Menjelaskan Cara Rasulullah menata kepemimpinan Negara dalam islam
Size: 580.37 KB
Language: none
Added: Oct 04, 2025
Slides: 35 pages
Slide Content
MUHAMMAD SAW SEBAGAI NABI DAN PEMIMPIN KH. M. SHIDDIQ AL-JAWI
1. DUA KEDUDUKAN NABI MUHAMMAD SAW. 2. DALIL-DALIL DUA KEDUDUKAN NABI SAW. 3. KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW. 4. MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU. POKOK BAHASAN
DUA KEDUDUKAN NABI MUHAMMAD SAW POKOK BAHASAN #1
DUA KEDUDUKAN NABI MUHAMMAD SAW Dalam kitab Nizhamul Al- Hukmi fi Al-Islam , karya Syekh Taqiyuddin An- Nabhani dan Syekh Abdul Qadim Zallum , dijelaskan bahwa : فَكَانَ يَتَوَلَّى النُّبُوَّةَ وَالرِّساَلَةَ، وَكَانَ فِي نَفْسِ الْوَقْتِ يَتَوَلَّى مَنْصِبَ رِئَاسَةِ الْمُسْلِمِينَ فِي إِقَامَةِ أَحْكَامِ الْإِسْلَامِ “Jadi dulu (Muhammad SAW) memegang kedudukan kenabian dan kerasulan , dan pada saat yang sama beliau memegang kedudukan kepemimpinan umat Islam dalam menegakkan hukum-hukum Islam." ( Taqiyuddin An- Nabhani & Abdul Qadim Zallum , Nizhām Al- Hukm fi Al-Islām , hlm . 116-117).
DUA KEDUDUKAN NABI MUHAMMAD SAW Berdasarkan kutipan tersebut , jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW itu mempunyai dua kedudukan ( المنصب ), yaitu : Pertama , kedudukan sebagai nabi dan rasul, disebut ( مَنْصِبُ النُّبُوَّةِ وَالرِّساَلَةِ ). Kedua , kedudukan sebagai pemimpin ( atau penguasa bagi kaum Muslimin, disebut ( مَنْصِبُ رِئَاسَةِ الْمُسْلِمِينَ )
DUA KEDUDUKAN NABI MUHAMMAD SAW Jadi para nabi dan rasul itu dari segi apakah dia berkedudukan sebagai pemimpin atau tidak , selain sebagai nabi , ada 2 (dua) kategori : PERTAMA , ada nabi atau rasul yang hanya menjadi NABI, tetapi tidak memegang KEPEMIMPINAN/KEKUASAAN. Seperti Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS. KEDUDUKAN , ada nabi atau rasul yang selain menjadi NABI, sekaligus memegang KEPEMIMPINAN/KEKUASAAN. Seperti Nabi Dawud AS dan Nabi Sulaiman AS. ( Taqiyuddin An- Nabhani , Al- Syakhshiyyah Al- Islamiyyah , Juz II, hlm . 76-77).
AGAMA DAN KEKUASAAN SEPERTI SAUDARA KEMBAR Jadi Nabi Muhammad SAW itu nabi yang bertugas menyampaikan wahyu dari Allah kepada manusia , dan pada saat yang sama beliau berkedudukan sebagai pemimpin / penguasa , yang bertugas menerapkan hukum-hukum Islam. Dengan perkataan lain, antara agama ( al- diin ) dan kekuasaan ( as- sulthan ), dalam Islam itu , adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan . Agama dan kekuasaan itu adalah bagaikan dua saudara kembar ( التوأمان ) , sebagaimana perkataan Imam Ghazali dalam kitabnya Al- Iqtishad fi Al- I’tiqad .
AAGAMA DAN KEKUASAAN SEPERTI SAUDARA KEMBAR Imam Al-Ghazali mengumpamakan agama dan kekuasaan seperti dua saudara kembar : اَلدِّيْنُ وَالسُّلْطاَنُ تَوْأَمَانِ ، اَلدِّيْنَ أُسٌّ وَالسُّلْطاَنُ حاَرِسٌ وَمَا لَا أُسَّ لَهُ فَمَهْدُوْمٌ ، وَمَا لَا حاَرِسَ لَهُ فَضائِعٌ “Agama dan kekuasaan seperti dua saudara kembar , agama adalah asas dan kekuasaan adalah penjaganya . Apa saja yang tidak mempunyai asas maka dia akan runtuh , dan apa saja yang tidak mempunyai penjaga maka dia akan hilang .” ( Imam Al-Ghazali, Al- Iqtishād fi Al- I’tiqād , hlm . 292-293 )
DALIL-DALIL DUA KEDUDUKAN NABI SAW POKOK BAHASAN #2
DALIL-DALIL DUA KEDUDUKAN BAGI NABI SAW Dalam kitab Nizhamul Al- Hukmi fi Al-Islam , Syekh Taqiyuddin An- Nabhani dan Syekh Abdul Qadim Zallum , menjelaskan bahwa : PERTAMA , ada nash-nash Al-Qur`an yang menunjukkan Nabi Muhammad itu bertugas menyampaikan wahyu dari Allah SWT kepada manusia . Ini menunjukkan kedudukan NUBUWWAH ( Kenabian ) . KEDUA , ada nash-nash Al-Qur`an yang menunjukkan Nabi Muhammad itu bertugas menerapkan hukum-hukum Islam yang sudah turun sebelumnya . Ini menunjukkan kedudukan RI’ASAH ( Kepemimpinan / Kekuasaan ) . ( Taqiyuddin An- Nabhani & Abdul Qadim Zallum , Nizhām Al- Hukm fi Al-Islām , hlm . 118).
DALIL-DALIL DUA KEDUDUKAN BAGI NABI SAW Contoh nash Al-Qur`an yang menunjukkan Nabi Muhammad itu bertugas menyampaikan wahyu kepada manusia dari Allah SWT yang turun kepada beliau . Firman Allah SWT : يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ “ Hai Rasul (Muhammad) , sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. ” (QS. Al- Ma`idah : 67) .
DALIL-DALIL DUA KEDUDUKAN BAGI NABI SAW Contoh nash Al-Qur`an yang menunjukkan Nabi Muhammad itu bertugas menerapkan hukum-hukum Islam yang sudah turun kepada beliau sebelumnya . Firman Allah SWT : فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ “Maka putuskanlah (Muhammad) perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Allah dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu .” (QS. Al- Ma`idah : 48) .
POKOK BAHASAN #3 KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW
KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW Kita umat Islam wajib menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai suri teladan yang baik ( uswah hasanah ) sesuai firman Allah SWT : لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا “ Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab : 21) .
KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW Pertanyaannya , dari dua kedudukan Nabi SAW tersebut , sebagai nabi dan pemimpin , manakah yang wajib hukumnya kita teladani ? Jawabannya , kedudukan sebagai pemimpin ( penguasa ), itulah yang wajib diteladani oleh umat Islam. Kedudukan sebagai pemimpin ( penguasa ) inilah yang dilanjutkan oleh para khalifah setelah beliau wafat . Adapun kedudukan sebagai nabi , jelas bukan pada tempatnya kita meneladani beliau , karena beliau adalah nabi atau rasul terakhir ( khatamun nabiyyin ).
KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW Firman Allah SWT : مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنۡ رِّجَالِكُمۡ وَلٰـكِنۡ رَّسُوۡلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَ ؕ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمًا ” Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu , tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi ( khatamun nabiyyin ) . Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu .” (QS. Al-Ahzab : 40)
KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW Nabi Muhammad SAW menjelaskan : كَانَتْ بَنُو إسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الأنْبِيَاءُ، كُلَّما هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ، وإنَّه لا نَبِيَّ بَعْدِي، وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ فَتَكْثُرُ ” Dahulu Bani Israil dipimpin dan diatur segala urusannya oleh para nabi . Setiap kali seorang nabi wafat , dia digantikan nabi lainnya . Dan sesungguhnya tak ada lagi nabi sesudahku , yang ada adalah para khalifah dan jumlah mereka akan banyak …” (HR Muslim, no 1842).
KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW Hadits Nabi SAW tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa : Pertama , tidak ada lagi nabi lagi setelah Nabi SAW meninggal . Ini artinya , kedudukan pertama bagi Nabi SAW, yaitu kedudukan kenabian dan kerasulan ( manshib al- nubuwwah wa al- risâlah ) dengan mendapat wahyu langsung dari Allah, telah berakhir dengan wafatnya Nabi SAW. Kedua , akan ada khalifah-khalifah setelah wafatnya Nabi SAW. Ini artinya , kedudukan kedua bagi Nabi SAW, yaitu kedudukan kepemimpinan ( manshib al- ri`âsah ), tidaklah berakhir , melainkan digantikan dan diteruskan oleh para khalifah setelah wafatnya Nabi SAW.
KONSEKUENSI DUA KEDUDUKAN NABI SAW Para penerus Nabi SAW dalam kedudukan beliau sebagai pemimpin ( manshib al- ri`âsah ) itu , dinamakan KHALIFAH . Sedang sistem pemerintahan yang dipimpin oleh para Khalifah yang menjadi penerus beliau itu , dinamakan KHILAFAH. Khilafah itulah yang meneruskan kedudukan Nabi SAW sebagai pemimpin ( manshib al- ri`âsah ) , yaitu menegakkan hukum-hukum Islam.
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU POKOK BAHASAN #4
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Banyak persepsi keliru , antara lain persepsi seolah-olah Islam adalah agama sekuler , yaitu agama yang terpisah dari kekuasaan . Alasannya Muhammad SAW itu murni hanyalah seorang Nabi, yang tugasnya memberi peringatan ( wahyu ) kepada manusia , bukan sebagai penguasa yang punya hak paksa . Ini adalah pendapat Ali Abdur Raziq dalam kitabnya Al-Islam wa Ushul Al- Hukm .
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Dalil pendapat ini , adalah ayat-ayat yang membatasi fungsi Nabi Muhammad SAW sebagai nabi penyampai wahyu saja , seperti firman Allah SWT : إِنْ عَلَيْكَ إِلَّا ٱلْبَلَٰغُ ۗ “ Kewajibanmu (Muhammad) tidak lain hanyalah menyampaikan ( risalah ).” (QS. Asy-Syura : 48). Dalil lainnya menurut persepsi itu , bahwa Muhammad SAW tidak punya hak untuk memaksa , yang merupakan hak seorang penguasa , sebagaimana firman Allah SWT : لَّسْتَ عَلَيْهِم بِمُصَيْطِرٍ “Kamu (Muhammad) bukanlah orang yang berkuasa atas mereka .” (QS. Al- Ghasyiyah : 22).
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU JAWABAN : Pendapat tersebut BATIL, karena ayat-ayat tersebut adalah ayat-ayat MAKKIYAH , yang memang benar pada saat sebelum hijrah , Nabi Muhammad SAW hanyalah seorang nabi , belum mempunyai kekuasaan . Tetapi setelah beliau berhijrah ke Madinah, turunlah ayat-ayat MADANIYAH , yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk menerapkan hukum . Misal QS Al-Maidah : 48, 49, dst . Jadi setelah hijrah , beliau mendapat tambahan tugas sebagai penguasa , di samping sebagai nabi .
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Contoh persepsi keliru lainnya , seolah-olah Nabi SAW adalah orang yang menghindarkan diri ( zuhud ) dari kekuasaan , jadi beliau itu hanya nabi bukan penguasa . Dengan alasan a.l : Pertama , Nabi SAW pernah ditawari beberapa hal oleh kaumnya , antara lain kekuasaan , tapi Nabi SAW menolaknya . Kaumnya berkata : وَإِنْ كُنْتَ تُرِيدُ بِهِ م ُ ل ْ كًا مَلَكْنَاكَ عَلَيْنَا “Jika kamu menghendaki kekuasaan , kami akan jadikan kamu berkuasa atas kita .” ( Sirah Ibnu Hisyam , Juz I, hlm . 293).
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Kedua , Nabi SAW pernah didatangi seorang laki-laki , lalu dia gemetar melihat haibah ( kewibawaan ) Nabi SAW. Nabi SAW berkata kepadanya : ه َ و ِّ نَ عَلَيْكَ، فَإِنِّي لَسْتُ بِمَلِكٍ، إِنَّمَا أَنَا ابْنُ امْرَأَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ كَانَتْ تَأْكُلُ الْقَدِيدَ “ Tenanglah kamu , karena aku bukanlah seorang raja, aku hanyalah anak seorang perempuan dari Quraisy yang dulunya suka makan dendeng .” (Ibnu Sa’ad, Al- Thabaqat Al-Kubra , Juz I, hlm . 23).
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU JAWABAN : Pendapat tersebut BATIL, karena 3 ( tiga ) alasan sbb : PERTAMA , karena yang ditawarkan kepada Nabi SAW adalah kekuasaan yang mensyaratkan Nabi SAW meninggalkan dakwah Islam . Jadi Nabi SAW menolak kekuasaan yang ditawarkan kaumnya itu bukan karena menolak kekuasaannya itu sendiri , melainkan karena kekuasaan yang mensyaratkan sesuatu yang batil , yaitu Nabi SAW harus meninggalkan dakwah Islam.
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU JAWABAN : Padahal segala macam persyaratan yang bertentangan dengan Islam, maka persyaratan itu statusnya adalah batil , sesuai sabda Nabi SAW : مَا كَانَ مِنْ شَرْطٍ لَيْسَ فِي كِتَابِ اللَّهِ فَهُوَ بَاطِلٌ وَإِنْ كَانَ مِئَةَ شَرْطٍ “ Setiap-tiap syarat yang bertentangan dengan Kitabullah , maka dia adalah batil , walupun ada seratus syarat .” (HR. Muslim, no. 1504).
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU JAWABAN : Adanya persyaratan batil itu dapat diketahui dari perkataan Nabi SAW kepada pamannya Abu Thalib RA yang menunjukkan keteguhan beliau mengemban dakwah Islam: يَا عَمُّ، وَاللَّهِ لَوْ وَضَعُوا الشَّمْسَ فِي يَمِينِي، وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الْأَمْرَ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللَّهُ، أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ، مَا تَرَكْتُهُ “ Wahai paman , demi Allah, jika mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku , dengan syarat aku meninggalkan urusan ini sampai Allah memenangkan urusan ini , atau aku binasa karenanya , maka aku tidak akan meninggalkannya .” ( Sirah Ibnu Hisyam , Juz I, hlm . 266).
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU KEDUA , karena walaupun Nabi SAW menyatakan beliau bukan raja ( malik ), bukan berarti Nabi SAW anti kekuasaan atau tidak menghendaki kekuasaan . Jadi Nabi SAW ketika menyatakan dirinya bukan raja, maksudnya bukan berarti beliau itu menolak kekuasaan , melainkan hanya sekedar menegaskan bahwa beliau bukan orang yang kejam , yang suka berbuat kerusakan di muka bumi , sebagaimana umumnya perilaku raja-raja ketika dia berkuasa .
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Perhatikan ayat berikut , yang menunjukkan ciri-ciri raja, yaitu kejam dan suka berbuat kerusakan di muka bumi , sebagaimana firman Allah SWT : ق َالَتْ إِنَّ ٱلْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا۟ قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا وَجَعَلُوٓا۟ أَعِزَّةَ أَهْلِهَآ أَذِلَّةً ۖ وَكَذَٰلِكَ يَفْعَلُونَ “Dia (ratu semut ) berkata ," Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya , dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina ; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat .” (QS An- Naml : 34)
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU KETIGA , tidaklah benar Nabi SAW merupakan figur yang anti kekuasaan atau tidak menghendaki kekuasaan . Yang beliau tolak adalah kekuasaan yang tidak mengabdi kepada Islam. Adapun jika kekuasaan itu diabdikan kepada Islam, yakni demi tegaknya Islam, maka kekuasaan seperti ini justru sangat diinginkan oleh Nabi SAW. Ini terbukti Nabi SAW sendiri pernah berdoa kepada Allah SWT, agar diberi karunia berupa sulthan Nashira , yaitu kekuasaan yang akan dapat menolong agama Islam. Lihat QS Al-Isra` : 80.
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Sungguh Nabi SAW sebelum hijrah pernah berdoa kepada Allah SWT agar diberi kekuasaan yang menolong agama Islam ( sulthānan nashīrā ). Firman Allah SWT : وَقُل رَّبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَل لِّي مِن لَّدُنكَ سُلْطَانًا نَّصِيرًا " Katakanlah (Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku (ke tempat dan keadaan apa saja) dengan cara yang benar, keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(-ku) ( sulthānan nashīrā ) ." (QS Al-Isra` : 80).
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Pengertian سُلْطَانًا نَّصِيرًا ( sulthānan nashīrā ) dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir : قَالَ قَتَادَةُ : عَلِمَ نَبيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهُ وَسَلَّمَ أَنْ لَا طَاقَةَ لَهُ بِهَذَا الأَمْرِ إِلَّا بِسُلْطاَنٍ [ نَصِيْرٍ ] فَسَأَلَ سُلْطَانًا نَصِيْرًا : كِتابَ اللَّهِ وَحُدودَهُ وَإِقامَةَ دِيْنِهِ . “ Qatadah berkata ,’ Nabiyullah SAW telah mengetahui bahwa beliau tidak punya kemampuan menegakkan urusan ini (agama Islam) kecuali dengan kekuasaan (yang menolong ), maka Nabi SAW memohon kekuasaan yang menolong itu , yakni yang menolong Kitabullah , hudūd -Nya, dan penegakan agama-Nya ." ( Tafsir Ibnu Katsir , Juz IX, hlm . 67 ).
MELURUSKAN PERSEPSI KELIRU Doa tersebut dikabulkan oleh Allah, ketika Rasulullah SAW berhijrah ke Madinah (622 M), dan mendapat kekuasaan ( as- sulthān ) untuk melaksanakan agama Islam secara kaffāh ( keseluruhan ). Firman Allah SWT: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةًۖ وَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ " Wahai orang-orang yang beriman , masuklah kamu ke dalam Islam ( kedamaian ) secara menyeluruh dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan ! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu ." (QS Al-Baqarah : 208). Wallahu a’lam .
و الله أعلم بالصواب Wallahu a’lam bish-shawab www.fissilmi-kaffah.com www.shiddiqaljawi.com