pengertian dan istilah dalam agama islam.docx

ajengan2435 17 views 14 slides Dec 24, 2024
Slide 1
Slide 1 of 14
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14

About This Presentation

agama islam


Slide Content

LAPORAN AKHIR PROYEK
KEARIFAN LOKAL DALAM TRADISI RUAH DESA DI
DESA TEMPEL KECAMATAN KRIYAN KABUPATEN
SIDOARJO
Disusun Oleh:
Riyan Ahmad Dinata P 14223300059
Achmad David S 1222300062
Mohamad Nurul Fajar H 1422300036
Iqbal Yuanantha RR 1422300040
Muhammad Ananda Firmansyah 142230067
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 202 3

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-nya. Solawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menuntun kita menuju jalan
kebenaran. Upacara Perayaan Tradisi Adat ruah Desa ini memiliki asal-usul sejarah,
dimana didalamnya terdapat pelaksanaan ruah Desa dari mulai persiapan,
pengeluaran dana selama acara berlangsung hingga prosesi ruah Desa itu sendiri.
Ruah Desa ini juga sebagai konsep budaya kearifan lokal, budaya warisan dan
sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat Desa Tempel. Laporan ini disusun untuk
memenuhi tugas akhir proyek mata kuliah pendidikan Agama Islam. Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan dan jauh dari
kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak dan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surabaya, 21
November 2023

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….....ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………...iii
1. PENDAHULUAN…………………………………………………………………1
1.1Latar Belakang………………………………………………………………...1
1.2Rumusan Masalah……………………………………………………………..3
1.3Tujuan Penelitian……………………………………………………………...3
2. PEMBAHASAN………………………………………………………...…………4
2.1Keadaan Dan Aktifitas Penduduk Desa Tempel.........………………………..4
2.2Sejarah Dan Pelaksanaan Ruah Desa....……………………………………...4
2.3Prosesi Ruah Desa…………………………………… ....…………………….5
2.4Makna Ruah Desa……………………………………… .....………………….6
3. KESIMPULAN DAN SARAN……………...…………………………………….8
3.1Kesimpulan……………………………………………………………………8
3.2Saran…………………………………………………………………………..9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….………………10

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang besar karena kaya akan sumber daya alam,
masyarakat dan budaya yang beraneka ragam. Salah satu kekayaan budaya bangsa
adalah budaya spiritual yang berasal dari kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, yang tumbuh sebagai ekspresi pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa di dalamnya dengan ajaran yang
mengandung nilai moral dan religius, sangat bermanfaat bagi upaya pembentukan
suatu karakter, pekerti dan jati diri bangsa. Di tengah gelombang globalisasi saat ini
nilai-nilai budaya bangsa sendiri semakin tergeser dari fungsinya sebagai acuan
perilaku masyarakat (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007). Masyarakat
Desa tempel sangat menjaga kelestarian tradisi adat ruah desa. Kegiatan yang
dilakukan masyarakat ini sudah turun-temurun sejak masa Mbah Atun, orang yang
dipercaya jadi pembabat desa Tempel.
Dilihat dari sisi lain, warga Indonesia sangat dikenal dengan sikap ramah dan
sopan santun, serta gotong royong. Seperti yang dapat diamati dari Masyarakat
Desa Tempel yang sangat antusias dalam halnya bergotong royong. Menurut
YUAN (2023), masyarakat Desa Tempel sangat menjaga tali persaudaraan dan
ulet dalam kerja samanya, hal ini sering terlihat langsung saat masyarakat Desa
Tempel berinteraksi sosial setiap hari dalam upaya menjaga kerukunan.
Bentuk dari kerukunan masyakat pesisir ini adalah gotong royong, rendah hati,
kesederhanaan dan kebersamaan. Masyarakat Desa Tempel juga sangat menjaga
kerukunan dan gotong royong, bisa dilihat saat penangkapan ikan di laut, perayaan
agama dan bentuk budaya-budaya agama dan bentuk aktivitas sehari-hari lainnya.

Kearifan lokal merupakan warisan nenek moyang kita dalam tata nilai
kehidupan yang menyatu dalam bentuk religi, budaya dan adat istiadat. Dalam
perkembangannya masyarakat melakukan adaptasi terhadap lingkungannya dengan
mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, peralatan,
dipadu dengan norma adat, nilai budaya, aktivitas mengelola lingkungan guna
mencukupi kebutuhan hidupnya (Yuan, 2023).
Pengungkapan dalam pembahasan kearifan lokal yang terkait dengan
kebudayaan itu, memiliki arti penting untuk menjaga keberlanjutan kebudayaan
sekaligus agar selalu terjaga kelestariannya. Terlebih lagi di era modernisasi kini
maraknya budaya-budaya asing yang masuk, sehingga kearifan lokal ini perlu adanya
pengembangan agar budaya-budaya yang sudah diwariskan oleh nenek moyang kita
tidak tergeser. Sangat perlu menjaga kelestarian budaya adat yang dimiliki oleh
masyarakat Indonesia yang dimiliki berbagai suku sehingga menjadikan karakteristik
keunikan khas negara Indonesia (Ryan, 2023).
Kearifan lokal setiap daerah atau antar suku memiliki perbedaan, karena
merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang yang secara turun- menurun
sudah menjadi kepercayaan masyarakat setempat. Arti penting kearifan lokal juga
merupakan pengetahuan eksplisit yang muncul dari periode yang panjang dan
berevolusi bersama dengan masyarakat dan lingkungan di daerahnya berdasarkan apa
yang sudah dialami. Jadi dapat dikatakan, kearifan lokal juga merupakan pengetahuan
eksplisit yang muncul dari periode yang panjang dan berevolusi bersama dengan
masyarakat dan lingkungan di daerahnya berdasarkan apa yang sudah dialami. Jadi
dapat dikatakan, kearifan lokal disetiap daerah berbeda-beda tergantung lingkungan
dan kebutuhan hidup.
Peran kearifan lokal sangat bermanfaat bagi masyarakat pesisir Desa Tempel,
karena kearifan ini berperan untuk kebutuhan batin, dalam memecahkan persoalan
hidup melalui kekuatan yang diyakininya serta menjaga kelestarian pantai. Upaya ini

dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat sekitar wujudnya berupa membentuk
Karang Taruna yang melibatkan para pemuda di dalamnya. Berbagai pihak yang
terkait ini pada dasarnya memiliki tujuan yaitu tercapainya keseimbangan sosial,
ekonomi dan ekologi.
Masyarakat Desa Tempel meyakini dan menjalankan tradisi Ruah Desa
atau larung sesaji sebagai ungkapan syukur dan memanjatkan doa-doa mohon
kesejahteraan agar dijauhkan dari segala mara bahaya. Sesaji ini terutama
ditujukan bagi Nyai Roro Kidul, sang Ratu Laut Selatan. Konon upacara labuhan ini
pertama kali dilaksanakan untuk menghindari wabah penyakit yang melanda
penduduk desa setempat. Oleh karenanya, sikap hormat dan takluk terhadap
hukum laut bagi masyarakat Desa Tempel menjadi sangat penting.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, terbagi menjadi 2 rumusan masalah sebagai
berikut:
1.Bagaimana konsep budaya kearifan lokal dengan adanya perayaan Ruah Desa
di Desa Tempel Kecamatan Kriyan?
2.Bagaimanakah perayaan upacara tradisi adat Ruah DESA pada masyarakat
Desa Tempel,Kecamatan Kriyan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.Mendeskripsikan konsep kearifan lokal budaya Ruah Desa di Desa Tempel.
2.Mendeskripsikan makna Ruah Desa (larung sesaji) pada masyarakat Desa
Tempel

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Keadaan Dan Aktifitas Penduduk Desa Tempel
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Tempel, jumlah penduduk
jiwa keseluruhan adalah 10.568 jiwa, yang terdiri dari 5.313 jiwa laki- laki dan 5.255
jiwa perempuan. Mayoritas penduduk Desa Tempel berasal dari suku jawa asli
dengan bahasa jawa yang digunakan dalam kegiatan sehari- hari.
Wilayah DesaTempel didominasi oleh pantai dan daerah pertanian.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Desa Tempel mata pencaharian warga
masyarakat Desa Tempel dapat teridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu
masyarakat yang bekerja di sektor pertanian berjumlah 1.114 orang, yang bekerja
disektor jasa berjumlah 300 orang, yang bekerja disektor jasa berjumlah 125 orang,
dan bekerja di sektor lain-lain 2.125 orang.
Aktivitas masyarakat sekitar Pantai Ngliyep sangatlah beragam terlihat dari
potensi sumberdaya manusia selain pekerjaannya sebagai nelayan. Sebagian
masyarakat Pantai Ngliyep memilikipekerjaan sampingan sebagaimana, untuk
memenuhi kebutuhan keluarga seperti usaha-usaha menjual makanan berat, menjual
jajanan snack dll. Di Pantai Ngliyep ini terdapat 4 warung yang kondisi warungnya
sendiri bersih, higienis, serta harga makanan yang terjangkau. Di warung-warung ini
mayoritas yang berperan sebagai penjual adalah perempuan atau seorang istri yang
dibantu oleh suami.

2.2 Sejarah Dan Pelaksanaan Larung Sesaji
Perilaku religi yang diwujudkan dalam upacara didorong oleh emosi
keagamaan. Dengan demikian getaran jiwa karena satu atau beberapa alasan dari
kesadaran manusia akan adanya makhluk halus dari jiwa orang-orang mati (Samin
dalam Nurwoko, 2010). 2. 1.Larung Sesaji dilaksanakan di Pantai Ngliyep Desa
Tempel Kecamatan Kriyan Kabupaten Sidoarjo karena ada faktor pendorong yang
berkaitan dengan adanya “pagebluk” yang menimpa warga Desa Tempel. “Pagebluk”
merupakan suatu wabah penyakit yang pada tahun 1913 melanda warga Desa
Tempel. Larung Sesaji pada tanggal 13 malam 14 di bulan Maulud diadakan untuk
memperoleh keselamatan dan terhindar dari “pagebluk”. Kalau Larung Sesaji ini
dilaksanakan pada bulan Maulud, hal ini merupakan gejala baru yang secara
kebetulan hanya bersamaan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dalam
agama Islam.
Upacara larung sesajidiyakini oleh masyarakat Pantai Ngliyep sebagaimana
perayaan yangsangatformaldan sakral, terlihat dari berlangsungnya upacara larung
sesaji ini yang menghadiri acara tersebut adalah orang-orang petinggi. Larung sesaji
merupakan agenda wisata yang rutin diadakan oleh penduduk sekitar pantai
ngliyep setiap tahunnya. Acara melarung biasanya wujud persembahannya berupa
hewan, yang dimaksudkan sebagai wujud rasa syukur serta memohon berkah kepada
tuhan yang maha esa agar warga diberi keselamatan dan kemudahan dalam berbagai
hal serta untuk menghidari warga desa Tempel dari berbagai macam wabah penyakit.
2.3 Prosesi Larung Sesaji

Prosesi perayaan larung sesaji Desa Tempel Malang dirayakan satu tahun
sekali, yaitu saat 14 Maulud. Sebelum prosesi pelarungan sesaji diadakan selamatan
bersih desan dan malam tirakatan 13 Maulud yang dilakukan oleh panitia dan
masyarakat Desa Tempel. Prosesi adalah suatu pelaksanaan, seperti pelaksanaan
upacara tradisi adat. Prosesi dalam penelitian ini perlu dikaitkan karena berguna
untuk mengetahui proses-proses serta langkah-langkah dari sebelum pelaksanaan
sampai sesudah pelaksanaan upacara tradisi larung sesaji yang ada di Desa sampai
sesudah pelaksanaan upacara tradisi larung sesaji yang ada di Desa Tempel. Pada saat
prosesi pelaksanaan larung sesaju ini dilaksanakan, kaum laki- laki sangat berperan
penting karena saat malam 13 maulud wanita dilarang untuk membantu dalam proses
memasak untuk ritual sesembahan yang akan dilabuhkan keesokan siangnya.
Sebelum pelaksanaan larung sesaji ini diadakan selamatan bersih desa yang diikuti
oleh warga Desa Tempel.
2.4 Makna Larung Sesaji
Menurut Nasrullah (2010), makna dari perayaan larung sesaji ini masyarakat
dan para nelayan yang mempercayai dan sudah menjadi keyakinan dengan adanya
penunggu lautan. Pada dasarnya perayaan pelarungan ditempat manapun memiliki
makna yang sama. Makna tersebut ialah sebagai rasa sujud dan bentuk rasa syukur
dan terimakasih atas hasil yang melimpah. Sebagai budaya warisan perayaan larung
sesaji ini sudah ada dari zaman dahulu. Masyarakat meyakini perayaan larung sesaji
ini adalah warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan. Meskipun seiring
berkembangnya zaman dan teknologi yang canggih, perayaan ini masih dilaksanakan.
Makna perayaan larung sesaji ini adalah wujud rasa syukur warga kepada
Allah SWT, yang telah memberikan hasil yang melimpah. Terlebih lagi bagi

masyarakat Desa Tempel dengan dilaksanakannya perayaan larung sesaji, diyakini
bahwa dapat menghindari warga dari berbagai macam wabah penyakit. Berdasarkan
sumber dari sesepuh desa mengenai makna larung sesaji. Makna larung sesaji dalam
pandangan masyarakat pesisir pantai Ngliyep mempunya arti, yaitu larung sesaji bagi
masyarakat desa pesisir dikenal dengan 14 Maulud karena acara ini sangatlah sakral
dalam bentuk rasa berterimakasih dan bersyukur kepada Allah SWT.

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Pantai
Ngliyep Desa Tempel Kabupaten Malang Jawa Timur berdasarkan bahasan
dan tujuan, makan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.Tradisi larung sesaji di daerah manapun memiliki makna yang sama, yakni
bentuk wujud rasa syukur manusia terhadap Allah SWT. Hanya saja bagi
masyarakat pesisir Desa Tempel juga bahwa untuk menhidari warga dari
berbagai macam wabah penyakit. Simbol yang digunakan saat perayaan
larung sesaji adalah kepala kambing dan darah.
2.Larung sesaji dilihat dari segi kearifan lokal bahwa sebagai pembelajaran
untuk masyarakat nelayan pesisir pantai. Karena sebelum perayaan larung
sesaji, nelayan dilarang untuk melaut selama beberapa hari dengan tujuan
untuk menjaga kelestarian ekosistem laut agar tidak habis.
3.Budaya warisan yang ditinggalkan nenek moyang yaitu budaya larung sesaji
ini agar dikenalkan dan dilaksanakan terus menerus setiap tahun agar tidak
hilang. Dengan adanya perayaan larung sesaji juga mendapatkan hal positif
yaitu meningkatkan perekonomian dengan cara berdagang pada hari tersebut.
3.1 Saran
Pemerintah Kabupaten Malang atau Dinas Kebudayaan Kabupaten Malang
mampu memberikan dukungan baik itu materi dan moril kepada pihak-pihak yang

bersangkutan agar kelestarian kebudayaan lokal yang ada di Desa Tempel tepatnya di
Pantai Ngliyep terjaga kelestariannya hingga anak cucu kelak nantinya. Serta lebih
mengembangkan mengenai pelaksanaan perayaan larung sesaji melalui media sosial
resmi sehingga dapat diketahui dengan mudah oleh siapa saja dan tradisi ini lebih
dikenal lagi dan lebih meramaikan pelaksanaan pelarungan. Agar tradisi Upacara
Labuhan yang di dalamnya terdapat makna nilai-nilai kearifan lokal tersebut
masyarakat dan pemerintahan setempat mampu menjadikan sebuah pembelajaran
dan tolak ukur kehidupan berbangsa dan bernegara. Agar Pemerintahan Desa lewat
Karang Taruna Yuana Abadi mampu dan dapat meningkatkan hal yang positif lagi
untuk menunjang kemajuan kebudayaan lokal dengan terus meningkatkan tujuannya
yaitu melestarikan berbagai peninggalan nenek moyang yang menjadi kebudayaan
lokal di Desa Tempel, walaupun terdapat beberapa kendala.

DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Abdurrahmat Fathoni, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Rineka Cipta
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2007. Memberdayakan Kearifan Lokal bagi
Komunitas Terpencil
Fathoni, Abdurrahman. 2006. Antropologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta
Nasruddin, dkk. 2011. Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi. Jakarta. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan
Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia.
Nasrullah, Dede, (2010). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filasafati.
Jakarta
Said, Hidayat. 2014. Faktor Determinan Konflik Agraria Di Desa Setrojenar Kecamatan
Bulus Pesantren Kebumen. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Universitas Diponogoro. Semarang.
Vol. 1, No. (2), Hal : 1-10
Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta
Sumber Internet:
Researchgate. (2020). Keselarasan Kearifan Lokal Dengan Nilai Keislaman Pada
Tradisi Labuhan Gunung Kombang di Kabupaten Malang.
https://www.researchgate.net/, diakses pada tanggal 22 Desember 2018
Onesearch. (2019). Makna simbolis upacara tradisi larung sesaji (petik laut) di
Pantai Sendang Biru Kabupaten Malang sebagai kajian folklore.
https://mill.onesearch.id/, diakses pada tanggal 22 Desember 2018

IlmuSeni. (2019). Adat Istiadat Suku Jawa Upacara Larung Sesaji dan
Penjelasannya. https://ilmuseni.com/, diakses pada tanggal 22 Desember
2018