Perjalanan Alamiah Penyakit Kanker Payudara Randi mustarizal 2413201100
Pendahuluan Kanker payudara merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling sering menyerang wanita di seluruh dunia , termasuk Indonesia. Kanker ini terjadi akibat pertumbuhan sel-sel abnormal pada jaringan payudara yang bersifat ganas , dapat menyebar ke jaringan sekitarnya maupun ke organ lain melalui aliran darah atau sistem limfatik . Menurut WHO, kanker payudara adalah penyebab utama kematian akibat kanker pada wanita . Deteksi dini dan penanganan cepat dapat meningkatkan angka harapan hidup secara signifikan
Perjalanan Alamiah Penyakit Perjalanan alamiah kanker payudara menggambarkan proses penyakit dari keadaan sehat hingga timbulnya komplikasi atau kematian tanpa adanya intervensi medis . a. Tahap Prepatogenesis Pada tahap ini , seseorang masih dalam keadaan sehat secara klinis . Belum ada tanda-tanda kanker , tetapi interaksi antara host ( individu ), agent ( agen penyebab ), dan environment ( lingkungan ) mulai terbentuk . Faktor risiko seperti hormonal, genetik , gaya hidup , dan lingkungan berperan dalam meningkatkan kerentanan seseorang terhadap kanker payudara .
b. Tahap Patogenesis Fase Subklinis Terjadi mutasi DNA pada sel-sel epitel duktus atau lobulus payudara . Sel-sel abnormal mulai berkembang tanpa menunjukkan gejala . Dapat dideteksi melalui pemeriksaan skrining seperti mammografi . Fase Klinis Timbul benjolan pada payudara yang tidak nyeri , perubahan bentuk atau ukuran payudara , keluarnya cairan dari puting , atau luka yang sulit sembuh . Jika tidak diobati , kanker dapat menyebar ke kelenjar getah bening , paru , hati , atau tulang (metastasis).
Fase Akhir ( Konvalesens / Ketidakmampuan / Penyembuhan ) Penyakit dapat berakhir dengan : Sembuh : bila ditemukan dini dan diobati secara tepat . Kronik : bila masih ada sel kanker meskipun gejala berkurang . Cacat : kehilangan sebagian payudara setelah operasi . Mati : bila kanker menyebar luas dan tidak dapat diken
Faktor Risiko Kanker Payudara Kategori Faktor Risiko Genetik Riwayat keluarga dengan kanker payudara , mutasi gen BRCA1/BRCA2 Hormonal/ Reproduksi Menarche dini (<12 tahun ), menopause terlambat (>55 tahun ), tidak pernah melahirkan , penggunaan kontrasepsi hormonal jangka panjang Gaya Hidup Obesitas , konsumsi alkohol , merokok , kurang aktivitas fisik Lingkungan Paparan radiasi, polusi, zat kimia karsinogenik Usia Risiko meningkat pada usia >40 tahun
Spektrum Klinis Kanker Payudara Spektrum klinis menunjukkan variasi berat-ringan penyakit Tingkat Keparahan Gambaran Klinis Inapparent ( tanpa gejala ) Perubahan sel pada tahap dini (carcinoma in situ) belum menimbulkan gejala, hanya dapat ditemukan lewat skrining Ringan Benjolan kecil di payudara tanpa nyeri, kadang ditemukan secara tidak sengaja Sedang Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak , perubahan kulit payudara seperti lesung pipit, atau keluarnya cairan dari puting . Berat /Fatal Kanker menyebar ke organ lain ( paru , tulang , hati ), menyebabkan nyeri berat , penurunan berat badan , dan kematian .
Fenomena gunung es (iceberg phenomenon) juga berlaku pada kanker payudara — banyak kasus yang tidak tampak karena tidak terdeteksi secara dini
Tingkat Pencegahan a. Pencegahan Primer ( Prepatogenesis ) Dilakukan sebelum timbulnya penyakit untuk mencegah seseorang menjadi sakit . Upaya promosi kesehatan : Edukasi tentang pentingnya SADARI ( Pemeriksaan Payudara Sendiri ) dan SADANIS ( Pemeriksaan Payudara Klinis ). Kampanye hidup sehat : olahraga teratur , menjaga berat badan ideal, diet seimbang , berhenti merokok , batasi alkohol . Mengurangi paparan radiasi dan bahan kimia karsinogenik . Proteksi spesifik : Pemberian terapi hormonal pengganti harus sesuai indikasi medis . Menyusui bayi secara eksklusif , karena dapat menurunkan risiko kanker payudara .
b. Pencegahan Sekunder ( Patogenesis Awal ) b. Pencegahan Sekunder ( Patogenesis Awal ) Dilakukan saat proses penyakit telah dimulai tetapi belum ada gejala ( fase subklinis ). Upaya diagnosis dini dan pengobatan segera : Pemeriksaan mammografi rutin pada wanita usia ≥40 tahun . Pemeriksaan SADARI setiap bulan setelah menstruasi . Pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan (SADANIS) minimal setiap 3 tahun ( usia 20–40 tahun ) atau setiap tahun ( usia >40 tahun ). Bila ditemukan benjolan mencurigakan , segera dilakukan biopsi untuk konfirmasi diagnosis.
Pencegahan Tersier ( Fase Klinis / Lanjut ) Ditujukan untuk mencegah komplikasi , memperpanjang harapan hidup , dan meningkatkan kualitas hidup penderita . Pembatasan ketidakmampuan : Pemberian kemoterapi , radioterapi , dan pembedahan ( mastektomi ) untuk menghentikan pertumbuhan kanker . Rehabilitasi medis untuk membantu pemulihan fungsi lengan setelah operasi . Rehabilitasi sosial dan psikososial : Dukungan kelompok pasien (breast cancer survivor community). Konseling psikologis untuk membantu penerimaan diri setelah kehilangan payudara . Pelatihan keterampilan kerja bagi penderita agar tetap produktif .
Kesimpulan Kanker payudara merupakan penyakit dengan perjalanan alamiah yang panjang , dimulai dari perubahan seluler yang tidak tampak hingga kondisi metastasis( penyebaran sel kanker dari payudara ke bagian tubuh lain) yang fatal. Pencegahan paling efektif adalah pencegahan primer dan sekunder , yaitu dengan edukasi , perubahan gaya hidup , dan deteksi dini melalui SADARI ( Pemeriksaan Payudara Sendiri ) dan mammografi . Upaya tertiary prevention berfokus pada rehabilitasi dan peningkatan kualitas hidup penderita . Keterpaduan antara masyarakat , tenaga kesehatan , dan kebijakan pemerintah sangat diperlukan dalam mengendalikan penyakit ini .
Referensi World Health Organization (WHO). (2023). Breast cancer: prevention and control. Geneva: World Health Organization. Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/breast-cancer Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2023. Jakarta: Kemenkes RI. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Pedoman Nasional Penanggulangan Kanker Payudara . Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular , Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit , Jakarta. Sopiyudin Dahlan , M.S. (2020). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular . Jakarta: Epidemiologi Indonesia Press. Notoatmodjo , S. (2018). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku . Jakarta: Rineka Cipta .