peran orang tua dalam pembentukan karakter anak.df

dina8464 22 views 34 slides Nov 28, 2024
Slide 1
Slide 1 of 34
Slide 1
1
Slide 2
2
Slide 3
3
Slide 4
4
Slide 5
5
Slide 6
6
Slide 7
7
Slide 8
8
Slide 9
9
Slide 10
10
Slide 11
11
Slide 12
12
Slide 13
13
Slide 14
14
Slide 15
15
Slide 16
16
Slide 17
17
Slide 18
18
Slide 19
19
Slide 20
20
Slide 21
21
Slide 22
22
Slide 23
23
Slide 24
24
Slide 25
25
Slide 26
26
Slide 27
27
Slide 28
28
Slide 29
29
Slide 30
30
Slide 31
31
Slide 32
32
Slide 33
33
Slide 34
34

About This Presentation

penelitian sosial tentang materi sosiolog8


Slide Content

PERAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN
KARAKTER ANAK
Guru pembimbing:
BURHAN MUSTOFA,S.Pd.I.,M.Pd
OLEH :
DINA APRILIA
X3
SMAN 1 MERAKSA AJI
JL.Raya Bina Bumi, No 4 kec. Meraksa Aji,
kab. Tulang Bawang 34593 2024
Penelitian Sosial

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan karunia-Nya, makalah yang berjudul
"Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak" ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun sebagai
bagian dari tugas mata pelajaran sosiologi, yang diharapkan
dapat memberikan wawasan lebih mendalam mengenai
pentingnya peran orang tua dalam perkembangan karakter anak.
Saya mengucapkan terima kasih kepada guru mata pelajaran
sosiologi atas bimbingan dan arahannya selama proses
penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada keluarga, teman-teman, dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan baik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah ini
di masa mendatang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan tambahan, khususnya mengenai
pengaruh sikap orang tua terhadap pembentukan karakter anak.
Tulang Bawang , Oktober 2024
Dina Aprilia
KATA PENGANTAR
i

DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................
...........................................................................
........................................................
BAB I PENDAHULUAN
ii
i
1
a.latar belakang masalah
...................................................
1
b.Rumusan Masalah
..............................................................
3
c.Metode Penelitian
...............................................................
3
BAB II PEMBAHASAN
a.pengertian orang tua
b.pengertian karakter anak
d.apa pengaruh keharmonisan hubungan antara
orang tua dan anak terhadap pembentukan karakter
anak
c.bagaimana cara orang tua menyeimbangkan
sikap disiplin dan kasih sayang dalam mendidik anak
BAB III PENUTUP
a.kesimpulan
b.saran
BIOGRAFI
DAFTAR PUSTAKA
..................................................
.......
...........................................................................
...............................................................
......................................................................
..............................................................................
...............................................................
........................................................
4
11
21
26
28
29
30
31

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Orangtua berperan penting dalam perkembangan anak dan
memiliki pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian
anak. Pembelajaran ilmu agama, nila-nilai budi pekerti serta
norma-norma dalam kehidupan masyarakat diberikan kepada
anak agar mereka menjadi seseorang yang baik di masa yang
akan datang. Maka dari itu betapa pentingnya peranan
orangtua dalam menerapkan pola asuh yang akan digunakan
dalam mendidik dan membentuk kepribadian anaknya.
Pembentukan kepribadian seseorang bermula sejak hari
pertama orang itu dilahirkan dari kandungan ibunya. Anak
yang baru lahir (bayi) mengalami proses sosialisasi yang paling
pertama adalah di dalam keluarga. Dari sinilah anak pertama
kali mengenal lingkungan sosial dan budayanya, juga
mengenal seluruh anggota keluarganya.
Orangtua adalah pembina pribadi yang pertama dalam
hidup anak.
Anak akan melihat bagaimana cara orangtuanya
memperlakukan mereka,
tingkah laku orangtua akan membekas dalam diri anak
sehingga akan
mempengaruhi Kepribadian anak itu sendiri.
1

Lingkungan keluarga, tempat seorang anak tumbuh dan berkembang
akan sangat perpengaruh terhadap kepribadian seorang anak. Terutama
dari cara orangtua mengasuh, mendidik dan membesarkan anaknya.
Pengaruh orangtua dan keluarga cukup besar terhadap kepribadian
anak. Apakah anak akan mempunyai konsep tentang dirinya yang realistik
atau tidak, apakah ia akan memandang dirinya
kurang atau lebih dibanding dengan orang lain, sangat ditentukan oleh
perlakuan orang tua terhadap anaknya. Hubungan orangtua dengan
sesama mereka juga mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak. Hubungan
yang serasi, penuh pengertian dan kasih sayang, akan membawa kepada
pembinaan pribadi yang tenang, terbuka dan mudah dididik.
Di era modern ini, perubahan pola hidup dan tekanan sosial sering kali
mengubah cara orang tua mendidik anak mereka. Banyak orang tua yang
sibuk bekerja sehingga kurang mampu memberikan perhatian yang cukup
pada anak. Di sisi lain, peran teknologi dan media juga turut memengaruhi
interaksi antara orang tua dan anak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran
bahwa karakter anak-anak zaman sekarang lebih rentan terhadap
pengaruh eksternal yang negatif jika orang tua tidak mampu memberikan
sikap yang tepat dalam mendidik mereka.
Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana sikap orang tua,
baik dalam bentuk pola asuh, interaksi sehari-hari, maupun cara mereka
menghadapi konflik, dapat memengaruhi pembentukan karakter anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi lebih lanjut pengaruh sikap
orang tua terhadap karakter anak, serta memberikan solusi untuk
membantu orang tua dalam menerapkan sikap yang mendukung
perkembangan karakter anak yang positif dan sehat.
2

B.Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara orang tua menyeimbangkan sikap disiplin
dan kasih sayang dalam mendidik anak?
2. Apa pengaruh keharmonisan hubungan antara orang tua dan
anak terhadap pembentukan karakter anak?
C.Metode penelitian
Metode Kualitatif
Metode ini biasa digunakan untuk meneliti kondisi objek yang
alami. Di mana analisis datanya bersifat induktif. Dan teknik
pengumpulan datanya dilakukan secara triangulasi atau
gabungan.
Pendekatan Penelitian
Deskriptif: Penelitian ini bersifat deskriptif, karena tujuan
utamanya adalah menggambarkan atau menjelaskan konsep
atau fenomena yang ada berdasarkan literatur yang sudah ada.
Kajian pustaka
Kajian pustaka bukan merupakan metode penelitian atau jenis
penelitian, melainkan merupakan bagian dari metode
pengumpulan data dalam penelitian. Kajian pustaka adalah
proses mengumpulkan dan menganalisis literatur yang relevan
dengan topik penelitian untuk memberikan dasar teoretis dan
pemahaman tentang penelitian terdahulu.
3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian orang tua
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “ Orang tua
adalah ayah ibu kandung”. Selanjutnya A. H. Hasanuddin menyatakan
bahwa,“Orang tua adalah ibu bapak yang dikenal mula pertama oleh
putra putrinya”. Dan H.M Arifin juga mengungkapkan bahwa “Orang
tua menjadi kepala keluarga”. Orang tua merupakan pendidik utama
dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak
mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama
dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya pendidikan
dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan
pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena
secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan
alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud
berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi
secara timbal balik antara orang tua dan anak - anaknya adalah
pendidikan yang didasarkan pada rasa kasih sayang terhadap anak-
anak, dan yang diterimanya dari kodrat. Orang tua adalah pendidik
sejati, pendidik karena kodratnya. Oleh karena itu, kasih sayang orang
tua terhadap anak-anak hendaklah kasih sayang yang sejati pula.
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang
terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah
yang selalu di sampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum,
memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah
sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada
anggota keluarga lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan
dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang
ibu hendaklah seorang yang bijaksana dan pandai mendidik anak-
anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik
bangsa. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan
pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap
anaknya akan berpengaruh besar terhadap perkembangan dan watak
anaknya di kemudian hari.
4

Orang tua bertanggung jawab bukan hanya dalam membentuk anak yang
unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga dalam jati
diri yaitu memiliki kepribadian yang baik melalui penanaman nilainilai
karakter pada anak. Setiap orang tua hendaklah mampu menjadi tauladan
bagi anak yang secara terus menerus menjelaskan dan mengatur tentang
nilai-nilai karakter yang baik pada anak. Orang tua dituntut untuk
senantiasa berusaha membina serta membangun hubungan kerjasama
yang baik dengan anak guna mewujudkan bimbingan yang efektif dan
efisien dalam mewujudkan anak yang memiliki karakter.
Sebagaimana yang di kemukakan oleh Ahmad Subandi dan
SalmaFadhlullah, orangtua juga mempunyai peran yang sangat penting dan
kewajiban yanglebih besar terhadap pendidikan anak, bahkan nasib
seorang anak itu sampai batastertentu berada pada tangan kedua orang
tuanya, hal ini terkait tingkat pendidikan,sejauh mana mereka
memberiakan perhatian dan mendidik dan mengajarkan
anakanaknya.21Masa anak usia dini merupakan masa yang menuntut
perhatian ekstrakarena masa ini merupakan masa yang cepat dan mudah
dilihat serta diukur. Masaini sering disebut dengan istilah The golden age,
yakni masa keemasan dimana masasegala kelebihan dan keistimewaan
yang dimiliki masa ini tidak akan terulang untukkedua kalinya. Itulah masa
ini sering disebut sebagai masa penentu bagi kehidupanselanjutya. Masa
golden age ini sebaiknya dimanfaatkan sebagai masa
pembinaan,pengarahan, pembimbingan, dan pembentukan karakter anak
usia dini. Denganmelakukan pendidikan karakter sejak dini diharapkan
kedepannya anak akan menjadimanusia yang berkpribadian baik sehingga
bermanfaat bagi dirinya sendiri,masyarakat maupun bangsa dan negara.
Apabila rumah dapat membawa pengaruh yang sangat besar terhadap
kehidupan anak, maka wajib kiranya ditanamkan sejak dini dalam jiwa anak
semangat keagamaan dan kemuliaan budi pekerti. Rumah tangga yang baik
ialah rumah tangga yang menerapkan nilai-nilai demokratis didalamnya.
Apabila terdapat suasana akrab dan demokratis dalam satu keluarga,
berarti orang tua tersebut
memperhatikan kepentingan anak dalam merencanakan kegiatan-kegiatan
keluarga
dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengajukan
pendapatnya serta
bertanya tentang kepentingan anak itu sendiri.
5

a. Tugas dan Tanggung jawab Orang Tua
Tanggung jawab orang tua terhadap anak adalah memelihara,
membesarkan,
melindungi, menjamin kesehatannya, mendidik dengan berbagai ilmu
pengetahuan
dan akhlak mulia yang berguna bagi kehidupannya serta membahagiakan
anak hidup
di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Al-Ghazali metode pembinaan akhlak dimulai sejak
masakanak-kanak dan pembinaan tersebut merupakan tugas dan
tanggung jawab ayahterhadap anaknya. Adapun tugas-tugas dan
tanggung jawab tersebut akan dijelaskansebagai berikut :
a) Ayah harus mendidik dan membina anak dan mengajarkan kepada
anaknya
untuk memiliki akhlak terpuji.
b) Ayah tidak dibenarkan memarahi atau memukul anak lantaran
melakukan
kesalahan kecil. Akan tetapi ayah berkewajiban untuk membimbing dan
menasehati anak agar tidak melakukan kesalahan tersebut dan
memberikan
contoh kepada anak mengenai perbuatan yang baik yang harus dilakukan
anak.
c) Melarang anak bersikap sombong, angkuh terhadap teman- temanya.
d) Anak harus dilarang melakukan perbuatan-perbuatan tercela.25
Hal penting lainnya yang juga harus diperhatikan oleh seorang ibu,
adalahupaya pengembangan kepribadian sang anak dan terus
memotivasi mereka untukmandiri, serta tidak mendidik mereka dengan
ketergantungan yang berlebihan.Demikian dikarenakan banyak para ibu
yang takut dan berlebihan terhadap anaknya,melakukan segala sesuatu
pekerjaan anak dan tidak membiarkan mereka untukkreatif
mengerjakannya. Dan suatu sifat manja yang diberikan kepada seorang
anakakan membuat dia tidak mandiri dan selalu bergantungan kepada
orang lain.
6

b.Pola Asuh Orang Tua
Anak merupakan generasi penerus yang siap melanjutkan estafet
perjuanganorang tua. Betapa bahagianya orang tua yang mampu melahirkan
putra-putriberkualitas. Banyak orang tua yang berfikir bahwa anaknya harus
dibekali denganharta dan materi karena dinilainya hanya itu yang akan membuat
anaknya bahagia.
Ketakutan yang berlebihan terhadap kekurangan materi yang diwariskankepada
anak, hanya akan membangun jiwa materialistik. Harta yang berlimpahmenjadi
hambar, jika tidak diimbangi dengan penanaman nilai-nilai kebajikan yangterdapat
dalam Al-qur’an. Banyak orang tua yang meninggalkan warisan hartamelimpah,
kemudian menjadi rebutan anak-anaknya, hingga satu sama lain
salingbermusuhan.
Semua tergantung pada pola asuh orang tuanya. Ada tiga metode penting
dalam menyiapkan generasi masa depan.
a) Senantiasa bersandar kepada aturan-aturan agama, baik dalam Al-qur’an
maupun Hadis Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dua hal inilah yang
harus dijadikan pegangan dalam mendidik anak.
b) Senantiasa bertutur kata baik dan ramah lembut, karena itu akan mampu
membangun konsep diri anak. Sebaliknya, kata-kata buruk hanya akan
menghancurkan kepribadian anak dan konsep diri anak akan menjadi rapuh.
Kata adalah doa, untuk itu orang tua hendaknya memberikan kata-kata
motivasi kepada anaknya sebagai sebagai penyemangat hidup untuk menjadi
orang yang sukses dan mulia. Yang paling penting dan tidak boleh
ditinggalkan adalah bagaimana menanamkan kepada anak-anak nilai-nilai
ketuhanan yang harus diyakini dengan sepenuh hati.
c) Berikan pendidikan yang seimbang kepada anak-anak kita yang dapat
mengantarkannya berbahagia di dunia maupun di akhirat. Pendidikan
seimbang juga memadukan antara pendidikan jasmani dan rohani, serta
pendidikan yang memadukan ilmu ilmu pengetahuan teknologi (Iptek)
dengan iman dan takwa. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan untuk
memenuhi kebahagiaan dunia. Anak-anak dididik untuk menjalankan pola
hidup sehat. Mulai dari membiasakan diri untuk menjaga kebersihan badan
dan lingkungan, serta pola hidup dan pola makan yang baik. Kesehatan bisa
dijadikan sarana untuk untuk senantiasa dekat dengan allah Subhanahu Wa
Taala.
Pendidikan lainnya yang tidak bisa diabaikan adalah pendidikan rohani.
Pendidikan rohani bertujuan untuk mengantarkan anak mencapai kebahagiaan
akhirat. Untuk hal ini, al-qur’an dan hadis sebagai panduan yang tidak
diragukan lagi. Orang tua tidak melupakan pendidikan yang berpijak pada rukun
iman dan rukun islam.
7

c. Metode Pendidikan yang berpengaruh terhadap Anak
a. Pendidikan dengan keteladanan
Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh
danterbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek
moral,spiritual, dan etos sosial anak. Mengingat pendidik adalah seorang figur
terbaikdalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan-santunnya,
disadari atau tidak,akan ditiru oleh mereka. Bahkan bentuk perkataan, perbuatan
dan tindak-tanduknya,akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam
menentukan baik-buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak
mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan
akhlak
mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
bertentangandengan agama. Begitu pula sebaliknya jika pendidik adalah seorang
pembohong,pengkhianat, orang yang kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan
tumbuh dalamkebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut, dan hina.
Seorang anak, bagaimanapun besarnya usaha yang dipersiapkan
untukkebaikannya, bagaimana pun sucinya fitrah, ia tidak akan mampu
memenuhi prinsipprinsip kebaikan dan pokok-pokok pendidikan utama, selama
ia tidak melihat sangpendidik sebagai teladan dari nilai-nilai moral yang tinggi
adalah sesuatu yang sangatmudah bagi pendidik, yaitu mengajari anak dengan
berbagai materi pendidikan, akantetapi adalah sesuatu yang teramat sulit bagi
anak untuk melaksanakannya ketika iamelihat orang yang memberikan
pengarahan dan bimbingan kepadanya tidakmengamalkannya.
b. Pendidikan dengan adat kebiasaan
Termasuk masalah yang sudah ditetapkan dalam syariat Islam, bahwa anaksejak
lahir telah diciptakan dengan fitrah tauhid yang murni, agama yang benar,
daniman kepada Allah. Anak dilahirkan dengan naluri tauhid dan iman kepada
Allah.Dari sini tampak peranan pembiasaan, pengajaran dan pendidikan bagi
pertumbuhandan perkembangan anak dalam menemukan tauhid yang murni,
budi pekerti yangmulia, rohani yang luhur dan etika religi yang lurus.
Tidak ada yang menyangkal, bahwa anak akan tumbuh dengan iman yang
benar, berhiaskan diri dengan etika Islami, bahkan sampai pada puncak nilai-nila
spiritual yang tinggi dan kepribadian yang utama. Jika ia hidup dengan dibekali
duafaktor: pendidikan islami yang utama dan lingkungan yang baik.28
Dalam upaya memperbaiki anak dan meluruskan penyimpangannya
parapendidik hendaknya membedakan antara dua macam usia anak didik.
Demikian pulahalnya dalam upaya pembiasaan dan pembekalan akhlaknya.
Untuk orang dewasaada metode dan tata caranya tersendiri, demikian pula bagi
anak kecil.i
8

c.Pendidikan dengan perhatian/pengawasan
Pendidikan dengan perhatian adalah senantiasa mencurahkan perhatian
penuh dan mengikuti perkembangan aspek aqidah dan moral anak. Islam
dengan keuniversalan prinsipnya dan peraturannya yang abadi memerintah
para bapak, ibu,dan pendidik untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti
serta mengawasi anak - anaknya dalam segala segi kehidupan dan
pendidikan.
sudah menjadi kesepakatan bahwa memperhatikan dan mengawasi anak
yang dilakukan oleh pendidik adalah asas pendidikan yang paling utama.
Mengingat anak akan senantiasa terletak dibawah perhatian dan pengawasan
pendidikan, jika pendidik selalu memperhatikan terhadap segala gerak-gerik,
ucapan, perbuatan dan orientasinya. Jika melihat sesuatu yang baik, dihormati
maka doronglah sang anak untuk melakukannya.a dan jika melihat sesuatu
yang jahat ceagahlah mereka, berilah peringatan dan jelaskanlah akibat yang
membahayakan. Jika pendidik melalaikan anak didiknya, sudah tentu anak
didik akan menyeleweng dan terjeruamus ke jurang
kehancuran dan kebinasaan.
Permasalahan yang harus diketahui oleh para pendidik adalah pendidikan
dengan
perhatian dan pengawasan tersebut tidak hanya terbatas pada satu-dua aspek
perbaikan dalam pembentukan jiwa umat manusia. Tetapi harus mencakup
semua
aspek: keimanan, mental, moral, fisik, spiritual dan sosial. Sehingga pendidikan
dapat menghasilkan buah dalam menciptakan individu muslim yang memiliki
kepribadian matang dan sempurna yang dapat memenuhi hak semua
orang.Para
pendidik juga harus memperhatikan sifat menjaga lisan pada anak. Jika
diketahui
anak mengucapkan kata-kata sumpah, kata-kata kotor dan keji diharap para
pendidik
segera memperbaikinya secara bijaksana, meningkatkan pengawasannya dan
menyelidiki sebab-sebab yang membuat anak berlaku demikian.
d.Pendidikan dengan hukuman
Pendidik hendaknya bijaksana dalam menggunakan cara hukuman
yangsesuai, tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan anak, pendidikan
danpembawaannya. Disamping itu, hendaknya ia tidak segera menggunakan
hukuman kecuali setelah menggunakan cara-cara lain.
9

Pendidik dapat memilih metodeyang paling sesuai untuk mendidik anak
yang dapat memperbaiki penyimpangannya.Terkadang perbaikan cukup
dengan memberikan nasihat yang jelas dan tegas,dengan pandangan sekilas,
keramahtamahan yang lembut, dengan memberikanisyarat atau dengan
melontarkan kata-kata yang menjerakan. Apabila menunjukkankesalahan
dengan salah satu metode ini tidak mendapatkan hasil dalam
upayamemperbaiki anak dan meluruskan problematikanya, maka ketika itu
hendaknya iasecara bertahap beralih kepada yang lebih keras misalnya
dengan mengeluarkankecaman. Jika tidak dianggap maka dengan pukulan
yang tidak membahayakan. Jikatidak berguna juga maka dengan pukulan
yang menyakitkan. Yang paling utama hukuman terakhir ini dilaksanakan
dihadapan keluarga atau teman-temanya.Sehingga dapat dijadikan pelajaran
oleh mereka.
Jika pendidik melihat anaknya setelah diberi hukuman perilakunya
terusmembaik dan lurus, hendaknya ia bersikap lunak, ramah tamah dan
menampilkanmuka yang berseri-seri. Disamping itu agar terkesan bahwa
hukuman itu tidakdimaksudkan untuk menyakitinya, melainkan untuk
kebaikan dan kebahagiaan,kemaslahatan dunia, agama dan akhiratnya.
Anak ketika merasakan bahwa pendidik setelah memberikan
hukumanberbuat baik kepadanya, beramah tamah, berlemah lembut dan
bermuka manis,disamping ia tidak menginginkan dengan hukuman itu
kecuali mendidik danmemperbaikinya. Maka tidak mungkin sang anak
merasa sempit jiwanya danmenyimpang moralnya, minder dan merasa hina.
Tetapi ia akan menanggapiperlakuan baik, menunaikan hendaknya dan
berjalan di jalan orang-orang yang bertakwa.
Pendidikan dengan memberikan hukuman anak akan jera dan berhenti
dariberperilaku buruk. Ia akan mempunyai perasaan dan kepekaan yang
menolakmengikuti hawa nafsunya untuk mengerjakan hal-hal yang
diharamkan. Tanpa ini,anak akan terus-menerus berkubang pada
kemungkaran dan kerusakan.
Jika kita menginginkan kebaikan pada diri anak kebahagiaan bagimasyarakat,
ketentraman bagi negara. Hendaknya metode-metode ini tidakdiabaikan.
Dan hendaknya kita berlaku bijaksana dalam memilih metode yang
palingefektif dalam situasi dan kondisi tertentu
10

B.PENGERTIAN KARAKTER ANAK
Ada beberapa pengertian karakter anak. Kalau kita membicarakan
tentang karakter maka tidak terlepas dengan istilah kepribadian sebab
antara istilah karakter dan kepribadian seringkali digunakan secara
bergantian. Hal itu dikarenakan menurut para Ilmuan Psikologi khusunya
Psikologi Kepribadian bahwa karakter adalah istilah dari kepribadian.
Untuk memperjelas kedua istilah tersebut perlu kiranya melihat definisi
yang diberikan pakar psikologi sebagai berikut:
1.Allport menyatakan bahwa “character is personality eveluated, and
personality is character devaluated” (Allport, 1937). Allport beranggapan
bahwa watak (character)dan kepribadian (personality)adalah satu dan
sama akan tetapi di pandang dari segi yang berlainan; kalau orang
bermaksud hendak mengenakan norma-norma jadi mengadakan
penilaian. Maka lebih tepat dipergunakan istilah “watak”dan kalau
orang tidak memberikan penilaian, jadi menggambarkan apa adanya,
maka dipakai istilah kepribadian.
2.Abin Syamsuddin Makmun mengatakan bahwa karakter adalah satu
aspek dari kepribadian, dimana karakter adalah konsekuen tindakannya
dalam mematuhi etika perilaku, konsisten atau teguh tidaknya dalam
memegang pendidikan atau pendapat.
3.Menurut Alwisol karakter adalahpenggambaran tingkah laku dengan
menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit maupun
implisit.
Karakter berbeda dengan kepribadian kerena pengertian kepribadian
dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian
(personality)maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditujukan
kelingkungan sosial, keduanya relatif permanen serta menuntun,
mengerahkan dan mengorganisasikan aktifitas individu.
11

Menurut Wyne (1991) kata karakter berasal dari bahasa
Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan
bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku. Oleh sebab itu, seseorang yang
berprilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai
orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang
berprilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang
yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya
dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa
disebut orang yang berkarakter (a person of character)
apabila prilaku sesuai dengan kaidah moral.
Brendt mengemukakan bahwa moral adalah prinsip dasar
untuk menentukan prilaku. Prinsip ini berkaitan dengan sanksi
atau norma-norma yang berlaku di masyarakat, baik norma
hukum, agama, sosial dan kesopanan. Sedangkan menurut
Menurut Megawangi karakter berbeda dengan moral dimana
moral lebih cenderung pada pengetahuan seseorang
terhadap nilai-nilai yang benar dan nilai-nilai yang salah
serta tergantung dengan kondisi masyarakatnya sedangkan
karakteradalah tabiat seseorang yang langsung di-drive dari
otak namun dapat dibimbing kearah yang lebih baik dengan
pembiasaan (habituasi).
Oleh karenanya dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
gambaran tingkah laku atau prilaku seseorang yang dinilai
dengan norma-norma dalam masyarakat. Pengertian
karakter anak adalah gambaran tingkah laku anak yang
dapat dinilai dari norma-norma dalam lingkungan
masyarakat.
12

Karakter anak merupakan akhlak yang dibentuk oleh ayah bundanya. Masa
pembentukan karakter yang paling penting adalah sejak anak lahir sampai berusia
lima tahun, usia tersebut sering diistilahkan dengan usia emas (the golden age).
Bahkan sebelum lahir pun (masih berada dalam kandungan), calon anak dapat
dibentuk karakternya.
Begitu pentingnya usia emas bagi anak, banyak orang tua yang menghabiskan
sebagian besar waktu dan hartanya untuk berusaha memahami betul apa dan
bagaimana memanfaatkan waktu emas itu guna memberikan yang terbaik bagi
buah hatinya. Semua dilakukan demi kebaikan dan untuk memaksimalkan potensi
anak mereka. Dengan harapan, anak mempunyai karakter atau akhlak yang baik
dan mendapat keberhasilan dalam kehidupannya.
Setiap anak lahir membawa fitrahnya. Anugerah dari Allah tersebut sama bagi
semua manusia, artinya setiap manusia yang dilahirkan telah dianugerahi fitrah
dasar kebaikan oleh Allah. Fitrah dapat berarti kesucian jiwa, pengakuan atas
kemahaesaan Allah dan sifat atau karakter terpuji. Apakah fitrah dasar ini
dikembangkan atau tidak, dioptimalkan atau justru direndahkan, semua tergantung
pada usaha orang tuanya.
Fitrah berbeda dengan karakter. Fitrah adalah bawaan lahir. Anak yang dilahirkan
ke dunia ini ibarat kertas putih, dia suci dan polos. Itulah fitrah manusia. Sementara
itu, karakter adalah bagaimana orang tua dan keluarganya mencoret kertas putih
tersebut. Apakah dicoret dengan warna kekerasan dan rasa dendam atau
kebaikan demi kebaikan.
Untuk dapat mengoptimalkan karakter anak, perlu dipahami dulu bagaimana
sebenarnya karakter anak. Secara umum, karakter anak terbagi menjadi tiga.
Karakter anak yang baik dan mudah, anak yang tengah-tengah, dan anak yang
sulit. Irawati Istadi dalam buku Mendidik dengan Cinta, membagi tipe anak menjadi
tiga, yaitu anak yang mudah, anak yang perlu pemanasan, dan anak yang sulit. Apa
dan bagaimana anak yang mudah, tengah-tengah dan yang sulit itu? Berikut
ulasannya.
13

Pertama, anak yang mudah. Makna mudah pada karakter anak ini adalah mudah
diarahkan, dikasih tahu, memahami perintah, bergaul dengan temannya, dan
mewujudkan perilaku dari apa yang diketahuinya. Biasanya anak seperti ini memiliki
keberanian dan terbuka. Ketika mendapatkan pertanyaan dari orang lain akan
dijawab sesuai dengan apa yang dia tahu. Kalau berada di lingkungan baru, cepat
beradaptasi dan tidak canggung bergaul dengan teman barunya.
Betapa senang orang tua yang memiliki buah hati berkarakter mudah seperti ini,
tidak merepotkan, mudah mengarahkan dan mempunyai teman yang banyak. Ayah
bundanya akan bangga melihat anaknya (yang masih berusia dini) selalu mandi
tepat waktu tanpa dipaksa dan disuruh, mampu merapikan tempat tidurnya sendiri,
berangkat sekolah tanpa didampingi, mengingatkan waktu shalat kepada orang
tuanya, dan berbagai kepatuhan yang lain.
Anak berkarakter mudah lebih cenderung aktif dan tidak mengalami kesulitan
dalam beradaptasi. Kalau tidak diperhatikan secara persuasif, akan menjadi
bumerang bagi dirinya. Keaktifan yang tak terarah, akan mengakibatkan anak
destruktif. Biasanya anak aktif berusaha mencoba hal yang baru, semisal
memasukkan jarinya ke stop kontak listrik, ke dalam putaran kipas angin, dan
lainnya. Adapun adaptasi yang mudah akan membuat anak menerima berbagai
ragam dan corak karakter dari lingkungan barunya. Kalau tidak diarahkan, bisa jadi
yang tadinya baik, karena pengaruh karakter dan pengalaman dari lingkungan
barunya, anak akan mengikuti karakter yang baru tersebut.
Kedua, anak yang tengah-tengah. Anak tersebut tidak terlalu berani, tidak pula
penakut. Kalau lingkungannya memberikan kepercayaan kepadanya, dia akan
dapat menjadi anak yang sangat pemberani. Sebaliknya, kalau lingkungannya
menolak karakternya, bisa jadi dia menjadi anak yang sangat penakut. Tugas orang
tua adalah memberikan waktu dan pengarahan secukupnya sebagai pemanasan
menuju karakter yang diinginkannya.
Pengarahan bukan paksaan. Anak yang tengah-tengah seperti ini, memerlukan
waktu dan kesabaran. Dengan arahan yang tepat, anak yang tadinya diam ketika
melihat teman barunya, tidak lama lagi akan cepat akrab dan beradaptasi.
Kalaupun belum dapat beradaptasi, bukan berarti anak tersebut minder, hanya
butuh waktu saja. Orang tua tidak boleh gusar karena lamanya anak beradaptasi,
apalagi mengeluarkan kata-kata yang bernada menyindir, mengancam dan
membandingkan dengan anak lain. Kata-kata seperti ”Itu si Raihan saja pintar,
kenapa kamu tidak bisa?” akan menjatuhkan mental anak.
14

Ketiga, anak yang sulit. Anak ini sangat sulit beradaptasi. Untuk dapat
berteman dengan anak yang baru dikenalnya, dibutuhkan waktu yang
lama. Anak sulit juga tidak menu­ruti apa yang disampaikan orang
tuanya, dia mengalami disconecting. Orang tua menginginkan anaknya
berbuat baik, tetapi dia justru melawan dan tidak mendengarkan apa
yang disampaikan.
Dengan kondisi anak seperti itu, orang tua cenderung gemas, jengkel
dan malu dengan orang lain. Anak yang sering “makan hati” tua itu
mengakibatkan munculnya masalah demi masalah, di rumah, di
lingkungan, di sekolah, bahkan ketika bertamu ke saudara, ada saja
masalah yang ditimbulkan.
Sikap orang tua yang paling tepat dalam menghadapi anak seperti ini
adalah bersabar menunggu waktu. Hanya waktu yang dapat
menyelesaikannya. Pemaksaan dan omelan akan membuat sakit hati
saja. Bahkan pemilihan kata yang tidak tepat dalam menyikapi anak
seperti ini hanya akan menghilangkan rasa percaya diri anak tersebut.
Sembari bersabar, orang tua harus berusaha mencari tahu penyebab
mengapa anak tidak memenuhi keinginan orang tuanya. Misalnya
dengan cara mencari informasi tentang tumbuh kembang anak lewat
buku, seminar, internet dan teman. Langkah ini merupakan jalan yang
baik demi menemukan permasalahan pada anaknya. Bisa jadi ketika
anaknya tidak mau menyebut angka 1 sampai 10 disebabkan tertekan,
bukan karena tidak mengetahui hitungan itu.
Penyebab anak mempunyai perilaku sulit adalah kurang­nya keberanian
dan belum dibiasakan bersosialisasi dengan lingkungan. Bisa jadi faktor
keturunan juga mempunyai peran yang kuat dalam membentuk perilaku
anak seperti ini. Orang tua haruslah sabar dalam memberikan
pengertian, membiasakan perilaku baik, memotivasi, dan meningkatkan
keberanian anak.
15

Selain itu, orang tua juga harus memahami jenis kepribadian pada manusia
umumnya dan anak khususnya.
Menurut Hipocrates dan Galen, ada empat jenis kepribadian pada
manusia, yaitu:
1. Kepribadian kholeris. Kepribadian ini mempunyai sifat umum ekstrovert,
pelaku dan optimistis. Seseorang dengan kepribadian kholeris memiliki
kekuatan-kekuatan: Emosi: berbakat sebagai pemimpin, dinamis dan aktif,
harus memperbaiki kesalahan, berkemauan kuat dan tegas, tidak
emosional, optimistis, bebas dan mandiri, serta meyakinkan. Sebagai orang
tua: memberikan kepemimpinan yang kuat, menetapkan tujuan, memotivasi
keluarga dan mengorganisasi keluarga. Dalam pekerjaan: berorientasi
target, objektif, terorganisasi dengan baik, mencari pemecahan praktis,
reaktif, pendelegasi, dan bergerak karena tantangan. Sebagai teman:
tidak terlalu memerlukan teman, mau memimpin dan mengorganisasi,
biasanya selalu benar, dan unggul dalam keadaan darurat. Kelemahan
pada pribadi kholeris adalah sering menyalahkan orang lain, terlalu bekerja
keras, tidak tahu bagaimana menangani orang lain.
2. Kepribadian melankolis, dengan sifat umum introvert, pemikir, dan
pesimistis. Orang yang berkepribadian me­lankolis memiliki kekuatan-
kekuatan: Emosi: mendalam dan penuh pikiran, analitis, serius dan tekun,
cenderung jenius, berbakat dan kreatif, artistik dan musikal, filosofis dan
puitis, perasa, suka berkorban, penuh kesadaran, dan idealis. Sebagai
orang tua: menetapkan standard tingkat perfeksionis, suka kerapian,
pendorong kecerdasan dan bakat. Dalam pekerjaan: berorientasi jadwal,
perfeksionis, standard tinggi, gigih dan cermat, tertib dan
terorganisasi,teratur dan rapi, ekonomis, menyukai diagram, grafik, bagan,
dan daftar. Sebagai teman: hati-hati dalam berteman, puas dengan latar
belakang, menghindari perhatian, setia dan berbakti, mau mendengarkan
keluhan, problem solving yang baik, perhatian, dan peka. Kelemahan yang
terdapat pada pribadi melankolis adalah mudah tertekan, punya cinta diri
rendah, suka menunda-nunda, dan mengajukan tuntutan yang tidak
realistis kepada orang lain.
16

3. Kepribadian phlegmatis secara umum memiliki sifat-sifat introvert, pengamat
dan pesimistis. Seseorang dengan kepribadian ini memiliki kekuatan-kekuatan:
Emosi: rendah hati, mudah bergaul dan santai, diam dan tenang, sabar dan baik
keseimbangannya, konsisten, cerdas, simpatik dan baik hati, menyembunyikan
emosi, dan bahagia menerima kehidupan. Sebagai orung tua: menjadi orang tua
yang baik, menyediakan waktu untuk anak-anak, tidak tergesa-gesa, biasa
mengambil yang baik dari yang buruk, dan tidak mudah marah. Dalam pekerjaan:
cakap dan mantap, damai dan mudah sepakat, punya kemampuan administratif,
menjadi penengah masalah, menghindari konflik, dan baik di bawah tekanan.
Sebagai teman: mudah diajak bergaul, menyenangkan, tidak suka menyinggung,
pendengar yang baik, selera humor yang tinggi, suka mengawasi orang, punya
belas kasihan dan perhatian kepada orang lain. Kelemahan yang terdapat pada
pribadi phlegmatis adalah seperti tidak mempunyai masalah, melawan
perubahan, tampak malas, berhati baja yang tenang, dan tampak tidak
berpendirian.
4. Kepribadian sanguinis, dengan sifat umum ekstrovert, retorik, dan optimis.
Seseorang dengan kepribadian ini memiliki kekuatan-kekuatan sebagai berikut:
Emosi: kepribadian yang menarik, suka membaca dan berbicara, rasa humor yang
hebat, ingatan kuat untuk warna, emosio­nal dan demonstratif, antusias dan
ekspresif, periang dan penuh semangat, penuh rasa ingin tahu, lugu dan polos,
berhati tulus dan selalu bersifat kekanak-kanakan. Sebagai orang tua: membuat
rumah terasa menyenangkan, disukai teman, anak-anak, dan humoris. Dalam
pekerjaan: suka menjadi relawan dalam tugas, kreatif, inovatif, berenergi dan
antusiasme, berpikir cemerlang, dan provokatif. Sebagai teman: mudah
berteman, mencintai orang lain, suka dipuji, bukan pendendam, cepat minta
maaf, suka kegiatan spontan. Adapun kelemahan pada pribadi ini ialah tidak ada
tindak lanjut dari suatu konsep, seseorang yang tanpa kesalahan (mereka tidak
percaya bahwa ia mempunyai kesalahan besar), tidak menerima diri dengan
serius, banyak berbicara, egois, punya ingatan yang belum dikembangkan, tidak
konsisten, pelupa, penyela dan menjawab untuk orang lain, tidak tertib dan tidak
dewasa.
Dengan memahami jenis kepribadian yang ada pada anak, kita akan mudah
menentukan arah dan tujuan pendidikan anak-anak kita. Semakin tepat kita
mengarahkan anak menuju tujuan yang kita dan anak inginkan, semakin berhasil
pula tujuan besar kita, yaitu membentuk anak yang berperilaku mulia, mempunyai
kecerdasan intelektual, emosional, dan spriritual.
17

dampak peran orang tua terhadap karakter anak
Dampak Peran Orang Tua Terhadap Karakter Anak: Fondasi Pribadi yang Kuat
Peran orang tua dalam membentuk karakter anak sangatlah krusial. Keluarga menjadi
lingkungan pertama dan utama bagi anak untuk belajar dan tumbuh. Setiap interaksi,
kata-kata, dan tindakan orang tua akan meninggalkan jejak yang dalam pada
perkembangan kepribadian anak.
Berikut beberapa dampak signifikan dari peran orang tua terhadap karakter anak:
* Keteladanan: Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tuanya. Jika orang tua
bersikap jujur, sopan, dan bertanggung jawab, besar kemungkinan anak akan
meneladani sifat-sifat tersebut. Sebaliknya, jika orang tua sering berbohong atau tidak
konsisten dalam tindakan, anak juga akan cenderung berperilaku serupa.
* Kasih Sayang dan Penerimaan: Anak yang merasa dicintai dan diterima oleh orang
tuanya akan tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan memiliki harga diri yang
tinggi. Sebaliknya, anak yang sering diabaikan atau dikritik secara berlebihan
cenderung merasa tidak berharga dan kesulitan dalam menjalin hubungan sosial.
* Disiplin Positif: Disiplin yang tegas namun penuh kasih sayang akan membantu anak
belajar membedakan antara yang benar dan yang salah. Dengan demikian, anak akan
tumbuh menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki pengendalian
diri yang baik.
* Komunikasi yang Efektif: Komunikasi yang terbuka dan jujur antara orang tua dan
anak akan menciptakan ikatan yang kuat dan memungkinkan anak untuk berbagi
perasaan dan pikirannya. Hal ini juga membantu anak dalam mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan memecahkan masalah.
* Nilai-nilai Moral: Orang tua berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai moral
pada anak, seperti kejujuran, sopan santun, toleransi, dan empati. Nilai-nilai ini akan
menjadi pedoman bagi anak dalam menjalani hidup dan berinteraksi dengan orang
lain.
* Dukungan dalam Mengembangkan Bakat dan Minat: Orang tua yang mendukung
minat dan bakat anak akan membantu mereka tumbuh menjadi individu yang sukses
dan bahagia. Dengan memberikan kesempatan untuk mencoba hal-hal baru dan
mengembangkan potensi diri, anak akan merasa lebih percaya diri dan memiliki tujuan
hidup yang jelas.
Pola Asuh yang Berpengaruh
* Pola Asuh Otoriter: Orang tua yang terlalu ketat dan menuntut kepatuhan tanpa
memberikan penjelasan yang jelas dapat membuat anak menjadi takut, tidak percaya
diri, dan kurang kreatif.
* Pola Asuh Permisif: Orang tua yang terlalu memanjakan anak tanpa memberikan
batasan yang jelas dapat membuat anak menjadi manja, egois, dan sulit diatur.
* Pola Asuh Demokratis: Pola asuh ini dianggap paling ideal, di mana orang tua
memberikan kebebasan pada anak untuk berekspresi namun tetap memberikan
batasan dan pengawasan yang diperlukan.
18

Dampak Positif Pola Asuh yang Baik
Pola asuh yang baik, yang ditandai dengan kasih sayang, komunikasi yang terbuka, disiplin yang
konsisten, dan dukungan yang penuh, akan memberikan dampak positif yang sangat signifikan
bagi perkembangan anak. Berikut adalah beberapa di antaranya:
* Perkembangan Emosional yang Sehat:
* Kemandirian: Anak akan lebih percaya diri dan mampu mengambil keputusan sendiri.
* Empati: Anak akan lebih peka terhadap perasaan orang lain dan mampu menjalin
hubungan sosial yang baik.
* Kontrol Diri: Anak akan lebih mampu mengendalikan emosi dan impuls.
* Resiliensi: Anak akan lebih mampu menghadapi tantangan dan kegagalan dalam hidup.
* Perkembangan Kognitif yang Optimal:
* Keingintahuan: Anak akan lebih tertarik untuk belajar dan mengeksplorasi hal-hal baru.
* Kreativitas: Anak akan lebih bebas berekspresi dan mengembangkan ide-ide baru.
* Pemecahan Masalah: Anak akan lebih mampu berpikir kritis dan mencari solusi atas
masalah yang dihadapi.
* Perkembangan Sosial yang Baik:
* Hubungan Sosial: Anak akan lebih mudah berinteraksi dengan teman sebaya dan orang
dewasa.
* Kerjasama: Anak akan lebih mampu bekerja sama dalam kelompok.
* Kemampuan Beradaptasi: Anak akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan
yang baru.
* Perkembangan Moral yang Kuat:
* Nilai-nilai Moral: Anak akan memiliki nilai-nilai moral yang kuat seperti kejujuran, tanggung
jawab, dan sopan santun.
* Etika: Anak akan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Contoh Pola Asuh Positif
* Memberikan Pujian dan Apresiasi: Memberikan pujian yang tulus atas prestasi anak akan
meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi mereka.
* Mendengarkan dengan Aktif: Ketika anak berbicara, dengarkan dengan penuh perhatian dan
tunjukkan bahwa Anda peduli terhadap apa yang mereka katakan.
* Mengajarkan Kemandirian: Berikan kesempatan kepada anak untuk melakukan hal-hal sendiri
sesuai dengan kemampuan mereka.
* Membaca Bersama: Membaca buku bersama anak sejak dini akan merangsang
perkembangan otak dan meningkatkan kosakata mereka.
* Bermain Bersama: Bermain bersama anak akan mempererat hubungan dan menciptakan
kenangan yang indah.
19

Dampak Negatif dari Pola Asuh yang Tidak Tepat
Selain dampak positif dari pola asuh yang baik, ada juga dampak negatif yang bisa
timbul akibat pola asuh yang tidak tepat. Beberapa di antaranya adalah:
* Pola Asuh Otoriter: Anak yang tumbuh dalam lingkungan otoriter cenderung:
* Takut mengambil risiko
* Kurang percaya diri
* Sulit beradaptasi dengan lingkungan baru
* Memiliki kesulitan dalam mengekspresikan diri
* Pola Asuh Permisif: Anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif cenderung:
* Manja dan egois
* Sulit menerima batasan
* Kurang bertanggung jawab
* Mudah frustasi jika tidak mendapatkan keinginannya
* Pola Asuh Abai: Anak yang kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang
tua cenderung:
* Memiliki kesulitan dalam menjalin hubungan sosial
* Merasa tidak berharga
* Rentan mengalami masalah emosional seperti depresi atau kecemasan
Faktor Lain yang Mempengaruhi Pembentukan Karakter
Selain peran orang tua, ada beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi
pembentukan karakter anak, seperti:
* Lingkungan Sosial: Teman sebaya, guru, dan lingkungan sekitar juga memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan kepribadian anak.
* Faktor Genetik: Potensi dan kecenderungan bawaan dari orang tua juga berperan
dalam membentuk karakter anak.
* Pengalaman Hidup: Pengalaman yang dialami anak, baik positif maupun negatif,
akan membentuk cara pandang dan perilaku mereka.
Tips untuk Orang Tua
* Jadilah Teladan: Tunjukkan perilaku yang ingin Anda lihat pada anak Anda.
* Komunikasikan dengan Baik: Dengarkan anak Anda dengan penuh perhatian dan
ajarkan mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka.
* Berikan Disiplin yang Konsisten: Tetapkan aturan yang jelas dan berikan
konsekuensi yang logis jika aturan dilanggar.
* Dukung Minat dan Bakat Anak: Bantu anak Anda mengembangkan potensi mereka.
* Luangkan Waktu Bersama: Bermain dan beraktivitas bersama anak akan
mempererat hubungan Anda.
* Jaga Keseimbangan: Jangan terlalu memanjakan atau terlalu membatasi anak Anda.
20

c.bagaimana cara orang tua menyeimbangkan
sikap disiplin dan kasih sayang dalam mendidik anak
Sebagai orang tua, mengasuh anak bisa terasa seperti berjalan
di atas tali. Setiap jam harus menangani banyak tanggung
jawab selain membesarkan anak-anak. Dalam kehidupan yang
sibuk, penting untuk mengetahui cara mendisiplinkan anak
dengan sukses sambil membangun harga diri yang sehat.
Mengasuh anak mengharuskan untuk selalu menyeimbangkan
kasih sayang dan disiplin dengan anak-anak. Apa yang terlalu
berlebihan dan kapan terlalu sedikit? Bagaimana kita bisa
bersikap tegas tanpa bersikap kasar? Apa perbedaan antara
memberikan kasih sayang tanpa syarat dan memanjakan atau
mengasuh anak secara berlebihan?
Poin-poin Utama
Orang tua melatih anak-anaknya untuk berperilaku buruk.
(Sulit untuk didengar, tetapi benar adanya.)
Orang tua yang cerdas secara emosional secara efektif
menyeimbangkan cinta dan disiplin.
Cinta tanpa syarat adalah dasar bagi ikatan yang aman.
Salah satu kunci sukses mengasuh anak adalah bersikap
tegas DAN baik hati.
Menetapkan batasan yang sehat sangat penting bagi
anak untuk belajar mengendalikan diri.
21

Dasar-dasar Pengasuhan yang Sadar dan Disengaja
Pola asuh yang sadar mengharuskan untuk mengakui dan memahami bahwa
anak-anak hanya berusaha untuk dicintai dan memenuhi kebutuhan mereka,
bahkan ketika mereka berperilaku buruk. Kebutuhan inti tersebut adalah:
-merasa dicintai
-untuk menjadi bagian dan memiliki tempat
-untuk merasa aman
-merasa kuat
-merasa berharga
-untuk bereksperimen dan mengeksplorasi
Faktanya adalah bahwa anak-anak mendapatkan kebutuhan mereka dengan
cara yang tepat atau tidak tepat, apa pun yang berhasil dan apa pun yang orang
tua latih agar mereka lakukan.
Sebagai orangtua, jika dapat menemukan cara positif untuk membantu anak
memenuhi kebutuhan mereka sejak awal, perilaku buruk akan berkurang.
Salah satu konsep mendasar yang paling membantu dalam mengasuh anak dan
saat melatih ratusan orang tua selama bertahun-tahun adalah bahwa semua
perilaku berkomunikasi.
Semua perilaku adalah komunikasi.
Bila memandang perilaku anak-anak dengan cara ini, akan menjadi lebih
berdaya sebagai orang tua. Jika mengingat kalimat sederhana ini, dapat
mengalihkan rasa frustrasi terhadap perilaku anak-anak menjadi rasa ingin tahu
dan kasih sayang.
Jadi, bagaimana Anda menyeimbangkan cinta dan disiplin?
Mari definisikan dulu apa itu disiplin.
22

Banyak orang memandang disiplin sebagai koreksi atau hukuman atas tindakan yang
tidak pantas. Namun, makna asli disiplin berasal dari kata Latin, discipulus , yang secara
harfiah berarti "pelajar atau siswa." Turunan Latin terkait disciplina berarti "belajar atau
melatih."
Oleh karena itu, dalam konteks ini, orang tua hanya mengajarkan anak cara berinteraksi
dengan penuh rasa hormat, bertanggung jawab atas perilakunya (responsible), dan
belajar mengendalikan diri. orang tua sedang melatih anak-anak mereka dalam seni
kehidupan—baik secara serampangan maupun sengaja.
Banyak orangtua yang beranggapan bahwa anak-anak harus menderita untuk belajar.
Ini adalah filosofi lama: jika membuat anak-anak merasa sangat buruk tentang perilaku
mereka, mereka tidak akan melakukannya lagi.
Tidak berhasil, bukan?
Ingat arti disiplin: belajar.
Ilmu otak dan penelitian menunjukkan bahwa stres mengganggu pengaturan emosi dan
pembelajaran . Itulah salah satu alasan mengapa menyeimbangkan kasih sayang dan
disiplin dalam mengasuh anak sangat penting.
3 Komponen Penting untuk Menyeimbangkan Cinta dan Disiplin Secara Sukses
Berikut ini tiga komponen penting dari disiplin yang penuh kasih.
Mungkin tampak sederhana, tetapi sangat ampuh jika dilakukan secara konsisten.
Meskipun sederhana, hal itu menuntut kedewasaan emosional dan kesabaran.
a.Berikan Cinta Tanpa Syarat
mari kita definisikan cinta tanpa syarat dan cinta bersyarat agar kita sepakat.
apa itu cinta bersyarat?
Cinta bersyarat adalah jenis cinta yang bergantung pada kondisi atau perilaku tertentu.
Kondisi ini berarti bahwa cinta diberikan dan diterima berdasarkan pemenuhan kriteria,
harapan, atau tindakan tertentu. Kita hanya memberikan cinta ketika seorang anak
bertindak atau mengungkapkan perasaan sesuai dengan yang kita butuhkan atau
inginkan.
Cinta dipertukarkan dengan sesuatu sebagai balasannya, seperti:
Memenuhi standar atau harapan tertentu
Menunjukkan perilaku atau sifat yang diinginkan
Mencapai tujuan atau prestasi tertentu
Dalam cinta bersyarat, kasih sayang dan dukungan ditarik jika persyaratannya tidak
terpenuhi.
23

Apa itu cinta tanpa syarat?
Cinta tanpa syarat adalah jenis cinta yang diberikan secara cuma-cuma dan
tanpa syarat atau harapan apa pun. Cinta tanpa syarat adalah bentuk cinta
yang murni dan tanpa pamrih yang tidak bergantung pada faktor atau perilaku
eksternal.
Cinta jenis ini memiliki ciri-ciri:
Penerimaan tanpa menghakimi
Pengampunan dan pengertian
Dukungan dan perawatan, terlepas dari keadaannya
Cinta tanpa syarat tetap konstan terlepas dari tindakan atau situasi yang
melibatkan anak atau orang yang dicintai. Cinta tanpa syarat sering kali
dipandang sebagai bentuk cinta yang ideal, yang meningkatkan rasa aman dan
penerimaan serta memfasilitasi keterikatan yang aman.
Sebagai anak-anak, kita merasa dicintai hanya jika perilaku kita membuat orang
tua kita bangga atau bahagia. Jadi, sebagai anak-anak, itu sering berarti bersikap
puas diri dan menyenangkan, yang dapat mengakibatkan anak-anak menjadi
orang yang menyenangkan orang lain . Kita mengorbankan diri kita untuk
mendapatkan persetujuan Ibu dan Ayah.
Membahagiakan ibu dan ayah = dicintai.
Ingat, Anda dapat memberikan cinta tanpa syarat dan tetap tidak menyukai atau
menyetujui perilaku anak. Akan tetapi, penting bagi anda untuk memberikan kedua
pesan tersebut kepada anak anda. Misalnya, "Aku mencintaimu dan kamu tidak
boleh memukul."
24

b.Tetapkan Batasan yang Jelas dan Tindak Lanjutinya
ingatlah bahwa tugas orang tua adalah memberi tahu anak tentang
batasan-batasan dan menegakkannya. Tugas anak adalah menguji
batasan-batasan ini sehingga mereka merasa aman dan tahu di mana
mereka berdiri.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang berguna untuk menetapkan
batasan atau batas:
langkah - langkah menetapkan batasan bagi anak
Berempati dan buat anak merasa dipahami, didengarkan,
dan diterima.
Berhentilah sejenak untuk memastikan anak merasa dipahami.
Jelaskan batasannya secara singkat.
Dengan menggunakan permintaan balita untuk jus apel sebagai
contoh, orang tua akan menetapkan batasan: “Katakan tolong dan
bicaralah dengan suara aslimu.”
Tunggu sampai anak patuh sebelum memberi mereka apa yang
mereka inginkan
c.Bersikaplah Tegas dan Baik Saat Mendisiplinkan
Bersikap penuh kasih sayang dan tegas saat mendisiplinkan sangatlah
penting karena hal ini memastikan anak Anda memahami batasan-
batasan sekaligus merasa aman dan dihargai.
Bila Anda memadukan kasih sayang dan empati dengan harapan yang
jelas, anak Anda akan belajar bahwa aturan bukan tentang kendali,
melainkan tentang keselamatan dan pertumbuhan mereka. Pendekatan
ini membantu mereka mengembangkan pengendalian diri sambil belajar
menghargai orang lain. Pendekatan ini menunjukkan bahwa bahkan saat
mereka melakukan kesalahan, cinta Anda tetap tak tergoyahkan (cinta
tanpa syarat).
Dengan bersikap penuh kasih dan tegas, Anda mengajarkan anak-anak
tentang tanggung jawab sekaligus memperkuat rasa memiliki dan harga
diri mereka. Kombinasi ini efektif sekaligus membuat peran sebagai
orang tua menjadi jauh lebih menyenangkan!
25

d.apa pengaruh keharmonisan hubungan antara orang tua
dan anak terhadap pembentukan karakter anak
Keharmonisan hubungan antara orang tua dan anak memiliki pengaruh yang
sangat besar terhadap pembentukan karakter anak. Hubungan yang baik
dan penuh kasih sayang akan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
tumbuh kembang anak secara optimal. Berikut beberapa pengaruhnya:
a.Perkembangan Emosional:
Kestabilan emosi: Anak yang tumbuh dalam lingkungan yang harmonis
cenderung memiliki emosi yang lebih stabil. Mereka lebih mampu mengelola
perasaan mereka seperti marah, sedih, atau senang dengan cara yang
sehat.
Rasa percaya diri: Hubungan yang baik dengan orang tua membuat anak
merasa dicintai dan dihargai, sehingga tumbuh rasa percaya diri yang
tinggi. Mereka lebih berani mencoba hal-hal baru dan tidak takut gagal.
Empati: Melihat interaksi positif antara orang tua, anak belajar untuk peduli
terhadap orang lain dan mampu menempatkan diri pada posisi orang lain.
b.Perkembangan Sosial:
Keterampilan sosial: Anak yang terbiasa berinteraksi dengan orang tua
dalam suasana yang hangat akan lebih mudah bersosialisasi dengan teman
sebaya. Mereka belajar cara berkomunikasi, berkolaborasi, dan
menyelesaikan konflik.
Kemampuan beradaptasi: Anak yang sering berinteraksi dengan orang tua
akan lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan perubahan.
c.Perkembangan Kognitif:
Keingintahuan: Hubungan yang baik mendorong anak untuk bertanya dan
mencari tahu hal-hal baru. Orang tua yang responsif akan menjawab
pertanyaan anak dengan sabar dan menjelaskan dengan cara yang mudah
dipahami.
Kemampuan berpikir kritis: Dalam lingkungan yang terbuka, anak diajak
untuk berpikir kritis dan menganalisis informasi. Mereka didorong untuk
menyampaikan pendapat dan alasannya.
d.Pembentukan Nilai-nilai Moral:
Integritas: Dengan melihat contoh langsung dari orang tua, anak akan
belajar tentang pentingnya kejujuran, tanggung jawab, dan disiplin.
Empati: Anak akan belajar untuk menghargai perbedaan, peduli terhadap
sesama, dan berperilaku sopan santun.
26

Secara singkat, keharmonisan hubungan orang tua dan anak dapat
membentuk karakter anak yang:
* Mandiri dan percaya diri
* Empati dan peduli
* Jujur dan bertanggung jawab
* Memiliki keterampilan sosial yang baik
* Mudah beradaptasi
* Memiliki pola pikir yang positif
Bagaimana cara menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak?
* Komunikasi yang terbuka: Luangkan waktu untuk berbicara dengan anak,
dengarkan pendapatnya, dan hargai perasaannya.
* Kasih sayang yang tulus: Tunjukkan kasih sayang Anda melalui pelukan,
ciuman, dan kata-kata penyemangat.
* Batas yang jelas: Berikan batasan yang jelas namun tetap fleksibel.
Jelaskan alasan di balik setiap aturan.
* Contoh yang baik: Jadilah contoh yang baik bagi anak dengan perilaku
yang positif dan sopan.
* Dukungan tanpa syarat: Dukung minat dan bakat anak, serta bantu mereka
mengatasi kesulitan.
Ingatlah, pembentukan karakter anak adalah proses yang panjang dan
membutuhkan kesabaran. Setiap anak unik dan memiliki kecepatan
perkembangan yang berbeda-beda.
27

BAB III PENUTUP
a.kesimpulan
Peran Orang Tua Sangat Vital
* Sebagai Model Utama: Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua. Jadi,
orang tua adalah contoh pertama dan terpenting dalam pembentukan karakter.
* Pendidik Pertama: Keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama bagi anak.
Orang tua memiliki peran kunci dalam menanamkan nilai-nilai moral dan sosial.
* Pengatur Lingkungan: Orang tua menciptakan lingkungan yang kondusif bagi
tumbuh kembang anak, termasuk dalam pembentukan karakter.
Aspek-Aspek Penting dalam Pembentukan Karakter
* Kasih Sayang dan Perhatian: Kasih sayang yang tulus dan perhatian yang cukup
membuat anak merasa aman dan percaya diri.
* Komunikasi Efektif: Membuka ruang komunikasi yang baik memungkinkan
anak untuk berbagi perasaan dan pikiran, serta memahami nilai-nilai yang
diajarkan.
* Disiplin Positif: Memberikan batasan yang jelas dan konsisten, serta
memberikan konsekuensi yang logis atas tindakan anak, membantu membangun
disiplin diri.
* Menjadi Teladan: Tindakan orang tua lebih bermakna daripada kata-kata.
Dengan menjadi teladan yang baik, orang tua menginspirasi anak untuk
berperilaku positif.
* Memberikan Kebebasan Bertanggung Jawab: Memberikan kesempatan kepada
anak untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas tindakannya,
membantu mengembangkan kemandirian.
Tantangan dan Solusi
* Konsistensi: Menjaga konsistensi dalam mendidik anak sangat penting untuk
menghindari kebingungan pada anak.
* Waktu Berkualitas: Menghabiskan waktu berkualitas bersama anak untuk
memperkuat ikatan emosional.
* Kerjasama Orang Tua: Penting bagi kedua orang tua untuk memiliki pandangan
yang sama dalam mendidik anak.
* Adaptasi dengan Perubahan Zaman: Orang tua perlu terus belajar dan
beradaptasi dengan perubahan zaman untuk dapat memberikan pendidikan
yang relevan.
Kesimpulan Umum
Pembentukan karakter anak adalah proses yang kompleks dan berkelanjutan.
Peran orang tua sangat krusial dalam membentuk pondasi karakter anak yang
kuat. Dengan memberikan kasih sayang, perhatian, disiplin positif, dan menjadi
teladan yang baik, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi individu
yang mandiri, bertanggung jawab, dan berkarakter mulia.
Ingin Tambahkan Poin Lain?
28

B.saran
SARAN UNTUK MASYARAKAT:
1.Meningkatkan Kesadaran tentang Pentingnya Peran Orang Tua: Masyarakat harus lebih
menghargai dan memahami bahwa pembentukan karakter anak tidak hanya menjadi
tanggung jawab sekolah, tetapi juga merupakan tugas utama orang tua. Pendidikan
karakter dimulai dari rumah dan lingkungan sekitar.
2.Mendukung Orang Tua dalam Pendidikan Karakter: Masyarakat dapat membantu dengan
menyediakan program atau pelatihan untuk orang tua, yang dapat meningkatkan
pemahaman mereka tentang cara mendidik anak agar memiliki karakter yang baik, seperti
kerja sama, tanggung jawab, dan empati.
3 Mendorong Kolaborasi antara Orang Tua dan Sekolah: Komunikasi yang baik antara orang
tua dan guru dapat menciptakan pendekatan yang lebih holistik dalam mendidik anak.
Masyarakat perlu menggalakkan program yang menghubungkan orang tua dengan sekolah
untuk menciptakan sinergi dalam pembentukan karakter anak.
4 Membangun Lingkungan yang Mendukung: Masyarakat dapat berperan dalam
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak dengan memberikan teladan yang
baik dalam perilaku sosial, menghargai perbedaan, dan saling membantu antar sesama.
SARAN UNTUK SISWA :
1.Menghargai Peran Orang Tua dalam Pembentukan Karakter: Siswa perlu menyadari
bahwa orang tua memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk karakter mereka,
baik melalui pengajaran langsung maupun teladan yang mereka berikan sehari-hari. Oleh
karena itu, siswa sebaiknya lebih menghargai nasihat dan perhatian yang diberikan orang
tua.
2.Berperan Aktif dalam Pembentukan Karakter Diri Sendiri: Siswa sebaiknya berusaha untuk
terus mengembangkan karakter positif mereka, seperti kedisiplinan, rasa tanggung jawab,
dan kejujuran, dengan mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, baik
di rumah, sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
3.Membangun Komunikasi yang Baik dengan Orang Tua: Siswa diharapkan untuk menjalin
komunikasi yang baik dengan orang tua agar dapat saling memahami kebutuhan,
keinginan, dan harapan masing-masing dalam proses pembentukan karakter. Dengan
komunikasi yang terbuka, siswa bisa mendapatkan dukungan yang lebih efektif.
4.Belajar dari Pengalaman Orang Tua: Siswa bisa belajar dari pengalaman hidup orang tua
yang dapat menjadi teladan dalam menghadapi tantangan hidup. Mendengarkan cerita
atau nasihat dari orang tua dapat memberikan wawasan yang berharga dalam
mengembangkan karakter yang kuat.
Dengan saran-saran ini, diharapkan baik masyarakat maupun siswa dapat lebih memahami
dan mengoptimalkan peran orang tua dalam pembentukan karakter anak.
29

30
BIOGRAFI
Nama saya Dina Aprlia, saya anak
terakhir dari dua bersaudara.
Tempat tanggal lahir saya ada di
Tulang bawang, 08 april 2010. Saya
adalah anak dari bapak slamet
pribadi dan ibu Sri Wahyuningsih.
Saya terlahir dari keluarga yang
sederhana.
Saya saat berumur 4 tahun menempuh pendidikan di TK
Dharma Wanita selama 1 tahun.
Dan saya saat berumur 5 tahun menempuh pendidikan di
MIN 02 TULANG BAWANG selama 6 tahun.
Dan saya melanjutkan sekolah di SMPN 1 PENAWAR AJI
selama 3 tahun.
Dan sekarang saya masih melanjutkan sekolah di SMAN 1
MERAKSA AJI.

31
DAFTAR PUSTAKA
https://sg.docworkspace.com/d/sIOWfnpONArKG-rkG?
sa=601.1123
1.
https://sg.docworkspace.com/d/sIKufnpONArKA_rkG?
sa=601.1123
2.
https://sg.docworkspace.com/d/sIGafnpONAqGF_rkG?
sa=601.1123
3.
https://www.psychologymania.com/2013/07/pengertia
n-karakter-anak_9.html?m=1#google_vignette
4.
https://dinsos.kulonprogokab.go.id/detil/628/memaha
mi-karakter-
anak#:~:text=Karakter%20anak%20merupakan%20akh
lak%20yang,emas%20(the%20golden%20age)
5.
https://gemini.google.com/app/c74ab668a7c29e366.
https://blog.heartmanity.com/love-and-discipline7.
https://gemini.google.com/app/9fbef8d78aa144bc?
hl=id
8.
https://gemini.google.com/app/d4380a9639f7526e?
hl=id
9.
https://chatgpt.com/10.