kepada kepala
sekolah ......................................................................................................................................... 15
Sub-Indikator 1.3.3. Kepedulian terhadap keselamatan dan keamanan peserta didik sebagai
individu dan kelompok dalam menjalankan peran sebagai pengawas sekolah ............................... 16
2. Kompetensi Sosial ........................................................................................................................... 17
Indikator 2.1. Kolaborasi untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada
peserta didik ....................................................................................................................................... 17
Sub-Indikator 2.1.1. Komunikasi efektif dengan kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik .................................................................... 17
Sub-Indikator 2.1.2. Kerja sama dengan seluruh kepala sekolah dampingan dan rekan sejawat
untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik ................ 18
Indikator 2.2. Keterlibatan pemangku kepentingan untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta didik. ....................................................................................................... 18
Sub-Indikator 2.2.1. Pelibatan pemangku kepentingan dalam pendampingan kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik .......................... 19

4
Sub-Indikator 2.2.2. Berkoordinasi secara berkala dengan pemangku kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik .......................... 19
Indikator 2.3. Keterlibatan dalam organisasi profesi dan jejaring yang lebih luas untuk peningkatan
mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik .................................................... 20
Sub-Indikator 2.3.1. Berpartisipasi aktif dalam organisasi profesi dan jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik ......................... 20
Sub-Indikator 2.3.2. Berbagi praktik baik dan karya pendampingan kepada kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik .......................... 21
3. Kompetensi Profesional ................................................................................................................... 21
Indikator 3.1. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam pengembangan diri untuk peningkatan
mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik ..................................................... 21
Sub-Indikator 3.1.1. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan diri kepala sekolah .............................................................................................. 22
Sub-Indikator 3.1.2. Pendampingan kepada kepala sekolah untuk menyusun rencana
pengembangan diri ...................................................................................................................... 22
Sub-Indikator 3.1.3. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam melaksanakan pengembangan
diri sesuai dengan rencana pengembangan diri ............................................................................ 23
Indikator 3.2. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam pengembangan satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan pendidikan yang berpusat pada peserta didik. .......................................... 23
Sub-Indikator 3.2.1. Pemetaaan komitmen perubahan kepala sekolah dampingan, strategi, dan
metode pendampingan pada perencanaan pendampingan satuan pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk peningkatan mutu layanan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
.................................................................................................................................................... 24
Sub-Indikator 3.2.2. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam perencanaan program
pengembangan satuan pendidikan berbasis profil satuan pendidikan untuk peningkatan mutu
layanan yang berpusat pada peserta didik. ................................................................................... 25
Sub-Indikator 3.2.3. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan program
pengembangan satuan pendidikan untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik. ........................................................................................................ 25
Indikator 3.3. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam mengelola implementasi kebijakan
pendidikan pada satuan pendidikan untuk peningkatan mutu layanan pendidikan yang berpusat pada
peserta didik. ..................................................................................................................................... 26
Sub-Indikator 3.3.1. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam mengkaji kebijakan pendidikan
untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik ................ 26
Sub-Indikator 3.3.2. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam implementasi kebijakan
pendidikan untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
.................................................................................................................................................... 27
Glosarium .................................................................................................................................................. 28
Referensi ................................................................................................................................................... 31

5
A.Pendahuluan
Penyusunan model kompetensi yang terstruktur, terinci, dan terukur bagi pengawas sekolah dalam
peran baru sebagai pendamping satuan pendidikan menjadi langkah penting dalam mendukung
misi transformasi pendidikan. Serangkaian kompetensi ini bukan hanya sebagai pedoman
administratif, tetapi juga sebagai alat untuk memastikan bahwa pengawas sekolah memiliki
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam dunia
pendidikan yang terus berubah.
Dalam mengukur kompetensi pengawas sekolah, salah satu metodenya adalah melalui uji
kompetensi. Model kompetensi pengawas sekolah yang telah ditetapkan dalam Peraturan
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor 7328/B.B1/HK.03.01/2023 tentang
Model Kompetensi Pengawas Sekolah menjadi pedoman dalam penyusunan instrumen uji
kompetensi.
Penyusunan Model Kompetensi Pengawas Sekolah ini merujuk pada Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menempatkan pengawas sekolah dalam
kategori tenaga kependidikan serta Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang merinci kompetensi tenaga kependidikan meliputi kompetensi
profesional, kepribadian, dan sosial.
Untuk memudahkan para pengawas sekolah dan pemangku kebijakan dalam memahami Model
Kompetensi Pengawas Sekolah, Direktorat Jenderal GTK menerbitkan Panduan Operasional
Model Kompetensi Pengawas Sekolah yang menggambarkan kerangka kerja berisi indikator-
indikator perilaku sesuai tingkat penguasaan setiap kompetensi yang dibutuhkan bagi pengawas
sekolah dalam menjalankan tugasnya.
Tujuan Panduan Operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah
Secara umum, panduan operasional ini bertujuan untuk:
1) Menjadi alat bantu bagi pengawas sekolah dalam mengoperasikan kompetensi teknis dalam
rangka menjalankan tugas profesinya; dan
2) Menjadi dokumen rujukan bagi pengawas sekolah dalam merefleksikan, mengukur, dan
mengevaluasi kompetensinya sebagai dasar merencanakan pengembangan diri yang
berdampak pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Secara khusus, panduan operasional ini diperuntukkan bagi:
1)Instansi Pembina dalam merancang desain dan instrumen uji kompetensi perpindahan
jabatan dan uji kompetensi kenaikan jenjang bagi pengawas sekolah;
2)Para pemangku kebijakan, sebagai tolok ukur dalam pengelolaan kinerja, dan perencanaan
pengembangan kompetensi berkelanjutan; dan
3)Mitra pembangunan dan atau pemangku kepentingan lainnya yang akan berkontribusi dalam
peningkatan kompetensi pengawas sekolah.

6
B.Pengorganisasian Model
Kompetensi Pengawas Sekolah
Model Kompetensi Pengawas Sekolah terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait, yaitu
kompetensi, indikator, sub-indikator, dan level kompetensi. Komponen-komponen ini dapat
disusun dan diorganisasikan sebagai berikut:
Kompetensi
Mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pengawas sekolah termasuk dalam kategori
tenaga kependidikan. Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2021 tentang
Standar Nasional Pendidikan, kompetensi tenaga kependidikan terdiri atas:
1.Kompetensi Kepribadian, yakni kemampuan pengawas sekolah dalam menunjukkan kualitas diri
melalui kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk berperilaku sesuai dengan kode etik,
pengembangan diri melalui kebiasaan refleksi, dan memiliki orientasi berpusat pada peserta
didik.
2.Kompetensi Sosial, yakni kemampuan pengawas sekolah berkolaborasi dengan kepala sekolah,
rekan sejawat, dan masyarakat, serta keterlibatan dengan pemangku kepentingan, organisasi
profesi, dan jejaring yang lebih luas untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
3.Kompetensi Profesional, yakni kemampuan pengawas sekolah dalam mendampingi kepala
sekolah untuk melakukan pengembangan diri, pengembangan satuan pendidikan, dan
mengelola implementasi kebijakan pendidikan pada satuan pendidikan dalam peningkatan
mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Indikator dan Sub-Indikator Kompetensi
Indikator kompetensi merupakan perilaku kunci yang esensial dalam sebuah kompetensi.
Sementara sub-indikator kompetensi merupakan deskripsi operasional dari tiap-tiap fokus area
dalam indikator kompetensi pengawas sekolah yang menunjukkan ketercapaian suatu indikator.
Masing-masing kompetensi memuat tiga indikator kompetensi yang mengikuti urutan penomoran
setiap kompetensi. Selanjutnya, setiap indikator kompetensi terdiri atas beberapa sub-indikator
yang mengacu pada penomoran setiap lingkup indikator kompetensi sebagaimana tercantum
dalam Tabel 1.

7
Tabel 1. Kompetensi, Indikator, dan Sub-Indikator Kompetensi
Kompetensi Indikator Kompetensi Sub-Indikator Kompetensi
1.Kepribadian
1.1. Kematangan moral, emosi
dan spiritual dalam
berperilaku sesuai dengan
kode etik.
1.1.1. Makna, tujuan, dan pandangan hidup
berdasarkan prinsip moral dan keyakinan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam
menjalankan peran sebagai pengawas
sekolah.
1.1.2. Pengelolaan emosi dalam menjalankan
peran sebagai pengawas sekolah.
1.1.3. Penerapan kode etik dalam menjalankan
tugas dan peran sebagai pengawas
sekolah.
1.2. Pengembangan diri melalui
kebiasaan refleksi.
1.2.1. Refleksi untuk perencanaan
pengembangan diri dalam peningkatan
mutu layanan satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
1.2.2. Cara adaptif melakukan pengembangan
diri untuk peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang berpusat pada
peserta didik.
1.2.3. Penerapan hasil pengembangan diri
untuk peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
1.3. Orientasi berpusat pada
peserta didik.
1.3.1. Empati terhadap peserta didik dalam
pengambilan keputusan pendampingan
kepada kepala sekolah.
1.3.2. Respek terhadap hak peserta didik dalam
pendampingan kepada kepala sekolah.
1.3.3. Kepedulian terhadap keselamatan dan
keamanan peserta didik sebagai individu
dan kelompok dalam menjalankan peran
sebagai pengawas sekolah.
2. Sosial
2.1. Kolaborasi untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
2.1.1. Komunikasi efektif dengan kepala
sekolah untuk peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang berpusat pada
peserta didik.

8
Kompetensi Indikator Kompetensi Sub-Indikator Kompetensi
2.1.2. Kerja sama dengan seluruh kepala
sekolah dampingan dan rekan sejawat
untuk peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
2.2. Keterlibatan pemangku
kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
2.2.1. Pelibatan pemangku kepentingan dalam
pendampingan kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik
2.2.2. Berkoordinasi secara berkala dengan
pemangku kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
2.3. Keterlibatan dalam
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
2.3.1. Berpartisipasi aktif dalam organisasi
profesi dan jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
2.3.2. Berbagi praktik baik dan karya
pendampingan kepada kepala sekolah
untuk peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
3.Profesional
3.1. Pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
3.1.1. Pendampingan kepada kepala sekolah
dalam mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan diri kepala sekolah.
3.1.2. Pendampingan kepada kepala sekolah
untuk menyusun rencana pengembangan
diri.
3.1.3. Pendampingan kepada kepala sekolah
dalam melaksanakan pengembangan diri
sesuai dengan rencana pengembangan
diri.
3.2. Pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan satuan
3.2.1. Pemetaaan komitmen perubahan kepala
sekolah dampingan, strategi, dan metode
pendampingan pada perencanaan

9
Kompetensi Indikator Kompetensi Sub-Indikator Kompetensi
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
pendampingan satuan pendidikan
berbasis profil satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan pendidikan
yang berpusat pada peserta didik.
3.2.2. Pendampingan kepada kepala sekolah
dalam perencanaan program
pengembangan satuan pendidikan
berbasis profil satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan yang berpusat
pada peserta didik.
3.2.3. Pendampingan kepada kepala sekolah
dalam pelaksanaan program
pengembangan satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
3.3. Pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengelola implementasi
kebijakan pendidikan pada
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
3.3.1. Pendampingan kepada kepala sekolah
dalam mengkaji kebijakan pendidikan
untuk peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
3.3.2. Pendampingan kepada kepala sekolah
dalam implementasi kebijakan
pendidikan untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Level Kompetensi
Level kompetensi merepresentasikan tingkat penguasaan kompetensi pada setiap sub-indikator
untuk masing-masing indikator kompetensi yang melingkupi setiap kompetensi teknis pengawas
sekolah. Level yang dimaksud terdiri atas lima tingkat. Penjelasan mengenai tingkat penguasaan
kompetensi, mulai dari level terendah sampai dengan tertinggi, adalah sebagai berikut:
●Level 1 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Paham
Pemaknaan level penguasaaan kompetensi ini ditunjukkan dengan kemampuan pengawas
sekolah memahami pengetahuan tentang prinsip-prinsip teori dan praktik dalam

10
pengelolaan diri, pengelolaan relasi, serta pengelolaan pendampingan terhadap kepala
sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berorientasi pada peserta
didik.
●Level 2 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Dasar
Pemaknaan level penguasaan kompetensi ini ditunjukkan dengan kemampuan pengawas
sekolah menerapkan pengetahuan tentang prinsip-prinsip teori dan praktik dalam
pengelolaan diri, pengelolaan relasi, serta pengelolaan pendampingan terhadap kepala
sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berorientasi pada peserta
didik.
●Level 3 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Menengah
Pemaknaan level penguasaan kompetensi ini ditunjukkan dengan kemampuan pengawas
sekolah menganalisis pengetahuan tentang prinsip-prinsip teori dan praktik dalam strategi
pengelolaan diri, pengelolaan relasi, serta pengelolaan pendampingan terhadap kepala
sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berorientasi pada peserta
didik.
●Level 4 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Mumpuni
Pemaknaan level penguasaan kompetensi ini ditunjukkan dengan kemampuan pengawas
sekolah mengevaluasi hasil analisis untuk mengembangkan pengetahuan tentang prinsip-
prinsip teori dan praktik dalam strategi pengelolaan diri, pengelolaan relasi, serta
pengelolaan pendampingan terhadap kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang berorientasi pada peserta didik.
●Level 5 - Tingkat Penguasaan Kompetensi Ahli
Pemaknaan level penguasaan kompetensi ini ditunjukkan dengan kemampuan pengawas
sekolah membimbing rekan sejawat dengan agensi diri untuk mengembangkan dan
menggunakan pengetahuan tentang prinsip-prinsip teori dan praktik dalam strategi
pengelolaan diri, pengelolaan relasi, serta pengelolaan pendampingan terhadap kepala
sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berorientasi pada peserta
didik.
Uraian lengkap tingkat penguasaan kompetensi pada setiap sub-indikator dijabarkan dalam
Kerangka Operasional Model Kompetensi Pengawas Sekolah pada bagian selanjutnya.

11
C
. Kerangka Operasional Model
Kompetensi Pengawas Sekolah
Berdasarkan pengorganisasian kompetensi, indikator, sub-indikator dan level kompetensi sebagaimana tercantum pada Tabel 1 di atas, berikut kerangka
operasional model kompetensi pengawas sekolah yang menggambarkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap, serta tingkat penguasaan kompetensi (Level
1 s.d. 5) yang harus dimiliki oleh seorang pengawas sekolah dalam melaksanakan tugas profesinya.
1.Kompetensi Kepribadian
Kemampuan pengawas sekolah dalam menunjukkan kualitas diri melalui kematangan moral, emosi, dan spiritual untuk berperilaku sesuai dengan kode
etik, pengembangan diri melalui kebiasaan refleksi, dan memiliki orientasi berpusat pada peserta didik.
Indikator 1.1. Kematangan moral, emosi dan spiritual dalam berperilaku sesuai dengan kode etik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
kematangan moral, emosi, dan
spiritual dalam berperilaku
sesuai dengan kode etik.
Menunjukkan kematangan
moral, emosi, dan spiritual
dalam berperilaku sesuai
dengan kode etik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
kematangan moral, emosi,
dan spiritual dalam
berperilaku sesuai dengan
kode etik.
Mengevaluasi perilaku yang
menunjukkan kematangan
moral, emosi, dan spiritual
sesuai dengan kode etik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri untuk menunjukkan
kematangan moral, emosi,
dan spiritual dalam
berperilaku sesuai dengan
kode etik.

12
Sub-Indikator 1.1.1. Makna, tujuan, dan pandangan hidup berdasarkan prinsip moral dan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalankan
peran sebagai pengawas sekolah
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep makna,
tujuan, dan pandangan hidup
berdasarkan prinsip moral
dan keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.
Menerapkan makna, tujuan,
dan pandangan hidup
berdasarkan prinsip moral
dan keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
dalam menjalankan peran
sebagai pengawas sekolah.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan makna, tujuan,
dan pandangan hidup
berdasarkan prinsip moral
dan keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
dalam menjalankan peran
sebagai pengawas sekolah.
Mengevaluasi penerapan
makna, tujuan, dan
pandangan hidup
berdasarkan prinsip moral
dan keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
dalam menjalankan peran
sebagai pengawas sekolah.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri dalam
penerapan makna, tujuan,
dan pandangan hidup
berdasarkan prinsip moral
dan keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa
dalam menjalankan peran
sebagai pengawas sekolah.
Sub-Indikator 1.1.2. Pengelolaan emosi dalam menjalankan peran sebagai pengawas sekolah
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami strategi
pengelolaan emosi dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.
Menerapkan pengelolaan
emosi dalam menjalankan
peran sebagai pengawas
sekolah.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan pengelolaan
emosi dalam menjalankan
peran sebagai pengawas
sekolah.
Mengevaluasi penerapan
pengelolaan emosi dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
pengelolaan emosi dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.

13
Sub-Indikator 1.1.3. Penerapan kode etik dalam menjalankan tugas dan peran sebagai pengawas sekolah
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami penerapan kode
etik dalam menjalankan tugas
dan peran sebagai pengawas
sekolah.
Menerapkan kode etik
dalam menjalankan tugas
dan peran sebagai
pengawas sekolah.
Menganalisis faktor - faktor
yang memengaruhi
penerapan kode etik dalam
menjalankan tugas dan
peran sebagai pengawas
sekolah.
Mengevaluasi penerapan
kode etik dalam
menjalankan tugas dan
peran sebagai pengawas
sekolah.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
kode etik dalam
menjalankan tugas dan
peran sebagai pengawas
sekolah.

14
Indikator 1.2. Pengembangan diri melalui kebiasaan refleksi
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pengembangan diri melalui
kebiasaan refleksi.
Menerapkan pengembangan
diri melalui kebiasaan
refleksi.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan pengembangan
diri melalui kebiasaan
refleksi.
Mengevaluasi penerapan
pengembangan diri melalui
kebiasaan refleksi.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri dalam penerapan
pengembangan diri melalui
kebiasaan refleksi.
Sub-Indikator 1.2.1. Refleksi untuk perencanaan pengembangan diri dalam peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta
didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep refleksi
dalam perencanaan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menerapkan refleksi dalam
perencanaan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan refleksi dalam
perencanaan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
refleksi dalam perencanaan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
refleksi dalam
perencanaan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.

15
Sub-Indikator 1.2.2. Cara adaptif melakukan pengembangan diri untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami cara adaptif
melakukan pengembangan
diri untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menerapkan cara adaptif
dalam melakukan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan cara adaptif
dalam melakukan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
cara adaptif dalam
melakukan pengembangan
diri untuk peningkatan
mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
berdasarkan agensi diri
pada penerapan cara
adaptif dalam melakukan
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Sub-Indikator 1.2.3. Penerapan hasil pengembangan diri untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami cara penerapan
hasil pengembangan diri
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menerapkan hasil
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan hasil
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
hasil pengembangan diri
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada
peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri dalam
penerapan hasil
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.

16
Indikator 1.3. Orientasi berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam
mengoptimalkan layanan
pendidikan yang berpusat pada
peserta didik.
Menerapkan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
mengoptimalkan layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengoptimalkan layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Mengevaluasi penerapan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengoptimalkan layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri dalam penerapan
pendampingan kepada
kepala sekolah untuk
mengoptimalkan layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Sub-Indikator 1.3.1. Empati terhadap peserta didik dalam pengambilan keputusan pendampingan kepada kepala sekolah
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya
empati terhadap peserta
didik dalam pengambilan
keputusan pendampingan
kepada kepala sekolah.
Menerapkan empati
terhadap peserta didik
dalam pengambilan
keputusan pendampingan
kepada kepala sekolah.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan empati terhadap
peserta didik dalam
pengambilan keputusan
pendampingan kepada
kepala sekolah.
Mengevaluasi keputusan
yang diambil berdasarkan
tingkat empati terhadap
peserta didik dalam
pengambilan keputusan
pendampingan kepada
kepala sekolah.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
empati terhadap peserta
didik dalam pengambilan
keputusan pendampingan
kepada kepala sekolah.

17
Sub-Indikator 1.3.2. Respek terhadap hak peserta didik dalam pendampingan kepada kepala sekolah
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya respek
terhadap hak peserta didik
dalam pendampingan kepada
kepala sekolah.
Menerapkan respek
terhadap hak peserta didik
dalam pendampingan
kepada kepala sekolah.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan respek
terhadap hak peserta didik
dalam pendampingan
kepada kepala sekolah.
Mengevaluasi penerapan
respek terhadap hak
peserta didik dalam
pendampingan kepada
kepala sekolah.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
respek terhadap hak
peserta didik dalam
pendampingan kepada
kepala sekolah.
Sub-Indikator 1.3.3. Kepedulian terhadap keselamatan dan keamanan peserta didik sebagai individu dan kelompok dalam menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya
kepedulian terhadap
keselamatan dan keamanan
peserta didik sebagai individu
dan kelompok dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.
Menerapkan kepedulian
terhadap keselamatan dan
keamanan peserta didik
sebagai individu dan
kelompok dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan kepedulian
terhadap keselamatan dan
keamanan peserta didik
sebagai individu dan
kelompok dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.
Mengevaluasi penerapan
kepedulian terhadap
keselamatan dan
keamanan peserta didik
sebagai individu dan
kelompok dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
kepedulian terhadap
keselamatan dan
keamanan peserta didik
sebagai individu dan
kelompok dalam
menjalankan peran sebagai
pengawas sekolah.

18
2.Kompetensi Sosial
Kemampuan pengawas sekolah berkolaborasi dengan kepala sekolah, rekan sejawat, dan masyarakat, serta keterlibatan dengan pemangku kepentingan,
organisasi profesi, dan jejaring yang lebih luas untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Indikator 2.1. Kolaborasi untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep kolaborasi
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menerapkan kolaborasi untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
kolaborasi untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Mengevaluasi penerapan
kolaborasi untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri dalam penerapan
kolaborasi untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Sub-Indikator 2.1.1. Komunikasi efektif dengan kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya
komunikasi efektif dengan
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menerapkan metode
komunikasi efektif dengan
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan metode
komunikasi efektif dengan
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
metode komunikasi efektif
dengan kepala sekolah
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada
peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
menggunakan agensi diri
dalam penerapan metode
komunikasi efektif dengan
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.

19
Sub-Indikator 2.1.2. Kerja sama dengan seluruh kepala sekolah dampingan dan rekan sejawat untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya kerja
sama dengan seluruh kepala
sekolah dampingan dan rekan
sejawat untuk peningkatan
mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Menerapkan kerja sama
dengan seluruh kepala
sekolah dampingan dan
rekan sejawat untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan kerja sama
dengan seluruh kepala
sekolah dampingan dan
rekan sejawat untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
kerja sama dengan seluruh
kepala sekolah dampingan
dan rekan sejawat untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Membimbing rekan sejawat
menggunakan agensi diri
dalam penerapan kerja
sama dengan seluruh
kepala sekolah dampingan
dan rekan sejawat untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.

20
Indikator 2.2. Keterlibatan pemangku kepentingan untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep keterlibatan
pemangku kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menerapkan keterlibatan
pemangku kepentingan
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
keterlibatan pemangku
kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Mengevaluasi penerapan
keterlibatan pemangku
kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri dalam penerapan
keterlibatan pemangku
kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Sub-Indikator 2.2.1. Pelibatan pemangku kepentingan dalam pendampingan kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya
pelibatan pemangku
kepentingan dalam
pendampingan kepala
sekolah untuk peningkatan
mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Menerapkan pelibatan
pemangku kepentingan
dalam pendampingan
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan pelibatan
pemangku kepentingan
dalam pendampingan
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
pelibatan pemangku
kepentingan dalam
pendampingan kepala
sekolah untuk peningkatan
mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
pelibatan pemangku
kepentingan dalam
pendampingan kepala
sekolah untuk peningkatan
mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.

21
Sub-Indikator 2.2.2. Berkoordinasi secara berkala dengan pemangku kepentingan untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat
pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya
koordinasi secara berkala
dengan pemangku
kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Melakukan koordinasi
secara berkala dengan
pemangku kepentingan
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
pelaksanaan koordinasi
secara berkala dengan
pemangku kepentingan
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi pelaksanaan
koordinasi secara berkala
dengan pemangku
kepentingan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri dalam
pelaksanaan koordinasi
secara berkala dengan
pemangku kepentingan
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada
peserta didik.

22
Indikator 2.3. Keterlibatan dalam organisasi profesi dan jejaring yang lebih luas untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat
pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep keterlibatan
dalam organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menerapkan keterlibatan
dalam organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
keterlibatan dalam
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Mengevaluasi penerapan
keterlibatan dalam
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri dalam keterlibatan pada
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Sub-Indikator 2.3.1. Berpartisipasi aktif dalam organisasi profesi dan jejaring yang lebih luas untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya
partisipasi aktif dalam
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Berpartisipasi aktif dalam
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
partisipasi aktif dalam
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
partisipasi aktif dalam
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri untuk
berpartisipasi aktif pada
organisasi profesi dan
jejaring yang lebih luas
dalam peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.

23
Sub-Indikator 2.3.2. Berbagi praktik baik dan karya pendampingan kepada kepala sekolah untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami pentingnya
berbagi praktik baik dan karya
pendampingan kepada kepala
sekolah untuk peningkatan
mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Berbagi praktik baik dan
karya pendampingan
kepada kepala sekolah
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan berbagi praktik
baik dan karya
pendampingan kepada
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi penerapan
berbagi praktik baik dan
karya pendampingan
kepada kepala sekolah
untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada
peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri dalam berbagi
praktik baik dan karya
pendampingan kepada
kepala sekolah untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta
didik.

24
3.Kompetensi Profesional
Kemampuan pengawas sekolah dalam mendampingi kepala sekolah untuk melakukan pengembangan diri, pengembangan satuan pendidikan, dan
mengelola implementasi kebijakan pendidikan pada satuan pendidikan dalam peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta
didik.
Indikator 3.1. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam pengembangan diri untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan yang berpusat pada
peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam pengembangan
diri untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta
didik.
Melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Mengevaluasi pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan diri untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Sub-Indikator 3.1.1. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam mengidentifikasi kebutuhan pengembangan diri kepala sekolah
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam
mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan diri kepala
sekolah.
Melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan diri kepala
sekolah.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan diri kepala
sekolah.
Mengevaluasi pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan diri kepala
sekolah.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri dalam
pelaksanaan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
mengidentifikasi kebutuhan
pengembangan diri kepala

25
sekolah.
Sub-Indikator 3.1.2. Pendampingan kepada kepala sekolah untuk menyusun rencana pengembangan diri
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah untuk menyusun
rencana pengembangan diri.
Melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah untuk
menyusun rencana
pengembangan diri.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
pendampingan kepada
kepala sekolah untuk
menyusun rencana
pengembangan diri.
Mengevaluasi pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
menyusun rencana
pengembangan diri.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri dalam pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah untuk
menyusun rencana
pengembangan diri.
Sub-Indikator 3.1.3. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam melaksanakan pengembangan diri sesuai dengan rencana pengembangan diri
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam melaksanakan
pengembangan diri sesuai
dengan rencana
pengembangan diri.
Melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
melaksanakan
pengembangan diri sesuai
dengan rencana
pengembangan diri.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
melaksanakan
pengembangan diri sesuai
dengan rencana
pengembangan diri.
Mengevaluasi pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
melaksanakan
pengembangan diri sesuai
dengan rencana
pengembangan diri.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri pada pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
melaksanakan
pengembangan diri sesuai
dengan rencana
pengembangan diri.

26
Indikator 3.2. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam pengembangan satuan pendidikan untuk peningkatan mutu layanan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam pengembangan
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat pada
peserta didik.
Melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Mengevaluasi pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.

27
Sub-Indikator 3.2.1. Pemetaaan komitmen perubahan kepala sekolah dampingan, strategi, dan metode pendampingan pada perencanaan pendampingan
satuan pendidikan berbasis profil satuan pendidikan untuk peningkatan mutu layanan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep pemetaaan
komitmen perubahan kepala
sekolah dampingan, strategi,
dan metode pendampingan
pada perencanaan
pendampingan satuan
pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat pada
peserta didik.
Melakukan pemetaaan
komitmen perubahan kepala
sekolah dampingan, strategi,
dan metode pendampingan
pada perencanaan
pendampingan satuan
pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
pelaksanaan pemetaan
komitmen perubahan kepala
sekolah dampingan, strategi,
dan metode pendampingan
pada perencanaan
pendampingan satuan
pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Mengevaluasi pelaksanaan
pemetaan komitmen
perubahan kepala sekolah
dampingan, strategi, dan
metode pendampingan pada
perencanaan pendampingan
satuan pendidikan berbasis
profil satuan pendidikan
untuk peningkatan mutu
layanan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada pelaksanaan
pemetaaan komitmen
perubahan kepala sekolah
dampingan, strategi, dan
metode pendampingan pada
perencanaan pendampingan
satuan pendidikan berbasis
profil satuan pendidikan
untuk peningkatan mutu
layanan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.

28
Sub-Indikator 3.2.2. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam perencanaan program pengembangan satuan pendidikan berbasis profil satuan
pendidikan untuk peningkatan mutu layanan yang berpusat pada peserta didik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam perencanaan
program pengembangan
satuan pendidikan berbasis
profil satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
yang berpusat pada peserta
didik.
Melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
perencanaan program
pengembangan satuan
pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
yang berpusat pada peserta
didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
pelaksanaan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
perencanaan program
pengembangan satuan
pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
yang berpusat pada peserta
didik.
Mengevaluasi pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
perencanaan program
pengembangan satuan
pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
yang berpusat pada peserta
didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
perencanaan program
pengembangan satuan
pendidikan berbasis profil
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
yang berpusat pada peserta
didik.

29
Sub-Indikator 3.2.3. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan program pengembangan satuan pendidikan untuk peningkatan mutu
layanan satuan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam pelaksanaan
program pengembangan
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menerapkan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
pelaksanaan program
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
penerapan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
pelaksanaan program
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Mengevaluasi penerapan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
pelaksanaan program
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan
agensi diri pada penerapan
kepada kepala sekolah dalam
pelaksanaan program
pengembangan satuan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.

30
Indikator 3.3. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam mengelola implementasi kebijakan pendidikan pada satuan pendidikan untuk peningkatan
mutu layanan pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam mengelola
implementasi kebijakan
pendidikan pada satuan
pendidikan untuk peningkatan
mutu layanan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Melakukan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
mengelola implementasi
kebijakan pendidikan pada
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi proses
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengelola implementasi
kebijakan pendidikan pada
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Mengevaluasi pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengelola implementasi
kebijakan pendidikan pada
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri pada pelaksanaan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengelola implementasi
kebijakan pendidikan pada
satuan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
pendidikan yang berpusat
pada peserta didik.
Sub-Indikator 3.3.1. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam mengkaji kebijakan pendidikan untuk peningkatan mutu layanan satuan pendidikan
yang berpusat pada peserta didik
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam mengkaji
kebijakan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menerapkan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
mengkaji kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
mengkaji kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Mengevaluasi penerapan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengkaji kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri pada penerapan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
mengkaji kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.

31
Sub-Indikator 3.3.2. Pendampingan kepada kepala sekolah dalam implementasi kebijakan pendidikan untuk peningkatan mutu layanan satuan
pendidikan yang berpusat pada peserta didik.
Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 Level 5
Memahami konsep
pendampingan kepada kepala
sekolah dalam implementasi
kebijakan pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menerapkan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
implementasi kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi
penerapan pendampingan
kepada kepala sekolah dalam
implementasi kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Mengevaluasi penerapan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
implementasi kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.
Membimbing rekan sejawat
dengan menggunakan agensi
diri pada penerapan
pendampingan kepada
kepala sekolah dalam
implementasi kebijakan
pendidikan untuk
peningkatan mutu layanan
satuan pendidikan yang
berpusat pada peserta didik.

32
Glosarium
Daftar
Peristilahan
Pengertian Sumber Rujukan
Agensi Diri
Kemampuan individu untuk mengenali,
mengelola, dan mengoptimalkan potensi diri
untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional.
Kemampuan ini melibatkan pemahaman diri,
motivasi, serta kemampuan adaptasi dalam
menghadapi berbagai situasi dan tantangan
Bateman, T. S. (2022). Agency Is
the Highest Level of Personal
Competence. Psychology Today.
Retrieved 11 December 2023
from
https://www.psychologytoday.
com/us/blog/getting-
proactive/202203/agency-is-
the-highest-level-personal-
competence
Analisis
Proses penguraian atau pemecahan suatu
masalah atau situasi menjadi elemen-elemen
yang lebih kecil atau komponen-komponen yang
dapat diukur, sehingga dapat dianalisis dan
dimanipulasi dengan lebih mudah.
Creswell, J. W., & Creswell, J. D.
(2017). Research Design:
Qualitative, Quantitative, and
Mixed Methods Approaches.
SAGE Publications.
Berbagi praktik
baik
Tindakan atau proses berbagi pengetahuan,
pengalaman, atau tindakan yang telah terbukti
berhasil atau efektif dalam suatu konteks
tertentu dengan tujuan membantu orang lain
dalam situasi serupa untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja mereka.
Wenger, E., McDermott, R. A., &
Snyder, W. M. (2002).
Cultivating communities of
practice: A guide to managing
knowledge. Harvard Business
Press.
Berkoordinasi
secara Berkala
Proses pengaturan dan sinkronisasi aktivitas,
tugas, atau proyek yang dilakukan secara teratur
dan berulang pada interval waktu tertentu
Wullschleger, A., Vörös, A.,
Rechsteiner, B., Rickenbacher,
A., & Maag Merki, K. (2023).
Improving teaching, teamwork,
and school organization:
Collaboration networks in
school teams. Teaching and
Teacher Education, 121, 103909.
https://doi.org/10.1016/j.tate.2
022.103909

33
Daftar
Peristilahan
Pengertian Sumber Rujukan
Cara adaptif
Merupakan praktik introspeksi aktif yang
bertujuan untuk memahami dan mengevaluasi
emosi, kognisi, dan tindakan seseorang dalam
konteks proses mengatasi masalah.
Crane, M., Searle, B. J., Kangas,
M., & Nwiran, Y. (2018). How
resilience is strengthened by
exposure to stressors: the
systematic self-reflection
model of resilience
strengthening. Anxiety, Stress,
and Coping, 32(1), 1-17.
https://doi.org/10.1080/1061580
6.2018.1506640
Emosi
Pengalaman subjektif yang melibatkan
perubahan fisiologis, ekspresi wajah, dan
kecenderungan untuk bertindak, yang biasanya
dihasilkan oleh peristiwa atau rangsangan
lingkungan yang penting bagi individu.
Rosenberg, R. S., & Kosslyn, S.
M. (2011). Psychology:
Perspectives and connections.
Cengage Learning.
Empati
Kemampuan untuk memahami dan merasakan
apa yang dirasakan oleh orang lain, baik secara
emosional maupun kognitif.
Jiang, Mei and Lu, Shulan.
(2020). "To Empathize, or Not
Empathize in Educational
Leadership," Journal of
Organizational & Educational
Leadership, 5(1) , Available at:
https://digitalcommons.gardne
r-webb.edu/joel/vol5/iss1/3
Kebijakan
Pendidikan
Aktivitas perumusan langkah maupun tahapan
dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
penjabaran visi misi pendidikan yang bertujuan
untuk mencapai tujuan pendidikan pada waktu
tertentu
Fatkuroji, F. (2017).
Implementasi Kebijakan
Pembelajaran Terpadu dan
Minat Pelanggan Pendidikan.
Tarbawi: Jurnal Keilmuan
Manajemen Pendidikan, 2(02),
28-40.
Kematangan
Moral
Merupakan pengetahuan atau wawasan yang
mempengaruhi cara seseorang memahami dan
membuat keputusan etis, serta mencari solusi
yang tidak berpihak yang didasari dengan prinsip
etika dan keadilan
Hurlock, E. B. (2001).
Developmental Psychology.
McGraw-Hill Education.
Kode etik
Norma dan asas yang diterima oleh kelompok
tertentu sebagai landasan tingkah laku.
Konteks kode etik mengacu pada kode etik dalam
melaksanakan tugas sebagai pengawas sekolah.
Kamus Besar Bahasa Indonesia.
(2023). Kode Etik. Diakses pada
11 Desember 2023 dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/e
ntri/kode%20etik.

34
Daftar
Peristilahan
Pengertian Sumber Rujukan
Kolaborasi
Proses kerjasama yang melibatkan berbagi
pengetahuan, pengalaman, dan sumber daya
untuk mencapai tujuan bersama, dengan
membangun budaya kerja yang saling
mendukung dan memperhatikan perbedaan.
DeWitt, P. (2017). Collaborative
leadership: Six influences that
matter most. Corwin Press.
Komitmen
Perubahan
Salah satu proses dalam tahap perencanaan
pendampingan di mana Pengawas Sekolah
menggali dan menganalisis tingkat kapasitas
kepala sekolah dalam memimpin perubahan dan
tingkat kebiasaan refleksi
Peraturan Direktur Jenderal
Guru Dan Tenaga Kependidikan
Nomor 4831/B/HK.03.01/2023
tentang peran Pengawas
Sekolah Dalam Implementasi
Kebijakan Merdeka Belajar Pada
Satuan Pendidikan
Komunikasi
efektif
Kemampuan untuk mengirimkan pesan dengan
jelas dan tepat kepada orang lain, serta
memahami pesan yang diterima dengan benar.
Dalam komunikasi efektif, informasi disampaikan
dengan cara yang dapat dipahami oleh penerima,
sehingga pesan dapat diterima dengan baik dan
tujuan komunikasi dapat tercapai.
Thompson, N. (2019). Effective
Communication: A Guide for the
People Professions. Macmillan
International Higher Education.
Membimbing
Kegiatan yang melibatkan pengarahan,
pemberian umpan balik, dan dukungan untuk
membantu Kepala Sekolah dalam
mengembangkan kemampuan atau keterampilan
tertentu.
Brown, G. Atkins, M. (1988).
Effective Teaching in Higher
Education. London: Routledge.
Mutu Layanan
Standar kualitas layanan yang diberikan oleh
satuan pendidikan pada pemangku kepentingan.
ISO 9001 : 2015 - Sistem
Manajemen Mutu ( Quality
Management System )
Orientasi Pada
Peserta Didik
Upaya pengawas untuk memastikan bahwa
sistem pendidikan dan lingkungan sekolah
mendukung pertumbuhan dan perkembangan
optimal para peserta didik.
Lampiran Peraturan Direktur
Jenderal Guru Dan Tenaga
Kependidikan Nomor
4831/B/HK.03.01/2023 tentang
peran Pengawas Sekolah Dalam
Implementasi Kebijakan
Merdeka Belajar Pada Satuan
Pendidikan

35
Daftar
Peristilahan
Pengertian Sumber Rujukan
Pemangku
kepentingan
Pemangku kepentingan meliputi individu maupun
kelompok yang berinteraksi dan saling
mempengaruhi dalam ekosistem pendidikan.
Termasuk di dalamnya terdapat Dinas
Pendidikan, komunitas belajar, orang tua atau
wali, organisasi mitra, serta dunia usaha, dunia
industri, dan dunia kerja.
Peraturan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan
Teknologi Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2023 Tentang
Standar Pengelolaan Pada
Pendidikan Anak Usia Dini,
Jenjang Pendidikan Dasar, Dan
Jenjang Pendidikan Menengah
Pemetaan
Proses atau tindakan untuk mengidentifikasi,
mendokumentasikan, dan merepresentasikan
informasi atau data dalam bentuk tabel, grafik,
atau representasi visual lainnya
Longley, P. A., Goodchild, M. F.,
Maguire, D. J., & Rhind, D. W.
(2015). Geographic Information
Science and Systems. Wiley.
Pendampingan
Kegiatan Pengawas Sekolah membersamai
Kepala Sekolah dalam peningkatan kapasitas dan
mutu layanan Satuan Pendidikan untuk
menyelenggarakan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik dengan menggunakan strategi
serta metode yang relevan.
Peraturan Direktur Jenderal
GTK No. 4831/2023 tentang
Peran Pengawas Sekolah dalam
Implementasi Kebijakan
Merdeka Belajar pada Satuan
Pendidikan
Profil Satuan
Pendidikan
Laporan Komprehensif mengenai layanan
pendidikan yang merupakan hasil dari Evaluasi
Sistem Pendidikan dan digunakan sebagai
landasan untuk peningkatan mutu layanan
pendidikan serta penetapan Rapor Pendidikan.
Profil satuan pendidikan juga dapat dijadikan alat
bantu bagi satuan pendidikan dan dinas
pendidikan untuk terus bersama memperbaiki
kualitas layanan pendidikan dengan Perencanaan
Berbasis Data (PBD)
Kementerian Pendidikan, K. R.
(2023, Desember 11). Memahami
Perbedaan Rapor Pendidikan,
Profil Pendidikan dan Platform
Rapor Pendidikan. Retrieved
from Rapor Pendidikan:
https://pusatinformasi.raporpe
ndidikan.kemdikbud.go.id/hc/e
n-us/articles/6544604556697-
Memahami-Perbedaan-Rapor-
Pendidikan-Profil-Pendidikan-
dan-Platform-Rapor-
Pendidikan
Refleksi
Proses mendorong diri untuk melihat kembali
pada proses yang telah terjadi secara holistik
atau keseluruhan, serta menemukan makna dari
yang ditemukan pada proses evaluasi. Evaluasi
adalah proses menganalisis peristiwa yang
terjadi dari suatu pengalaman. Analisis ini bisa
dari hubungan sebab akibat atau bukti yang
terlihat.
Korthagen, F. Vasalos, A.
(2005). “Levels in reflection:
Core reflection as a means to
enhance professional growth”.
Teachers and teaching, 11(1): 47-
71.

36
Daftar
Peristilahan
Pengertian Sumber Rujukan
Respek
Perasaan dihormati yang utamanya terkait
dengan merasa diakui sebagai setara, bukan
hanya diakui berdasarkan kebutuhan atau
pencapaian sosial.
Schaefer, C. D., et al. (2021). The
meaning of respect under
varying context conditions.
Journal of Social and Political
Psychology, 9(2), 536-552.

37
Referensi
Bateman, T. S. (2022). Agency Is the Highest Level of Personal Competence. Psychology Today.
Retrieved 11 Desember 2023 from https://www.psychologytoday.com/us/blog/getting-
proactive/202203/agency-is-the-highest-level-personal-competence
Brown, G., & Atkins, M. (1988). Effective Teaching in Higher Education. London: Routledge.
Crane, M., Searle, B. J., Kangas, M., & Nwiran, Y. (2018). How resilience is strengthened by
exposure to stressors: the systematic self-reflection model of resilience strengthening.
Anxiety, Stress, and Coping, 32(1).1-17. https://doi.org/10.1080/10615806.2018.1506640
Creswell, J. W., & Creswell, J. D. (2017). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches. SAGE Publications.
DeWitt, P. (2017). Collaborative leadership: Six influences that matter most. Corwin Press.
Dunn, W. N. (2017). Public Policy Analysis: An Introduction (5th ed.). Routledge.
Fatkuroji, F. (2017). Implementasi Kebijakan Pembelajaran Terpadu dan Minat Pelanggan
Pendidikan. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 2(02), 28-40.
Hurlock, E. B. (2001). Developmental Psychology. McGraw-Hill Education.
ISO 9001:2015 - Quality Management System.
Jiang, Mei and Lu, Shulan (2020) "To Empathize, or Not Empathize in Educational Leadership,"
Journal of Organizational & Educational Leadership, 5(1) , Available at:
https://digitalcommons.gardner-webb.edu/joel/vol5/iss1/3
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2023). Kode Etik. Diakses pada 11 Desember 2023 dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kode%20etik.
Kementerian Pendidikan, K. R. (2023, Desember 11). Memahami Perbedaan Rapor Pendidikan,
Profil Pendidikan dan Platform Rapor Pendidikan. Retrieved from Rapor Pendidikan:
https://pusatinformasi.raporpendidikan.kemdikbud.go.id/hc/en-
us/articles/6544604556697-Memahami-Perbedaan-Rapor-Pendidikan-Profil-Pendidikan-
dan-Platform-Rapor-Pendidikan
Korthagen, F., & Vasalos, A. (2005). Levels in reflection: Core reflection as a means to enhance
professional growth. Teachers and teaching, 11(1), 47-71.
Longley, P. A., Goodchild, M. F., Maguire, D. J., & Rhind, D. W. (2015). Geographic Information
Science and Systems. Wiley.
Peraturan Direktur Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Nomor 4831/B/HK.03.01/2023
tentang peran Pengawas Sekolah Dalam Implementasi Kebijakan Merdeka Belajar Pada
Satuan Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 47
Tahun 2023 Tentang Standar Pengelolaan Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah.
Rosenberg, R. S., & Kosslyn, S. M. (2011). Psychology: Perspectives and connections. Cengage
Learning.
Schaefer, C. D., et al. (2021). The meaning of respect under varying context conditions. Journal of
Social and Political Psychology, 9(2), 536-552.
Thompson, N. (2019). Effective Communication: A Guide for the People Professions. Macmillan
International Higher Education.
Wenger, E., McDermott, R. A., & Snyder, W. M. (2002). Cultivating communities of practice: A guide
to managing knowledge. Harvard Business Press.

38
Wullschleger, A., Vörös, A., Rechsteiner, B., Rickenbacher, A., & Maag Merki, K. (2023). Improving
teaching, teamwork, and school organization: Collaboration networks in school teams.
Teaching and Teacher Education, 121, 103909. https://doi.org/10.1016/j.tate.2022.103909