PEER SUPPORT Orang Dengan Skizofrenia di KPSI

bagushu 40 views 22 slides Nov 20, 2024
Slide 1
Slide 1 of 22
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22

About This Presentation

PEER SUPPORT Orang Dengan Skizofrenia di KPSI


Slide Content

BUKU PANDUAN
PROGRAM
“PEER SUPPORT”
ORANG DENGAN
SKIZOFRENIA
(ODS)
Disusun oleh :
Dian Khairunnisa Permatasari S.Psi
Untung Subroto M.Psi., Psikolog
Bagus Hargo Utomo S.S

BAB I
PEER SUPPORT ORANG DENGAN SKIZOFRENIA (ODS)
Pengertian Peer Support
Peer support merupakan dukungan sosial emosional dan dukungan
instrumental yang saling diberikan oleh orang yang memiliki Kesehatan
jiwa yang sama dimana mereka saling berbagi dengan kondisinya. dengan
tujuan adanya perubahan sosial atau kepribadian yang diinginkan
(Solomon, 2004). Bentuk dukungan yang diberikan oleh sesama penderita
meliputi 1) Dukungan informasi meliputi : saran, bimbingan dan umpan
balik 2) Dukungan emosional meliputi mendorong, menguatkan,
mengurasi perasaan isolasi 3) Dukungan timbal balik meliputi berbagi
pemecehan masalah, saling memberi dan menerima informasi (Heisler
2006)
Memberikan dukungan informasi, melalui berbagi pengalaman terkait
skizofrenia dan pengobatan dan manajemennya.
Memberikan dukungan emosional, melalui motivasi, penguatan, dan
mengurangi perasaan isolasi.
Memberikan dukungan timbal balik dengan memecahkan
permasalahan secara bersama, saling memberi dan menerima bantuan.
Tujuan Peer Support, antara lain:
1.
2.
3.
A.
B.
Manfaat Peer Support
Selain terapi obat, peer support juga sangat penting bagi kesejahteraan
pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peer support :
C.
meningkatkan kualitas hidup ODS
mengurangi isolasi
mempercepat proses pemulihan
meningkatkan inklusi sosial
mendorong ODS mengekspresikan pikiran dan perasaan (Salvirania,
2020)
harapan sembuh lebih tinggi
suasana hati lebih positif
rasa percaya diri meningkat (Agustina, 2017)
1

Prinsip Peer SupportD.
Prinsip kontribusi
Anggota perlu mendengarkan dengan empati dan menghargai
perbedaan pandangan satu sama lain
Prinsip saling memahami dan menghormati
Apa pun yang dibagikan dalam kelompok harus dirahasiakan agar
anggota merasa aman untuk terbuka.
Prinsip kerahasiaan
Menjaga privasi data dan kerahasiaan cerita agar anggota merasa aman
untuk terbuka.
Prinsip kesetaraan
Semua anggota memiliki hak yang sama untuk berbicara dan didengar,
tanpa memandang latar belakang atau status.
1.
2.
3.
4.
Aturan dalam Peer SupportE.
Setiap anggota memiliki durasi maksimal 15 menit untuk bercerita
tentang masalahnya, dan peserta lain diwajibkan untuk mendengarkan,
dan hanya berbicara apabila diperbolehkan oleh fasilitator (tidak boleh
memotong)
Semua informasi yang didapatkan di peer support ini harus dijaga
kerahasiaannya dan tidak boleh keluar. (Tekankan ke seluruh peserta
untuk menjaga kerahasiaan).
Bagi peserta yang telat hadir, tetap diperbolehkan mengikuti kegiatan,
tapi mendapatkan giliran terakhir untuk bertukar cerita.
Bagi peserta yang sedang sakit, dihimbau untuk menggunakan
masker.
1.
2.
3.
4.
2

Anggota Kelompok
Anggota kelompok bertugas mengikuti jalannya proses peer support
sesuai dengan kesepakatan kelompok dan fasilitator. Anggota kelompok
harus berpartisipasi aktif, memberikan masukan dan umpan balik selama
proses peer support berlangsung.
3
Pengorganisasian Peer SupportF.
Fasilitator (ketua kelompok)
Fasilitator merupakan orang dengan skizofrenia (ODS) dari Komunitas
Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) yang memimpin jalanannya peer
support dengan peran:
Fasilitator membuka support group dan memperkenalkan diri kepada
masing-masing anggota, dan sebaliknya
Fasilitator berperan memfasilitasi peserta support group, memastikan
setiap peserta memiliki kesempatan berbicara yang sama dan
memberikan menciptakan suasana mendukung dengan memberikan
dukungan informasi dan emosional kepada peserta.
Fasilitator mengajukan pertanyaan yang bersifat terbuka kepada
peserta support group
Fasilitator menutup support group
1.
2.
3.
4.

Prosedur Operasional Standar
Program Peer Support KPSI
Lokasi Sekretariat KPSI
Waktu Sabtu, Pukul 13.00 – 15.00 ( 1 kali sebulan )
Fasilitator
Orang dengan Skizofrenia (ODS)
Anggota KPSI
Telah dalam fase stabil/pulih
Memiliki edukasi yang lebih daripada
anggota lain terkait skizofrenia dan
penanganannya
Telah memahami definisi, tujuan dan
manfaat peer support
Telah mengikuti sesi peer support KPSI rutin
selama setahun
Sasaran Seluruh ODS anggota KPSI
Persiapan Media
Alat Tulis1.
Lembar Absensi2.
Buku Panduan Peer Support3.
Tempat duduk dan meja4.
Air mineral & makanan ringan5.
Dokumentasi6.
Persiapan Umum
Persiapan umum program peer support
adalah:
Fasilitator memastikan anggota mengisi
absensi pada link yang telah disediakan
Membaca buku panduan peer support.
Prosedur Operasional Program Peer SupportG.
4

Posisi Duduk
Posisi duduk melingkar membetuk
lingkaran
Posisi Fasilitator di dalam lingkaran yang
dapat dilihat oleh semua anggota
Bagi peserta yang tidak ingin
dokumentasikan wajahnya, posisi duduk
dapat membelakangi kamera
Pakaian Menggunakan pakaian casual yang sopan
5

6
PEMBUKAAN
Perkenalan
Fasilitator
"Halo, selamat datang di peer support KPSI,
silahkan duduk”
“Sebelumnya saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang
sudah datang pada hari ini pada peer
support KPSI, perkenalkan nama saya “x” dan
hari ini saya berperan sebagai fasilitator peer
support. Sebelum kita saling
memperkenalkan diri, kita coba untuk
melakukan jargon KPSI bersama ya “Salam
Sehat Jiwa”
(Fasilitator kemudian menginstruksikan
semua anggota peer support untuk
melakukan jargon KPSI sebagai bentuk
solidaritas.)
Perkenalan singkat
seluruh peserta
secara bergantian
(Fasilitator mempersilahkan setiap anggota
kelompok untuk memperkenalkan diri,
seputar (nama, daerah tinggal, diagnosis,
Lokasi berobat dan harapan atas peer
support)
“Berikutnya, saya ingin masing-masing dari
saudara untuk memperkenalkan diri, dari
nama, usia, tempat tinggal, diagnosa, dan
lokasi berobat saudara secara bergantian”
Fasilitator memberikan respon 1-2 kata atau
pengulangan terkait pengulangan peserta,
agar peserta merasa dihargai
“Baiklah, terima kasih sudah
memperkenalkan diri, semoga kita bisa
menjalin ikatan, dan saling mendukung satu
sama lain untuk kedepannya.”

7
PEMBUKAAN
Penjelasan peran
fasilitator
“Baiklah, sebelumnya kita sudah saling
berkenalan, sekarang saya akan
menjelaskan peran saya sebagai fasilitator di
peer support ini.”
“Fasilitator bertugas membuka peer support,
memfasilitasi dan memastikan setiap
peserta memiliki kesempatan bicara yang
setara, mengajukan pertanyaaan terbuka
untuk memulai sharing dan menutup peer
support.”
Penjelasan aturan
peer support
“Baik, sebelumnya sudah menjelaskan
mengenai peran saya sebagai fasilitator,
berikutnya ada beberapa peraturan yang
harus dipatuhi teman-teman di support
group ini”
“Setiap anggota memiliki waktu 15 menit
untuk bercerita, peserta lain wajib
mengengarkan, tidak boleh memotong
dan hanya berbicara apabila
dipersilahkan fasilitator”
“Semua peserta wajib menjaga
kerahasiaan dan privasi.”
“Peserta yang terlambat diperbolehkan
bergabung dan mendapatkan giliran
terakhir untuk bertukar cerita.”

8
SHARING SESSION
Sharing session
peserta
(Fasilitator menunjuk arah kiri atau kanan
dari dirinya, dimana peserta yang ditunjuk
akan memulai bercerita mengenai dirinya.
Fasilitator dianjurkan untuk dapat
memberikan pertanyaan yang berupa
terbuka sebagai berikut)
Bagaimana perasaan anda satu
minggu/bulan ini?
Bagaimana kualitas tidur anda?
Bagaimana kepatuhan minum obat
anda?
Jika masih ada, halusinasi/waham apa
yang anda alami?
Bagaimana kondisi anda mempengaruhi
aktivitas sehari-hari?
(Fasilitator mengingatkan jika ada yang
berbicara terlalu lama dan melewati batas
waktu)
“Terima kasih sudah bercerita banyak ya, tapi
mohon maaf waktunya sudah habis. Kita
lanjut ke sharing orang berikutnya dulu ya,
kalau saudara ingin bercerita lagi, bisa
dilakukan nanti setelah peer support secara
informal”

9
SHARING SESSION
(Fasilitator memperhatikan apabila ada
peserta yang berbicara terlalu singkat, dan
tidak dapat berkomunikasi secara jelas
(ODS). *Usahakan memancing dengan
beberapa pertanyaan pemicu, serta
pertanyaan-pertanyaan yang mengacu ke
kehidupan pribadinya dengan pendekatan
lebih informal dan gestur hangat).
“Kesini sama siapa? Sekarang sibuk dengan
kegiatan apa?”
“Apakah saudara ada yang ingin dicertakan”
*Apabila tidak ada cerita lain dan masih sulit
berkomunikasi
“Terima kasih sudah bercerita ya, kalau nanti
ada cerita lagi boleh ya setelah peer support”
(Selama sesi sharing fasilitator memberikan
dukungan informasi berdasarkan
pengalaman. Jika informasi dirasa kurang
cukup boleh melempar pertanyaan ke
peserta lain).
“apakah teman-teman ada yang memiliki
pengalaman serupa dan mau berbagi
pengalaman mengenai cara
mengatasinya?”

10
SHARING SESSION
(Selama sharing fasilitator memberikan
dukungan emosional seperti )
mendengar aktif :
memberikan respon terhadap cerita
peserta, mempertahankan gestur
terbuka dan kontak mata, dan
memberikan anggukan kecil.
memberikan validasi perasaan:
“Jadi, kamu merasa KECEWA ya dengan
orang-orang di sekitarmu”
“Pasti kamu merasa MARAH melihat
situasi tersebut.”
“Hal ini terlalu cepat dan membuatmu
KAGET ya”
“Jadi saat ini kamu merasa kecewa
dengan dirimu sendiri ya.”
berbagi pengalaman pribadi:
“saya juga pernah berada di posisi
saudara, pasti berat ya.”
“Saya juga pernah mengalami perasaan
putus asa dan tidak ada harapan.
“saya juga dulu pernah ditinggalkan
orang yang kita cintai, rasanya sakit
sekali.”
memberikan penguatan positif:
“saya yakin kamu bisa melewatinya”
“tenang saja, kamu bisa mencobanya
terus lain waktu”
“masih ada kesempatan, jangan putus
asa dan terus semangat.”
a.
b.
c.
d.

PENUTUP
Penutup (Fasilitator menjawab pertanyaan yang
belum terjawab)
(Fasilitator memberikan kesempatan
bertanya dan bercerita sekali lagi)
“Apakah ada lagi yang ingin ditanyakan?”
“Apakah dari semua teman-teman ada yang
masih ingin bercerita, atau ada yang belum
disampaikan?”
(Fasilitator memastikan peserta mengisi
absensi)
“Bagi teman-teman diingatkan untuk
mengisi absensi untuk keperluan database
KPSI”
11
Menjawab
pertanyaan yang
belum dijawab
Memastikan
absensi
1.
2.

PENUTUP
3. Menutup
peer support
(Fasilitator menutup kegiatan peer support
secara formal dan mengakhiri sesi support
group. Fasilitator kemudian
menginstruksikan peserta untuk
mengulang jargon KPSI, yaitu “Salam Sehat
Jiwa” sebagai penutup. Setelah itu,
fasilitator mempersilahkan peserta untuk
menyantap hidangan (apabila masih
tersedia), ataupun berbincang ringan
(dibebaskan).
“Jika sudah tidak ada pertanyaan ataupun
cerita lagi, saya “x” sebagai fasilitator ingin
mengucapkan terima kasih kepada seluruh
teman-teman yang hadir di kegiatan peer
support hari ini. Semoga kita bisa menjalin
hubungan baik, dan saling membantu satu
sama lain untuk kedepannya. Ayo kita ulangi
sekali jargon KPSI sebagai penutup peer
support hari ini “Salam Sehat Jiwa!” “Bagi
teman-teman yang masih ingin mengobrol
ringan, sangat dipersilahkan. Buat teman-
teman yang masih mau menyantap
hidangan, diperbolehkan juga.”
Tekankan ulang kembali jargon KPSI "Tiada
Kesehatan Tanpa Kesehatan Jiwa" sebagai
penutup
Situasi Darurat Ketika ada topik sharing yang memicu
gejala peserta, peserta dipersilahkan
meninggalkan peer support dan mencari
ruang tenang dengan 1 orang pendamping.
12

BAB II
TANYA JAWAB SEPUTAR SKIZOFRENIA
Mengapa saya merasa sulit berhubungan dengan orang lain?
Skizofrenia bisa mempengaruhi cara seseorang merasakan emosi dan
berinteraksi dengan orang lain. Gejala seperti isolasi diri atau rasa curiga
dapat membuat hubungan sosial menjadi sulit. Terapi, termasuk terapi
kelompok dan dukungan dari komunitas KPSI bisa membantu Anda
mengembangkan keterampilan sosial secara bertahap. Hindari labelling
diri atau Self Stigma misalnya dengan berkeyakinan misalnya “tidak ada
yang mau berinteraksi dengan Anda”. Selain itu kesulitan juga bisa terjadi
karena Anda sudah lama tidak bertemu dengan orang sehingga
kemampuan komunikasi berkurang. Untuk itu, kemampuan interaksi
tetap perlu dilatih setiap hari.
Apakah saya harus terus minum obat seumur hidup?
Ya, ODS (Orang dengan Skizofrenia) memerlukan pengobatan jangka
panjang sama seperti penyakit fisik seperti jantung dan diabetes untuk
menjaga kestabilan gejala. Berkonsultasilah dengan dokter, karena
kebutuhan obat bisa bervariasi, dan penghentian obat tanpa pengawasan
medis bisa menyebabkan gejala kambuh.
Apakah saya bisa pulih sepenuhnya dari skizofrenia?
Pulih dari skizofrenia adalah mungkin, tetapi prosesnya bisa berbeda bagi
setiap orang. Dengan pengobatan yang tepat, termasuk terapi, dukungan
dari keluarga dan teman, serta manajemen gejala yang baik, banyak orang
dengan skizofrenia bisa menjalani kehidupan yang produktif dan
memuaskan. Meskipun skizofrenia pada umumnya adalah kondisi jangka
panjang, penderitanya dapat berlatih mengelola gejala dan meningkatkah
kualitas hidup dengan terus berkegiatan serta hidup berdamai dan
berdampingan dengan skizofrenia. Rutinlah berkonsultasi dengan dokter
dan mendapatkan dukungan sosial agar dapat pulih dan stabil.
13
1.
2.
3.

Apakah ada efek samping dari obat skizofrenia?
Ada, efek obat mungkin dapat berbeda-beda pada setiap individu. Yang
biasanya terjadi di awal-awal pengobatan dialami adalah mengantuk,
tidak berminat melakukan aktifitas, nafsu makan bertambah, keinginan
makan makanan manis bertambah, gelisah dan sulit tidur.
Bagaimana cari mengelola diri dari efek samping obat?
Tetap menjaga pola hidup sehat dan seimbang seperi mengatur diet
dengan makan makanan sehat (perbanyak sayur dan buah), berolahraga,
menjaga pola tidur dan tetaplah berkegiatan.
Apa yang bisa saya lakukan jika saya merasa sulit tidur?
Gangguan tidur sering terjadi pada ODS. Untuk membantu tidur lebih
baik, cobalah untuk melakukan pengkondisian tidur misalnya seperti :
makan malam lebih awal dan minum obat lebih awal misalnya
sebelum jam 7 malam.
masuk ke kamar lebih awal 1 jam sebelum waktu tidur.
kenakan pakaian tidur yang nyaman, membersihkan diri, menyikat gigi
dan mencuci kaki.
menghindari konsumsi kafein mendekati waktu tidur.
hentikan semua aktifitas & mematikan gawai.
meredupkan lampu.
mendengarkan music yang membuat relax.
menggunakan aromaterapi.
Jika masalah tidur berlanjut, konsultasikan dengan dokter Anda, karena
gangguan tidur bisa mempengaruhi gejala skizofrenia.konsul ke dokter
untuk pemberian obat di malam hari yang dapat membantu tidur.
Bagaimana jika saya merasa tidak nyaman dengan pengobatan saya?
Penting untuk berbicara dengan dokter mengenai efek samping atau
ketidaknyamanan yang Anda alami. Pengobatan mungkin perlu
disesuaikan, dan dokter bisa memberi solusi terbaik agar Anda merasa
lebih nyaman tanpa menghentikan pengobatan sendiri.
14
4.
5.
6.
7.

Apa yang bisa saya lakukan saat merasa gejala saya kembali kambuh?
Jika gejala mulai kambuh, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter.
Sebaiknya Anda memiliki nomor psikiater atau rumah sakit tempat Anda
berobat agar mendapatkan bantuan informasi ketika ada situasi darurat.
Pastikan Anda terus minum obat sesuai arahan dan berbicaralah dengan
caregiver atau kelompok dukungan seperti KPSI untuk mendapatkan
bantuan emosional.
Apa yang harus saya lakukan jika mendengar suara-suara lagi?
Jika Anda mendengar suara-suara cobalah lakukan hal berikut ini:
Tetap Tenang : Usahakan untuk tidak panik dan mencoba menenangkan
diri saat suara-suara muncul.
Evaluasi Suara : Perhatikan sifat suara tersebut. Jika suara positif, seperti
pujian, itu biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika suara negatif
membuat Anda merasa cemas, tidak berharga, atau takut, ini yang perlu
diwaspadai. Jika memungkinkan, coba abaikan suara negatif tersebut. Jika
sulit, ambil waktu untuk beristirahat dari aktifitas.
Konfrontasi dengan Realitas : Jika suara negatif muncul, ceritakan dan
diskuskan dengan caregiver atau seseorang yang Anda percaya. Mereka
dapat membantu mengingatkan bahwa suara tersebut tidak nyata dan
memberikan dukungan positif kepada Anda. Misalnya ketika Anda
mendengar suara bahwa Anda tidak berguna, caregiver bisa membantu
mengkonfrontasi pemikiran tersebut dengan bilang “itu tidak nyata,
keberadaan kamu sangat berguna bagi saya dan keluarga.”
Konsultasikan ke Dokter atau Terapis : Segera hubungi dokter atau
terapis untuk melaporkan pengalaman tersebut. Mungkin diperlukan
penyesuaian pengobatan atau terapi tambahan untuk mengelola
halusinasi.
Dukungan dari Kelompok atau Caregiver : Berbagi pengalaman dalam
kelompok dukungan atau dengan caregiver dapat membantu meredakan
kecemasan dan memberi perspektif yang lebih baik tentang situasi yang
dihadapi.
15
8.
9.

Bagaimana saya bisa mengatasi rasa cemas atau takut yang sering
muncul?
Jika kecemasaan tergolong ringan-sedang, Anda dapat mengatasi
kecemasan bisa melalui teknik relaksasi seperti pernapasan dalam,
meditasi, atau olahraga. Berikut adalah tahapan singkat untuk
melakukan relaksasi sendiri di rumah:
Posisi Nyaman: Duduk dengan nyaman, pejamkan mata.
Fokus pada Napas: Tarik napas perlahan dalam melalui hidung,
hembuskan perlahan melalui mulut. Rasakan tubuhmu semakin
rileks.
Pernapasan Diafragma: Taruh tangan kanan di dada, tangan kiri di
perut. Saat menarik napas, pastikan perutmu mengembang.
Pola Pernapasan: Tarik napas selama 4 detik, tahan 4 detik, lalu
hembuskan napas perlahan selama 4 detik. Ulangi beberapa kali.
Lepaskan Pikiran: Jika muncul pikiran, biarkan saja, tetap fokus
pada napas.
Nikmati Relaksasi: Rasakan tubuhmu semakin tenang dan semua
ketegangan memudar. Lakukan ini selama 5-10 menit, dan rasakan
ketenangan setelahnya.
Penting untuk mengidentifikasi kecemasan Anda agar Anda
mengetahui perilaku apa yang harus Anda lakukan untuk menurunkan
kecemasan itu. Anda juga bisa membicarakan kecemasan anda ke
caregiver atau kelompok support group agar merasa lebih baik.
Jika kecemasan sulit terindentifikasi, tergolong berat dan
mengganggu keseharian Anda, jangan ragu untuk meminta bantuan
dan berkonsultasi ke dokter.
Apakah stres dapat memperburuk gejala skizofrenia?
Ya, stres dapat memperburuk gejala skizofrenia. Stres merupakan salah
satu pemicu yang dapat meningkatkan risiko kambuh atau memperparah
gejala seperti halusinasi dan delusi. Oleh karena itu, penting untuk
mengelola stres dengan baik, misalnya melalui teknik relaksasi, olahraga,
atau konseling. Diskusikan dengan caregiver Anda mengenai pemicu stres
spesifik yang Anda hadapi, seperti tekanan untuk bekerja sebelum merasa
stabil. Jangan memaksakan diri dan hindari tekanan berlebihan, karena
hal ini dapat menyebabkan kecemasan yang lebih besar. Caregiver juga
sebaiknya menggunakan pendekatan yang positif dan menghindari kata-
kata negatif agar situasi tetap kondusif.
16
10.
11.

Apakah saya bisa mencegah kekambuhan hanya dengan minum obat?
Minum obat secara teratur adalah langkah penting dalam mengelola
skizofrenia, tetapi tidak cukup untuk mencapai pemulihan penuh. Anda
juga perlu menerima dan berdamai dengan kondisi tersebut, serta belajar
mengenali gejala yang muncul agar dapat dikelola dengan baik. Selain
obat, penting untuk mengubah pola pikir bahwa masa depan berada di
tangan Anda sendiri—menghindari putus asa adalah kunci agar kondisi
bisa membaik. Mengelola stres, menjaga pola hidup sehat, dan
berpartisipasi dalam terapi atau kelompok dukungan juga sangat
membantu. Dengan menggabungkan perawatan medis dengan
dukungan emosional dan sosial, Anda bisa mengurangi risiko kambuh dan
meningkatkan kualitas hidup.
Apakah saya bisa menjalani hubungan romantis meskipun memiliki
skizofrenia?
Ya, Anda bisa menjalani hubungan romantis meskipun memiliki
skizofrenia. Kunci utamanya adalah komunikasi yang jujur dan terbuka
dengan pasangan tentang kondisi Anda. Kedua belah pihak harus saling
memahami, mendukung, dan menghormati hak masing-masing. Penting
untuk tidak menjadikan pasangan sebagai solusi utama masalah pribadi.
Anda harus menyelesaikan masalah dan perasaan tidak aman secara
mandiri sebelum membetuk relasi romantic dengan orang lain. Fokus
pada pemulihan diri terlebih dahulu sebelum memulai atau
memperdalam hubungan. Terapi pasangan dan dukungan dari komunitas
seperti KPSI juga bisa membantu menjaga keseimbangan dalam
hubungan romantis.
Apakah saya bisa bekerja meskipun memiliki skizofrenia?
Ya, Anda bisa bekerja meskipun memiliki skizofrenia, asalkan
mendapatkan perawatan dan dukungan yang tepat. Mulailah dengan
pekerjaan yang sesuai dengan kondisi Anda, seperti pekerjaan yang lebih
ringan atau berada di lingkungan yang akrab, seperti di sekitar keluarga.
Secara bertahap, Anda bisa meningkatkan tanggung jawab dan berpindah
ke lingkungan kerja yang lebih luas. Dukungan dari keluarga, komunitas,
dan tempat kerja sangat penting untuk membantu Anda beradaptasi dan
tetap produktif. Jika diperlukan, komunikasikan kondisi Anda kepada
atasan agar mereka lebih memahami situasi dan kebutuhan Anda di
tempat kerja.
17
12.
13.
14.

Bagaimana cara saya menjaga keseimbangan antara skizofrenia dan
aktivitas sehari-hari?
Menjaga keseimbangan antara skizofrenia dan aktivitas sehari-hari
membutuhkan penerimaan dan perencanaan yang baik. Meskipun
mungkin sulit, tetap lakukan aktivitas seperti biasa dengan menyesuaikan
diri pada kondisi Anda. Jika gejala seperti mendengar suara muncul saat
bekerja, izinkan diri untuk mengambil istirahat dan beri tahu atasan agar
bisa memberikan dukungan. Buat jadwal yang realistis, berikan waktu
untuk istirahat, dan tetap terlibat dalam aktivitas yang positif. Jangan ragu
untuk meminta bantuan dari orang-orang terdekat dan berbagi
pengalaman di kelompok dukungan seperti peer support untuk
membantu mengelola keseimbangan tersebut.
Bagaimana cara menghadapi stigma dari lingkungan?

Menghadapi stigma dari lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa
langkah praktis. Pertama, edukasi lingkungan sekitar dengan menjelaskan
bahwa skizofrenia adalah kondisi medis yang memerlukan perawatan,
bukan kelemahan pribadi. Kemudian, dukungan komunitas seperti KPSI
sangat penting, karena di sana Anda bisa mendapatkan dukungan dari
orang-orang yang memahami situasi Anda. Selain itu, libatkan keluarga
dan teman untuk membantu mengurangi stigma dengan memberikan
pemahaman yang tepat kepada orang lain. Fokuslah pada pemulihan diri
sendiri dengan menjaga perawatan dan pengelolaan kondisi agar tetap
berfungsi secara optimal. Terakhir, jika memungkinkan, lakukan
komunikasi terbuka dengan orang yang memberikan stigma untuk
memperbaiki pemahaman mereka dan mengurangi kesalahpahaman.
Apa yang bisa dilakukan keluarga untuk membantu saya?
Keluarga bisa memberikan dukungan emosional, membantu
mengingatkan untuk minum obat, dan memahami kondisi Anda lebih
baik dengan belajar tentang skizofrenia. Jika keluarga Anda terlibat,
mereka juga bisa mendampingi Anda dalam sesi terapi atau kegiatan peer
support.
18
15.
16.
17.

19
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, C. (2017). Pengalaman penderita skizofrenia mendapat dukungan
sesama penderita (peer support) (Skripsi, Universitas Airlangga).
Heisler, M (2006) Building Peer Support Program to Support Chronic Disease :
Seven Models to Success.
House, J. S. (1981). Work, Stress, and Social Support. Addison-Wesley.
Salvirania, S., & Fahrudin, A. (2020). Hubungan peer group support dengan
kualitas hidup penderita skizofrenia. KHIDMAT SOSIAL, Journal of Social Work
and Social Service, 1(2).
Solomon, P. (2004). "Peer support/peer provided services underlying processes,
benefits, and critical ingredients." Psychiatric Rehabilitation Journal, 27(4), 392-
401.

20
Catatan

Jl. Buluh No.84, RT.07/RW.16,
Cililitan, Kec. Kramat jati,
Kota Jakarta Timur Kode Pos 13640
(021) 2204 3440
[email protected]