PENELITIAN TINDKAN KELAS PERBAIKAN.docx

muhammadnasir320043 18 views 32 slides Dec 21, 2024
Slide 1
Slide 1 of 32
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32

About This Presentation

PTK


Slide Content

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PAI MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN INDEX CARD MATCH(ICM) KELAS LIMA
SDN 11 SIMPANG UTARA
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
Diajukan sebagai Syarat untuk memperoleh gelar guru profesional
Oleh:
NAMA : Muhammad
Nasir NIM 21124302
UIN SJECH M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
TAHUN 2024

KATA PENGANTAR
Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan
laporan Penelitian Tindakan Kelas Di SDN 11 Simpang Utara dengan lancar. Laporan
Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam rangka memenuhi persyaratan menjadi
guru professional yang telah saya laksanakan pada bulan November 2024 sampai dengan
bulan Desember 2024. Selesainya penyusunan ini berkat bantuan dari berbagai pihak oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1.Bapak Dr. Afrinaldi, MA selaku dosen pembimbing
2.Bapak Adi Warman, S.Ag, MPd.I selaku dosen among
3.Kepala Sekolah dan majlis guru SD Negeri 11 Simpang Utara
4.Keluarga saya orang tua,suami dan anak yang selalu memberikan semangat dalam
setiap kegiatan PPG ini
5.Siswa dan siswi SDN 11 Simpang Utara .khususnya siswa kelas 5 yang telah
bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
6.Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa laporan Penelitian ini masih jauh dari
sempurna, ini disebabkan keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan
saran dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan, hingga nantinya
dapat penulis gunakan sebagai bahan perbaikan dalam menyusun laporan penelitian
yang akan datang.
12, Desember 2024
Penulis
Muhammad Nasir

3
BAB 1 : PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan, baik formal maupun informal, baik di dalam maupun di luar sekolah, berlangsung
sepanjang hidup dengan tujuan mengoptimalkan kemampuan individu agar dapat memainkan peran yang
tepat dalam masyarakat di masa depan. Untuk mencapai tujuan tersebut, banyak pihak yang mengandalkan
keberhasilan pendidikan pada guru sebagai pendidik. Hal ini menuntut agar guru mampu menjalankan tugas
mulia mereka dengan menjadi pendidik yang profesional, termasuk di dalamnya guru agama.
Pendidikan Islam pada dasarnya mengandung tiga pengertian, yaitu sebagai nilai fundamental, sebagai nilai
ajaran (way of life), dan sebagai sesuatu yang berkembang sesuai dengan realitas sejarah (Dr. Muhaimin,
MA, 2010: 43). Dalam pendidikan agama, tujuan utamanya bukan hanya agar ajaran agama diketahui, tetapi
juga dipahami dan dihayati, sehingga dapat memotivasi untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa (Drs. H. Abu Ahmadi dkk, 2005: 43).
Pendidikan agama Islam sangat penting diberikan di semua jenjang pendidikan, dari Taman Kanak-Kanak
(TK) hingga Perguruan Tinggi (PT). Melalui pendidikan agama, pelajar akan dibekali dengan pendidikan
budi pekerti, sopan santun, serta amalan ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Belajar adalah kunci utama untuk membuka ilmu pengetahuan, baik yang bermanfaat untuk pengamalan
mendekatkan diri kepada Allah SWT, mengenal kebesaran-Nya, maupun untuk kesejahteraan hidup manusia
di dunia dan akhirat.
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif, yang terjadi sebagai hasil pengamalan atau latihan (A.N.
Djamal, 1995: 27). Guru memiliki peran sangat penting dalam mengajarkan materi pengetahuan agama
Islam, dan untuk memudahkan pembelajaran, guru harus pandai memotivasi siswa agar proses belajar
mengajar (PBM) berjalan dengan menyenangkan. Ketika siswa merasa senang, mereka akan lebih mudah
memahami materi pelajaran. Dalam terminologi Islam, ini disebut fitrah. Salah satu cara untuk meningkatkan
kualitas pendidikan adalah dengan memperbaiki proses belajar mengajar. Belajar mengajar adalah interaksi
timbal balik antara guru dan siswa dalam situasi pendidikan, yang membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan
keterbukaan dari guru, selain kemampuan mengelola situasi pembelajaran yang lebih aktif.
Di SDN 11 Simpang Utara, terdapat beberapa masalah yang menghambat pelaksanaan proses pembelajaran.
Masalah pertama berkaitan dengan media dan sarana pembelajaran. Media pembelajaran sangat penting
dalam memfasilitasi komunikasi antara guru dan siswa serta meningkatkan minat dan perhatian siswa dalam
belajar. Masalah kedua adalah konsentrasi siswa yang menurun dalam mengikuti pembelajaran. Menurut
Sardiman (2007:40), konsentrasi adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian pada situasi belajar. Jika
konsentrasi berkurang, materi pelajaran tidak akan dapat terserap dengan baik. Selain itu, siswa juga sering
lupa materi yang diajarkan setelah beberapa waktu. Masalah ketiga adalah terkait dengan metode pengajaran
yang masih bersifat konvensional, terutama penggunaan metode ceramah yang mengurangi partisipasi aktif
siswa dalam proses pembelajaran. Ini menyebabkan suasana kelas menjadi monoton dan kurang menarik.

4
Hasil belajar siswa di kelas V belum optimal. Meskipun ada siswa yang aktif dan mendapat nilai tinggi,
banyak siswa lainnya yang kurang aktif dengan hasil belajar yang rendah. Berdasarkan observasi awal, hanya
sekitar 23,59% siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada materi Q.S. Al-Ma’un, sementara sisanya tidak
tuntas. Untuk itu, perlu adanya perbaikan dalam proses pembelajaran.
Penelitian tindakan kelas (PTK) menjadi solusi untuk memperbaiki proses pembelajaran. PTK merupakan
sebuah pencermatan terhadap kegiatan belajar dengan melibatkan tindakan yang sengaja dilakukan dalam
kelas. Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran adalah dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif Index Card Match (ICM). Metode ini dapat merangsang minat dan
aktivitas siswa dalam belajar, menjadikannya lebih menyenangkan dan efektif.
Strategi pembelajaran Index Card Match melibatkan siswa untuk mencari pasangan soal dan jawaban dalam
bentuk kartu, yang kemudian dibacakan secara bergantian untuk memperkuat pemahaman mereka. Dengan
melibatkan siswa secara aktif, strategi ini mampu meningkatkan pemahaman dan daya tarik siswa terhadap
pelajaran PAI dan BP.
Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi Index Card Match adalah cara yang
efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAI dan BP. Oleh karena
itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI-BP
melalui Model Pembelajaran Index Card Match (ICM) di Kelas V SD Negeri 11 Simpang Utara Semester 1
Tahun Pelajaran 2024/2025".

5
B.Identifikasi masalah
Dari penjelasan sebagaimana dijelaskan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
diidentifikasi beberapa permasalahan pembelajaran yang muncul diantaranya :
1.Proses pembelajaran PAI dan BP belum menggunakan model, metode, media dan sarana
pembelajaran yang bervariatif.
2.Rendahnya konsentrasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang berakibat pada
rendahnya hasil belajar siswa
3.Proses pembelajaran PAI dan BP Di SDN 11 Simpang Utara masih bersifat konvesional.
Pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada penggunaan metode
ceramah.
C.Rumusan masalah
Mengacu pada paparan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran PAI dan BP dengan
menerapkan model pembelajaran index card match (ICM) siswa kelas V SDN 11 Simpang
Utara semester 1 Tahun Pelajaran 2024/2025?

6
D.Batasan masalah
Berpedoman pada rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini akan
membatasi kajian pada pemahaman materi Q.S. Al-Maun dalam kurikulum Merdeka dengan
penerapan model pembelajaran Index Card Match di kelas V SD Negeri 11 Simpang Utara
E.Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PAI dan BP melalui penerapan model
pembelajaran Index Card Match (ICM) pada siswa kelas V SD Negeri 11 Simpang Utara semester 1
Tahun Pelajaran 2024/2025.
F.Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian awal bersama anak-anak dan para guru lainnya, diharapkan
penggunaan metode Index Card Match (ICM) dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi pada pengembangan
pembelajaran PAI dan BP dengan meningkatkan keaktifan serta hasil belajar siswa melalui
penerapan strategi pembelajaran Index Card Match.
2.Manfaat Praktis
a.Bagi siswa
Memberikan pengalaman langsung kepada siswa sebagai subjek penelitian, sehingga
diharapkan siswa dapat merasakan kebebasan dalam belajar PAI dan BP secara aktif,
kreatif, dan menyenangkan.
b.Bagi guru
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi guru mata pelajaran PAI
dan BP mengenai strategi pembelajaran aktif Index Card Match, sehingga dapat menjadi
referensi dalam memilih alternatif pembelajaran yang efektif dan melibatkan siswa secara
aktif.
c.Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada sekolah mengenai salah satu strategi
pembelajaran yang bisa diterapkan untuk meningkatkan partisipasi siswa.

7
BAB 2: KERANGKA TEORI
A.Landasan teori
1.Hasil belajar
a.Hasil
Hasil adalah kondisi akhir dari sebuah proses yang melibatkan objek, individu,
masalah, atau situasi yang berkaitan dengan dirinya sendiri (Witherington, 1978: 124).
Berdasarkan pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa hasil muncul setelah
seseorang menjalani sebuah proses yang melibatkan pengetahuan atau informasi tentang
suatu objek. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar diartikan sebagai usaha atau
latihan untuk memperoleh ilmu pengetahuan (KKBI, 2008: 121). Belajar menghasilkan
perubahan dalam kepribadian, yang tercermin dalam pola baru berupa keterampilan, sikap,
kebiasaan, dan pemahaman. Perubahan ini merupakan hasil dari sebuah proses yang
membawa pembaruan dalam diri seseorang, mengubah kondisi awal yang tidak ada menjadi
ada, sehingga membentuk kebiasaan dan kecakapan. Berdasarkan pengertian ini, belajar
dapat dipahami sebagai proses memperoleh pengetahuan yang menghasilkan perubahan
kemampuan yang bersifat langgeng sebagai hasil dari latihan yang diperkuat.
Menurut Reber dalam Muhibbin (2010: 91), perubahan akibat belajar dapat dijelaskan dalam
empat istilah:
1.Relatively permanent, yang berarti perubahan harus bersifat langgeng, meskipun
perubahan fisik yang terjadi akibat kematangan tidak termasuk dalam kategori belajar.
2.Response potentiality, yang menunjukkan adanya perubahan antara belajar dengan
penampilan atau kinerja hasil belajar.
3.Reinforcement, yang mengungkapkan bahwa kemajuan dari proses belajar akan hilang
atau melemah jika tidak diperkuat.
4.Practice, yang menunjukkan bahwa belajar membutuhkan latihan berulang untuk
menjamin keberhasilan dalam mencapai keterampilan akademik.
Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar bertujuan untuk menciptakan
perubahan yang bersifat menetap dan melekat pada kepribadian, keterampilan, kebiasaan, atau
pemahaman yang dapat merespons stimulus. Keterampilan dan pemahaman yang ada pada diri
seseorang tidak akan optimal tanpa adanya pembelajaran yang memadai. Dalam konteks
pendidikan di sekolah, seringkali kita temui siswa yang tidak berhasil memahami pelajaran
karena mereka belum melihat keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan diri mereka
sendiri. Oleh karena itu, tugas guru adalah memberikan dorongan dan mengatur situasi

8
pembelajaran agar siswa menyadari hubungan antara mata pelajaran dengan kehidupan
mereka. Motivasi menjadi faktor yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan bentuk akhir dari proses belajar mengajar yang
telah dilaksanakan sebelumnya. Ada berbagai bentuk hasil yang dapat ditemukan, antara lain:
1.Hasil kuantitatif, yaitu data berbentuk angka atau numerik.
2.Hasil kualitatif, yaitu hasil dalam bentuk deskripsi yang mengukur kualitas, seperti
peningkatan atau penurunan, kekuatan atau kelemahan, panjang atau pendek, kecocokan
atau ketidakcocokan, dan sebagainya. Hasil jenis ini memerlukan alat ukur tambahan untuk
menilai kuantitas objek yang diteliti
b.Belajar
1.Definisi
Terdapat berbagai teori tentang belajar. Beberapa di antaranya adalah:
a)Menurut Hilgard dan Bower yang dikutip oleh Drs. Ngalim Purwanto, MP (1975:84), belajar
berkaitan dengan perubahan perilaku individu terhadap situasi tertentu yang diakibatkan oleh
pengalaman berulang dalam situasi tersebut. Perubahan perilaku ini tidak dapat dijelaskan
melalui kecenderungan bawaan, proses kematangan, atau kondisi sementara seperti kelelahan
atau pengaruh obat-obatan.
b)Gagne, sebagaimana dikutip oleh Drs. Ngalim Purwanto, MP (1975:84), menyatakan bahwa
belajar terjadi ketika situasi stimulus yang digabungkan dengan memori memengaruhi individu
sehingga tindakannya berubah dibandingkan sebelum dan sesudah mengalami situasi tersebut.
c)Menurut Morgan yang dikutip oleh Drs. Ngalim Purwanto, MP (1975:84), belajar adalah
perubahan perilaku yang relatif permanen dan dihasilkan dari latihan atau pengalaman.
d)Berdasarkan pendapat Witherington yang dikutip oleh Drs. Ngalim Purwanto, MP (1975:84),
belajar mencakup perubahan dalam kepribadian yang ditunjukkan melalui pola baru dalam
reaksi, baik berupa kemampuan, sikap, kebiasaan, kepandaian, maupun memori.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses
perubahan perilaku yang relatif permanen akibat pengalaman atau latihan.

9
2) Berbagai Teori tentang Belajar
Untuk memahami konsep belajar lebih mendalam, terdapat beberapa teori yang dapat
dijadikan acuan, yaitu:
1.Teori Kondisioning
Teori ini dipelopori oleh Pavlov, seorang psikolog refleksiologi asal Rusia. Dalam pandangan
teori kondisioning, belajar adalah proses perubahan yang terjadi akibat adanya kondisi tertentu
(conditions) yang memicu respons. Namun, kelemahan dari teori ini adalah pandangannya yang
menganggap belajar sebagai proses otomatis semata, tanpa mempertimbangkan keaktifan atau
pengaruh inisiatif individu dalam pembelajaran.
2.Teori Koneksionisme
Dikembangkan oleh Thorndike, teori ini menekankan bahwa belajar melibatkan beberapa tahap:
a)Trial and Error: Proses mencoba-coba dan menghadapi kegagalan.
b)Law of Effect: Prinsip bahwa perilaku yang menghasilkan keadaan memuaskan (sesuai
dengan tuntutan situasi) cenderung diingat dan dipelajari lebih baik.
Namun, teori ini memiliki kelemahan, yaitu melihat manusia secara mekanistis seperti hewan,
serta menganggap belajar hanya sebagai hubungan antara stimulus dan respons tanpa
menekankan aspek pemahaman (insight) sebagai hal yang penting.
3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Hasil belajar setiap individu berbeda karena kondisi dan situasi yang memengaruhi proses
belajarnya. The Liang Gie (1988:61) menyatakan bahwa konsentrasi merupakan pemusatan
pikiran pada suatu materi dengan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor
yang memengaruhi hasil belajar dapat dibagi menjadi dua kelompok:
1)Faktor Internal
Faktor ini berasal dari dalam diri individu, mencakup aspek fisik dan mental yang memengaruhi
keberhasilan belajar. Faktor ini terdiri dari:
a)Fisiologis: Kondisi tubuh, seperti kesehatan fisik dan pancaindra.
b)Psikologis: Seperti bakat, motivasi, kecerdasan, dan kemampuan kognitif.
2)Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari lingkungan sekitar individu. Terdiri dari:
a)Lingkungan: Kondisi alam dan sosial.
b)Faktor Instrumental: Kurikulum, metode pengajaran, kualitas guru, sarana belajar, serta
sistem administrasi dan manajemen

10
2.Pendidikan Agama Islam
a.Hakikat Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam membentuk
akhlakul karimah, terutama pada siswa tingkat dasar, karena usia sekolah dasar adalah
periode emas dalam perkembangan anak. Pada masa ini, perlu ditanamkan pondasi agama
yang kuat.
Menurut Drs. Abd. Rahman Saleh dalam bukunya Didaktik Pendidikan Agama di SD dan
Petunjuk Mengajar Bagi Guru Agama, rasa keagamaan dapat dibangun melalui beberapa
langkah, yaitu:
1)Menanamkan keyakinan kepada Tuhan,
2)Menumbuhkan rasa syukur,
3)Mengajarkan ibadah dan bakti kepada Tuhan, dan
4)Menanamkan semangat beramal.
Di tingkat sekolah dasar, Pendidikan Agama Islam merupakan mata pelajaran yang
membahas sejarah, perkembangan, dan kontribusi kebudayaan Islam, termasuk tokoh-
tokoh penting dalam sejarah Islam. Materi pelajaran meliputi perkembangan masyarakat
Arab pra-Islam, kehidupan Nabi Muhammad SAW, hingga era Khulafa’ur Rasyidin.
Pendidikan ini bertujuan memotivasi siswa agar memahami, menghayati, dan
mempraktikkan nilai-nilai Islami. Nilai-nilai tersebut mendukung pembentukan
kecerdasan, sikap, serta kepribadian siswa.
b.Fungsi Pendidikan Agama Islam
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memiliki fungsi sebagai berikut:
1)Fungsi Edukatif
Mengajarkan siswa untuk menjunjung tinggi nilai, prinsip, dan sikap Islami dalam
kehidupan sehari-hari.
2)Fungsi Keilmuan
Memberikan pemahaman kepada siswa tentang sejarah dan kebudayaan Islam.
3)Fungsi Transformasi
Membantu merancang transformasi masyarakat melalui pendidikan (Depag, standar
Kompetensi: 2004)
Pendidikan Agama Islam berbasis kompetensi bertujuan membentuk siswa yang
memiliki keimanan, ketakwaan kepada Allah SWT, serta nilai-nilai Islami. Standar
kompetensi dalam pelajaran ini meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

11
mencerminkan nilai-nilai demokrasi, toleransi, serta moralitas Islami. Selain itu, siswa

12
diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan, baik lokal maupun global, dan
mempersiapkan diri melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi.
c.Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar meliputi:
1)Al-Qur’an dan Hadis
2)Akidah
3)Akhlak
4)Fiqih
5)Sejarah Islam.
Pendidikan Agama Islam mengarahkan siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai
tauhid dan akhlakul karimah. Namun, terdapat tantangan seperti keterbatasan waktu, materi
yang padat, serta dominasi pendekatan kognitif dibandingkan afektif. Selain itu,
kemampuan guru dalam menggunakan metode pembelajaran variatif dan media pendukung
juga perlu ditingkatkan. Guru Pendidikan Agama Islam harus terus mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan untuk memastikan pembelajaran berjalan efektif.
Metode pengajaran yang digunakan meliputi ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
sosiodrama, dan penugasan. Pendidikan Islam bertujuan mengembangkan pikiran, sikap,
dan emosi siswa agar sesuai dengan prinsip syariat Islam. Hal ini mendukung pembentukan
kepribadian yang harmonis sesuai ajaran Islam.
3.Metode Index Card Matc
Index Card Match, atau mencocokkan kartu indeks, adalah metode pembelajaran
yang menyenangkan dan aktif. Menurut Hisyam Zaini dalam bukunya Strategi
Pembelajaran Aktif, strategi ini dirancang untuk membantu siswa meninjau kembali materi
yang telah dipelajari. Namun, metode ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan
materi baru, dengan syarat siswa sudah diberikan tugas untuk mempelajari topik tersebut
sebelumnya (Zaini, 2007: 69).
ICM memungkinkan siswa belajar sambil bermain dengan cara mencocokkan kartu
pertanyaan dan kartu jawaban. Metode ini memiliki ciri khas tersendiri yang membuatnya
menarik, karena siswa tidak hanya belajar secara teori, tetapi juga melalui interaksi aktif
dengan teman sekelas. Dalam penerapannya, siswa diminta mencari pasangan kartu yang
sesuai, kemudian membacakan pertanyaan dan jawaban secara bergantian.

13
Langkah-langkah pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut (PKG, 2010: 268):
1)Guru menyiapkan kartu yang berisi pertanyaan terkait materi pembelajaran.
2)Jawaban dari setiap pertanyaan ditulis pada kartu terpisah.
3)Guru menjelaskan aturan permainan kepada siswa.
4)Setiap siswa menerima satu kartu, baik kartu pertanyaan maupun kartu jawaban.
5)Siswa diminta mencari pasangan kartu yang sesuai dan duduk bersama pasangannya.
6)Setelah semua pasangan terbentuk, mereka diminta membacakan pertanyaan dan
jawaban secara bergiliran.
Kegiatan diakhiri dengan diskusi untuk memberikan klarifikasi dan menyimpulkan
materi. Tujuan utama penerapan metode ini adalah melatih siswa agar lebih cermat dan
memahami materi dengan lebih baik (Ismail SM, 2001: 82).
Kelebihan dan Kekurangan Metode Index Card Match
Kelebihan:
1)Melatih siswa untuk lebih cermat dan teliti.
2)Pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
3)Membantu siswa memahami materi dengan lebih cepat.
4)Mendorong kerja sama antar siswa.
5)Mempermudah siswa dalam menerima dan merespons materi pembelajaran.
Kekurangan:
1)Membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
2)Suasana kelas yang ramai dapat mengganggu kelas lain.
3)Guru harus memiliki kreativitas dan kesiapan ekstra dalam menyusun materi
dan pelaksanaan.
4)Keterlibatan aktif siswa sangat memengaruhi keberhasilan pembelajaran.
5)Metode ini berfokus pada prinsip "belajar sambil bermain," yang menjadikannya
fleksibel dan menyenangkan. Hasil pembelajaran diharapkan sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuan siswa.

14
Karakteristik Metode Index Card Match
a)Menggunakan kartu pertanyaan dan jawaban.
b)Berpusat pada siswa.
c)Memberikan pengalaman belajar langsung.
d)Menekankan pada poin penting dari materi pelajaran.
e)Fleksibel dalam penerapan.
f)Menghasilkan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa.
Menurut Depdiknas (2006), pembelajaran aktif melibatkan berbagai cara untuk
mendorong siswa aktif sejak awal, bekerja secara kolaboratif, dan berpikir kritis tentang
materi. Pembelajaran ICM memiliki empat karakteristik utama:
1.Mengalami: Siswa secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran.
2.Interaksi: Siswa berinteraksi dengan teman dan lingkungan belajar.
3.Komunikasi: Terjadi pertukaran informasi dan ide secara aktif.
4.Refleksi: Siswa merenungkan proses belajar untuk memperdalam pemahaman.
Alternatif Metode Pembelajaran Lain , Selain Index Card Match, terdapat beberapa
metode pembelajaran lainnya:
1)Information Search: Mencari informasi dari berbagai sumber, cocok untuk materi yang
padat dan monoton.
2)Card Sort: Siswa menyortir kartu secara kolaboratif, memadukan aktivitas fisik untuk
menghidupkan suasana kelas.
3)The Power of Two: Mendorong siswa bekerja sama dalam pasangan, berdasarkan
filosofi "dua kepala lebih baik daripada satu."
4)Snowballing: Dimulai secara individu, kemudian berkembang menjadi kelompok kecil
hingga kelompok besar.
5)Poster Comment: Siswa mengungkapkan ide atau gagasan mereka melalui poster.
6)Small Group Discussion: Membentuk kelompok kecil untuk meningkatkan analisis,
tanggung jawab, dan kepekaan sosial.
7)Team Quiz: Menggunakan kuis kelompok untuk mendorong tanggung jawab dan
pembelajaran yang menyenangkan.
.

15
B.Penelelitian terdahulu
1.Norman N (2021): Peningkatan Kemampuan Mengartikan Q.S. Al-Kafirun dengan Model
Index Card Match pada Pelajaran PAI Kelas VI
Hasil penelitian:
Penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Index Card Match efektif
meningkatkan kemampuan siswa dalam mengartikan Surah Al-Kafirun di SDN Pasar
Arba, Kec. Banua Lawas, Kab. Tabalong. Rata-rata kemampuan siswa sebelum tindakan
adalah 31,6%, meningkat menjadi 51,6% pada siklus 1, 69,9% pada siklus 2, dan
mencapai 81,6% pada akhir siklus 3.
Perbedaan dengan PTK saya:
Penelitian tindakan kelas (PTK) saya berfokus pada peningkatan hasil belajar terhadap
seluruh materi Q.S. Al-Maun, tidak hanya mengartikan tetapi juga memahami pesan-
pesan pokoknya.
2.Titik Purwati (2021): Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mengartikan Surah Al-Kafirun
dengan Metode Index Card Match
Hasil penelitian:
Penerapan model Index Card Match dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)
berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI SDN 1 Sukadamai, Kec. Mantewe,
Kab. Tanah Bumbu, khususnya pada pembelajaran mengartikan Surah Al-Kafirun.
Perbedaan dengan PTK saya:
PTK saya membandingkan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah terhadap keseluruhan
materi Q.S. An-Nas. Selain kemampuan mengartikan, PTK saya juga menilai pemahaman
siswa terhadap pesan utama Q.S. An-Nas.
3.Arbani A (2021): Peningkatan Hasil Belajar PAI pada Materi Asmaul Husna dengan
Metode Index Card Match
Hasil penelitian:
a.Penggunaan metode Index Card Match meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
Asmaul Husna di kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Tanjung, Kab. Tabalong.
b.Metode ini juga meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam materi Asmaul Husna.
c.Guru terbantu dalam meningkatkan pengetahuan PAI siswa pada materi Asmaul Husna
melalui metode ini.

16
Perbedaan dengan PTK saya:
PTK yang saya lakukan menggunakan pendekatan kuantitatif, sementara penelitian
Arbani lebih terfokus pada pengamatan langsung dan penilaian aktivitas pembelajaran.
C.Kerangka berpikir
Dalam proses pembelajaran, interaksi antara guru dan siswa menjadi faktor utama yang
memengaruhi hasil belajar. Guru memegang peranan sentral dalam kegiatan belajar
mengajar, baik sebagai penggerak maupun motivator yang membantu siswa tetap
bersemangat dalam belajar. Salah satu faktor penting yang turut menentukan keberhasilan
pembelajaran adalah metode yang digunakan oleh guru. Cara guru menyampaikan materi
berperan besar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki
kemampuan untuk merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang efektif.
Kemampuan ini menjadi bekal penting bagi guru dalam menjalankan tugasnya sebagai
pendidik. Salah satu tanggung jawab guru adalah menggunakan strategi pembelajaran yang
tepat untuk meningkatkan semangat siswa belajar dan menghindari proses pembelajaran
yang monoton. Strategi active learning tipe Index Card Match atau pencocokan kartu indeks
adalah salah satu alternatif yang dapat diterapkan.
Strategi ini dilakukan dengan meminta siswa mencari pasangan kartu berupa soal dan jawaban
dalam waktu tertentu. Siswa yang berhasil mencocokkan kartunya akan mendapat poin.
Proses ini melibatkan berbagai aktivitas seperti membaca, mengamati, mendengarkan,
berbicara, mencatat, menyelesaikan soal, dan reaksi emosional seperti kegembiraan dan
antusiasme. Dengan penerapan strategi Index Card Match, siswa diharapkan lebih aktif
sehingga suasana kelas menjadi kondusif dan hasil belajar dapat meningkat.
Hasil belajar sendiri merupakan perubahan perilaku yang diharapkan setelah proses
pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, segala aspek yang memengaruhi hasil belajar
harus dimaksimalkan. Melalui strategi pembelajaran ini, siswa diajak belajar dalam suasana
menyenangkan, melatih kecepatan berpikir, serta bekerja sama dengan teman. Proses
pembelajaran dapat divariasikan dalam bentuk permainan kartu sehingga siswa lebih
antusias dan mampu memahami materi dengan baik, khususnya pada pelajaran PAI dan BP
dengan topik Q.S. Al-Ma’un
Metode Index Card Match, yang termasuk strategi active learning, terbukti berperan dalam

17
meningkatkan keaktifan siswa. Dalam prosesnya, siswa dilatih memahami konsep melalui
pencarian pasangan kartu, mendiskusikan hasil bersama guru, dan belajar dalam suasana
yang menyenangkan. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas (PTK) tentang penerapan
strategi ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Kerangka berpikir pelaksanaan PTK ini dapat digambarkan melalui diagram di bawah ini:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Tindakan Kelas
D.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan pada kerangka pemikiran anggapan dasar yang telah dikemukakan, maka
hipotesis penelitian tindakan adalah :“melalui Model pembelajaran Index Card Match dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PAIBP melalui materi Q.S Al-Ma’un
Kelas V SDN 11 Simpang Utara semester 1 tahun pelajaran 2024/2025”
Meningkatnya hasil dan aktivitas
belajar siswaKondisi Akhir
Penerapan strategi pembelajaran Index Card
Match
Tindakan
Rendahnya hasil dan aktivitas belajar siswa
Kondisi Awal
Guru belum menggunakan strategi
pembelajaran Index Card Match

18
BAB III METODE PENELITIAN
A.Setting Penelitian
1.Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri 11 Simpang Utara pada Semester 1
Tahun Pelajaran 2024/2025. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti
bekerja di sekolah tersebut, sehingga mempermudah pengumpulan data, memberikan fleksibilitas
waktu, serta memungkinkan penggunaan subjek penelitian yang relevan dengan profesi peneliti
sebagai Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di tempat tersebut.
2.Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama dua bulan, mulai dari Nopember 2024 hingga Desember 2024,
dan dilakukan dalam 2 siklus. Rincian lebih lanjut mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan
penelitian dapat ditemukan pada bagian lampiran.
3.Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berfokus pada upaya untuk meningkatkan
proses serta hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Tindakan yang menjadi objek penelitian meliputi partisipasi aktif siswa selama pembelajaran,
kemampuan bekerja sama dalam menyampaikan hasil belajar, kesungguhan dalam menyelesaikan
tugas, serta sikap kooperatif siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran
B.Metode dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan kelas (classroom action research), yaitu
penelitian dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan kelas dengan tujuan
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindakan kelas dapat diartikan
sebagai proses penelitian reflektif yang melibatkan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki
dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara profesional (Suwandi, 2008:28).
Selain itu, penelitian ini mengadopsi pendekatan Problem-Based Learning (PBL), sebuah metode
pembelajaran berbasis masalah. Dalam pendekatan ini, peserta didik dihadapkan pada suatu
permasalahan yang kemudian dianalisis dan diselesaikan secara ilmiah.
Secara umum, penelitian ini mengikuti empat tahapan utama: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan (observasi), dan refleksi. Penjelasan lebih rinci mengenai model dan tahapan ini akan
dijelaskan pada bagian berikutnya.

19
Gambar 3.1 Model Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2009:63)
Adapun penjelasan untuk masing-masing tahapan pelaksanaan penelitian tindakan kelas
adalah sebagai berikut :
1.Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyusun rencana terkait jadwal, target, dan metode observasi
yang akan digunakan selama pelaksanaan penelitian tindakan sekolah.
2.Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang sedang
berlangsung, dengan fokus utama pada indikator peningkatan partisipasi siswa dalam belajar.
3.Pengamatan
Pengawasan dilakukan sepanjang pelaksanaan tindakan menggunakan instrumen
seperti lembar observasi. Hasil dari observasi ini kemudian digunakan sebagai data kualitatif
untuk mengevaluasi keberhasilan penelitian.
4.Refleksi
Pada tahap ini, peneliti telah menganalisis dan memahami permasalahan berdasarkan data
yang terkumpul. Setelah itu, peneliti merumuskan langkah-langkah yang akan diambil sebagai
solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.

20
C.Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di Kelas V SDN 11 Simpang Utara
Semester 1 Tahun Pelajaran 2024/2025 dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang terdiri dari
14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
D.Data dan Sumber Data
1)Data
Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri atas:
a.Proses belajar mengajar
b.Data Hasil Belajar / tes formatif
c.Dataketerkaitanantaraperencanaandenganpelaksanaankegiatanperbaikan
pembelajaran.
2)Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah pihak atau objek yang menyediakan informasi bagi
peneliti. Jika data dikumpulkan melalui kuesioner atau wawancara, maka sumber datanya adalah
responden, yaitu individu yang memberikan jawaban atas pertanyaan tertulis atau lisan dari
peneliti. Apabila metode yang digunakan adalah observasi, sumber datanya dapat berupa objek,
aktivitas, atau proses tertentu. Sedangkan, jika dokumentasi digunakan, maka dokumen atau
catatanlah yang menjadi sumber data utama. Isi dari dokumen atau catatan ini menjadi subjek atau
variabel penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:129).
Menurut Lofland (dalam Lexy J. Moleong, 2002:112), sumber data utama dalam penelitian
kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, sementara data tambahan meliputi dokumen dan
sebagainya. Oleh karena itu, data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang
diklasifikasikan dan dianalisis untuk mempermudah pemecahan masalah. Pengumpulan data
dilakukan melalui dua sumber utama:
1.Data Primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari sumber asli.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui observasi langsung, sehingga keakuratannya
cenderung lebih tinggi meskipun memerlukan sumber daya lebih besar. Dalam penelitian
ini, data primer diperoleh melalui wawancara dengan siswa kelas V SDN 11 Simpang
Utara Semester 1 Tahun Pelajaran 2024/2025, yang terdiri dari 26 siswa (14 laki-laki dan
12 perempuan).
2.Data Sekunder adalah data yang biasanya berbentuk dokumen atau arsip yang relevan
dengan penelitian. Data ini diperoleh dari pihak-pihak terkait dan mencakup informasi
seperti jumlah siswa, struktur kurikulum, serta berbagai literatur pendukung yang relevan.

21
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam penelitian ini meliputi:
1.Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati langsung proses pembelajaran PAIBP. Teknik ini
difokuskan untuk mencatat aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama
berlangsungnya proses pembelajaran.
2.Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD digunakan untuk mengevaluasi hasil kerja siswa dalam memahami materi Q.S Al-Ma’un
yang diselesaikan secara berkelompok pada setiap tahap tindakan. Selain berfungsi untuk
memperkuat pemahaman siswa, LKPD juga dirancang untuk menanamkan serta meningkatkan
sikap dan perilaku sosial, terutama dalam aspek kerja sama selama pembelajaran berlangsung.
3.Lembar Evaluasi/Tes
Lembar evaluasi atau tes terdiri atas soal-soal yang diberikan di akhir setiap tindakan. Tujuannya
adalah untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan. Tes ini
dilakukan secara individual untuk menilai hasil belajar masing-masing siswa.
F.Validitas Data
Untuk memastikan keakuratan data yang dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian, digunakan
metode yang tepat untuk meningkatkan validitas data. Dalam penelitian ini, teknik triangulasi
diterapkan sebagai langkah utama. Lexy Moeleong (2002:178) menjelaskan bahwa triangulasi
adalah metode pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan informasi lain di luar data
utama untuk keperluan verifikasi atau sebagai pembanding.
Validitas data bertujuan agar data yang terkumpul dalam penelitian ini benar-benar dapat
dipercaya. Menurut Nasution (1998:144), beberapa langkah yang dapat diambil untuk
memastikan kepercayaan hasil penelitian meliputi:
A.Memperpanjang waktu observasi.
B.Melakukan pengamatan secara terus-menerus.
C.Menggunakan teknik triangulasi.
Dalam penelitian ini, validitas data dicapai melalui penerapan triangulasi. Teknik ini digunakan
untuk memeriksa dan membandingkan data yang diperoleh dari berbagai sumber atau metode.
Misalnya, hasil wawancara dengan wali kelas dibandingkan dengan dokumen atau arsip, serta
pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung.
Triangulasi sumber dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari guru kelas dengan
data dari siswa. Sementara itu, triangulasi metode melibatkan penggunaan beragam teknik
pengumpulan data, seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi, untuk memvalidasi

22
informasi yang sama. Misalnya, hasil observasi dapat diverifikasi melalui dokumen atau arsip,
serta dikonfirmasi kembali melalui wawancara.
G.Teknik Analisa Data
Bodgan, Biklen (dalam Nasution, 2007:39) mengatakan analisis data adalah proses
pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkip, wawancara, catatan lapangan dan bahan-
bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahn-bahan
tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain. Karena penelitian ini
menggunakan langkah-langkah penelitian naturalistik maka analisis data dilaksanakan
langsung di lapangan bersama-sama dengan pengumpulan data.
Analisis data adalah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Analisis data dilaksanakan secara kualitatif dan kuantitatif pada setiap akhir siklus
pembelajaran serta data hasil belajar siswa, data yang dianalisis meliputi data hasil observasi
aktifitas siswa, dan hasil belajar siswa
1.Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa
Komponen-komponen yang diamati atau dinilai dari aktivitas siswa adalah kegiatan
belajar mereka selama mengikuti pembelajaran. Kriteria yang digunakan adalah Sangat
Aktif (SA), Aktif (A), Kurang Aktif (KA), dan Tidak Aktif (TA)
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa
NoNama Siswa
Kemunculan Tiap
Indikator
JumlahNilai
1 2 3
1
2
3
4
5dst
Jumlah
Persentase

23
Kriteria penilaian
Rentang
Kriteria
Hasil
Keterangan
0-6 Kurang
Belum
Tuntas
7-12 Cukup
Belum
Tuntas
13-18 Baik Tuntas
19-20Sangat Baik Tuntas
2.Data Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitaif, sedangkan skala nilai yang digunakan
adalah rentang nilai 10 sampai dengan 100. Menurut Arikunto (2011:45) analisis data
dimaksudkan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Perolehan nilai setiap siswa melalui tes hasil belajar menggunakan kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Hasil Belajar
No Nilai Kriteria Keterangan
1 93-100 Sangat Baik Tuntas
2 83-92 Baik Tuntas
3 76-82 Cukup Belum Tuntas
4 <=75 Kurang Belum Tuntas
Perolehan nilai setiap siswa melalui tes hasil belajar secara tertulis diolah dengan rumus :
Ketuntasan Belajar Klasikal
a 
b
c
x 100%
Keterangan :
A = Ketuntasan
B = Jumlah Siswa Tuntas (siswa mendapat nilai di atas 76)
C = Jumlah Seluruh Siswa
Nilai rata-rata
X 

Y
n
Keterangan :
X = Nilai Rata-rata
∑Y= Jumlah Nilai Seluruh Siswa
n = Jumlah Seluruh Siswa

24
B. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan dua siklus, dan tiap-tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan aktivitas dan kompetensi yang dicapai, berdasarkan
perencanaan yang telah didesain sebelumnya. Pengamat melakukan observasi terhadap kegiatan
yang dilaksanakan sebagai bahan untuk tujuan perbaikan.
1.Siklus Pertama
Pelaksanaan penguasaan materi PAI dan BP tentang “Zakat Fitrah”dapat ditingkatkan

25
melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan metode ICM (index card match). Dalam
pelaksanaan tersebut, penulis menentukan langkah-langkah pada tiap siklus sebagai berikut :
a.Rencana Pembelajaran meliputi :
1)Menyusun modul ajar
2)Menyiapkan LKPD dan tes Formatif
3)Menyusun lembar observasi
b.Pelaksanaan tindakan
Adapun dalam pelaksanaan tindakan kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)Kegiatan awal
a)Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdo’a bersama
b)Siswa dan guru bertanya jawab seputar Q.S Al-Maun.
2)Kegiatan inti
a)Guru menjelaskan tentang materi Q.S Al-Maun
b)Siswa melafalkan Q.S Al-Maun melalui petunjuk guru
c)Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok membahas materi Q.S Al-Maun
d)Secara klasikal membahas LKPD, dan menarik kesimpulan
3)Kegiatan akhir
Kegiatan akhir ini untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran siswa melalui:
a)Siswa mengerjakan tes formatif
b)Guru merefleksi hasil pembelajaran
c)Guru memotifasi siswa untuk giat belajar
c.Pengamatan
Pengamatan dilaksankan pada saat proses belajar mengajar berlangsung oleh guru
sebagai pelaksana tindakan kelas seklaigus pengamat yang dibantu teman sejawat. Teman
sejawat mengamati berlangsungnya proses pembejaran serta memberi masukan,saran
sebagai umpan balik (feed back) baik secara lisan maupun tertulis. Aspek yang diamati
terlampir.
d.Refleksi
Setelah melaksanakan proses pembelajaran pada siklus I Mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam pada pokok bahasan “Q.S Al-Maun”, maka diperoleh refleksi sebagai berikut
: menerapkan model pembelajaran yang lebih baik lagi, penggunaan media pembelajaran
yang yang dapat menarik hasil siswa dan membuat langkah-langkah selanjutnya untuk
melaksanakan siklus II
2.Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan, refleksi, dan diskusi dengan teman sejawat maka

26
peneliti melanjutkan siklus II yang terdiri dari rencana, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Adapun langkah-langkahnya dalam siklus II ini tidak jauh berbeda dengan siklus I,
yaitu sebagai berikut :
a.Rencana pembelajaran, meliputi :
1)Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah
2)Merancang pelaksanaan untuk meningkatkan hasil belajar pada siklus II sebagai fokus
pembelajaran
3)Menyusun tes formatif
4)Menyusun lembar pengamatan/ keaktifan guru dan siswa dalam proses pembelajaran
b.Pelaksanaan tindakan
Adapun pelaksanaan tindakan kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1)Kegiatan awal
a)Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa bersama
b)Guru dan siswa bertanya pengetahuan siswa tentang Q.S Al-Maun
2)Kegiatan inti
a)Melalui tayangan video siswa memperhatikan penjelasan materi Q.S.Al-Maun
b)Siswa melafalkan Q.S Al-Ma’un bersama-sama dengan petunjuk guru
c)Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok
d)Siswa melafalkan Q.S Al-Maun beserta artinya bersama anggota kelompoknya
e)Secara bergiliran tiap kelompok maju kedepan, masing-masing menerima kartu yang
berisi soal dan jawaban
f)Guru memandu untuk memanggil anak, anak menjawab pertanyaan sesuai kartu yang
diberikan
g)Untuk memperdalam penguasaan materi siswa mengerjakan LKPD secara kelompok
h)Tiap kelompok maju kedepan kelas ,salah satu siswa membacakan hasil diskusinya
i)Secara klasikal membahas LKPD, dan menarik kesimpulan
3)Kegiatan Akhir
a)Siswa mengerjakan tes formatif
b)Guru merefleksi hasil pembelajaran dan memotifasi siswa
c)Bersama- sama menutup pelajaran dengan doa bersama
c.Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan pada proses pembelajaran oleh guru sebagai pelaksana
tindakan kelas. Berdasarkan pengamatan ditemukan hal-hal yang terjadi pada siswa, yaitu:
1)Siswa sudah banyak yang berhasil walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang
berhasil, dibuktikan dengan kehadiran siswa

27
2)Siswa sudah aktif dan asik mengikuti proses pembelajaran
3)Sebagian besar siswa sudah menyelesaikan LKPD dengan baik
4)Sebagian besar siswa sudah menguasai materi
5)Dari hasil tes formatif siswa mendapat nilai diatas KKTP
6)Siswa yang pandai sudah berani bertanya
d.Refleksi
Setelah melaksanakan siklus II Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan
materi Q.S Al-Maun dengan potongan-potongan kertas berwarna ada peningkatan aktivitas
dan hasil siswa tehadap materi pendidikan agama Islam, dan akan memberi motifasi pada
siswa .
C. Kriteria Keberhasilan
Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan adalah sebagai berikut.
1.Siswa dinyatakan meningkat prestasi belajarnya apabila menguasai materi pembelajaran
sebesar 85% atau mendapat nilai 76.
2.Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila secara klasikal 85% dari jumlah
siswa tuntas.
3.Proses perbaikan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila 85% dari jumlah siswa
meningkat aktivitas belajarnya selama proses pembelajaran berlangsung.

28
Instrumen PTK
1.Lembar pengamatan dan observasi siswa
Nama siswa:
No Butir observasi
Asesment
Keterangan
Baik Kurang
1.Sangat aktif
2.Aktif
3.Kurang Aktif
4.Tidak aktif
Kriteria
Sangat aktif Aktif Kurang aktif Tidak aktif
Siswatelahterlibat
dalam kegiatan
bertanya,menemukan
gagasandanberani
mencoba
Siswatelahterlibat
dalam kegiatan
bertanya,menemukan
gagasan,tetapimau
mencoba namun tidak
memilki rasa percaya
diri
Siswa telah terlibat
dalam kegiatan
bertanya,menemukan
gagasan,tetapi tidak
mau mencoba
Siswa hanya diam
saja dalam kelas
tidak
bertanya,tidak
menemukan
gagasan dan tidak
mau mencoba

29
Lembar obsevasi kelas 2
Satuan pendidikan :SD Negeri 11 Simpang Utara
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas/Semester : V / 1
Materi Pembelajaran : Q.S Al-Maun
No Nama
Asesment
KetSangat
aktif
Aktif
Kurang
aktif
Tidak aktif
1.ABYANA HAFIZAH
2.ADLIN MARISA
3.AFIKA PUTRI MERISA
4.AHMAD RAFIF EFENDI
5.ALYA HIDAYANI
6.ANGGI ANDRIANI
7.ARIF BUDIMAN
8.ASHIFA HUDATUL HUSNA
11.AZIZ ALKARIM SAPUTRA
12.BALQIS RAHAYU
13.DIRO AFANDI
14.ERDID DEFIANTO
15.FAHRI ALBUKHORI
16.FHANDI SEPVIANTO
17.FIRLO GUSMA HENDRA
18.HIDAYATUL
19.IBRAHIM MARZAKI
20.LATIFATUL YUNINDRA
21.LESTI
22.MISKA AULIA
23.MUHAMMAD AKBAR
24.MUHAMMAD NURGIANTO
25.MUHAMMAD ZAKI
26.RAHMAD ILHAM PRATAMA

30
Lembar LKS surat Al-Maun
1.Mengurutkan lafal ayat
a.Urutkanlah potongan lafal ayat berikut!
b.Cermati dan lakukan dengan baik dan benar!

31
Lembar Tes farmatif Q.S An-nass
A.Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf A,B,atau C!1 .
1.Surah Al-Ma’un termasuk dalam golongan surah apa?
a.Surah Makkiyah
b.Surah Madaniyah
c.Surah Israiliyah
d.Surah Munawarah
2.Apa arti dari kata "Al-Ma’un"?
a.Kebajikan kecil
b.Bantuan besar
c.Sedekah harta
d.Kekuasaan Allah
3.Berapa jumlah ayat dalam Surah Al-Ma’un?
a.5 ayat
b.6 ayat
c.7 ayat
d.8 ayat
4.Dalam Surah Al-Ma’un, siapakah yang disebut mendustakan agama?
a.Orang yang berbuat baik
b.Orang yang tidak peduli pada anak yatim
c.Orang yang taat beribadah
d.Orang yang selalu jujur
5.Surah Al-Ma’un mengajarkan kita untuk tidak melakukan apa?
a.Membantu orang lain
b.Menyayangi anak yatim
c.Melupakan kewajiban salat
d.Membangun masjid
6.Apa sifat orang yang celaka menurut Surah Al-Ma’un?
a.Tidak mengerjakan salat dan riya
b.Banyak bersedekah
c.Bersabar dalam ujian
d.Suka membaca Al-Qur'an
7.Menurut Surah Al-Ma’un, selain meninggalkan salat, orang yang celaka juga tidak melakukan apa?
a.Membaca Al-Qur’an
b.Membantu fakir miskin
c.Menaati orang tua
d.Berbuat adil
8.Apa tujuan utama diturunkannya Surah Al-Ma’un?
a.Mengajarkan tentang pentingnya zakat
b.Mengingatkan umat Islam agar tidak bersikap riya dan pelit
c.Menjelaskan kewajiban berjihad
d.Memberitahukan tata cara berwudu
9.Salah satu ciri orang yang riya menurut Surah Al-Ma’un adalah?
a.Selalu ikhlas dalam beramal
b.Berbuat kebaikan demi pujian orang lain
c.Selalu membantu sesama
d.Beribadah dengan sungguh-sungguh

32
10.Pelajaran penting yang dapat diambil dari Surah Al-Ma’un adalah?
a.Pentingnya menjaga hubungan dengan sesama manusia
b.Kewajiban melaksanakan haji
c.Pentingnya menjaga wudu
d.Kewajiban membaca do
Tags