Pembinaan Manajemen Satuan Pendidikan (1).pptx

hamdyazhar 7 views 21 slides Oct 22, 2025
Slide 1
Slide 1 of 21
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21

About This Presentation

pembinaan managemen


Slide Content

OLEH : ASKHAB, S.Ag , M.Pd.I SATUAN PENDIDIKAN Manajemen

APA ITU MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN? Manajemen Satuan Pendidikan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan seluruh aktivitas di satuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien . Manajemen ini mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan di tingkat operasional sekolah atau madrasah, seperti manajemen kurikulum, peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, keuangan, hubungan dengan masyarakat, dan budaya sekolah.

TUJUAN MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN Meningkatkan mutu pendidikan. Mewujudkan layanan pendidikan yang efektif dan efisien. Menjamin pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Mendorong kemandirian dan partisipasi masyarakat. Menjadi dasar dalam pengambilan keputusan strategis.

1. Meningkatkan mutu pendidikan. Manajemen satuan pendidikan untuk memastikan semua aspek pembelajaran dan pengelolaan berjalan sesuai standar nasional pendidikan . Mutu pendidikan mencakup kualitas input (guru, sarana prasarana), proses (strategi mengajar, keterlibatan siswa), dan output (hasil belajar siswa). Contoh implementasi: Penguatan kompetensi guru melalui pelatihan dan refleksi pembelajaran. Penyusunan program remedial dan pengayaan berdasarkan hasil asesmen. Penggunaan data rapor pendidikan (literasi-numerasi) untuk intervensi.

2. Mewujudkan Layanan Pendidikan yang Efektif dan Efisien Efektif berarti tujuan pembelajaran tercapai . Efisien berarti sumber daya digunakan sebaik mungkin dengan hasil optimal . MSP memastikan waktu, tenaga, dan dana digunakan sesuai kebutuhan prioritas dan berdampak langsung pada pembelajaran. Contoh implementasi: Penyusunan jadwal pelajaran yang padat berisi dan sesuai jam belajar ideal. Optimalisasi dana BOS untuk kebutuhan prioritas seperti pembelian alat praktik. Digitalisasi administrasi untuk mengurangi beban kerja guru.

3. Menjamin Pelaksanaan Pembelajaran yang Berkualitas MSP bertugas mengawasi dan mendampingi agar pembelajaran berlangsung aktif, menyenangkan, dan berpusat pada siswa. Ini melibatkan manajemen kurikulum, supervisi kelas, dan pengembangan bahan ajar yang sesuai karakteristik peserta didik. Contoh implementasi: Supervisi akademik oleh kepala madrasah atau pengawas secara periodik. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dan proyek P5RA pada Kurikulum Merdeka. Pengembangan komunitas belajar guru (KKG/MGMP).

4. Mendorong Kemandirian dan Partisipasi Masyarakat MSP yang baik mendorong madrasah untuk menjadi otonom dalam mengambil keputusan, namun tetap terbuka terhadap masukan dari masyarakat. Kemandirian juga mencakup kemampuan guru dan siswa berinisiatif serta bertanggung jawab terhadap tugasnya. Contoh implementasi: Pembentukan tim pengelola madrasah dengan sistem partisipatif. Kegiatan “orang tua mengajar” atau kunjungan profesi. Musyawarah madrasah tahunan yang melibatkan komite, tokoh masyarakat, dan wali siswa.

5. Menjadi Dasar dalam Pengambilan Keputusan Strategis Data yang dikumpulkan melalui MSP (misalnya data kehadiran siswa, hasil ujian, kondisi keuangan, dan laporan sarana) menjadi bahan penting untuk pengambilan keputusan. Dengan pendekatan ini, madrasah dapat membuat kebijakan yang tepat, adaptif, dan terukur. Contoh implementasi: Analisis data ANBK digunakan untuk merancang program peningkatan literasi. Survei kepuasan layanan orang tua digunakan untuk perbaikan layanan. Dashboard digital madrasah menampilkan indikator capaian sebagai bahan rapat kerja.

Prinsip Manajemen Satuan Pendidikan Kemandirian – madrasah diberi wewenang untuk mengelola urusannya sendiri. Partisipasi – Melibatkan warga madrasah, orang tua, dan masyarakat. Transparansi – Informasi manajerial terbuka dan mudah diakses. Akuntabilitas – Bertanggung jawab atas hasil yang dicapai. Sustainabilitas – Berorientasi pada keberlanjutan dan peningkatan mutu.

Komponen Manajemen Satuan Pendidikan Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran Perencanaan dan pelaksanaan kurikulum, evaluasi pembelajaran, penguatan karakter. Manajemen Peserta Didik Penerimaan siswa baru, kehadiran, perkembangan akademik dan non-akademik. Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan Rekrutmen, pengembangan profesional, pembinaan, dan penilaian kinerja. Manajemen Sarana dan Prasarana Perencanaan, pengadaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan fasilitas belajar. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Perencanaan anggaran, penggunaan dana BOS, laporan keuangan, audit internal. Manajemen Hubungan Sekolah dan Masyarakat Kemitraan dengan orang tua, dunia usaha, pemerintah daerah, dan tokoh masyarakat. Manajemen Layanan Khusus Konseling, layanan kesehatan, layanan inklusif bagi peserta didik berkebutuhan khusus. Manajemen Budaya dan Iklim Sekolah Membangun lingkungan belajar yang positif, disiplin, nilai-nilai kebangsaan, dan keberagaman.

Kerangka Hukum Manajemen satuan pendidikan mengacu pada berbagai regulasi nasional, antara lain: UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Permendikbudristek No. 40 Tahun 2021 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah Permendikbud No. 63 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana BOS Permendikbud No. 16 Tahun 2023 tentang Kurikulum pada Satuan Pendidikan KMA No. 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Pada Madrasah KMA No. 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum Pada Madrasah PMA No. 58 Tahun 2017 tentang Kepala Madrasah

Pendekatan Baru dalam MSP Dalam konteks kekinian, MSP juga mulai mengintegrasikan: Kurikulum Merdeka Digitalisasi manajemen pendidikan (platform RDM, e-Raport, dll.) Manajemen berbasis data (data siswa, capaian, literasi-numerasi) Deep learning dan budaya reflektif Penguatan nilai-nilai Pancasila dan moderasi beragama (P5RA)

Madrasah Hybrid Model pendidikan yang menggabungkan pembelajaran tatap muka (luring) dan daring (online). Ini menunjukkan keberanian untuk berinovasi. Namun, agar model ini benar-benar efektif dan berkelanjutan , beberapa hal penting perlu terus ditingkatkan sebagai bahan pembinaan dan motivasi.

1. Penguatan Visi dan Budaya Digital Pembinaan: Sosialisasikan visi madrasah digital-hybrid kepada seluruh guru, siswa, dan orang tua. Adakan sesi refleksi rutin tentang manfaat dan tantangan pembelajaran hybrid. Jadikan budaya paperless , data-driven , dan continuous learning sebagai bagian dari karakter madrasah. HAL PENTING YANG PERLU TERUS DITINGKATKAN

2. Kompetensi Digital Guru dan Siswa Tujuan: Guru dan siswa mampu menggunakan teknologi secara produktif, bukan hanya sekadar tahu aplikasi. Pembinaan: Pelatihan penggunaan LMS (Google Classroom, Moodle, atau madrasah berbasis e-learning Kemenag). Pendampingan membuat video pembelajaran, kuis digital, dan evaluasi interaktif. Tantangan mingguan: "Satu guru, satu konten digital", atau "Satu kelas, satu karya daring".

3. Desain Pembelajaran Fleksibel dan Diferensiatif Tujuan: Meningkatkan efektivitas pembelajaran hybrid agar tidak membosankan atau hanya menjadi duplikasi luring. Pembinaan: Pengembangan RPP/Modul Ajar hybrid: mana yang tatap muka, mana yang daring, dan bagaimana keterkaitannya. Pendampingan membuat “menu belajar” (learning menu) untuk siswa dengan pilihan tugas sesuai gaya belajar. Supervisi akademik berbasis blended learning model seperti flipped classroom, station rotation, dsb.

4. Manajemen Waktu dan Penjadwalan Hybrid Tujuan: Memastikan tidak terjadi kelelahan digital atau kebingungan pembagian waktu. Pembinaan: Review jadwal belajar: seimbangkan kegiatan daring, luring, dan waktu refleksi. Buat “hari tanpa layar” sebagai waktu pembelajaran interaktif langsung atau projek nyata. Gunakan kalender digital bersama untuk mengatur jadwal evaluasi dan kolaborasi.

5. Evaluasi dan Umpan Balik Berkala Tujuan: Pembelajaran hybrid harus terus dievaluasi agar sesuai kebutuhan nyata siswa. Pembinaan: Adakan survey cepat ke siswa dan orang tua tentang pembelajaran daring. Lakukan peer-review antar guru terhadap video/materi pembelajaran yang dibuat. Sediakan forum refleksi rutin: “Apa yang membuat belajar hybrid lebih menyenangkan minggu ini?” bukan malah membebani siswa.

6. Keterlibatan Orang Tua dan Masyarakat Tujuan: Mendukung pembelajaran hybrid tidak hanya dari guru, tapi juga lingkungan rumah dan masyarakat. Pembinaan: Buat “kelas parenting digital” untuk membantu orang tua mendampingi anak belajar daring. Libatkan alumni atau tokoh masyarakat dalam pembelajaran daring sebagai narasumber inspiratif. Jadikan madrasah sebagai pusat komunitas belajar digital.

7. Infrastruktur dan Akses Teknologi Tujuan: Menjamin semua siswa bisa mengakses pembelajaran hybrid dengan adil. Pembinaan: Evaluasi kondisi akses internet dan perangkat siswa. Bangun sistem pinjam pakai laptop/gadget dari madrasah. Kembangkan pusat WiFi madrasah untuk akses terbatas bagi siswa yang membutuhkan.

Motivasi yang Bisa Disampaikan: “Madrasah hybrid bukan hanya menjawab tantangan zaman, tetapi juga peluang emas untuk menumbuhkan karakter mandiri, kreatif, dan tangguh pada siswa kita. Ini bukan tentang teknologi semata, tetapi tentang menciptakan generasi yang siap belajar di mana saja, kapan saja, dengan semangat yang sama besarnya.”
Tags