Dana Desa perlu diawasi dengan sebail-baiknya. Untuk itu diperlukan beberapa referensi tentang Dana Desa
Size: 325.17 KB
Language: none
Added: Oct 16, 2024
Slides: 11 pages
Slide Content
Home Berita TATA CARA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DANA DESA OLEH INSPEKTORAT
SELAKU APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH (APIP)
TATA CARA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
DANA DESA OLEH INSPEKTORAT SELAKU
APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH (APIP)
Berita Daerah
Admin Inspektorat
27 November 2021
13515
(Drs. Raden Lukman. M.Si, PPUPD Madya Inspektorat Kabupaten Serang)
I. LATAR BELAKANG
Pengaturan mengenai desa sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa telah membawa babak baru dan membawa harapan baru bagi
kehidupan kemasyarakatan dan pemerintahan desa. Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 menjadi tonggak perubahan paradigma pengaturan desa. Desa tidak
lagi dianggap sebagai objek pembangunan, melainkan ditempatkan menjadi
subjek pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Undang-
Undang ini memberikan kewenangan yang besar bagi desa untuk mengurus tata
pemerintahan nya sendiri serta pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa. Selain itu pemerintah desa
diharapkan untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan berbagai
sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan
desa dan kekayaan milik desa.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa salah satu sumber
pendapatan desa berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). Alokasi APBN ini adalah anggaran yang diperuntukkan bagi desa dan desa
adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan,
pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat.
Guna memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,
Pemerintah telah menggelontorkan Dana Desa yang bersumber dari APBN, Pada
tahun 2019 pagu anggaran dana Desa ditetapkan sebesar 70 triliun. Peningkatan
alokasi Dana Desa sangat signikan dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya
dialokasikan sebesar 60 triliun dengan rata-rata nasional per desa menerima
Rp.800,4 juta.
Peningkatan anggaran ini tentunya harus diikuti dengan pengaturan yang jelas
mengenai segala hal tentang dana desa itu sendiri. Harus jelas mengenai
penyaluran dana desa, penggunaan dana desa, pengelolaan dana desa,
pembinaan dan pengawasan yang baik demi tercapainya cita-cita desa sebagai
subjek dan ujung tombak pembangunan dan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Dalam pelaksanaannya pengelolaan dana desa terdapat beberapa permasalahan,
meliputi :
1.Penggunaan dana desa tidak sesuai ketentuan (prioritas);
2.Adanya pekerjaan kontruksi yang seluruhnya dilakukan pihak ketiga
3.Adanya kelebihan pembayaran
4.Adanya kekurangan volume pekerjaan
5.Hasil pengadaan tidak dapat dimanfaatkan
6.Adanya pengadaan fiktif
7.Adanya Pengeluran tidak didukung bukti yang memadai
8.Laporan tidak membuat.
Bahkan ada beberapa Kepala Desa dan perangkat Desa telah diproses hukum oleh
Aparat Penegak Hukum (APH) karena adanya unsur kecurangan (fraud) dan
adanya unsur pidana.
Permasalahan tersebut muncul disebabkan belum sepenuhnya dipahami oleh para
pelaksana di daerah khususnya di Pemerintah desa. Besarnya Dana Desa belum
selaras dengan kemampuan SDM (aparatur) baik secara teknis dan mentalitas.
Potensi masalah yang akan muncul adanya ketidaktahun, ketidakmampuan dan
adanya resiko tindakan penyalahgunaan (fraud). Tindakan kecurangan (fraud) ini
merupakan perilaku koruptif, penggelapan aset desa dan rekayasa laporan. Ketiga
hal tersebut sangat dimungkinkan dalam pengelolaan dana desa.
Potensi masalah tersebut di atas perlu diantisipasi dan dicegah sedini mungkin,
sehingga dana desa dapat berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat. Untuk
itu, seluruh komponen, pendamping desa termasuk Instansi supradesa yaitu
Kecamatan, Perangkat Daerah dan Inspektorat sebagai Aparatur Pengawas Intern
Pemerintah (APIP) harus bersinergi dalam pembinaan dan pengawasan dana desa.
Dalam tulisan ini akan dipaparkan bagaimana peran Inspektorat Daerah Daerah
selaku APIP (Propinsi, Kabupaten/Kota) dalam pembinaan dan Pengawasan dana
Desa.
II. PERAN INSPEKTORAT DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DANA DESA.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa berdasarkan PP. Nomor 12 tahun
2017 tentang Pembinaan Dan Pengawasan Pemerintahan Daerah pada Pasal 19
bupati/walikota wajib melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap desa.
Dalam melakukan pembinaan dan pengawasan Desa, bupati/walikota dibantu
Camat dan Inspektorat serta Bupati/walikota menugaskan Perangkat Daerah
terkait.
Pembinaan dan pengawasan oleh inspcktorat dilaksanakan untuk menjaga
akuntabilitas pcngclolaan keuangan desa. meliputi:
a. laporan pertanggungiawaban pengelolaan kcuangan desa;
b. efisiensi dan efcktivitas pcngelolaan keuangan desa; dan
c. pelaksanaan tugas lain sesuai dengan ketcntuan peraturan perundang-
undangan.
Peran APIP dalam pembinaan dan Pengawasan Dana Desa dilakukan dengan 2
(dua) cara; Pertama assurance dan peran
Consulting. Peran assurance dilakukan dengan memberikan penilaian/pendapat
objek terkait suatu entitas, operasi, fungsi, proses, sistem atau subjek lainnya.
Bentuk kegiatan assurance berupa kegiatan audit, reviu, pemantauan dan evaluasi.
Peran Consulting atau konsulasi memberikan konsultasi atau layanan lain
dengan sifat dan ruang lingkup berdasar kesepakatan APIP dan manajemen,
kegiatannya berupa asistensi, sosialisasi dan konsultasi. Beberapa kegiatan
konsultasi, diantaranya :
1.Ikut berperan dalam penyusunan kebijakan Kepala Daerah terkait
pengelolaan Keuangan dan aset desa.
2.Melakukan pembinaan dalam pengelolaan keuangan dan aset desa di
tingkat Kecamatan dan Kabupaten sebagai Nara Sumber.
3.Pendampingan perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan desa.
Pada tahun 2016 Kementrian Dalam Negeri selaku Pembina Pemerintah Daerah
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 700/1281/A.1/IJ tentang Pedoman Pengawasan
Dana Desa. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Surat Edaran tersebut :
1.Pelaksanaan pengawasan dana desa bertujuan untuk
memberikan keyakinan yang memadai bahwa pengelolaan dana desa
telah dilakukan sesuai dengan ketentuan, khususnya terkait tepat
lokasi, tepat syarat, tepat salur, tepat jumlah, dan tepat
penggunaan.
3. pengawasan Dana Desa diarahkan untuk mencegah terjadinya
penyimpangan pengelolaan dana desa, sehingga APIP harus merancang
program pengawasan Dana Desa yang mampu bertindak sebagai
pencegahan (preventive action) bukan tindakan represif atau APIP berfungsi
sebagai early warnzng system. APIP harus mampu melakukan
asistensi/pendampingan pengelolaan Dana Desa, sehingga
kegamangan/ketakutan perangkat desa untuk membelanjakan
dana desa tidak terjadi.
4. Meskipun pengawasan Dana Desa bersifat pencegahan namun bukan
berarti APIP mengabaikan adanya tindakan
kecurangan (fraud) pengelolaan Dana Desa, sehingga APIP juga harus
merancang program pengawasan Dana Desa yang sifatnya pengawasan
terhadap kepatuhan desa (audit kepatuhan) dalam pengelolaan
dana desa. Disamping itu, APIP juga harus merespon apabila terdapat
pengaduan masyarakat terkait pengelolaan Dana Desa melalui klarifikasi
kajian dan/atau Pemeriksaan Khusus /Pemeriksaan Investigasi. (Audit
Investigasi)
5. selain penilaian terhadap kepatuhan pengelolaan Dana Desa, APIP
juga harus mampu melakukan penilaian terhadap kinerja Dana Desa
melalui audit Kinerja, dalam artian APIP harus mampu menilai apakah Dana
Desa telah memberi manfaat kepada masyarakat.
6. mengingat besarnya jumlah dan kondisi geografis desa, maka dalam
merancang Program Kegiatan Pengawasan Tahunan (PKPT),APIP harus
merancang pengawasan ke dalam PKPT berbasis risiko,
7. pedoman pengawasan Dana Desa oleh APIP mengatur standar minimal
langkah-langkah yang harus dilakukan oleh APIP dalam melakukan
pengawasan Dana Desa termasuk didalamnya format-format mengenai
Program Kerja Pengawasan (PKP), Kertas Kerja Pengawasan (KKP) maupun
sistematika Laporan Hasil Pengawasan (LHP).
II. TATA CARA PENGAWASAN DANA DESA
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 700/1281/A.1/IJ tentang
Pedoman Pengawasan Dana Desa, dijelaskan mengenai tata cara pengawasan
dana desa adalah sebagai berikut :
A. Tujuan Pengawasan
Pengawasan Dana Desa bertujuan untuk menilai:
a. Ketepatan lokasi penyaluran Dana desa ke desa yang berhak menerima;
b. Ketepatan kelengkapan syarat penyaluran Dana Desa;
c. Ketepatan waktu penyaluran Dana Desa;
d. Ketepatan jumlah Dana Desa yang diterima dan disalurkan; dan
e. Ketepatan penggunaan Dana Desa dengan ketentuan yang berlaku.
B. Sasaran Pengawasan
1. Pemerintah Kabupaten /Kota oleh APIP Provinsi
a. Pra Penyaluran
Tersedianya regulasi dan kebijakan pemerintah kabupaten/kota
mengenai dana desa.
b. Penyaluran
Kepatuhan dan mekanisme penyaluran Dana Desa dari RKUD ke RKD.
c. Pasca Penyaluran
Mekanisme pembinaan dan pengawasan terhadap Dana Desa oleh
Gubernur.
2. Pemerintah Desa oleh APIP Kabupaten/Kota
a. Pra Pencairan dan Penggunaan
Tersedianya regulasi, kebijakan internal, Sumber Daya Manusia dan
prosedur perencanaan Dana Desa oleh Pemerintah Desa.
b. Pencairan dan Penggunaan
Kehandalan Sistem Pengendalian Intern dan Kepatuhan Pemerintah Desa
terhadap:
1) Mekanisme pencairan Dana Desa dari RKD;
2) Pengadaan barang/ jasa; dan
3) Penggunaan Dana Desa.
c. Pasca Pencairan dan Pengunaan
1) Penatausahaan Dana Desa;
2) Perpajakan;
3) Pengujian bukti pertanggungjawaban Dana Desa;
4) Kepatuhan penyampaian laporan dana desa; dan
5) Sisa Dana Desa di Rekening Kas Desa (RKD).
C. Jenis Pengawasan
Jenis Pengawasan Dana Desa oleh APIP, terdiri dari :
1.APIP Provinsi berupa evaluasi dan pemantauan; dan
2.APIP Kabupaten /Kota berupa Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu
D. Tahapan Pengawasan
1. Survey Pendahuluan;
2. Pengujian sederhana atas kehandalan Sistem Pengendalian Intern; dan
3. Pengujian rinci.
E. Standar Pengawasam
Standar Pengawasan yang digunakan adalah Standar Audit Intern Pemerintah
Indonesia yang dikeluarkan AAIPI tertanggal 30 Desember 2013
F. Metodologi Pengawasan
Metodologi pengawasan yang digunakan adalah menggunakan metode UJI
petik (sampling) yang dilakukan dengan petimbangan profesional terhadap
jenis-jenis bukti pemeriksaan melalui analisis terhadap peraturan perundang
undangan dan kebijakan-kebijakan, analisis terhadap bukti pelaksanaan
kegiatan, dan observasi pengecekan fisik serta wawancara dengan pelaksana
dan pejabat terkait.
G. Pelaporan Hasil Pengawasan
Hal-hal perlu menjadi perhatian dalam Penyusunan Laporan Hasil
Pengawasan, sebagai berikut:
1. Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah selesai melakukan
pengawasan, Tim Pengawas wajib menyusun Laporan hasil Pengawasan;
2. Penyusunan Laporan Hasil Pengawasan memperhatikan prinsip tepat waktu,
lengkap, akurat, obyektif, meyakinkan, jelas dan ringkas;
3. Laporan diterbitkan sebanyak 5 (lima) eksemplar, yang didistribusikan
kepada:
a. Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat;
b. Walikota/Bupati;
c. Kepala Perangka Daerah yang menangani urusan pemberdayaan
masyarakat dan Desa;
d. Pemerintah Desa; dan
e. Arsip Inspektorat (Bagian Evaluasi);
4. Inspektur Kabupaten/Kota menyampaikan resume hasil pengawasan
Dana Desa kepada BupatijWalikota dengan tembusan kepada Gubernur setiap
triwulan atas pengawasan yang telah dilakukan, yang menyajikan informasi:
1.Rekapitulasi Kebijakan Pengelolaan Dana Desa per Desa
2.Rekapitulasi penerimaan dan penyaluran Dana Desa setiap Desa per
tahapan
3.Rekapitulasi Penggunan Dana Desa untuk seluruh Bidang
kewenangan Desa
4.Rekapitulasi Sisa Dana Desa di RKD
5.Rekapitulasi jumlah pendamping desa setiap kabupaten Zkota
6.Rekapitulasi jumlah temuan dan uraian ringkas
5. Inspektur Provinsi menyampaikan resume hasil pengawasan Dana Desa
kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri c.q
Inspektur Jenderal setiap triwulan atas pengawasan yang telah dilakukan
yang bersumber dari laporan dari Inspektur Kabupaten/kota, yang
menyajikan informasi:
1.Rekapitulasi Kebijakan Pengelolaan Dana Desa per
Kabupaten/KotaRekapitulasi penenmaan dan penyaluran Dana Desa
setiap Kabupaten /Kota per tahapan
2.Rekapitulasi Penggunan Dana Desa untuk Bidang seluruh Bidang
Kewenangan Desa
3.Rekapitulasi Sisa Dana Desa di Rekening Kas Umum Daerah (RKUD)
4.Rekapitulasi jumlah pendamping desa setiap kabupaten/kota
5.Rekapitulasi jumlah temuan dan uraian ringkas.
Demikian, semoga bermanfaat.
1. Bentuk dan Ruang Lingkup Pengawasan
2. Tahapan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa
– Perencanaan;
– Pelaksanaan;
– Pelaporan;
– Tindak lanjut hasil pengawasan.
3. Koordinasi Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa
4. Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa oleh Camat
5. Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa oleh Badan Permusyawaratan Desa
6. Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa oleh Masyarakat Desa
7. Sistem Informasi Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa
8. Pendanaan pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan Keuangan Desa
Kegiatan ini diselenggarakan secara swadana yang dibebankan ke masing-masing
peserta/OPD dengan Biaya sebesar:
Rp. 3.500.000,- (Tanpa Penginapan) / Peserta
Rp. 4.500.000,- (Menginap di Hotel) / Peserta
Dengan fasilitas yang di dapat peserta sebagai berikut:
1. Pelatihan selama 2 hari / Pembahasan Materi sampai dengan Selesai
2. Peserta Menginap (Twin-Shering);
3. Seminar Kit serta Tas;
4. Coffee Break, Lunch dan Dinner (Selama Kegiatan Berlangsung)
5. Sertifikat Pelatihan
6. Konfirmasi Pendaftaran Peserta Selambat - Lambanya H-3