3
BAB 1 : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan, baik formal maupun informal, baik di dalam maupun di luar sekolah, berlangsung
sepanjang hidup dengan tujuan mengoptimalkan kemampuan individu agar dapat memainkan peran yang
tepat dalam masyarakat di masa depan. Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak pihak yang mengandalkan
keberhasilan pendidikan pada guru sebagai pendidik. Hal ini menuntut agar guru mampu menjalankan tugas
mulia mereka dengan menjadi pendidik yang profesional, termasuk di dalamnya guru agama.
Pendidikan Islam pada dasarnya mengandung tiga pengertian, yaitu sebagai nilai fundamental, sebagai nilai
ajaran (way of life), dan sebagai sesuatu yang berkembang sesuai dengan realitas sejarah (Dr. Muhaimin,
MA, 2010: 43). Dalam pendidikan agama, tujuan utamanya bukan hanya agar ajaran agama diketahui, tetapi
juga dipahami dan dihayati, sehingga dapat memotivasi untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa (Drs. H. Abu Ahmadi dkk, 2005: 43).
Pendidikan agama Islam sangat penting diberikan di semua jenjang pendidikan, dari Taman Kanak-Kanak
(TK) hingga Perguruan Tinggi (PT). Melalui pendidikan agama, pelajar akan dibekali dengan pendidikan
budi pekerti, sopan santun, serta amalan ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Belajar adalah kunci utama untuk membuka ilmu pengetahuan, baik yang bermanfaat untuk pengamalan
mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengenal kebesaran-Nya, maupun untuk kesejahteraan hidup manusia
di dunia dan akhirat.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif, yang terjadi sebagai hasil pengamalan atau latihan (A.N.
Djamal, 1995: 27). Guru memiliki peran sangat penting dalam mengajarkan materi pengetahuan agama
Islam, dan untuk memudahkan pembelajaran, guru harus pandai memotivasi siswa agar proses belajar
mengajar (PBM) berjalan dengan menyenangkan. Ketika siswa merasa senang, mereka akan lebih mudah
memahami materi pelajaran. Dalam terminologi Islam, ini disebut fitrah. Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah interaksi
timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan, yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan
keterbukaan dari guru, selain kemampuan mengelola situasi pembelajaran yang lebih aktif.
Di SDN 11 Simpang Utara, terdapat beberapa masalah yang menghambat pelaksanaan proses pembelajaran.
Masalah pertama berkaitan dengan media dan sarana pembelajaran. Media pembelajaran sangat penting
dalam memfasilitasi komunikasi antara guru dan siswa serta meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam
belajar. Masalah kedua adalah konsentrasi siswa yang menurun dalam mengikuti pembelajaran. Menurut
Sardiman (2007:40), konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian pada situasi belajar. Jika
konsentrasi berkurang, materi pelajaran tidak akan dapat terserap dengan baik. Selain itu, siswa juga sering
lupa materi yang diajarkan setelah beberapa waktu. Masalah ketiga adalah terkait dengan metode pengajaran
yang masih bersifat konvensional, terutama penggunaan metode ceramah yang mengurangi partisipasi aktif
siswa dalam proses pembelajaran. Ini menyebabkan suasana kelas menjadi monoton dan kurang menarik.