PAPER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
EVALUASI KINERJA HIJAU
Dosen Pengampu : Dr. Sukardi, S.E., M.M.
Disusun Oleh Kelompok 12 :
1. Risati Putri Hanifa (2023410011)
2. Okta Nadia Ramadani (2023410012)
Manajemen
Fakultas Ekonomi
Universitas Dharma Persada
2024
2
DAFTAR ISI
PAPER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA .......................................................... 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
A. Proses Evaluasi Kinerja Hijau........................................................................................... 3
B. Teknik Kinerja Hijau Karyawan ........................................................................................ 6
C. Grafik Prestasi Hijau......................................................................................................... 8
D. Rating Skala Hijau ......................................................................................................... 10
E. Metode Berbasis Prinsip Hijau ........................................................................................ 12
Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 15
3
A. Proses Evaluasi Kinerja Hijau
Proses evaluasi kinerja hijau adalah proses sistematis yang digunakan untuk menilai dan
meningkatkan kebermanfaatan lingkungan suatu organisasi atau proyek. Proses ini melibatkan
beberapa langkah penting yang dirancang untuk memastikan bahwa praktik pengelolaan
lingkungan yang baik diterapkan secara efektif. Proses ini melibatkan penilaian kinerja suatu
organisasi atau proyek dalam hal keberlanjutan dan dampak lingkungan. Berikut adalah
langkah-langkah umum dalam proses evaluasi kinerja hijau:
1. Identifikasi kriteria keberlanjutan:
Organisasi harus menetapkan kriteria yang jelas untuk penilaian kinerja hijau. Kriteria ini
biasanya mencakup aspek-aspek seperti pengurangan emisi karbon, efisiensi penggunaan
energi, pengelolaan limbah, dan kepatuhan terhadap regulasi lingkungan. Kriteria
keberlanjutan yang umumnya digunakan dalam evaluasi kinerja hijau meliputi efisiensi energi,
pengurangan limbah, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan penggunaan bahan-bahan ramah
lingkungan.
2. Pengumpulan data:
Data yang dikumpulkan dari berbagai sumber, termasuk laporan internal, audit lingkungan, dan
informasi eksternal dari lembaga pemerintah atau organisasi non-pemerintah. Data harus
dikumpulkan untuk mengukur kinerja organisasi atau proyek dalam hal kriteria keberlanjutan
yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan mungkin mencakup penggunaan energi, limbah
yang dihasilkan, emisi gas rumah kaca, dan penggunaan bahan kimia tertentu.
3. Analisis data:
Setelah data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah menganalisis informasi tersebut untuk
menilai sejauh mana organisasi memenuhi kriteria keinginan yang telah ditetapkan. Data yang
telah dikumpulkan kemudian dianalisis untuk menentukan kinerja organisasi atau proyek
dalam hal kriteria keberlanjutan yang telah ditentukan.
4. Penetapan tujuan dan rekomendasi:
Berdasarkan analisis data, organisasi atau proyek dapat menetapkan tujuan untuk
meningkatkan kinerja hijau mereka. Rekomendasi juga dapat diberikan untuk mengurangi
dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan.
4
5. Implementasi perbaikan:
Organisasi harus menyusun rencana aksi untuk mengimplementasikan rekomendasi yang telah
ditetapkan. Ini termasuk penjadwalan kegiatan, alokasi sumber daya, dan penunjukan tanggung
jawab kepada individu atau tim tertentu. Setelah tujuan dan rekomendasi ditetapkan, organisasi
atau proyek harus mengimplementasikan perbaikan untuk meningkatkan kinerja hijau mereka.
Contoh evaluasi kinerja hijau dapat terlihat dalam proyek konstruksi bangunan yang
menggunakan kriteria keberlanjutan, seperti penggunaan energi terbarukan, pengurangan
limbah konstruksi, dan pengurangan emisi CO2. Data tentang penggunaan energi, penggunaan
bahan konstruksi yang ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah konstruksi dikumpulkan.
Setelah data dianalisis, tujuan dan rekomendasi ditetapkan untuk meningkatkan kinerja hijau
proyek, seperti penggunaan lebih banyak bahan konstruksi yang ramah lingkungan dan
peningkatan efisiensi energi selama operasi bangunan. Implementasi perbaikan dilakukan
dengan menggunakan bahan konstruksi yang ramah lingkungan dan sistem manajemen energi
yang lebih efisien selama operasi bangunan. Proses evaluasi kinerja hijau merupakan langkah
penting dalam upaya mencapai keinginan lingkungan. Dengan mengikuti tahapan
pengumpulan kriteria, pengumpulan data, analisis data, penetapan tujuan dan rekomendasi,
serta implementasi perbaikan, organisasi dapat meningkatkan kinerja lingkungan mereka
secara efektif dan memberikan kontribusi pada perlindungan lingkungan secara keseluruhan.
Berikut ini adalah contoh evaluasi kinerja hijau di Indonesia:
1) Green Building Council Indonesia (GBCI) :
Green Building Council Indonesia (GBCI) adalah organisasi independen yang didirikan pada
tahun 2009 oleh para profesional dan perusahaan terkemuka di industri bangunan. Tujuan
utama GBCI adalah untuk mempromosikan dan menerapkan prinsip-prinsip bangunan hijau di
sektor konstruksi Indonesia. GBCI fokus pada pengurangan dampak lingkungan dari bangunan
melalui pendidikan, sertifikasi, dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,
termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi lingkungan lainnya. GBCI memiliki
wewenang untuk memberikan sertifikasi bagi bangunan yang memenuhi kriteria green building
melalui program sertifikasi. Greenship Green Building Council Indonesia (GBCI) merupakan
organisasi yang berfokus pada promosi bangunan hijau dan keberlanjutan di Indonesia. GBCI
melakukan evaluasi kinerja hijau melalui sertifikasi bangunan hijau di Indonesia, dengan
menggunakan kriteria keberlanjutan yang telah ditetapkan. Beberapa kriteria yang dinilai
5
meliputi efisiensi energi, penggunaan bahan konstruksi yang ramah lingkungan, dan
pengelolaan limbah konstruksi.
2) Pemerintah Kota Bandung:
Pemerintah Kota Bandung berkomitmen untuk menerapkan prinsip keinginan dalam
pembangunan kota. Sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi dampak lingkungan,
pemerintah kota telah bekerja sama dengan GBCI untuk mendorong penerapan bangunan hijau
di wilayahnya. Inisiatif ini mencakup kebijakan pengembangan yang mendukung penggunaan
teknologi ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya yang efisien, dan peningkatan kualitas
hidup masyarakat melalui perencanaan kota yang berkelanjutan. Pemerintah Kota Bandung
telah melakukan evaluasi kinerja hijau dengan mengimplementasikan program "Kota Kreatif
dan Hijau" yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan
keberlanjutan di kota Bandung. Beberapa inisiatif yang dilakukan termasuk penggunaan
transportasi berbasis listrik, pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, dan pengembangan
pariwisata berbasis keberlanjutan.
3) PT Unilever Indonesia :
PT Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang berkomitmen terhadap praktik
berkeinginan dan penerapan prinsip bangunan hijau. Perusahaan ini telah menerapkan berbagai
inisiatif untuk mengurangi jejak karbonnya dan meningkatkan efisiensi energi di fasilitas
produksinya. Unilever juga terlibat dalam program sertifikasi bangunan hijau melalui GBCI,
dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua operasionalnya mematuhi standar pariwisata
yang tinggi. PT Unilever Indonesia, salah satu perusahaan FMCG terbesar di Indonesia, telah
melakukan evaluasi kinerja hijau dengan mengimplementasikan program "Sustainable Living
Plan" yang bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan.
Beberapa inisiatif yang dilakukan termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca, pengurangan
penggunaan air dan energi, serta penggunaan bahan aku yang ramah lingkungan.
4) Universitas Indonesia:
Universitas Indonesia (UI) juga berperan aktif dalam penerapan konsep bangunan hijau.
Melalui berbagai penelitian dan proyek pembangunan, UI berupaya memenuhi kriteria green
building yang ditetapkan oleh GBCI. Universitas ini melakukan evaluasi terhadap bangunan
kampusnya berdasarkan standar Greenship, yang mencakup aspek-aspek seperti efisiensi
energi, manajemen udara, dan kualitas udara dalam ruangan. Dengan demikian, UI tidak hanya
6
berfungsi sebagai institusi pendidikan tetapi juga sebagai contoh dalam praktik praktik menetap
di lingkungan akademik. Universitas Indonesia telah melakukan evaluasi kinerja hijau dengan
mengimplementasikan program "Green Campus" yang bertujuan untuk meningkatkan
keberlanjutan di kampus. Beberapa inisiatif yang dilakukan termasuk penggunaan energi
terbarukan, pengurangan limbah kampus, dan penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan.
Evaluasi kinerja hijau dilakukan melalui pengukuran kinerja hijau kampus dan identifikasi
kekuatan dan kelemahan yang perlu ditingkatkan.
GBCI, Pemerintah Kota Bandung, PT Unilever Indonesia, dan Universitas Indonesia
semuanya memiliki peran penting dalam mendorong penerapan prinsip-prinsip bangunan hijau
di Indonesia. Melalui kolaborasi dan komitmen terhadap kepunahan, mereka berkontribusi
pada pengurangan dampak lingkungan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Inisiatif-
inisiatif ini menunjukkan bahwa keinginan bukan hanya tanggung jawab individu atau
organisasi tertentu, tetapi merupakan upaya kolektif yang melibatkan berbagai pemangku
kepentingan.
B. Teknik Kinerja Hijau Karyawan
Teknik kinerja hijau karyawan merupakan pendekatan yang digunakan untuk mendorong
perilaku ramah lingkungan di tempat kerja. Pendekatan ini melibatkan beberapa aspek penting,
termasuk pelatihan dan pendidikan, insentif, integrasi kinerja hijau ke dalam KPI (Key
Performance Indicators), penggunaan teknologi hijau, serta komunikasi dan kolaborasi. Teknik
kinerja hijau karyawan melibatkan upaya untuk meningkatkan kesadaran karyawan tentang
praktik bisnis yang berkelanjutan dan dampak lingkungan, serta mengembangkan keahlian dan
keterampilan yang diperlukan untuk mempraktikkan praktik bisnis yang berkelanjutan. Berikut
adalah beberapa contoh Teknik kinerja hijau karyawan:
1. Pelatihan dan Pendidikan:
Pelatihan dan Pendidikan yang terkait dengan kinerja hijau dapat meningkatkan kesadaran dan
keterampilan karyawan dalam praktik bisnis yang berkelanjutan. Pelatihan dapat dilakukan
dalam bentuk lokakarya, seminar, atau pelatihan online. Pelatihan hijau bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan keterampilan karyawan terkait praktik ramah lingkungan.
7
2. Insentif:
Memberikan insentif atau penghargaan kepada karyawan yang terlibat dalam praktik bisnis
yang berkelanjutan dapat menjadi motivasi untuk meningkatkan kinerja hijau. Contoh insentif
meliputi program bonus atau penghargaan karyawan yang mampu mengurangi penggunaan
energi atau limbah, atau penghargaan bagi karyawan yang mengusulkan atau melaksanakan
inisiatif berkelanjutan di tempat kerja. Insentif mrmberikan kepada karyawan yang
menunjukkan kinerja hijau yang baik dapat memotivasi mereka untuk lebih aktif terlibat dalam
praktik ramah lingkungan.
3. Integrasi Kinerja Hijau ke dalam KPI :
Mengintegrasikan kinerja hijau ke dalam Key Performance Indicators (KPI) karyawan dapat
membantu meningkatkan kesadaran dan keterlibatan karyawan dalam praktik bisnis yang
berkelanjutan. Contoh KPI yang dapat diintegrasikan meliputi pengurangan penggunaan
energi, pengurangan limbah, dan penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan. Integrasi kinerja
hijau ke dalam KPI adalah langkah penting untuk memastikan bahwa tujuan lingkungan
menjadi bagian dari penilaian kinerja secara keseluruhan.
4. Penggunaan Teknologi Hijau:
Menggunakan teknologi hijau di tempat kerja dapat membantu meningkatkan kinerja hijau
karyawan. Contoh teknologi hijau yang dapat digunakan meliputi penggunaan lampu hemat
energi, sistem pendingin udara yang efisien, dan penggunaan kertas daur ulang. Pemanfaatan
teknologi hijau di tempat kerja dapat membantu meningkatkan efisiensi dan mengurangi
dampak lingkungan.
5. Komunikasi dan Kolaborasi :
Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi antara karyawan dapat membantu meningkatkan
kesadaran dan keterlibatan karyawan dalam praktik bisnis yang berkelanjutan. Contoh
komunikasi dan kolaborasi meliputi mengadakan rapat atau forum untuk membahas inisiatif
berkelanjutan, mengorganisir kegiatan bersih - bersih lingkungan, atau membentuk kelompok
kerja hijau di tempat kerja. Komunikasi yang efektif dan kolaborasi antar departemen sangat
penting dalam menerapkan teknik kinerja hijau.
Contoh implementasi teknik kinerja hijau karyawan dapat dilihat di perusahaan yang
mengintegrasikan kinerja hijau ke dalam KPI karyawan mereka. Misalnya, PT Unilever
8
Indonesia telah mengintegrasikan kinerja hijau ke dalam KPI karyawan mereka, dimana setiap
karyawan memiliki target pengurangan emisi gas rumah kaca yang harus dicapai selama
setahun. Karyawan yang berhasil mencapai target tersebut akan menerima insentif dan
penghargaan dari perusahaan. Hal ini telah membantu meningkatkan keterlibatan karyawan
dalam praktik bisnis yang berkelanjutan dan meningkatkan kinerja. Teknik kinerja hijau
karyawan merupakan multifaset strategi yang melibatkan pelatihan, insentif, integrasi KPI,
penggunaan teknologi, serta komunikasi dan kolaborasi. Dengan menerapkan teknik-teknik ini,
perusahaan tidak hanya dapat meningkatkan kinerja lingkungan tetapi juga membangun
budaya kerja yang mendukung keinginan jangka panjang.
C. Grafik Prestasi Hijau
Grafik Prestasi Hijau (Green Performance Chart) adalah alat visual yang digunakan untuk
memonitor dan mengevaluasi kinerja hijau suatu organisasi. Grafik ini menunjukkan kinerja
lingkungan suatu organisasi dalam beberapa aspek yang berbeda, seperti pengurangan emisi
gas rumah kaca, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan limbah.
Grafik Prestasi Hijau adalah alat yang kuat dalam memonitor dan memancarkan kinerja
hijau suatu organisasi. Dengan menampilkan data kinerja lingkungan dalam beberapa aspek
yang berbeda, grafik ini membantu organisasi dalam melacak kemajuan kinerja hijau mereka
serta menampilkan tren yang membantu mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan.
Implementasi strategi dari grafik ini dapat meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
keputusan bisnis yang lebih bijak, serta berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan secara
keseluruhan.
Grafik Prestasi Hijau biasanya menunjukkan data kinerja hijau organisasi selama
beberapa periode waktu, seperti bulanan, triwulanan, atau tahunan. Grafik ini dapat membantu
organisasi dalam melacak kemajuan kinerja hijau mereka, serta memperlihatkan tren yang
membantu mengidentifikasi area yang perlu perbaikan.
Grafik ini menunjukkan pengurangan emisi gas rumah kaca dalam ton CO2e (ekivalen
karbon dioksida) yang telah dicapai oleh sebuah perusahaan dalam lima tahun terakhir. Garis
biru menunjukkan target pengurangan emisi perusahaan setiap tahun, sedangkan garis hijau
menunjukkan kinerja aktual perusahaan pada setiap tahun. Dalam contoh ini, perusahaan telah
9
berhasil mencapai target pengurangan emisi pada tahun 2018 dan 2019, tetapi perlu
meningkatkan kinerja hijau mereka untuk mencapai target pada tahun-tahun berikutnya.
Grafik ini dapat membantu perusahaan untuk mengevaluasi kinerja hijau mereka, serta
memperlihatkan tren yang membantu mengidentifikasi area yang perlu perbaikan. Selain itu,
grafik ini juga dapat membantu perusahaan dalam berkomunikasi dengan pemangku
kepentingan tentang upaya mereka dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan berkontribusi
pada pengurangan dampak lingkungan.
Grafik Prestasi Hijau ini menunjukkan data kinerja hijau suatu organisasi dalam
pengurangan emisi CO2 selama setahun. Garis hijau menunjukkan target pengurangan emisi
CO2, sedangkan garis biru menunjukkan kinerja aktual organisasi selama periode yang sama.
Dalam keseluruhan, Grafik Prestasi Hijau dapat membantu organisasi untuk
mengevaluasi kinerja hijau mereka dan memberikan motivasi untuk terus meningkatkan
kinerja hijau mereka di masa depan.
1. Evaluasi Kinerja
Pentingnya Evaluasi : Dengan menggunakan grafik ini, organisasi dapat melakukan
evaluasi menyeluruh terhadap kinerja mereka dalam hal pengurangan emisi. Hal ini
memungkinkan mereka untuk memahami seberapa baik mereka telah memenuhi atau
melampaui target yang ditetapkan.
Identifikasi Area Perbaikan : Grafik ini juga membantu dalam mengidentifikasi area
spesifik di mana kinerja masih kurang, sehingga organisasi dapat fokus pada strategi
yang diperlukan untuk meningkatkan hasil di masa depan.
2. Komunikasi dengan Pemangku Kepentingan
Transparansi : Grafik Prestasi Hijau berfungsi sebagai alat komunikasi yang efektif
dengan pemangku kepentingan, termasuk investor, pelanggan, dan masyarakat umum.
Dengan menyajikan data secara visual, organisasi dapat menunjukkan komitmen
mereka terhadap kebencian dan transparansi dalam laporan lingkungan.
Membangun Kepercayaan : Dengan melaporkan kemajuan secara terbuka, organisasi
dapat membangun kepercayaan dengan pemangku kepentingan dan menunjukkan
bahwa mereka bertanggung jawab atas dampak lingkungan dari operasi mereka.
3. Motivasi untuk Peningkatan Berkelanjutan
10
Dorongan untuk Meningkatkan Kinerja : Grafik Prestasi Hijau tidak hanya berfungsi
sebagai alat evaluasi tetapi juga sebagai sumber motivasi bagi tim internal. Melihat
kemajuan dan tantangan dapat mendorong karyawan untuk lebih proaktif dalam
mencari solusi dan inovasi yang mendukung kemiskinan.
Penetapan Target Baru : Berdasarkan hasil evaluasi dari grafik ini, organisasi dapat
menetapkan target baru yang lebih ambisius untuk periode mendatang, sehingga
menciptakan siklus perbaikan yang berkelanjutan.
D. Rating Skala Hijau
Rating Skala Hijau adalah sebuah sistem penilaian kinerja hijau yang digunakan untuk
mengukur seberapa ramah lingkungan suatu produk, jasa, atau kebijakan. Sistem penilaian ini
biasanya menggunakan skala atau peringkat numerik untuk menunjukkan Tingkat
keberlanjutan dan kinerja lingkungan dari suatu produk atau layanan. Rating Skala
Hijau adalah sistem penilaian yang digunakan untuk menerangi kinerja lingkungan suatu
bangunan atau produk. Sistem ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas tentang
dampak lingkungan dari suatu entitas, serta membantu dalam pengambilan keputusan yang
lebih berkelanjutan. Berikut adalah beberapa sistem rating dan sertifikasi lingkungan yang
terkenal.
Berikut ini adalah contoh dari rating skala hijau dan penggunaannya:
1. Leadership in Energy and Environmental Design (LEED):
LEED adalah sistem sertifikasi bangunan hijau yang dikembangkan oleh US Green Building
Council (USGBC). LEED memberikan panduan dan penilaian untuk desain, konstruksi, dan
pengoperasian bangunan yang ramah lingkungan. Kriteria penilaian LEED mencakup efisiensi
energi, penggunaan udara, kualitas udara dalam ruangan, dan material yang berkelanjutan.
Sistem ini digunakan untuk menilai bangunan hijau dan memberikan peringkat sesuai dengan
kinerja lingkungan. Sistem LEED menggunakan skala peringkat lima tingkat yaitu Certified,
Silver, Gold, Platinum, dan Diamond.
2. Contoh penggunaan LEED:
11
peringkat LEED Platinum yang diberikan kepada gedung The Edge, di Amsterdam, Belanda.
Gedung ini menggunakan energi dari matahari dan angin dan menggunakan teknologi terbaru
untuk meminimalkan penggunaan energi.
3. Blue Angel:
Blue Angel adalah salah satu label lingkungan tertua di dunia, diperkenalkan di Jerman pada
tahun 1978. Label ini diberikan kepada produk dan layanan yang memenuhi standar lingkungan
tertentu. Blue Angel menilai produk berdasarkan dampaknya terhadap lingkungan selama
siklus hidupnya, termasuk produksi, penggunaan, dan pembuangan. Blue Angel adalah sistem
sertifikasi lingkungan Jerman dan digunakan untuk menilai produk yang ramah lingkungan.
Sistem ini menggunakan skala peringkat tiga tingkat yaitu Blue Angel, Blue Angel
Umweltzeichen, dan Blue Angel Premium. Contoh penggunaan Blue Angel adalah produk
komputer Blue Angel, yang menggunakan bahan yang ramah lingkungan dan hemat energi.
4. Green Seal :
Green Seal adalah organisasi nirlaba yang memberikan sertifikasi untuk produk dan layanan
yang memenuhi standar permohonan tertentu. Produk dengan label Green Seal dianggap aman
bagi manusia dan lingkungan. Sertifikasi ini mencakup berbagai kategori seperti pembersih
rumah tangga, kertas, dan kucing. Green Seal adalah sistem sertifikasi lingkungan yang
digunakan di Amerika Serikat untuk menilai produk dan layanan yang ramah lingkungan.
Sistem ini menggunakan skala peringkat empat Tingkat yaitu Bronze, Silver, Gold, dan
Platinum. Contoh penggunaan Green Seal adalah sertifikasi Green Seal Gold yang diberikan
kepada produk pembersih rumah tangga Seventh Generation, yang menggunakan bahan-bahan
yang ramah lingkungan dan proses produksi yang berkelanjutan.
5. Cradle to Cradle (C2C):
C2C adalah sistem sertifikasi lingkungan yang digunakan untuk menilai produk dengan
mempertimbangkan seluruh siklus hidup produk. Sistem ini menggunakan skala peringkat lima
tingkat yaitu Basic, Bronze, Silver, Gold, dan Platinum. Contoh penggunaan C2C adalah
sertifikasi C2C Platinum yang diberikan kepada produk karpet Interface, yang menggunakan
bahan-bahan yang dapat didaur ulang dan proses produksi yang berkelanjutan. Cradle to Cradle
adalah konsep desain yang fokus pada keinginan dengan mempertimbangkan siklus hidup
produk dari awal hingga akhir. Produk yang mendapatkan sertifikasi C2C dinilai berdasarkan
empat kriteria: material kesehatan, penggunaan energi terbarukan, pengelolaan air bersih, dan
12
tanggung jawab sosial. Pendekatan ini mendorong perusahaan untuk merancang produk yang
dapat digunakan kembali atau digunakan kembali tanpa menghasilkan limbah.
Sistem rating skala hijau seperti LEED, Blue Angel, Green Seal, dan Cradle to Cradle
memainkan peran penting dalam mendorong praktik kerinduan di berbagai sektor. Dengan
menyediakan kerangka kerja untuk penilaian kinerja lingkungan, sistem-sistem ini membantu
konsumen membuat pilihan yang lebih baik serta mendorong perusahaan untuk berinovasi
dalam cara mereka memproduksi dan menggunakan sumber daya. Dalam keseluruhan, rating
skala hijau dapat membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih berkelanjutan dan
membantu produsen untuk memperbaiki kinerja hijau mereka.
E. Metode Berbasis Prinsip Hijau
Metode berbasis prinsip hijau mencakup pendekatan yang dirancang untuk mengurangi
dampak lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan dalam berbagai sektor, termasuk industri,
konstruksi, dan pengelolaan sumber daya. Metode berbasis prinsip hijau adalah suatu
pendekatan yang mempertimbangkan dampak lingkungan dalam setiap tahap proses desain,
konstruksi, operasi, dan pengelolaan suatu produk atau layanan. Metode ini bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan produk atau layanan
tersebut. Berikut adalah beberapa contoh metode berbasis prinsip hijau:
✔ Life Cycle Assessment (LCA): LCA adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengevaluasi dampak lingkungan dari suatu produk atau layanan dari awal hingga akhir siklus
hidupnya. Dalam LCA, seluruh tahap siklus hidup, mulai dari bahan baku, produksi, distribusi,
penggunaan, dan pembuangan, dievaluasi untuk menentukan dampak lingkungan secara
keseluruhan. Dengan menggunakan LCA, suatu produk atau layanan dapat dioptimalkan untuk
mengurangi dampak lingkungan. LCA adalah metode analisis yang digunakan untuk
memancarkan dampak lingkungan dari suatu produk atau proses sepanjang siklus hidupnya,
mulai dari ekstraksi bahan baku hingga pembuangan akhir. LCA membantu dalam
mengidentifikasi area di mana pengurangan dampak lingkungan dapat dilakukan.
✔ Desain Berkelanjutan: Desain berkelanjutan adalah suatu pendekatan yang
mempertimbangkan dampak lingkungan dari suatu produk atau layanan sejak awal desain.
Dalam desain berkelanjutan, prinsip-prinsip hijau, seperti penggunaan bahan daur ulang dan
pengurangan limbah, diterapkan untuk mengoptimalkan keberlanjutan produk atau layanan.
13
Desain berkelanjutan adalah pendekatan yang mengintegrasikan prinsip keinginan ke dalam
proses desain produk dan bangunan. Tujuannya adalah untuk menciptakan solusi yang tidak
hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang
terhadap lingkungan.
✔ Green Building : Green building adalah suatu metode desain dan konstruksi bangunan yang
bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi energi. Beberapa
prinsip hijau yang diterapkan dalam green building meliputi penggunaan bahan bangunan
ramah lingkungan, efisiensi energi, pengelolaan air yang efisien, dan penggunaan sumber
energi terbarukan. Green building Merujuk pada praktik desain, konstruksi, dan pengoperasian
bangunan dengan fokus pada efisiensi energi, pengelolaan udara, penggunaan material ramah
lingkungan, dan peningkatan kualitas udara dalam ruangan. Sertifikasi seperti LEED
(Leadership in Energy and Environmental Design) digunakan untuk menilai kinerja bangunan
hijau.
✔ Sistem Manajemen Lingkungan: Sistem manajemen lingkungan adalah suatu pendekatan
yang mempertimbangkan dampak lingkungan dalam operasi bisnis. Dalam sistem manajemen
lingkungan, perusahaan mengidentifikasi dampak lingkungan dari operasi mereka dan
mengembangkan strategi untuk mengurangi dampak tersebut. Selain itu, sistem manajemen
lingkungan juga melibatkan pengukuran dan pelaporan kinerja lingkungan. Sistem manajemen
lingkungan (Environmental Management System - EMS) adalah kerangka kerja yang
membantu organisasi dalam mengelola tanggung jawab lingkungan mereka secara sistematis.
✔ Pengadaan Hijau : Pengadaan hijau adalah suatu pendekatan untuk memilih dan membeli
produk atau layanan yang memiliki dampak lingkungan yang rendah. Dalam pengadaan hijau,
Perusahaan mempertimbangkan faktor-faktor hijau, seperti efisiensi energi, bahan daur ulang,
dan penggunaan sumber daya terbarukan, dalam proses pengadaan mereka. Pengadaan hijau
adalah proses pengadaan barang dan jasa dengan mempertimbangkan dampak lingkungan.
Contoh penggunaan metode berbasis prinsip hijau dapat dilihat pada perusahaan
teknologi seperti Apple. Apple telah mengadopsi prinsip-prinsip hijau dalam prosesdesain dan
manufaktur produk mereka. Selain itu, Apple juga menggunakan energi terbarukan untuk
menjalankan operasi bisnis mereka, serta mengembangkan program daur ulang untuk
memperpanjang siklus hidup produk mereka. Hal ini telah membantu Apple mengurangi
14
dampak lingkungan dan meningkatkan keberlanjutan produk mereka. Metode berbasis prinsip
hijau seperti LCA, desain berkelanjutan, green building, sistem manajemen lingkungan, dan
pengadaan hijau berperan penting dalam mendorong kelaparan di berbagai sektor. Dengan
menerapkan metode ini, organisasi dapat mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan,
meningkatkan efisiensi sumber daya, dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan
secara keseluruhan.
15
Daftar Pustaka
Dr. Sukardi, S.E., M.M. (2022). Manajemen Pengetahuan Memediasi Tata Kelola, Budaya
mutu, Green Human Resource Management. Yogyakarta: Selat Media Partners.
Malahayati, (2023). Strategi Dan Manajemen Kinerja Hijau Perusahaan.
https://repository.malahayati.ac.id/index.php/ebook/article/view/3093
Dr. Febrianty, S.E, M.Si. Dr. (Cand) Divianto, S.E, MM. Dr. (Cand) Muhammad, S,Kom., MM.
Strategi Dan Manajemen Kinerja Hijau Perusahaan . (2023).
http://www.rcipress.rcipublisher.org/index.php/rcipress/catalog/download/549/865/1800-
1?inline=1
Green Building Council Indonesia (GBCI). (2009). Panduan Greenship untuk Bangunan Hijau
Indonesia. https://www.gbcindonesia.org/