Tafsir فسّر :اى الإيضاح والبيان artinya menjelaskan , menerangkan , memaparkan , mengungkapkan sesuatu yang tertutup Menjelaskan dan menerangkan ayat-ayat al Qur’an yang belum Jelas
Pendekatan Atsar : Tafsir bil Ma’tsur /bi Riwayah Ra’yi : Tafsir bi Ra’yi / Bil Ijtihadi Isyari : Tafsir bil Isyari / Bi Ta’wil
Manhaj ( Thariqah ) Tafsir Tafsir Tahlili : Menafsirkan al Qur’an dengan memaparkan segala aspeknya sesuai urutan mushaf usmani . Disebut juga tafsir tajzi’I , karena menafsirkan al Qu’ran secara perbagian atau parsial , Langkah- langkahnya : 1. menjelaskan munasabah ayat . 2. menjelaskan asbabun nuzul 3. menganalisis mufradat 4. memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya 5. menerangkan unsur-unsur balaghahnya 6. menjelaskan hukum 7. menjelaskan dengan ayat lain, hadist atau qaul shahabi
Tafsir Ijmaly Tafsir yang menjelaskan dan Menerangkan makna al Qur’an secara umum /global, juga tidak semua ayat di tafsiri , tafsir ringkas . seperti Tafsir al Qur’an al Karim karang farid Wajdi (Mesir)
C. Tafsir Muqaran menafsirkan dengan membandingkan ayat dengan ayat lainnya atau antarhasil penafsiran para mufassir , baik mazhab fikih , kalam, perbedaan masa ( klasik / kontemporer ), dan sebagainya . Contoh : Tafsir al-Jami’ li Ahkami al-Quran karya al- Qurthubi yang membandingkan penafsiran para mufasir , khususnya ttg hukum .
III. Lawn (Corak) Tafsir: fiqhi , fikih ilmi , ilmu pengetahuan falsafi , filsafat adabi ijtima’I , sastera kemasyarakatan siyasi , ideologi politik dsb .
Tafsir Maudhu’i Maudhu’i : isim maful wadha’a , yadhi’u wadh’an wadhi’un maudhu’un . Artinya diletakkan , ditempatkan . Dalam perkembangan selanjutnya diartikan topik / tema , tematik . • Tafsir Maudhu’I menafsirkan AlQuran dengan mengungkap ayat-ayat yang bertopik sama dan dikaji secara mendalam dalam lingkup tema tersebut .
Ide awal Tafsir Maudhu’i Ibrahim bin Umar al- Biqa’I (809-885 H): semua ayat-surat al-Quran memiliki keterkaitan / munasabah . Karena itu tidak dibenarkan menafsirkan satu ayat tanpa melihat ayat lain yang berkaitan . Pendapat ini ditegaskan oleh Imam al- Syathibi (W. 1388 M). Al-Quran itu satu kesatuan karenanya harus dipahami secara integral/ menyeluruh . Tidak boleh sepotong-sepotong . 12. Ide selanjutnya Tahun 1960, Syaikh Mahmud Syaltut ( Rektor Al-Azhar Mesir) menggalakkan kajian-kajian tematik Al-Quran. Sehingga muncul ; sejumlah karya ttg tafsir tematik : al- Insan fil Quran dan al- Mar’ah fil Qur’an karya Abbas Mahmud al-’Aqqad. Juga muncul karya al-Riba fil Quran karya Abul A’la al- Maududi . 13. lanjutan Tahun 1981, Kajur Tafsir hadis Al-Azhar, Dr. Ahmad sayyid al- Kummy mencetuskan metode tafsir maudhu’I di Jurusannya . Dr. al-Husaini Abu Farhah menulis buku al- Futuhat al- Rabbaniyyah fi al-Tafsir al- Maudhu’I li al-Ayat al- Qur’aniyyah dengan memilih banyak topik dalam al-Quran. Prof. Dr. Abdul Hayyi al- Farmawi , al- Bidayah fi al-Tafsir al- Maudhu’I yang mereangkan langkah2 tafsir maudhu’i .
Macam tafsir Maudhu’i Pertama : mengkaji satu topik dalam satu surat . Setiap surat punya topik topik tertentu . Topik itu menjadi pusat perhatain . Kedua : mengkaji satu topik tertentu dalam semua surat al-Quran; misalnya : topik kemiskinan dalam al- quran . Jadi semua ayat yg bicara soal kemiskinan , kefakiran , kadaifan , kemustad’afin , dst . Dikaji secara utuh .
Jenis Tafsir Maudhu’i : Membahas tema-tema dalam satu surat secara lengkap , misal dalam surat Al-Isra’ terdapat sejumlah tema , kemudian tema tersebut dikaji . Membahas satu tema yang dipilih dari Al- Quran, tanpa terikat oleh suatu surat . Misalnya , tema kemiskinan dalam perspektif al-Quran, riba dalam Al-Qur’an, dsb .
Langkah dalam Tafsir Maudhu’i : 1. Tentukan topik / tema 2. Himpun dan tetapkan ayat ttg topik yg dipilih 3. Rangkai urutan ayat berdasar masa turun , Asbab Nuzul , Munasabah 4. Analisis - Susun pembahasan dlm suatu kerangka