Pengembangan Islam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

TriFergaPrasetyo 5 views 36 slides Oct 30, 2025
Slide 1
Slide 1 of 36
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34
Slide 35
35
Slide 36
36

About This Presentation

Region and Tecnology


Slide Content

Kehidupan dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berlandaskan Kemuhammadiyahan Berdasarkan Dalil dan Sunnah Dosen Pengampu Dr. Oman Fathurohman SW., M.Ag. Kelompok 8 2537083010 Tri Ferga Prasetyo 2537083016 Wawan Sismadi

1. Landasan Teologis Ilmu dan teknologi dalam Islam berakar pada tauhid , bahwa semua pengetahuan bersumber dari Allah SWT. QS. Al-Jatsiyah ayat 12 dan hadis “Menuntut ilmu itu wajib” menjadi dasar teologis yang menegaskan bahwa penelitian ilmiah adalah bentuk ibadah. Al-Qur’an dan Sunnah menjadi pedoman ilmiah — mendorong observasi, perenungan, dan etika dalam penelitian

وَسَخَّرَ لَكُم مَّا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِّنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ Dalil: QS. Al-Jatsiyah: 12 — “Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan di bumi untukmu semuanya sebagai rahmat dari-Nya.” Makna: Allah SWT adalah sumber segala ilmu; setiap upaya ilmiah adalah bentuk pengakuan terhadap kebesaran-Nya. Implementasi: Dalam dunia teknologi, prinsip tauhid menuntun ilmuwan untuk tidak menganggap dirinya pencipta mutlak, tetapi pengelola amanah Allah. Misalnya, penelitian energi terbarukan dipandang bukan sekadar inovasi, tetapi juga ibadah dalam menjaga bumi ciptaan Allah

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Masa keemasan Islam (abad ke-8–13 M) menunjukkan harmonisasi antara iman dan sains. Tokoh-tokoh seperti Al-Khwarizmi, Ibn Sina , dan Al-Jazari memadukan spiritualitas dengan inovasi ilmiah. Konsep Bayt al-Hikmah menjadi simbol kolaborasi lintas bangsa dalam pengembangan pengetahuan

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Al-Khwarizmi adalah seorang matematikawan, astronom, astrolog, dan geografer Muslim yang berasal dari Persia, hidup sekitar tahun 780 Masehi hingga 850 Masehi. Ia bekerja di Baitul Hikmah (House of Wisdom) di Baghdad, sebuah pusat intelektual utama pada masa Kekhalifahan Abbasiyah. Dikenal luas sebagai "Bapak Aljabar" dan "Bapak Algoritma" berkat kontribusinya yang luar biasa dalam matematika .

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam 1. Penemu Aljabar (Algebra) Karya Penting: Bukunya yang berjudul Al-Kitāb al-mukhtaṣar fī ḥisāb al-jabr wal-muqābalah (Ringkasan Komprehensif tentang Perhitungan dengan Restorasi dan Penyeimbangan). Asal-Usul Istilah: Kata "Aljabar" sendiri berasal dari kata al-jabr yang ada dalam judul bukunya, yang berarti "restorasi" atau "melengkapi" (proses memindahkan suku negatif dari satu sisi persamaan ke sisi lain). Isi: Buku ini menyajikan solusi sistematis pertama untuk persamaan linear dan kuadrat, mengubah matematika dari hanya sekadar aritmetika menjadi ilmu tentang pemecahan masalah dengan simbol.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam 2. Bapak Algoritma Asal-Usul Istilah: Nama Al-Khwarizmi, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi "Algorithmi" . Kata inilah yang kemudian berevolusi menjadi istilah modern "Algoritma" (Algorithm). Kontribusi: Algoritma adalah serangkaian instruksi atau langkah-langkah yang jelas dan terperinci untuk menyelesaikan suatu masalah atau perhitungan. Konsep pemecahan masalah Al-Khwarizmi melalui langkah-langkah terstruktur inilah yang menjadi fondasi dari seluruh ilmu komputer dan pemrograman modern.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam 3. Kontribusi di Bidang Lain Astronomi dan Geografi: Ia menyusun tabel astronomi ( Zīj al-Sindhind ) dan peta bumi, serta menulis tentang kalender, astrolab, dan jam matahari. Trigonometri: Ia memberikan kontribusi dalam fungsi trigonometri, menghasilkan tabel sinus dan kosinus yang akurat.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Ibn Sina (Avicenna): Ibn Sina (Nama lengkap: Abū ʿAlī al-Ḥusayn bin ʿAbdullāh bin Al-Hasan bin Ali bin Sīnā), yang di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna , adalah seorang polimatik Persia yang hidup pada tahun 980 M – 1037 M . Ia adalah salah satu pemikir dan ilmuwan paling berpengaruh dalam sejarah peradaban Islam dan Eropa Abad Pertengahan, dijuluki sebagai "Bapak Kedokteran Modern" .

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Ibn Sina menulis lebih dari 450 karya, mencakup berbagai bidang mulai dari kedokteran, filsafat, astronomi, logika, matematika, hingga puisi. 1. Kedokteran: Al-Qanun fi at-Tibb (The Canon of Medicine) Karya Paling Berpengaruh: Al-Qanun fi at-Tibb (Canon of Medicine) adalah ensiklopedia kedokteran yang komprehensif. Dampak: Karya ini menjadi buku teks standar kedokteran di banyak universitas di Eropa dan dunia Islam selama lebih dari tujuh abad (hingga abad ke-17). Isi: Mencakup pengetahuan tentang anatomi, farmakologi, penyakit menular (ia adalah salah satu yang pertama mengemukakan bahwa penyakit dapat ditularkan melalui air dan tanah), karantina, dan pengobatan berbagai kondisi.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam 2. Filsafat: Kitab asy-Syifa’ (The Book of Healing) Karya Filosofis Utama: Kitab asy-Syifa’ adalah ensiklopedia besar yang mencakup logika, fisika, matematika, dan metafisika. Kontribusi: Dalam filsafat, ia berusaha menyelaraskan pemikiran Aristoteles dengan ajaran Islam, sebuah sintesis yang sangat memengaruhi pemikiran Barat Abad Pertengahan.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam 3. Kontribusi Ilmiah Lain Psikologi: Ia mengembangkan bidang yang mempelajari hubungan antara pikiran dan tubuh, termasuk studi tentang efek emosi terhadap kesehatan fisik. Mekanisme Transmisi Penyakit: Ia memberikan kontribusi awal pada pemahaman tentang penyakit menular, menyarankan perlunya karantina untuk membatasi penyebaran. Astronomis: Ia membuat observasi dan kritik terhadap astronomi Ptolemy.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Ismail al-Jazari (Nama lengkap: Badīʿ az-Zaman Abu l-ʿIzz ibn Ismāʿīl ibn ar-Razāz al-Jazarī) adalah seorang polimatik Muslim yang hidup pada Abad Pertengahan (1136–1206 M) di Mesopotamia. Ia dikenal sebagai seorang cendekiawan, penemu, dan insinyur mesin ulung. Karena penemuannya yang luar biasa dalam bidang mesin otomatis (automata), ia sering dijuluki sebagai "Bapak Robotika" atau "Bapak Teknik Mesin Modern" .

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Sebagian besar penemuan Al-Jazari (sekitar 50 peralatan mekanik) didokumentasikan dalam bukunya yang terkenal: Kitāb fī maʿrifat al-ḥiyal al-handasiyya (Buku Pengetahuan tentang Perangkat Mekanik yang Cerdik) - 1206 M Buku ini dianggap sebagai salah satu teks paling penting dalam sejarah teknik, berisi instruksi terperinci dan diagram cara merakit setiap perangkat.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Penemuan-penemuannya yang paling terkenal meliputi: Jam Gajah (The Elephant Clock): Ini adalah penemuannya yang paling ikonik. Jam ini adalah jam air (klepsidra) otomatis yang sangat besar dan kompleks. Jam ini menggunakan berbagai mekanisme otomatis (automata) dari berbagai budaya (Gajah India, Naga Tiongkok, Burung Phoenix Mesir, dll.) untuk menandai waktu. Automata (Mesin Robotik Awal): Ia menciptakan banyak mesin otomatis yang dapat bergerak. Salah satu yang terkenal adalah "band musik" otomatis di atas perahu yang dirancang untuk menghibur tamu kerajaan, serta pelayan otomatis yang bisa menuangkan minuman.

2. Sejarah dan Warisan Keilmuan Islam Poros Engkol (Crankshaft): Al-Jazari merancang dan menjelaskan poros engkol (bagian penting untuk mengubah gerakan berputar menjadi gerakan lurus bolak-balik) yang menjadi inti dari mesin pembakaran internal dan banyak mesin modern lainnya. Mesin Pengangkat Air: Ia merancang beberapa jenis mesin pengangkat air yang sangat efisien untuk irigasi, termasuk pompa air yang digerakkan oleh roda air. Mekanisme Katup dan Siphon: Ia adalah pelopor dalam penggunaan sistem katup dan siphon yang canggih dalam mesin-mesinnya. Karya-karya Al-Jazari menunjukkan pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip hidrolik dan mekanik, yang meletakkan dasar bagi banyak teknologi modern.

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۝ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ Dalil: QS. Ali-Imran: 190–191 — “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi... terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal.” Makna: Islam mendorong pengamatan dan penelitian terhadap ciptaan Allah sebagai bentuk ibadah intelektual. Implementasi: Pada masa keemasan Islam, tokoh seperti Al-Khwarizmi (aljabar), Ibn Sina (kedokteran), dan Al-Jazari (mekanik) mengembangkan sains atas dasar iman. Dalam konteks kini, semangat itu dihidupkan kembali melalui riset sains Islam dan teknologi halal

3. Prinsip Kemuhammadiyahan Gerakan Muhammadiyah menekankan IPTEK yang: Berlandaskan tauhid dan etika Islam ; Menghadirkan kemaslahatan umat ; Terintegrasi dengan fikih kontemporer (mis. Fikih Informasi, Fikih Lingkungan). Pendekatan ini bersifat moderat dan kontekstual , menerima modernitas tanpa mengorbankan nilai Islam

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ Dalil: QS. Al-Mujadalah: 11 — “Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan berilmu.” Makna: Ilmu yang berlandaskan tauhid dan akhlak menjadi sarana ibadah serta kemaslahatan umat. Implementasi: Muhammadiyah melalui Majlis Tarjih dan Tajdid mengembangkan fikih informasi dan fikih lingkungan agar kemajuan teknologi selaras dengan nilai syariah. Contohnya, fatwa etika penggunaan media sosial atau pengembangan bioteknologi halal

4. Tantangan & Peluang di Era Modern Kemajuan teknologi membawa peluang dakwah dan kesejahteraan, namun juga risiko moral seperti penyalahgunaan AI, bioteknologi, atau media digital. Islam menuntut adanya kontrol etika , kolaborasi ulama-ilmuwan, serta inovasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan

إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً Dalil: QS. Al-Baqarah: 30 — “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Makna: Manusia diberi tanggung jawab moral untuk mengelola teknologi dengan adil dan beretika. Implementasi: Islam melarang penyalahgunaan teknologi untuk penipuan, pornografi, atau perusakan data. Dalam praktik, etika ini diwujudkan dalam code of ethics bagi pengembang AI dan keamanan digital di lembaga Islam

5. Integrasi Al-Qur’an dan Sains Al-Qur’an memuat banyak isyarat ilmiah (tentang embriologi, orbit planet, siklus air). Islam tidak menolak sains, tetapi mengintegrasikan keduanya dalam kerangka keimanan. Penelitian ilmiah dianggap sebagai cara memahami tanda-tanda kebesaran Allah

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ ۝ خَلَقَ الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ ۝ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ ۝ الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ ۝ عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ Dalil: QS. Al-Alaq: 1–5 — “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.” Makna: Sains dalam Islam tidak terpisah dari spiritualitas; membaca alam sama dengan membaca ayat-ayat kauniyah. Implementasi: Peneliti Muslim menafsirkan fenomena ilmiah seperti siklus air, orbit planet, atau embriologi sebagai tanda kebesaran Allah. Contohnya, riset biologi modern yang menegaskan kebenaran ayat QS. Al-Mu’minun: 12–14

6. Etika & Tanggung Jawab Moral Setiap Muslim wajib menggunakan teknologi untuk kebaikan umat , menjaga kelestarian alam , dan menghindari penyalahgunaan. Nilai-nilai seperti kejujuran, amanah, dan keseimbangan spiritual-digital menjadi pemandu etika teknologi

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ Dalil: Hadis Riwayat Ibnu Majah No. 224 — “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim.” Makna: Pendidikan adalah ibadah; belajar sains menjadi bagian dari pengabdian kepada Allah. Implementasi: Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) seperti UMY dan UAD menerapkan integrasi AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan) dalam kurikulum sains dan teknologi, menghasilkan ilmuwan berakhlak dan profesional

7. Pendidikan dan Generasi Ilmuwan Pendidikan Muhammadiyah memadukan Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK) dengan sains. Kurikulum integratif ini menghasilkan ilmuwan yang cerdas secara intelektual dan spiritual , serta menjadikan riset sebagai sarana ibadah

وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا Dalil: QS. Al-A’raf: 56 — “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah memperbaikinya.” Makna: Setiap inovasi teknologi harus berorientasi pada kelestarian alam. Implementasi: Penerapan prinsip fiqh al-bi’ah (fikih lingkungan) mendorong pengembangan energi surya di masjid dan sistem daur ulang limbah pada lembaga Islam — sebagai bentuk tanggung jawab ekologis umat

8. Visi Masa Depan Masa depan IPTEK berlandaskan Kemuhammadiyahan menargetkan: Riset dan inovasi berbasis rahmatan lil ‘alamin; Kolaborasi global antara ilmuwan dan ulama; Teknologi berkeadilan sosial , seperti zakat digital, fintech syariah, dan energi terbarukan ramah lingkungan

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا Dalil: QS. Al-Qashash: 77 — “Carilah kebahagiaan negeri akhirat tanpa melupakan bagianmu di dunia.” Makna: Islam menolak ekstrem materialisme maupun spiritualisme; IPTEK harus menyeimbangkan keduanya. Implementasi: Contoh konkret ialah aplikasi zakat digital dan fintech syariah yang mempermudah ibadah sekaligus menggerakkan ekonomi umat. Teknologi menjadi alat dakwah yang menghubungkan kesejahteraan dunia dengan nilai ukhrawi

Kesimpulan Islam bukan penghambat IPTEK , tetapi panduan moral dan spiritualnya . Pengembangan teknologi harus selalu diarahkan pada kemaslahatan umat, keseimbangan dunia-akhirat, serta tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi. Pendekatan Kemuhammadiyahan menjadi model ideal bagi pembangunan ilmu yang beradab, etis, dan berorientasi ibadah.

Penutup Inti dari artikel ini adalah menegaskan bahwa Islam , khususnya melalui Gerakan Muhammadiyah, bukanlah penghambat kemajuan IPTEK, melainkan kerangka moral dan spiritualnya. Kemuhammadiyahan mengintegrasikan sains dan teknologi ke dalam visi keislaman yang moderat dan kontekstual, dengan landasan utamanya: Tauhid, Etika, dan Kemaslahatan Umat

1. Landasan Teologis dan Etika (Tauhid dan Akhlak) Muhammadiyah menegaskan bahwa ilmu dan teknologi berakar pada tauhid, bahwa segala pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Landasan ini berimplikasi pada etika: Ilmu sebagai Ibadah : Menuntut ilmu adalah kewajiban (fardh) bagi setiap Muslim , dan penelitian ilmiah adalah bentuk pengabdian kepada Allah. Ini mewajibkan ilmuwan Muslim untuk tidak menganggap dirinya pencipta mutlak, melainkan pengelola amanah Allah . Keseimbangan Dunia-Akhirat : Pengembangan IPTEK harus menyeimbangkan antara urusan duniawi dan ukhrawi (akhirat), menolak ekstrem materialisme maupun spiritualisme. Tujuannya adalah mencari kebahagiaan akhirat tanpa melupakan bagian di dunia. Tanggung Jawab Moral sebagai Khalifah : Merujuk pada QS. Al-Baqarah: 30 , manusia adalah khalifah di bumi yang bertanggung jawab mengelola teknologi dengan adil dan beretika . Ini mengharuskan kontrol etika untuk menghindari penyalahgunaan teknologi untuk penipuan atau perusakan.

2. Integrasi Fikih Kontemporer (Kemaslahatan dan Lingkungan) Prinsip Muhammadiyah menuntut IPTEK untuk menghadirkan kemaslahatan umat dan terintegrasi dengan fikih kontemporer . Fikih Lingkungan (Fiqh al-Bi’ah) : Muhammadiyah mendorong inovasi teknologi yang berorientasi pada kelestarian alam, berdasarkan larangan membuat kerusakan di muka bumi (QS. Al-A’raf: 56). Contoh implementasinya adalah pengembangan energi surya di masjid dan sistem daur ulang limbah. Fikih Informasi : Organisasi ini, melalui Majlis Tarjih dan Tajdid, mengembangkan fikih informasi untuk memastikan kemajuan teknologi selaras dengan nilai syariah. Contohnya adalah fatwa etika penggunaan media sosial atau bioteknologi halal. Teknologi Berkeadilan Sosial : Visi masa depan IPTEK Muhammadiyah menargetkan teknologi berkeadilan sosial, seperti pengembangan zakat digital dan fintech syariah, yang mempermudah ibadah sekaligus menggerakkan ekonomi umat.

3. Implementasi dalam Pendidikan dan Riset Visi ini diwujudkan dalam dunia akademis Muhammadiyah: Integrasi AIK (Al-Islam Kemuhammadiyahan) : Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM), seperti UAD, menerapkan integrasi AIK dalam kurikulum sains dan teknologi. Tujuan Pendidikan : Kurikulum integratif ini bertujuan menghasilkan ilmuwan yang cerdas secara intelektual dan spiritual, berakhlak, profesional, serta menjadikan riset sebagai sarana ibadah. Secara ringkas, pendekatan Kemuhammadiyahan berfungsi sebagai model ideal untuk pembangunan ilmu yang beradab , etis , dan berorientasi ibadah , memastikan bahwa kemajuan teknologi melayani manusia dan alam berdasarkan nilai-nilai Islam.

Referensi Sebuah eksplorasi mendalam tentang bagaimana Islam, khususnya melalui perspektif Kemuhammadiyahan, memberikan landasan yang kokoh bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang beretika, bermoral, dan membawa kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Tags